Compressive Strength Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Penambahan Serat Kaca 1% dengan Metode yang Berbeda
DENGAN METODE BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
RIZKY AYU ARRISTA
NIM : 110600118
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi
Tahun 2015
Rizky Ayu Arrista
Compressive
Strength
Resin
Akrilik
Polimerisasi
Panas
Setelah
Penambahan Serat Kaca 1% dengan Metode yang Berbeda
xii + 42
Resin akrilik atau polimetil metakrilat (PMMA) adalah salah satu bahan yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran gigi. Resin akrilik polimerisasi panas mempunyai
kelemahan yaitu mudah patah. Salah satu untuk mencegah terjadinya fraktur dan
meningkatkan kekuatan basis gigi tiruan yaitu dengan penambahan serat kaca potongan
kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kekuatan
tekan kedua metode tersebut. Sampel penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas
sebanyak 10 sampel berbentuk silinder dengan diameter 25 mm dan tinggi 38 mm untuk
setiap kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok metode perendaman serat
kaca didalam monomer selama 15 menit dan kelompok metode tanpa perendaman serat
kaca. Proses polimerisasi dilakukan didalam waterbath pada suhu ruang lalu suhu dinaikkan sampai suhu 740C selama 1,5 jam dilanjutkan dengan suhu 1000C selama 1 jam. Pengukuran kekuatan tekan dilakukan dengan menggunakan alat uji Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China
.
Data nilai kekuatan tekan ini diolah dan dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan ujiLSD. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p ≤ 0,05) antar kelompok kontrol dengan kelompok penambahan serat kaca dengan p=0 namun tidak ada
(3)
yang signifikan kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat
kaca metode perendaman dan metode tanpa perendaman.
(4)
(5)
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 2 Desember 2015
TIM PENGUJI
KETUA
: Lasminda Syafiar., drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
2. Rusfian., M.Kes
(6)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya terkhusus penulis
sampaikan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Bagus Moezakki dan ibunda
Neridesma atas segala kasih sayang, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun
materil yang tiada hentinya diberikan kepada penulis selama penulis menempuh
pendidikan. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada saudara penulis, Adinda
tersayang Evita Rengganis atas dukungan yang diberikan.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2.
Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua departemen di Departemen Ilmu
Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan
dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan saya dalam penulisan
skripsi ini.
3.
Astrid Yudhit,drg., Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
banyak sekali waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis
selama proses penulisan skripsi ini.
4.
Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG USU
yang telah memberikan saran, masukan dan bantuan kepada penulis selama
penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
5.
Prof. Sondang Pintauli drg, Ph.D selaku dosen penasehat akademik atas
bimbingan dan arahan serta motivasi yang diberikan selama penulis menjalani
pendidikan di FKG USU.
(7)
(8)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ...
iv
DAFTAR ISI ...
vi
DAFTAR GAMBAR ...
ix
DAFTAR TABEL ...
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ...
1
1.2.
Rumusan Masalah ...
3
1.3.
Hipotesis Penelitian ...
3
1.4.
Tujuan Penelitian ...
3
1.5.
Manfaat Penelitian ...
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Resin Akrilik ...
5
2.1.1 Resin Akrilik Poimerisasi Panas ...
6
2.1.1.1 Komposisi ...
6
2.1.1.2 Reaksi Polimerisasi ...
7
2.1.1.3 Manipulasi ...
7
2.1.1.4 Sifat Mekanik ...
9
2.1.1.5 Keuntungan dan Kerugian ...
9
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan
Serat Kaca ...
10
2.2.1 Komposisi ...
10
2.2.2 Bentuk Serat Kaca ...
11
(9)
vii
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian...
17
3.2 Desain Penelitian ...
17
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...
17
3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel ...
17
3.3.2 Tempat Pengujian Sampel ...
17
3.3.3 Waktu Penelitian ...
17
3.4. Sampel dan Besar Sampel ...
17
3.4.1 Sampel Penelitian ...
17
3.4.2 Besar Sampel Penelitian ...
18
3.5 Variabel dan Definisi Operasional...
19
3.5.1 Variabel...
19
3.5.1.1 Variabel Tergantung ...
19
3.5.1.2 Variabel Bebas ...
19
3.5.1.3 Variabel Terkendali ...
19
3.5.1.4 Variabel Tidak Terkendali ...
20
3.5.2 Definisi Operasional ...
20
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ...
21
3.6.1 Alat Penelitian ...
21
3.6.2 Bahan Peneleitian ...
23
3.7 Prosedur Penelitian ...
24
3.7.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian ...
24
3.7.2 Pembuatan Sampel Penelitian ...
24
3.7.3 Pengukuran
Compressive Strength...
29
3.8 Analisis Data ...
30
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ...
31
4.2 Analisis Penelitian ...
32
BAB 5 PEMBAHASAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...
37
(10)
viii
DAFTAR PUSTAKA ...
38
LAMPIRAN
(11)
ix
Gambar Halaman
1.
Serat Kaca Bentuk Batang ...
11
2.
Serat Kaca Bentuk Anyaman ...
12
3.
Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil ...
12
4.
Pola kompleks kekuatan tekan ...
13
5.
Ukuran Batang Uji
Compressive strength(kekuatan tekan) ...
17
6.
Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China...
20
7.
Waterbath...
20
8.
Alat
pressmanual ...
21
9.
Mikromotor ...
21
10.
Kaliper Digital
(Krisbow)...
22
11.
Resin Akrilik polimerisasi panas (
QC-20
England) ...
22
12.
Gips ...
23
13.
Pengolesan
could mould sealpada
mould...
24
14.
Pengepresan kuvet ...
25
15.
Akrilik di dalam
mould yang telah dirapikan...
25
16.
Proses Kuring ...
26
(12)
x
18.
Sampel resin akrilik yang telah selesai di poles ...
28
19.
a. Alat uji kekuatan tekan
(Microcomputer screen display hydraulicUniversal Testing Machine, China
.
) b. Sampel di letakan dalam
posisi berdiri diantara lempengan penekan ...
29
20.
Sampel yang hancur setelah dilakukan uji tekan ...
30
21.
Grafik kekuatan tekan kelompok kontrol, kelompok resin akrilik
penambahan serat kaca dengan metode perendaman (metode 1),
dan kelompok resin akrilik penambahan serat kaca dengan
(13)
xi
Tabel Halaman
1.
Nilai kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat
kaca, resin akrilik polimerisasi panas penambahan serat kaca
dengan metode perendaman, dan metode penambahan serat kaca
tanpa perendaman
....
31
2.
Uji Hasil uji anova satu arah pada kekuatan tekan resin akrilik
polimerisasi panas tanpa serat kaca, resin akrilik polimerisasi
panas penambahan serat kaca dengan metode perendaman,
dan metode penambahan serat kaca tanpa perendaman... ...
32
3.
Hasil uji LSD pada kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi
panas tanpa serat kaca ( kontrol ) resin akrilik polimerisasi panas
penambahan serat kaca dengan metode perendaman
( metode 1 ), dan metode penambahan serat kaca tanpa
(14)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Alur Penelitian
2.
Hasil Uji Normalitas
3.
Hasil Uji Homogenitas
4.
Hasil Uji Anova Satu Arah
5.
Hasil Uji
Post Hoc(15)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin Akrilik sudah digunakan di kedokteran gigi sejak pertengahan tahun
1940an. Resin akrilik atau lebih dikenal dengan nama
polimetil metakrilat(PMMA)
adalah salah satu bahan yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran gigi
untuk berbagai keperluan seperti untuk
splinting, pelapis estetis, bahan pembuat
mahkota gigi tiruan dan anasir gigi tiruan, piranti ortodonti, bahan reparasi dan bahan
pembuat basis gigi tiruan lepasan.
1-3Resin akrilik yang digunakan dikedokteran gigi umumnya dibedakan menjadi 3
jenis yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin
akrilik polimerisasi panas.
3Hingga saat ini, resin akrilik polimerisasi panas menjadi
bahan yang sering dipilih karena memiliki banyak keuntungan diantaranya kualitas
estetis, warna, tekstur mirip dengan gingiva, daya serap air relatif rendah, perubahan
dimensi kecil, konduktivitas termal yang baik, mudah dimanipulasi dan harga relatif
yang murah.
1-3Selain mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan, resin akrilik polimerisasi
panas mempunyai kelemahan.
2Kelemahan resin akrilik polimerisasi panas adalah
mudah patah dan patahnya basis gigi tiruan disebabkan karena adaptasi gigitiruan
yang tidak baik, tidak adanya keseimbangan oklusi,
fatiquemaupun jatuh.
4Selain itu
resin akrilik polimerisasi panas dapat menimbulkan bermacam-macam porositas
sehingga mudah distorsi jika disimpan dalam keadaan kering.
5Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, telah banyak
penelitian yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan meningkatkan
kekuatan basis gigitiruan, salah satunya yaitu dengan penambahan serat penguat.
Hasil penelitian tentang serat penguat seperti serat karbon, metal, serat polietilen dan
serat kaca menghasilkan hasil yang bervariasi di dalam meningkatkan kekuatan basis
gigitiruan.
6,7Pemakaian serat karbon atau serat metal sebagai penguat memiliki
(16)
2
kekurangan dalam segi estetis.
3Serat penguat yang umum digunakan pada basis
gigitiruan resin akrilik adalah serat kaca karena dapat menambah kekuatan basis
gigitiruan resin akrilik, mudah dimanipulasi, memiliki estetis yang baik, dan memiliki
ikatan kimia yang baik dengan resin akrilik.
6Serat kaca merupakan material yang
terbuat dari serabut-serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca sangat estetis dan
dapat beradhesi dengan matriks polimer resin akrilik sehingga memiliki kekuatan
yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk
ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.
8Berdasarkan penelitian sebelumnya penambahan serat dapat meningkatkan sifat
fisis dan mekanik resin akrilik. Salah satu syarat mekanis dari resin akrilik memiliki
compressive strength
(kekuatan tekan) yang baik.
Compressive strengthatau
kekuatan tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam
menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan.
Compressive strength(kekuatan tekan) merupakan salah satu syarat penting yang harus dimiliki
bahan basis gigi tiruan. Syarat tersebut sangat penting dalam proses mastikasi, karena
sebagian besar kekuatan pada proses mastikasi adalah kekuatan tekan.
9-11Kurniawan
C, dkk (2011), kuat tekan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat
kaca 6 mm memiliki nilai yang paling optimum dibandingkan dengan ukuran lainnya
dengan besar kuat tekan 88,9 MPa, meningkat dari nilai kuat tekan resin akrilik yaitu
75 MPa. Secara umum penambahan serat kaca berukuran kecil pada resin akrilik
berhasil meningkatkan kuat tekan sebesar 5,6 % - 25,6 % dibandingkan tanpa
penambahan serat kaca.
10,12Berdasarkan bentuknya serat kaca dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu
batang, anyaman dan potongan kecil. Pemakaian serat kaca berbentuk potongan kecil
lebih praktis dan lebih tersebar merata pada resin akrilik.
13,14Sitorus Z dan Dahar E
(2012) Serat kaca potongan kecil berukuran 6 mm sebanyak 1% dari total berat yang
ditambahkan kedalam resin akrilik polimerisasi panas akan memberikan sifat fisis
dan mekanik yang paling optimum.
3Salah satu metode penambahan serat kaca adalah merendam serat kaca tersebut dalam metal metakrilat selama 15 menit sebelum diaduk dalam polimer dan
(17)
monomer. Metode penambahan lain adalah dengan menambahkan serat kaca langsung tanpa perendaman dalam campuran polimer dan monomer yang baru diaduk.15
Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan compresive strength (kekuatan tekan) resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan serat kaca potongan kecil 1% dengan kedua metode penambahan serat kaca yang berbeda tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan compressive strength (kekuatan tekan) antara resin akrilik polimerisasi panas dengan metode penambahan serat kaca potongan kecil 1% yang berbeda.
1.3 Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan compressive strength (kekuatan tekan) antara resin akrilik polimerisasi panas dengan metode penambahan serat kaca potongan kecil 1% yang berbeda.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan compressive strength (kekuatan tekan) antara resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca potongan kecil 1% dengan metode berbeda yaitu dengan perendaman serat kaca di dalam monomer dan tanpa perendaman.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan compressive strength (kekuatan tekan) dari resin akrilik polimerisasi panas sehingga dapat memilih metode yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas hasil resin akrilik polimerisasi panas.
2.
Sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki kelemahan sifat mekanis bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu material dan teknologi kedokteran gigi.
4. Sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut terhadap basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca.
(18)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik
Sejak pertengahan tahun 1940, resin akrilik sudah banyak digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk berbagai keperluan seperti splinting, pelapis estetik, bahan
pembuat anasir gigitiruan, piranti ortodonti, bahan reparasi dan bahan basis
gigitiruan. Resin akrilik banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan, yaitu
harganya yang relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya yang
menggunakan peralatan yang sederhana, warna yang sesuai dengan jaringan disekitar
rongga mulut, stabilitas dimensinya baik, serta mudah dipoles.
3,5Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus
strukturnya. Resin akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari
asam akrilat (CH
2= SHCHOOH) dan asam
methacrylac(CH
2= C(CH
3)COOH).
1Akrilik resin atau resin akrilik telah tersedia di beberapa variasi dan bentuk yang
terbagi atas 3 yaitu bubuk - cairan,
gels, sheet.16Penggunaan bubuk-cairan dalam
bentuk bubuk atau cairan pada saat ini merupakan tipe yang paling popular. Ini
karena penggunaannya cukup sederhana dalam hal prosedur maupun prosesnya.
16Resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi panas,
polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin
akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut
dengan menggunakan perendaman air di dalam
waterbath, atau dengan oven
gelombang mikro. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang
diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata. Resin akrilik swapolimerisasi adalah
resin akrilik yang menggunakan energi gelombang mikro dan panas untuk melakukan
proses polimerisasi. Aktivasi kimia dicapai melalui penambahan aktivator
amintersier, seperti
dimetil-para-toluidinterhadap monomer. Jika komponen bubuk dan
cairan diaduk,
amintersier menyebabkan terpisahnya
benzoil peroksida(BPO)
sebagai inisiator. Akibatnya dihasilkan radikal bebas dan dimulainya polimerisasi.
(19)
Polimerisasi berlangsung dengan cara yang serupa dengan aktivasi termal. Bahan ini
juga jarang digunakan karena porositasnya besar, kadar monomer sisa tinggi, dan
stabilitas warna buruk.
1,52.1.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured acrylic resin) adalah resin akrilik yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasinya. Resin akrilik jenis ini tidak memerlukan aktivator dalam proses polimerisasinya, sehingga working time dari resin akrilik ini lebih lama jika dibandingkan dengan resin akrilik swapolimerisasi dan polimerisasi sinar, tetapi resin akrilik jenis ini memiliki kekuatan yang paling besar.1,5,7,17
2.1.2 Komposisi
Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan
cairan. Bubuknya dapat transparan, sewarna gigi, atau berwarna
pinkuntuk
menyerupai warna gingiva. Beberapa sediaan bahkan mengandung serat-serat merah
agar dapat menyerupai pembuluh darah. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan
untuk mencegah
premature polimerizationyang disebabkan cahaya atau radiasi ultra
violet pada saat penyimpanan.
1,5,18,19Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari cairan (monomer) dan bubuk (polimer)
yaitu, sebagai berikut :
5,71. Cairan (monomer)
a. Metil metakrilat sebagai polimer
plasticizers.b. Dibutil phatalat sebagai
plasticizer.c. Glikol dimetakrilat (1-2%) sebagai
agen cross linkingatau memacu ikatan
silang penting pada sifat fisik polimer sehingga lebih keras dan tahan terhadap
pelarut.
d.
Hydroquinon(0.006%) sebagai
Inhibitor preventing settingatau penstabil untuk
mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
(20)
6
2. Bubuk (Polimer)
a. Poli(metil metakrilat) dan co-polimer 5% sebagai unsur utama dalam bubuk
resin akrilik polimerisasi panas.
b.
Benzoil peroksida sebagai
initiator.c.
Gabungan merkuri sulfit dan cadmium sulfit sebagai pigmen.
d.
Zink atau titanium oxide sebagai
opacifiersatau bahan membuat terlihat lebih
radiopak.
e.
Dibutil pthalat sebagai
plasticizer.f.
Partikel organik dan inorganik, seperti serat kaca, zirconium silikat sebagai
estetik untuk resin akrilik polimerisasi panas.
2.1.2 Reaksi polimerisasi
Polimerisasi adalah proses bereaksinya molekul monomer bersama dalam reaksi kimia untuk membentuk rantai polimer, resin akrilik ketika berpolimerisasi akan menjadi padat.3,20
Proses polimerisasi dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara
ringkas reaksinya sebagai berikut:
5Bubuk (Polimer) + Cairan (monomer) +
Heat(eksternal)
Polimer+
Heat(reaksi).
2.1.3 Manipulasi
Resin akrilik polimerisasi panas dimanipulasi sehingga menghasilkan bentuk yang
keras dan kaku dengan menggunakan teknik
compression moulding(molding-
tekanan). Proses manipulasi resin akrilik polimerisasi panas dengan teknik molding-
tekanan antara lain:
1a. Perbandingan monomer dan polimer
Pencampuran bubuk polimer dan cairan monomer dilakukan dengan perbandingan
volume 2:1.
3(21)
b. Proses pencampuran polimer dan monomer
Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampurkan didalam wadah yang
bersih, kering dan tertutup lalu di campurkan hingga homogen. Selama proses
pencampuran ada beberapa tahapan yang terjadi yaitu:
1,21,221.
Sandy stageadalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.
Pada tahap ini polimer secara bertahap bercampur dengan monomer.
2.
Sticky stageadalah tahap ketika bubuk mulai larut dalam cairan sehingga akan
terlihat seperti berserabut saat ditarik. Pada tahap ini monomer sudah berpenetrasi
dengan polimer.
3.
Dough stageadalah tahap saat monomer sudah berpenetrasi seluruhnya ke
dalam polimer yang ditandai dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam
mould.
4.
Rubbery (elastic) stageadalah tahap saat monomer sudah tidak dapat
bercampur dengan polimer lagi. Pada tahap ini, akrilik akan berwujud seperti karet
dan tidak bisa lagi dimasukkan dalam mold.
5.
Stiff stageadalah tahap sewaktu akrilik sudah kaku dan tidak dapat dibentuk
lagi.
c. Proses pengisian dalam mold
Pengisian dalam mold dilakukan pada fase
dough stageyaitu setelah pengisian di
dalam mould, kemudian ditutup dengan plastik selopan dan kuvet atas dipasangkan.
Selanjutnya di
pressdengan alat
pressmanual
.Kuvet di buka kembali dan kelebihan
resin akrilik polimerisasi panas dibuang dengan menggunakan instrumen tumpul.
Kedua bagian kuvet sekali lagi di
pressdengan menggunakan
pressmanual
.Baut
kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi
dengan baik.
1,19d. Proses kuring
Proses kuring dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas dengan merendam
kuvet dalam
waterbathpada suhu ruang lalu suhu dinaikkan sampai suhu 74
0C
(22)
8
selama 1,5 jam dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 100
0C selama 1
jam.
19e. Proses pendinginan dan penyelesaian
Setelah proses kuring selesai, kuvet didinginkan hingga suhu ruang setelah itu dikeluarkan dari waterbath. Resin akrilik dikeluarkan dari mould kemudian dirapikan dengan menggunakan bur dan dipoles. 23
2.1.4 Sifat Mekanik
Sifat mekanik adalah salah satu sifat terpenting karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan untuk menerima beban tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan tersebut. Sifat mekanik tersebut yaitu kekuatan (strength), kekerasan (hardness), kekakuan (stiffness) dan kelelahan (fatique).24 Kekuatan ada beberapa yaitu kekuatan tarik, kekuatan impak, kekuatan transversal, kekuatan tekan dan fatik.7
Akibat yang dapat ditimbulkan dari bahan basis gigitiruan resin akrilik dengan sifat mekanis yang rendah adalah : 18
a. Retak : pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak karena adanya daya tarik yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul primer.
b. Fraktur : gigitiruan resin akrilik dapat mengalami fraktur yang disebabkan karena benturan (impact) misalnya terjatuh pada permukaan yang kasar, fatique yang terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian, kekuatan transversal dan kekuatan tekan yang diterima basis gigitiruan selama proses pengunyahan.
2.1.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan pemakaian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 2,7,15
1. Mudah digunakan dan diperbaiki.
2. Estetik yang baik karena warnanya yang menyerupai jaringan rongga mulut. 3. Harga yang lebih murah .
4. Biokompatibel yaitu tidak toksik dan tidak bersifat iritasi.
5. Tidak larut dalam cairan rongga mulut dan tidak mengabsorpsi saliva. 6. Stabilitas warna yang baik.
(23)
8. Proses pembuatannya mudah dan hanya memerlukan peralatan sederhana. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa kekurangan, yaitu : 2,12,14,19
1.
Mudah fraktur.
2.
Ketahanan terhadap fatique yang rendah.
3.
Ketahanan terhadap abrasi yang rendah.
4.
Konduktivitas termal yang rendah.
5.
Apabila proses polimerisasinya tidak sempurna, monomer sisa yang berlebihan
dapat menyebabkan reaksi alergi.
6.
Working timeyang lama apabila dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi
sinar dan resin akrilik swapolimerisasi.
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca
Serat kaca adalah salah satu jenis serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin
akrilk untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin akrilik. Serat kaca merupakan
material yang terbuat dari serabut-serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca
dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam resin akrilik sehingga memiliki
kekuatan ikatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi
pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.
3Penelitian
mengenai pengaruh bahan penguat serat terhadap sifat mekanis polimer telah
dilakukan. Penambahan serat telah diakui dapat meningkatkan sifat mekanis resin
akrilik terutama untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik namun
penggunaannya belum umum di kedokteran gigi.
25-282.2.1 Komposisi Serat Kaca
Serat kaca mengandung komposisi sebagai berikut : 22
a.
Silicone dioxide(SiO
2) 52-56%
b.
Calcium oxide(CaO) 16-25%
c.
Aluminium oxide(Al
2O
3) 12-16%
d.
Magnesium oxide(MgO) 0-5%
e.
Boron trioxide(B
2O
3) 5-10%
(24)
10
f.
Titanium Dioxide(TiO
2) 0-1,5%
g.
Sodium oxide(Na
2O) 0-2%
h.
Ferric oxide(Fe
2O
3) 0-0,8%
i.
Flourine(F
2) 0-1%
Komposisi utama serat kaca adalah silikon oksida (SiO
2) yang memiliki sifat kaku
sehingga dapat berfungsi sebagai penguat. Konsentrasi serat kaca yang ditambahkan
pada resin akrilk juga dapat mempengaruhi kekuatan resin tersebut. Konsentrasi serat
kaca yang tinggi akan bertindak sebagai benda asing di dalam polimer dan
mengganggu kehomogenan matriks resin sehingga dapat melemahkan resin
akrilik.
15,29,302.3.2 Bentuk Serat Kaca a. Bentuk Batang
Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca
continuous unidirectionalyang
memiliki diameter 3-
25 μm. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggabungan
serat kaca pada bahan basis gigitiruan resin akrilik akan menyebabkan perubahan
dimensi yang signifikan karena penyerapan serat dengan resin akrilik tidak
adekuat.
31(25)
b. Bentuk Anyaman
Serat kaca berbentuk anyaman sesuai sebagai bahan penguat karena bentuk ini
memiliki ukuran yang bervariasi. Serat ini memiliki ketebalan 0,005 mm dan lebih
mudah untuk dibasahi monomer. Serat kaca bentuk anyaman dapat digunakan untuk
mereparasi basis gigitiruan. Hasil penelitian menyatakan bahwa serat kaca berbentuk
anyaman yang ditambahkan pada bahan basis gigitiruan dapat meningkatkan
kekuatan mekanik.Serat ini memiliki kekurangan yaitu penempatannya pada
mouldlebih sulit dan cenderung mengalami perubahan dimensi yang besar .
13,14Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman
14c. Bentuk Potongan Kecil
Serat kaca bentuk potongan kecil terbuat dari serat kaca continuous unidirectional yang memiliki diameter 3-25 μm. Serat kaca potongan kecil ini memiliki beberapa kelebihan dari serat bentuk lain yaitu mudah untuk dimanipulasi dalam memasukkan kedalam adonan akrilik, kemudahan penggunaannya dalam klinik dan mudah untuk dipoles. 8, 32
(26)
12
2.4 Metode Penambahan Serat Kaca
Salah satu cara penambahan serat kaca bentuk potongan kecil ke dalam resin akrilik polimerisasi panas adalah dengan merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama 15 menit untuk meningkatkan penyatuannya ke dalam resin akrilik. Serat kaca dikeluarkan dari monomer lalu ditiriskan selama 5 detik. Serat kaca kemudian dimasukkan ke dalam campuran resin akrilik dan diaduk sampai merata. Setelah mancapai fase dough campuran dimasukkan ke dalam mould.6,15 Metode penambahan lain adalah dengan menambahkan serat kaca yang tidak direndam dalam monomer ke dalam campuran polimer dan monomer yang akan diaduk.15
2.5 Compressive Strength (Kekuatan Tekan)
Compressive strength atau kekuatan tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure). Ketika struktur dari material diberikan tekanan, kegagalan (failure) pada tubuh spesimen dapat terjadi sebagai akibat dari formasi stress yang kompleks pada tubuh spesimen. Ini diilustrasikan pada gambar 4 potongan melintang sebuah selinder yang diberi tekanan kompresi. Tekanan kompresi yang diaplikasikan pada bagian atas dan bawah spesimen menghasilkan gaya geser sepanjang area yang berbentuk kerucut pada daerah atas dan bawah spesimen. Hasil dari gaya geser pada kedua kerucut di ujung selinder menghasilkan gaya tensile pada tengah spesimen.19
Gambar 4. Pola kompleks kekuatan tekan
Compressive strength resin akrilik adalah 75 MPa (ASTM D 638). Secara umum bahan resin ini memiliki strength yang rendah. Efek yang mempengaruhi kekuatan antara lain :
(27)
komposisi, proses manipulasi, absorpsi air.10,12 Alat yang digunakan untuk menguji kuat tekan adalah Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China
.
Kapasitas beban alat pengukuran compressive strength 300 kN. Beban tekan (N) digerakaan dengan kecepatan 1.3 mm/min.17 Nilai kekuatan tekan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan.9-12T = compressive strength atau kekuatan tekan (MPa) F = beban maksimum (N)
(28)
(29)
(30)
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.
3.2 Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test control group Desain.
3.3 Tempat dan Waktu penelitian 3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU
3.3.2 Tempat Pengujian Sampel
Laboratorium Fisika Terpadu FMIPA USU untuk uji compressive strength.
3.3.3 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2014 – Desember 2015.
3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil 1%. Model logam berbentuk silinder dengan diameter 25 mm dan tinggi 38 mm berdasarkan standar ASTM D 695-02a (ISO 604).17
(31)
r = jari-jari 12,5 mm t = tinggi 38 mm
Gambar 5. Ukuran Silinder Uji Kekuatan Tekan (Compressive Strength)
3.4.2 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut :32
Keterangan : t : Jumlah Perlakuan r : Jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan yaitu resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca, dengan penambahan serat kaca 1% yang di rendam dalam monomer dan tanpa perendaman. Jumlah ( r ) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut :
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 ( 3 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 ( r – 1 ) ≥ 15 / 2 r – 1 ≥ 7,5 r ≥ 8,5 r ≥ 9
(32)
18
Minimal besar sampel untuk masing – masing kelompok adalah 9 dalam penelitian ini diambil besar sampel 10 buah untuk setiap perlakuan. Maka total sampel yang digunakan adalah 30 sampel.
Kriteria sampel yaitu : a. Kriteria inklusi
1. Sampel yang terpoles licin dan mengkilat.
2. Sampel yang berbentuk silinder berukuran dimater 25 mm dan tinggi 38 mm. b. Kriteria eksklusi
1. Sampel yang retak.
2. Sampel yang poreus eksternal dan internal
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel
3.5.1.1 Variabel Bebas
Metode penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas yang berbeda yaitu metode pertama merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama 15 menit. Metode kedua adalah menambahkan serat kaca kedalam resin akrilik polimerisasi panas tanpa direndam dalam monomer.
3.5.1.2 Variabel Tergantung
Kekuatan tekan (compressive strength) resin akrilik polimerisasi panas.
3.5.1.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran model logam
2. Perbandingan adonan gips putih 3. Bentuk, ukuran dan berat serat kaca.
4. Perbandingan bubuk dan cairan resin akrilik 5. Suhu dan waktu pada proses kuring.
6. Waktu perendaman serat kaca. 7. Waktu penirisan serat kaca
8. Kecepatan mikromotor untuk polishing 9. Jumlah monomer perendaman serat kaca.
(33)
3.5.1.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Kecepatan pengadukan gips. 2. Kecepatan pengadukan akrilik. 3. Besar tekanan press
4. Waktu pengadukan gips putih 5. Waktu pengadukan akrilik
3.5.2 Definisi Operasional
1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigi tiruan yang terbentuk melalui pencampuran bubuk yang mengandung polimer dengan cairan yang mengandung monomer yang polimerisasinya melalui pemanasan.
2. Serat kaca potongan kecil adalah material mineral berbentuk serat yang mengandung komponen kaca yang sangat halus yang berfungsi sebagai penguat dan ditambahkan ke dalam plat resin akrilik polimerisasi panas. Serat kaca yang digunakan adalah serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm dan dari 1 % dari total berat polimer dan monomer.
Polimer : monomer = 18 gr : 9ml (untuk 1 sampel) Total berat = 18 gr + 9 ml ( 9ml 9gr ) 27 gr
Berat serat kaca 1 % = 1/100 x 27 gr 0,27gr
3. Compressive strength atau kekuatan tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure). Compressive strength atau kekuatan tekan di uji menggunakan alat Universal Testing Machines (UTM), dengan satuan kekuatan tekan adalah MPa.
(34)
20
3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian
1. Model logam berbentuk silinder dengan diameter 25 mm dan tinggi 38 mm. 2. Rubber bowl dan spatula.
3. Alat uji compressive strength (Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China
.
).
Gambar 6. (Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China
.
)4. Waterbath (Schutzart DIN 40050-IP, Germany)
(35)
5. Kuvet 6. Pot Akrilik 7. Spatula semen.
8. Timbangan digital (ICIS) 9. Lekron Kertas saring 10. Selopan sheet 11.Kertas pasir 12.Press manual
Gambar 8. Alat Press Manual
13.Mikromotor (Marathon, Korea).
(36)
22
14.Masker 15.Sarung tangan 16.Kuas
17.Penggaris
18.Kaliper digital (Krisbow)
Gambar 10. Kaliper Digital (Krisbow)
3.6.2 Bahan Penelitian
1. Resin akrilik polimerisasi panas (merk QC 20, buatan England)
Gambar 11. Resin Akrilik polimerisasi panas (QC-20 England)
2. Could mould seal sebagai separasi (merk QC 20, buatan England).
3. Serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm seberat 1% dari total berat polimer dan monomer yaitu 0,27gr
(37)
Gambar 12. Gips 5. Vaselin.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian
Untuk memperoleh sampel penelitian dilakukan pembuatan metal moud dari logam stainless steel terlebih dahulu berbentuk silinder dengan ukuran diameter 25 mm dan tinggi 38 mm. Model berbentuk pipa di beri wax datar pada kedua sisi.
3.7.2 Pembuatan Sampel Penelitian3,15 A. Pembuatan Mould
1.
Membuat adonan gips dengan air dengan perbandingan 300 gr gips keras : 90
ml air untuk pengisian satu kuvet bawah.
2.
Adonan diaduk dengan spatula sampai tercampur homogen.
3.
Adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan sambil
digetarkan.
4.
Model logam berbentuk silinder berdiameter 25 mm dan tinggi 38 mm
dioleskan vaselin setelah itu dibenamkan dengan posisi horizontal pada kuvet bawah
sampai setengah model logam terbenam, satu kuvet berisi dua buah model logam.
5.
Gips dibiarkan mengeras selama 15-20 menit dan permukaan gips yang
berlebih dirapikan.
6.
Setelah gips mengeras, permukaan gips dan
master logamdiolesi dengan
vaselin. Kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah kemudian diisi adonan gips
(38)
24
(perbandingan gips dan air 300 gr : 90 ml) sambil digetarkan lalu tutup kuvet dan
dipress sampai kuvet atas dan kuvet bawah berkontak dengan rapat.
7.
Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka, model logam
dikeluarkan dengan perlahan dari kuvet. Sehingga didapat hasil cetakan
mouldyang
sesuai dengan model logam.
8.
Sisa dari vaselin pada
moulddibersihkan menggunakan kain.
9.
Moulddiolesi dengan
could mould sealsebagai separating medium.
Gambar. 13 Pengolesan
could mould sealpada
mouldB. Pembuatan sampel resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan
serat kaca (Kelompok kontrol)
1.
Polimer dan monomer diaduk dalam pot porselen dengan perbandingan polimer : monomer 18 gr : 9 ml menggunakan spatula semen.2.
Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan kedalam mould.3.
Kuvet bawah ditutup dengan menggunakan plastik selopan4.
Kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan menggunakan press manual secara perlahan hingga kencang dan sebagian besar kuvet berkontak rapat satu sama lain.(39)
Gambar 14. Pengepresan kuvet
5.
Kemudian kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron. Setelah itu kedua bagian kuvet ditekan kembali dengan menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat.Gambar 15. Akrilik di dalam mould yang telah dirapikan
6.
Baut kuvet dipasang dan dieratkan untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.7.
Selanjutnya dilakukan proses kuring, kuvet dimasukan ke dalam waterbath.8.
Pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 740C selama 1,5 jam.(40)
26
10.
Kuvet diwaterbath dibiarkan hingga dingin hingga suhu ruang.11.
Kuvet dikeluarkan dari waterbath setelah itu keluarkan sampel dari kuvet secara hati-hati.19Gambar 16. Proses Kuring
C. Pembuatan sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan
serat yang direndam dalam metil metakrilat monomer selama 15 menit (Metode
I)
1. Serat kaca bentuk potongan kecil 6 mm sebanyak 0,27 gr (untuk 1 sampel) direndam dalam monomer (cairan) 15 ml selama 15 menit pada wadah yang kemudian ditiriskan pada kertas saring selama 5 detik.
Gambar 17. Perendaman serat kaca didalam monomer
2. Kemudian polimer, monomer, dan serat kacadiaduk dalam pot porselen dengan perbandingan serat kaca : polimer : monomer adalah 0,27 gr : 18 gr : 9 ml menggunakan spatula semen.
(41)
4. Kuvet bawah ditutup dengan menggunakan plastik selopan
5. Kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan menggunakan press manual secara perlahan hingga kencang dan sebagian besar kuvet berkontak rapat satu sama lain.
6. Kemudian kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron. Setelah itu kedua bagian kuvet ditekan kembali dengan menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat.
7. Baut kuvet dipasang dan dieratkan untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.
8. Selanjutnya dilakukan proses kuring ( sama dengan kelompok kontrol )
D. Pembuatan ampel resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan
serat langsung dalam resin akrilik yang baru diaduk (Metode II)
1.
Serat kaca bentuk potongan kecil 6 mm ditimbang sebanyak 0,27 gr (untuk 1 sampel)2.
Polimer dan serat kaca disatukan, kemudian monomer dimasukkan ke dalam adonan polimer dan serat kaca selanjutnya diaduk dalam pot porselen dengan perbandingan serat kaca : polimer: monomer adalah 0,27gr : 18 gr : 9 ml.3.
Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan kedalam mould.4.
Kuvet bawah ditutup dengan menggunakan plastik selopan5.
Kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan menggunakan press manual secara perlahan hingga kencang dan sebagian besar kuvet berkontak rapat satu sama lain.6.
Kemudian kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron. Setelah itu kedua bagian kuvet ditekan kembali dengan menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat.7.
Baut kuvet dipasang dan dieratkan untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.8.
Selanjutnya dilakukan proses kuring ( sama dengan kelompok kontrol )E. Penyelesaian sampel
Setelah sampel akrilik dikeluarkan dari kuvet maka kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan untuk menghilangkan bagian yang berlebih dengan bur fraser dengan kecepatan 500 rpm. Permukaan sampel dihaluskan dengan kertas pasir waterproof nomor 300 dan 600.
(42)
28
Gambar 18. Sampel resin akrilik yang telah selesai di poles ( baris pertama kelompok kontrol, baris kedua kelompok metode I, baris ketiga kelompok metode II )
3.7.3 Pengukuran Compressive Strength9-11,17
Pengujian kekuatan tekan adalah mengukur kekuatan tekan bahan (sampel uji) terhadap tekanan mekanisnya. Alat yang digunakan untuk menguji kuat tekan adalah Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China
.
Kapasitas beban alat pengukuran compressive strength 300 kN beban tekan (N) digerakaan dengan kecepatan 1.3 mm/min.1. Alat penguji kekuatan tekan dan komputer yang terhubung dihubungkan dengan arus listrik
2. Sampel diletakkan diantara dua tumpuan (lempengan) penekan dalam posisi tegak 3. Atur kecepatan piston menjadi 1.3 mm/min
4. Tekan tombol start yang terdapat pada komputer sehingga tumpuan penekan bergerak menekan sampel hingga sampel hancur
5. Untuk menghentikan pergerakan ditekan tombol stop yang tertera pada komputer lalu tekan tombol up agar tumpuan penekan menjauhi sampel
(43)
Gambar 19. a. Alat uji kekuatan tekan (Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China
.
) b. Sampel di letakan dalam posisi tegak diantaralempengan penekan
Gambar 20. Sampel yang hancur setelah dilakukan uji tekan
3.8Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Anova dan LSD untuk melihat perbedaan kekuatan Compressive Strength (kekuatan tekan) resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca dan pengambahan serat kaca potongan kecil 1 % dengan dua metode yang berbeda dengan tingkat kemaknaan (p≤0.05)
(44)
30
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini adalah 10 buah untuk masing-masing kelompok resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca (kontrol), resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil dengan metode perendaman (metode 1), resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil dengan metode tanpa perendaman (metode 2). Uji kekuatan tekan (compressive strength) dilakukan dengan menggunakan Microcomputer screen display hydraulic Universal Testing Machine, China dengan beban maksimal 300 kN. Ketika sampel selinder diberi tekanan kompresi terlihat sesuai dengan teori yaitu menghasilkan stress yang kompleks (gambar 4 )19. Ketika resin akrilik berbentuk selinder pada penelitian ini diberi tekanan kompresi maka sampel akan memendek dan bagian samping kiri dan kanan sampel mengembung lalu pecah (fraktur) dan bagian atas dan bawah sampel fraktur berbentuk menyerupai kerucut.
(45)
Tabel. 1 Nilai kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca, resin akrilik polimerisasi panas penambahan serat kaca dengan metode perendaman, dan metode penambahan serat kaca tanpa perendaman.
Sampel Kekuatan Tekan ( MPa)
Kontrol Penambahan serat kaca dengan metode perendaman (metode 1)
Penambahan serat kaca dengan metode tanpa perendaman (metode 2)
1.
98.37
111.4
112.09
2.
102.46
108.5
109.9
3.
99.19
114.68
108.87
4.
102.85
112.95
107.63
5.
105.89
113.9
110.89
6.
108.75
107.68
109.89
7
103.52
113.08
113.94
8
103.31
108.68
111.45
9
107.33
112.79
108.54
10
102.6
110.5
114.62
�
103.42
111.41 110.78SD 3.25 2.46 2.28
Nilai kekuatan tekan dapat dilihat pada tabel 1. Nilai rerata ± SD kekuatan tekan kelompok kontrol adalah 103,42 ± 3,25 MPa, nilai rerata ± SD kekuatan tekan kelompok metode 1 adalah 111,41 ± 2,46 MPa dan nilai rerata ± SD kekuatan tekan kelompok metode 2 adalah 110,78 ± 2,28 MPa.
4.2 Analisis Penelitian
Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Shapiro-Wink (lampiran 2) dari hasil uji terlihat bahwa data terdistribusi dengan normal (p ≥ 0,05). Pada penelitian ini, pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil terhadap kekuatan tekanan resin akrilik polimerisasi panas dianalisis dengan menggunakan uji anova satu arah (lampiran 5).
(46)
32
Tabel 2. Hasil uji anova satu arah pada kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca, resin akrilik polimerisasi panas penambahan serat kaca dengan metode perendaman, dan metode penambahan serat kaca tanpa perendaman.
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 394.407 2 197.204 27.053 .000 Within Groups 196.816 27 7.289
Total 591.223 29
Pada tabel 2 dinilai signifikansi p=0001. Hal ini menunjukan ada pengaruh penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan tekan ( p≤ 0,05 ).
Untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan kekuatan tekan antara kelompok kontrol, kelompok metode 1 dan metode 2, maka dilakukan uji post hoc dengan menggunakan uji Least Significant Difference (lampiran 6).
Tabel 3. Hasil uji LSD pada kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca (kontrol), metode penambahan serat kaca perendaman (metode 1), dan metode penambahan serat kaca tanpa perendaman (metode 2)
Kelompok Signifikansi (p)
Kontrol – Metode 1 0,000*
Kontrol – Metode 2 0,000*
Metode 1 – Metode 2 0,604
Untuk mengetahui pasangan kelompok perlakuan mana yang berbeda makna, dilakukan uji Least Significant Different (LSD). Hasil dapat dilihat pada tabel 3 menunjukan adanya perbedaan yang bermakna (p≤ 0,05) antar kelompok kontrol dengan kelompok penambahan serat kaca dengan p=0, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) pengaruh pada kelompok penambahan serat kaca dengan metode perendaman dan metode tanpa perendaman dengan p= 0.604
Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai rata-rata kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambakan serat kaca memiliki nilai rata-rata kekuatan tekan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (Gambar. 21).
(47)
Gambar 21. Grafik kekuatan tekan kelompok kontrol, kelompok resin akrilik penambahan serat kaca dengan metode perendaman (metode 1), dan kelompok resin akrilik penambahan serat kaca dengan metode tanpa penambahan (metode 2)
Pada gambar 21 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai kekuatan tekan antara kelompok kontrol dengan rerata 103,42 ± 3,25 MPa dan kelompok penambahan serat kaca, dimana resin akrilik dengan penambahan serat kaca metode perendaman (metode 1) memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 111,41 ± 2,46 MPa dibanding dengan tanpa perendaman ( metode 2) yang memiliki rerata nilai kekuatan tekan adalah 110,78 ± 2,28 MPa. 98 100 102 104 106 108 110 112 114
Kontrol Metode 1 Metode 2
N il ai K e k u at an T e k a n ( Mp a)
(48)
34
BAB 5 PEMBAHASAN
Pengukuran kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan serat kaca dengan kuantitas 1% berat karena menurut hasil penilitian Sitorus (2012), apabila menggunakan serat kaca bentuk potongan kaca sebanyak 1% berat akan menghasilkan kekuatan resin akrilik yang paling maksimal dibanding dengan menggunakan kuantitas yang lebih besar dari 1% berat.
Pada kelompok kontrol diperoleh nilai kekuatan tekan terkecil yaitu 98,37 MPa dan nilai yang terbesar adalah 108.75 MPa dengan rerata ± SD adalah 103 ± 3,25 MPa. Pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 1% berat dengan metode perendaman ( metode 1 ) diperoleh kekuatan tekan terkecil yaitu 107,68 MPa dan nilai yang terbesar adalah 114.68 MPa. Nilai kekuatan tekan terkecil dari resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 1% berat dengan metode tanpa perendaman ( metode 2) adalah 107,63 MPa dan nilai yang terbesar adalah 114,62 MPa. Terdapat nilai kekuatan tekan yang bervariasi pada setiap sampel hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti teknik pengadukan, monomer sisa, dan distribusi serat kaca yang tidak dapat dikendalikan selama penelitian berlangsung.
Pada penelitian ini terlihat bahwa penambahan serat kaca dapat meningkatkan kekuatan tekan resin akrilik polimerisasai panas. Hal ini sesuai dengan penilitian Sitorus Z, dkk (2012) yang memperoleh peningkatan nilai rerata kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil berukuran 6 mm yaitu 76,623 Mpa setelah dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 69.886 MPa10,17 Hasil penelitian yang sama juga di peroleh Kurniawan C,dkk (2011) yaitu peningkatan kekuatan mekanis resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan serat kaca yaitu 88.90 MPa dibanding dengan kelompok kontrol yaitu 70,74 MPa.12 Serat kaca mampu menaikan kekuatan tekan di sebabkan komposisi alumina-lime-borosilikat yang merupakan penguatan dominan untuk matriks polimer karena sifat mekanik yang tinggi seperti kekuatan dan ketahanan fraktur, kerentanan rendah terhadap kelembaban, ketahanan terhadap bahan kimia, stabilitas suhu, dan titik didih tinggi..Penambahan serat juga menyebabkan transfer beban dari polimer resin akrilik polimerisasi panas ke serat kaca untuk memperbaiki sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas sehingga nilai kekuatan tekan resin akrilik tersebut meningkat.33
(49)
Pada kelompok metode 1 serat kaca sebelumnya direndam dalam metil metakrilat monomer selama 15 menit, hal tersebut menyebabkan adhesi antara serat dan matrik polimer menjadi baik. Menyatunya serat dengan resin akrilik menyebabkan serat melekat pada matrik polimer. Nirwana I (2005) menyatakan meresapnya monomer dalam serat kaca menyebabkan serat tersebut melekat dengan baik pada matrik polimer sehingga meningkatkan kekuatan resin akrilik. Demikian juga pada metode 2 yaitu penambahan serat kaca langsung diaduk dengan bubuk dan cairan resin akrilik, Nirwana I (2005) menyatakan kondisi campuran masih cair (viskositas rendah) yang menyebabkan semua fiber dapat seluruhnya dibasahi. Dengan demikian adhesi antara serat kaca dan matrik polimer juga menjadi baik yang meningkatkan kekuatan tekan.12,15
Dari penelitian ini terlihat bahwa resin akrilik polimerisasi panas penambahan serat kaca dengan metode perendaman memiliki nilai rerata 111,41 ± 2,46 MPa sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode tanpa perendaman dalam monomer yang memiliki nilai rerata 110,78 ± 2,28 MPa walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan. Nilai rerata kekuatan tekan metode perendaman sedikit lebih tinggi kemungkinan disebabkan karena monomer yang ada pada serat kaca yang telah di rendam lebih mudah melekat dengan monomer yang ada pada resin akrilik. Adhesi serat kaca yang lebih baik pada metode perendaman menyebabkan kekuatan tekan lebih tinggi.33
(50)
36
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakuan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh penambahan serat kaca 1 % berat terhadap kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kekuatan tekan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 1 % berat menggunakan metode perendaman dan metode tanpa perendaman
6.2 Saran
Saran penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukannya lebih lanjut untuk melihat distribusi serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji perbedaan sifat-sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas lainnya antara penambahan serat kaca dengan metode perendaman dan metode tanpa perendaman
(51)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice KJ. Philips’ science of dental materials.12th ed.Missouri: Elsevier, 2013: 91-4, 164-9, 722-49.
2. Mahalistiyani R, Ratwati DF. Pengaruh bahan penguat serat gelas terhadap kekuatan transversal lempeng akrilik. Majalah ilmiah kedokteran gigi. 2006;21 (4): 140-5. 3. Sitorus Z, Dahar E. Perbaikan sifat fisis dan mekanisme resin akrilik polimerisasi
panas dengan penambahan serat kaca. Dentika Dental Journal 2012; 17: 24-9.
4. Uzun G. Effect of five woven fiber reinforcements on the impact and transverse strengthof a denture base resin.The Journal of Prosthetic Dentistry 1999; 81: 161-20. 5. Manappallil JJ. Basic dental material. 2nd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher, 2003: 98-108.
6. Tacir IH, Kama JD, Zortuk M, Eskimez S. Flexural properties of glass fibre reinforced acrylic resin polymers.J Australion Dent 2006; 51(1): 52-6.
7. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3th ed. Philadelphia: Elsevier, 2007: 217-22.
8. Lee SI, Kim CW, Lim YJ, Kim MJ, Yun SD. Stength of glass fiber reinforced PMMA resin and surface roughness change after abrasion test.J Korean Acad Prosthodont 2007; 45(3): 310-20.
9. Marei MK, El-Sabrooty A, Ragab AY, El-Osairy MA. A study of some physical properties of metal-filled acrylic resin. The Saudi Dental Journal 1994; 6(2): 69-77. 10. Sitorus Z, Maghfirah A, Romania Y, Humaidini S. Sifat mekanik gigi tiruan akrilik
dengan penguat serat kaca. Indonesian Journal of Applied Physics 2014; 4(2):183-91.
11. Siswomihardjo W, Sunarintyas S, Khan AFOK, Sahidu NSI, Matinlinna JP. Effect of water immersion on monomer and strength of FRC. Dental Material 2014; 30 (1): 7-15.
12. Kurniawan C, Sebayang P, Muljadi, Hasibuan SR. Peningkatan sifat fisis dan mekanik bahan gusi tiruan berbasis komposit resin akrilik dengan penambahan variasi ukuran serat kaca. Seminar Material MetalurgiIndonesia. Tanggerang, 2011: 365-72.
(52)
38
13. Uzun G, Keyf F. The effect of woven, chopped and longitudinal glass fibers reinforcement on the transverse strength of a repair resin. J of Biomaterial Application 2001; 15: 351-8.
14. Lee SI, Kim YS. Effect of chopped glass fiber on the strength of heat-cured PMMA resin.J Korean Acad Prosthodont 2001; 39(6): 590-6.
15. Nirwana I. Kekuatan Transversal resin akrilik hybrid setelah penambahan glass fiber dengan metode yang berbeda. Majalah Kedokteran Gigi 2005; 38(1): 16-9.
16. Powers JM, Wataha JC. Dental materials : Properties and manipulation. 9th ed. Missouri : Mosby Elsevier, 2008: 286 –93, 299-300.
17. Ghaffari T, Hamedirad F, Ezzati B. In vitro comparison of compressive and tensile strengths of acrylic resins reinforced by silver nanoparticles at 2% and 0.2% concentrations. J Dent Res Dent Clin Dent Prospects 2014 ; 8(4): 204-9.
18. Combe E.C. Notes on dental materials. 5th ed. New York: Library of Congress Cataloguing-in-Publication Data, 1986: 258-62.
19. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s restorative dental materials. 12th ed. Missouri: Elsevier, 2006: 65-6, 514-30.
20. Alla RK, Sajjan S, Alluri VR, Ginjupalli K, Upadhya N. Influence of fiber reinforcement on the properties of denture base.Journal of Biomaterials and Nanobiotechnology, 2013; 4: 91-7.
21. Ferrancane JL. Materials in dentistry 2nd ed. Sydney: Lippincott Williams and Wilkins, 2001 :265-9.
22.
Mowade TK, Dange SP, Thakre MB, Kamble JD. Effect of fiber
reinforcement on impact strength of heat polymerized polymethyl
methacrylate denture base resin: in vitro study and SEM analysis. J Adv
Prosthodont 2012; 4(1): 30-6.
23. Sadamori S, Ishii T, Hamada T, Razak A. A comparison of three dimensional change in maxillary complete dentures between conventional heat polymerizing and microwave polymerizing techniques. J Dent 2007; 40(1):6-10.
24. Thomas TC, Kumar AK, Mohamed S, Krishnan V, Mathew A, Manju V. The effect on flexural modulus and compressive strength of fiber reinforced acrylic with that of plain unfilled acrylic resin – an in vitro study. Journal of clinical and diagnostic research 2015; 9 (3): 12-4.
(53)
25.
Jagger D, Harrison A. Complete dentures-problem solving. London: British
Dental Association, 1999: 9-12.
26. Stipho HD. Repair of acrylic resin denture base reinforced with glass fiber. The Journal of Prosthetic Dentistry 1998; 80:546-50.
27. Hyer ME. Stress analysis of fiber-reinforced composite materials. Singapore: McGraw-Hill, 1998: 19-38.
28. M. Vojdani, Khaledi AAR. Transverse strength of reinforced denture base resin with metal wire and e-glass fibers. Journal of Dentistry Tehran University of Medical Sciences 2006; 3: 167-72.
29. Denis V, Matejicek F, Schauperl Z, Mehulic K, Cukovic IB, Segovic S. Flexural strength of e-glass fiber reinforced dental polymer an dental high impact strength resin. Strojarstvo J 2008; 50 (4): 221-30.
30. Sang-Hui YU. Reinforcing of different on denture base resin based on the fiber type, consentration, and combination. Dental material J 2012; 31 (6): 1039-46.
31.
Goguta L Marsavina L, Bratu D, Topala F. Impact strength of acrylic heat
curing denture base resin reinforced with e-glass fibers. TMJ 2006; 56: 88-92.
32. Hanafiah KA. Percobaan teori & aplikasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2003: 94-103.
33. Hamza TA, Rosenstiel SF, Elhosary MM, Ibraheem RM. The effect of fiber reinforcement on the fracture toughness and flexural strength of provisional restorative resins. J Prost Dent 2004; 91 (3) 258-64.
(54)
(55)
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas
Saphiro WilkTests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
aShapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Metode Kontrol
.189
10
.200
*.949
10
.652
Metode 1
.211
10
.200
*.921
10
.364
Metode 2
.150
10
.200
*.956
10
.741
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives
Metode
N
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontr
ol
1
0
103.427
0
3.25122
1.0281
3
101.101
2
105.752
8
98.37
108.75
Metod
e 1
1
0
111.416
0
2.46350 .77903
109.653
7
113.178
3
107.68
114.68
Metod
e 2
1
0
110.782
0
2.28675 .72313
109.146
2
112.417
8
107.63
114.62
Total
3
0
108.541
7
4.51520 .82436
106.855
7
110.227
7
98.37
114.68
Lampiran 3. Hasil Uji Homogenitas ( Test Homogeneity of Variances)
Test of Homogeneity of Variances
Metode
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
(56)
Lampiran 4. Hasil Uji Anova Satu Arah
ANOVA
Metode
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
Between
Groups
394.407
2
197.204
27.053
.000
Within Groups
196.816
27
7.289
Total
591.223
29
Lampiran 5. Hasil Uji
Post Hoc Tests(LSD)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Metode
LSD
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol
Metode 1
-7.98900
*1.20744
.000
-10.4665
-5.5115
Metode 2
-7.35500
*1.20744
.000
-9.8325
-4.8775
Metode 1 Kontrol
7.98900
*1.20744
.000
5.5115
10.4665
Metode 2
.63400 1.20744
.604
-1.8435
3.1115
Metode 2 Kontrol
7.35500
*1.20744
.000
4.8775
9.8325
Metode 1
-.63400 1.20744
.604
-3.1115
1.8435
(57)
(58)
(1)
39
25. Jagger D, Harrison A. Complete dentures-problem solving. London: British Dental Association, 1999: 9-12.
26. Stipho HD. Repair of acrylic resin denture base reinforced with glass fiber. The Journal of Prosthetic Dentistry 1998; 80:546-50.
27. Hyer ME. Stress analysis of fiber-reinforced composite materials. Singapore: McGraw-Hill, 1998: 19-38.
28. M. Vojdani, Khaledi AAR. Transverse strength of reinforced denture base resin with metal wire and e-glass fibers. Journal of Dentistry Tehran University of Medical Sciences 2006; 3: 167-72.
29. Denis V, Matejicek F, Schauperl Z, Mehulic K, Cukovic IB, Segovic S. Flexural strength of e-glass fiber reinforced dental polymer an dental high impact strength resin. Strojarstvo J 2008; 50 (4): 221-30.
30. Sang-Hui YU. Reinforcing of different on denture base resin based on the fiber type, consentration, and combination. Dental material J 2012; 31 (6): 1039-46.
31. Goguta L Marsavina L, Bratu D, Topala F. Impact strength of acrylic heat curing denture base resin reinforced with e-glass fibers. TMJ 2006; 56: 88-92. 32. Hanafiah KA. Percobaan teori & aplikasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003: 94-103.
33. Hamza TA, Rosenstiel SF, Elhosary MM, Ibraheem RM. The effect of fiber reinforcement on the fracture toughness and flexural strength of provisional restorative resins. J Prost Dent 2004; 91 (3) 258-64.
(2)
(3)
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Metode Kontrol .189 10 .200* .949 10 .652
Metode 1 .211 10 .200* .921 10 .364
Metode 2 .150 10 .200* .956 10 .741
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives
Metode
N Mean
Std. Deviatio n Std. Error 95% Confidence Interval for Mean
Minimu m Maximu m Lower Bound Upper Bound Kontr ol 1 0 103.427
0 3.25122
1.0281 3
101.101 2
105.752
8 98.37 108.75 Metod
e 1
1 0
111.416
0 2.46350 .77903
109.653 7
113.178
3 107.68 114.68 Metod
e 2
1 0
110.782
0 2.28675 .72313
109.146 2
112.417
8 107.63 114.62 Total 3
0
108.541
7 4.51520 .82436
106.855 7
110.227
7 98.37 114.68
Lampiran 3. Hasil Uji Homogenitas ( Test Homogeneity of Variances)
Test of Homogeneity of Variances
Metode Levene
Statistic df1 df2 Sig.
(4)
Lampiran 4. Hasil Uji Anova Satu Arah
ANOVA
Metode
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 394.407 2 197.204 27.053 .000
Within Groups 196.816 27 7.289
Total 591.223 29
Lampiran 5. Hasil Uji Post Hoc Tests (LSD)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Metode LSD (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Kontrol Metode 1 -7.98900* 1.20744 .000 -10.4665 -5.5115
Metode 2 -7.35500* 1.20744 .000 -9.8325 -4.8775 Metode 1 Kontrol 7.98900* 1.20744 .000 5.5115 10.4665 Metode 2 .63400 1.20744 .604 -1.8435 3.1115 Metode 2 Kontrol 7.35500* 1.20744 .000 4.8775 9.8325 Metode 1 -.63400 1.20744 .604 -3.1115 1.8435
(5)
(6)