Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis (Chiroptera:Rhinolophidae) di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

(1)

1. Judul Skripsi : Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis

(Chiroptera:Rhinolophidae) di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

2. Nama Mahasiswa / NPM : Miswandi/ 0717021050 3. Komisi Pembimbing Skripsi

Pembimbing I : Nismah Nukmal, Ph.D Pembimbing II : Meyner Nusalawo, S.P Pembahas : Dra. Elly L. Rustiati, M.Sc 4. Jurusan / Prog. Studi : Biologi / S1 Biologi

5. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 6. Bidang Keilmuan (a) : Zoologi

7. Abstrak Skripsi (b)

ABSTRAK

Kelelawar pemakan serangga mempunyai keanekaragaman yang tinggi di kawasan konservasi Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kelelawar pemakan serangga yang paling banyak dijumpai di Kawasan Way Canguk adalah Rhinolophus affinis. Kemampuan spesies R. affinis dalam menangkap serangga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem seperti mengontrol serangga hama yang dimakan kelelawar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ordo-ordo

serangga pakan kelelawar R. affinis di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dengan mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar R. affinis, diharapkan dapat memberikan informasi tentang peranan penting kelelawar pemakan serangga yang dapat dijadikan pengendali populasi serangga hama sehingga dapat menjadi biologi kontrol dalam

ekosistem. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, pada bulan Juli - Oktober 2011. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Chun Chia Huang dari Texas Tech University USA. Data yang diperoleh berupa bagian tubuh serangga dan sampel serangga diidentifikasi dengan menggunakan buku Identification of Arthropod Fragments In Bat Droppings (Shiel et al, 1997), hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi sisa serangga yang ditemukan pada sampel kotoran kelelawar R. affinis, ditemukan tujuh ordo serangga pakan kelelawar, yaitu : Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera,

Homoptera, Hemiptera dan Orthoptera

Kata Kunci (c) : Analisis Pakan Kelelawar, Rhinolophus affinis, TNBBS (a) bidang keilmuan diisi sesuai dengan konsentrasi bidang ilmu skripsi

(b) abstrak diisi sesuai dengan yang tercantum diskripsi. Minimal 500 kata.

(c) kata kunci diisi kata-kata yang berhubungan dengan abstrak skripsi. Minimal 5 kata kunci.

ABSTRAK SKRIPSI MAHASISWA

Jurusan Biologi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung


(2)

1. Nama Mahasiswa / NPM : Miswandi / 0717021050 2. Tempat /Tanggal Lahir : Way Hui 5 Mei 1988 3. Jurusan / Program Studi : Biologi / S1 Biologi

4. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

5. Alamat Mahasiswa : Jln. Ratu di Balau RT.17 RW.07 Way Hui

6. Nomor Telepon / HP : 08994268911

7. E-mail : Miswandi_binkatinu@yahoo.co.id

8. Nama Orang Tua

Ayah / Ibu : Katinu / Legirah

9. Pekerjaan Orang Tua

Ayah / Ibu : Wiraswasta / Ibu rumah tangga

10. Alamat Orang Tua : Jln. Ratu di Balau RT.17 RW.07 Way Hui 11. Asal SMA / Sekolah Sederajat : SMA N 12 Bandar Lampung

12. Rata-rata Nilai UN : 6,98 (Enam koma sembilan delapan)

13. Masuk FMIPA (1) : PKAB √ SMPTN UM lain-lain

14. IPK terakhir : ...3,02.. (Tiga koma nol dua)

15. Tanggal Skripsi

Seminar Usul : 27 Mei 2011

Seminar Hasil : 13 Januri 2012

Ujian Skripsi : 30 Januari 2012

Lama Penyusunan Skripsi (2) : 7 Bulan 13 hari 16. SK Pembimbingan Skripsi : 036/UN26/7/DT/2012.

17. Nilai TOEFL : 450 (empat lima puluh)

18. Tanggal Test TOEFL : 26 Januari 2012 19. Periode / Tanggal Wisuda : III/ 14 Maret 2012

(1) pilih salah satu

(2) dihitung dari tanggal seminar usul sampai ujian skripsi

CURRICULUM VITAE MAHASISWA

Jurusan Biologi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung


(3)

ABSTRAK

Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis

(Chiroptera : Rhinolopidae) Di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung

Oleh

Miswandi

Kelelawar pemakan serangga mempunyai keanekaragaman yang tinggi di kawasan konservasi Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kelelawar pemakan serangga yang paling banyak dijumpai di Kawasan Way Canguk adalah Rhinolophus affinis. Kemampuan spesies

R. affinis dalam menangkap serangga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem seperti mengontrol serangga hama yang dimakan kelelawar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar R. affinis di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dengan mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar R. affinis, diharapkan dapat memberikan informasi tentang peranan penting kelelawar pemakan serangga yang dapat dijadikan pengendali populasi serangga hama sehingga dapat menjadi biologi kontrol dalam ekosistem. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, pada bulan Juli - Oktober 2011. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Chun Chia Huang dari Texas Tech University USA. Data yang diperoleh berupa bagian tubuh serangga dan sampel serangga diidentifikasi dengan

menggunakan buku Identification of Arthropod Fragments In Bat Droppings (Shiel et al, 1997), hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi sisa serangga yang ditemukan pada sampel kotoran kelelawar R. affinis, ditemukan tujuh ordo serangga pakan kelelawar, yaitu : Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera, Homoptera, Hemiptera dan Orthoptera


(4)

ANALISIS PAKAN KELELAWAR PEMAKAN SERANGGA Rhinolophus affinis (CHIROPTERA : RHINOLOPIDAE)

DI WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS), LAMPUNG

(Hasil Penelitian)

Oleh :

MISWANDI 0717021050

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

ANALISIS PAKAN KELELAWAR PEMAKAN SERANGGA Rhinolophus affinis (CHIROPTERA : RHINOLOPIDAE)

DI WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS), LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh :

MISWANDI 0717021050

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG


(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pakan kelelawar R. affinis termasuk serangga dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera, Homoptera, Hemiptera, Orthoptera 2. Anggota tubuh serangga yang dapat dijadikan kunci identifikasi yaitu, potongan sayap, kaki, kepala dan antena.

B. Saran

Saran untuk kegiatan penelitian selanjutnya yaitu :

1. Identifikasi serangga sampai tingkat spesies perlu dilakukan dengan membandingkan serangga hasil tangkapan di sekitar lokasi penangkapan yang sudah di potong-potong bagian tubuhnya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai preferensi pakan kelelawar untuk mengetahui kesukaan pakan kelelawar R. affinis.


(8)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus Affinis (Chiroptera : Rhinolopidae) Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung

Nama : Miswandi

NPM : 0717021050

Jurusan : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I. Pembimbing II

Nismah Nukmal, Ph.D Meyner Nusalawo, S.P NIP. 195711151987032003

Ketua Jurusan Biologi

Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc NIP 196603051991032001


(9)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2011 di Stasiun Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Universitas Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dari bulan Juli – Agustus 2011. Sedangkan analisis sampel dilakukan dari bulan September – Oktober 2011 di

Laboratorium Biologi FMIPA UNILA. Penelitian ini merupakan potongandari penelitian Chun Chia Huang dari Texas Tech University USA dengan judul

‘Ecological Insectivorous Bats in The Paleotropis’ yang bekerja sama dengan

Jurusan Biologi FMIPA UNILA, (Dra. Elly L.Rustiati, M.Sc.) dan WCS-IP Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penangkapan kelelawar yaitu harp trap. Pinset, gunting, pena dan kertas digunakan untuk koleksi feses kelelawar. Sedangkan Alat yang digunakan dalam analisis sampel feses yaitu kamera USB hand microscope dan mikroskop stereo.


(10)

20

Bahan –bahan yang digunakan yaitu akuades, etil asetat untuk membunuh serangga dan etanol untuk mengawetkan spesimen serangga yang didapat.

C. Cara Kerja

C. 1. Koleksi Feses Kelelawar

Feses kelelawar dikoleksi dari kelelawar yang ditangkap dengan menggunakan perangkap harpa (harp trap) (Kunz dan Parsons, 2009). Perangkap harpa dipasang di jalur/plot penelitian potonganselatan di daerah Way Canguk (Gambar 7). Kelelawar yang terperangkap diidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku Bats of Krau Wildlife Reserve (Kingston et al. ,2006). Koleksi feses dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk. Feses dikoleksi setelah kelelawar dari jenis R. affinis yang tertangkap dimasukkan ke dalam sebuah kantong. Kelelawar akan mengeluarkan feses di dalam kantong tersebut, kemudian feses itu dikumpulkan dan ditaruh di botol yang sudah berisi etanol.


(11)

21

Gambar 7. Plot pengambilan sampel penelitian di Way Canguk (Sumber : Departemen Kehutanan dan WCS-IP, 2001)

C.2. Analisis Sampel

Sampel feses kelelawar R. affinis yang sudah dikoleksi dibawa ke

Laboratorium Zoologi jurusan Biologi FMIPA, UNILA untuk dianalisis. Sampel feses tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditambahkan air kemudian feses tersebut di pisah-pisah dengan menggunakan pinset untuk menemukan potongan tubuh serangga yang ada di dalam feses tersebut. Potongan tubuh serangga yang didapat kemudian diletakkan di gelas objek dan diamati dengan mikroskop stereo, dan difoto dengan USB hand microscope. Potongan – potongan potongan tubuh serangga yang didapat dari sampel feses

diidentifikasi dengan menggunakan buku ” Identification of Arthropod

Fragments In Bat Droppings (Shiel et al. ,1997). Identifikasi sisa pakan Plot pengambilan sampel penelitian

Keterangan :


(12)

22

kelelawar ini juga dibantu oleh peneliti kelelawar , Chun Chia Huang dari Texas Tech University.

Analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan data yang didapat berupa hasil identifikasi serangga pakan kelelawar R. affinis. Untuk membantu dan mempermudah identifikasi potongan tubuh serangga yang didapat dari feses kelelawar R. affinis maka dilakukan penangkapan serangga pada lokasi penangkapan kelelawar. Caranya dengan menggunakan sweeping net yang di ayun berulang kali di kedua sisi harp trap dan di cabang pohon sekitar harp trap. Serangga yang tertangkap kemudian dimasukan ke kantong plastik dan di beri etil asetat. Serangga-serangga yang sudah terkumpul selanjutnya

diidentifikasi dan dipotong pada bagian, kepala, kaki, sayap, dan antena kemudian diamati di bawah mikroskop setelah itu di ambil gambarnya dengan kamera digital. Gambar – gambar ini nantinya akan digunakan untuk

membantu identifikasi potongan tubuh serangga yang ditemukan pada feses kelelawar R. affinis. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.


(13)

23

Gambar 8. Diagram alir penelitian

Penentuan plot penelitian

Pemasangan harp trap

Identifikasi kelelawar Penangkapan serangga

Identifikasi serangga

Pembuatan preparat potongan-potongan tubuh serangga Analisis feses

Identifikasi potongan-potongan tubuh serangga

Koleksi feses kelelawar

Pengamatan


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelelawar adalah satu-satunya anggota dari hewan menyusui yang bisa terbang. Berdasarkan jenis makanannya, secara garis besar kelelawar di bedakan menjadi dua jenis, yaitu Megachiroptera (pemakan buah, nectar, darah) dan Microchiroptera (pemakan serangga). Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa kelelawar merugikan karena mengganggu tanaman buah, tapi di lain pihak kelelawar pemakan buah bisa menguntungkan karena berperan dalam penyebaran biji (Suyanto, 2001).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan salah satu kawasan

konservasi terpenting yang berada di Pulau Sumatra. Menurut hasil penelitian Prasetianingrum (2008), jumlah kelelawar pemakan serangga yang paling banyak dijumpai di Kawasan Konservasi Way Canguk adalah anggota dari marga Hipposideros dan Rhinolophus. Banyaknya kelelawar yang tertangkap menunjukkan bahwa di lokasi tersebut banyak tersedia sumber pakan berupa serangga.

Menurut Nurcahyani (2008), kelelawar adalah hewan yang paling sulit untuk ditemukan dan diteliti. Karena kebanyakan jenis kelelawar berukuran kecil dan


(15)

2

terbang pada malam hari, binatang ini sulit untuk diidentifikasi ketika sedang terbang. Oleh karena itu biasanya kelelawar perlu ditangkap. Salah satu metode yang digunakan untuk menangkap kelelawar yaitu dengan metode harp trap.

Menurut Duryatmo (2009), kemampuan kelelawar dalam menangkap serangga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem, seperti mengontrol

populasi serangga hama yang dimakan kelelawar. Kelelawar juga

membutuhkan makanan yang banyak karena perlu energi tinggi saat terbang. Di samping itu kelelawar memiliki pencernaan yang pendek dan sangat cepat sehingga menyebabkan kelelawar makan lebih sering. Oleh karena itu seekor kelelawar pemakan serangga mampu memakan hingga 500 ekor serangga dalam satu jam.

Untuk mendapatkan informasi tentang serangga yang telah dimakan oleh kelelawar bisa menggunakan analisis dari feses kelelawar. Hal ini dapat dilakukan karena serangga mempunyai eksoskeleton yang cukup keras sehingga tidak mudah dicerna oleh kelelawar. Oleh karena itu potongan-potongan tubuh serangga sisa pencernaan yang dikeluarkan bersama feses dapat dipakai untuk identifikasi takson serangga (Shiel et al., 1997). Kelelawar menjadi bagian paling penting dalam ekosistem. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian untuk dapat mengetahui pentingnya peranan ekologis kelelawar bagi kehidupan.


(16)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar Rhinolophus affinis di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang ordo

serangga pakan kelelawar R. affinis yang masih sangat terbatas. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan informasi tentang peranan penting kelelawar pemakan serangga yang dapat dijadikan pengendali populasi serangga hama sehingga dapat menjadi bio-kontrol dalam ekosistem.

D. Kerangka Pikir

Kelelawar pemakan serangga memiliki keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai peran ekologi yang penting pada hutan tropis. Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa kelelawar merupakan hama karena merugikan masyarakat. Tetapi pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, karena

kelelawar yang memakan serangga hama dapat dijadikan sebagai biologi kontrol untuk mengendalikan serangga hama.


(17)

4

Stasiun Penelitian Way Canguk merupakan salah satu habitat alami kelelawar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Survei kelelawar yang pernah dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk mencatat bahwa spesies

R. affinis mempunyai kemelimpahan yang tinggi, yaitu sebesar 13 % dari 2.550 ekor yang termasuk kedalam 22 spesies (Nurcahyani, 2008). Hal tersebut didukung oleh kondisi hutan yang masih jarang tersentuh oleh aktivitas

manusia. Selain itu tersedianya pakan kelelawar yang banyak berupa serangga, merupakan faktor penting dalam kemelimpahan spesies R. affinis. Oleh karena itu dipilih R. affinis sebagai obyek penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di jalur plot penelitian Way Canguk bagian selatan.

Harp trap digunakan untuk penangkapan kelelawar karena kondisinya yang tepat dengan jalur plot yang tertutup oleh pepohonan dan semak-semak. Kelelawar yang tertangkap akan diidentifikasi kemudian spesies R. affinis

dipisahkan dan dimasukkan ke kantong guna diambil fesesnya yang selanjutnya dianalisis.

Dengan mengetahui ordo pakan hasil analisis feses kelelawar R. affinis,

diharapkan dapat memberikan informasi tentang ordo serangga yang dimakan oleh kelelawar tersebut. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan pengetahuan tentang biologi kontrol serangga hama.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 05 Mei 1988, dari pasangan Katinu dan Legirah,

merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

Pendidikan di Sekolah Dasae Negeri 1 Way Kandis Kedaton Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 21 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006. Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Entomologi, Fisiologi Hewan dan Zoologi Vertebrata. Pada kegiatan

kemahasiswaan penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota bidang III Ekspedisi.

Penulis melaksanakan Kerja Praktek pada tahun 2010 di Wild Life Concervation Society-Indonesia Program (WCS-IP), Kegiatan tersebut dibawah program penelitian mahasiswa S3 dari Texas Tech University.


(19)

SANWACANA

Segala puji bagi ALLAH Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis (Chiroptera: Rhinolophidae) Di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung”. Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Katinu dan Ibu Legirah atas doa, nasehat, motivasi kepada penulis.

2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku pembimbing I atas arahan, motivasi, serta nasehat-nasehat kepada penulis.

3. Bapak Meyner Nusalawo S.P. selaku pembimbing II atas saran, kritik dan motivasi sertta nasihatnya.

4. Ibu Dra. Elly L. Rustiati, selaku pembahas atas saran, masukan, kritik dan perhatian yang telah diberikan.

5. Ibu Dra Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 7. Joe Chun Chia Huang atas bantuan, Ilmu dan kerja samanya serta


(20)

8. Bats boy team: M.Syaiful, Koko Yustian, Krisantus U.E., Eka Sulpin, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.

9. Soulmate tercinta Widia Angraini, yang selalu mendukung dan memberi saran dan kritikan.

10.Keluarga besar Janjiyanto, terima kasih atas bantuan dan nasehatnya. 11.Keluarga besar Way Canguk : Mas Rahman, Mas Jayus, Mas Waryono,

Mba Marmi, dan keluarga pak Bonikan untuk menginap dan makanannya 12.Keluarga besar Biologi 07, team CC; Anjar, Lia, Desi, Wiwik,

team Lobster; Pius, Anton, Nunu, Partai bang Zul; Tika, Ria

13.Kakak-kakak 2002, 2003, 2004, 2005,2006, dan adik 2008, 2009 dalam kebersamaannya.

14.Temen-temen tim futsal yang selalu kalah turnamen tapi tetap seru (Nando, Walardi, M. Syaiful, Hafid, Endru,).

15.Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan rahmat dan hidayah kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Kelelawar

Kelelawar merupakan mamalia terbang yang unik dan memiliki sayap yang terdiri dari selaput tipis yang membentang di antara tulang-tulang telapak dan jari tangan/anggota tubuh depan, sampai sepanjang sisi samping tubuh dan kaki belakang. Hal ini dikarenakan tulang telapak dan jari tangan kelelawar

mengalami pemanjangan yang luar biasa sehingga berfungsi sebagai kerangka sayap (Suyanto, 2001). Morfologi kelelawar secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.


(22)

6

Menurut Yalden dan Morris (1975), pada waktu terbang kelelawar

membutuhkan oksigen yang jauh lebih banyak dibandingkan ketika tidak terbang (27 ml vs. 7 ml oksigen/1 gram bobot tubuh), dan denyut jantung berdetak lebih kencang (822 kali vs. 522 kali /menit). Untuk mendukung kebutuhan tersebut, jantung kelelawar berukuran relatif lebih besar

dibandingkan kelompok lain (0,9% vs. 0,5% bobot tubuh). Kebutuhan energi yang tinggi saat terbang mengharuskan kelelawar makan dalam jumlah yang banyak.

Fungsi kelelawar di alam yang mungkin paling banyak tidak diketahui masyarakat adalah sebagai agen pengendali serangga hama. Hal ini dapat diketahui dari hasil analisis guano atau feses predator utama serangga hama ini. Tiga peran penting kelelawar secara ekologis adalah membantu penyebaran biji, penyerbukan, dan mengendalikan serangga hama. Ketiganya sangat vital dalam dinamika ekosistem. Untuk selanjutnya upaya konservasi habitat kelelawar sangat diperlukan, karena kelelawar telah terbukti penting dalam menyediakan layanan ekosistem (Nasional Pikiran Rakyat, 2010).

B. Biologi Microchiroptera

Kelelawar dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu; Megachiroptera,

kelelawar pemakan buah, dan Microchiroptera, kelelawar pemakan serangga. Ada kelelawar dari kelompok Microchiroptera yang memakan laba-laba seperti lenawai emas (Phoniscus papuensis).


(23)

7

Untuk mendapatkan makanannya, kelelawar pemakan serangga menggunakan telinga (echolocation) untuk memandu arah geraknya, yaitu dengan cara kelelawar mengeluarkan suara dari mulut atau lubang hidung dengan frekuensi getaran gelombang suara yang sangat tinggi (ultrasonik) rata-rata 50 kiloherzt di luar ambang batas pendengaran manusia yang hanya 2-18 kilohertz

(Suyanto, 2001).

Secara garis besar echolocation dibedakan menjadi tiga jenis yaitu; Constant Frequency (CF), Quasiconstan Frequency (QCF), dan Frequency Modulated (FM). Kebanyakan dari genus Rhinolophus memiliki jenis echolocation seperti CF . Constant Frequency dapat mendeteksi serangga pakan kelelawar dari kepakan sayap serangga tersebut. Perbedaan dari tiga jenis echolocation ini yaitu, lebar gelombang, struktur harmoni, durasi, dan tingkatan tekanan suara. Perbedaan tersebut menyebabkan gerakan sinyal pada kelelawar dapat

menghasilkan echolocation. Setiap spesies memiliki struktur sinyal yang bervariasi, tergantung pada tugas echolocation yang harus diselesaikan.

(Tian dan Schnitzler, 1996).

Kelelawar subordo Microchiroptera yang bersarang di gua (Hipposideros commersoni, Miniopterus manavi dan Myotis goudoti) memakan serangga ordo Isoptera, Hymenoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Orthoptera, Hemiptera, dan Homoptera. Anggota ordo serangga tersebut tercatat sebagai serangga hama tanaman (Wijayanti, 2011).


(24)

8

Salah satu family dari kelompok Microchiroptera yaitu Rhinolophidae.

Perbedaan jenis didasarkan pada ukuran tubuh dan telinga, ukuran dan bentuk

sella, posisi melekatnya taju penghubung (connecting process) terhadap ujung

sella dan bentuknya, ada atau tidak adanya lappet serta bentuk sekat rongga hidung. Anggota family ini tidak memiliki tragus, tetapi sebagai gantinya terdapat antitragus (Suyanto, 2001).

Kelelawar ladam (Rhinolophus ) mempunyai ukuran yang kecil sampai sedang dan memiliki daun telinga yang rumit. Bagian anterior membundar dan berbentuk seperti ladam kuda. Di tengah belakang lubang hidung terdapat bagian yang meninggi disebut sella. Sedangkan di bagian belakang daun hidung posterior yang naik ke suatu titik berbentuk pisau yang disebut lanset. Bentuk sella dan taju yang menghubungkannya dengan daun posterior

bervariasi antara jenis satu dan lainya dan hal ini merupakan ciri yang berguna untuk membedakannya. Genus Rhinolophus mempunyai telinga yang besar dengan suatu lipatan yang menonjol pada sisi bagian luar yang dinamakan

antitragus (Payne dan Francis, 2000).

Kelelawar ladam biasanya keluar dari sarangnya untuk mencari makan pada senja hari. Mereka terbang dengan ketinggian antara 0,3 – 6,0 meter diatas permukaan tanah. Kebanyakan dari genus ini mencari makan pada area terbuka, tidak terlalu tertutup oleh pohon maupun semak. Genus ini memakan serangga hasil buruannya pada saat terbang (Wikipedia, 2011).


(25)

9

Spesies Rhinolophus affinis mempunyai ciri bagian tubuh atas berwarna cokelat tua hingga cokelat kemerahan dengan rambut-rambut gelap di bagian pangkal, bagian bawahnya pucat. Sella berbentuk konkaf. Bagian kepala dari daun hidung luas, tetapi tidak menutupi bagian moncong (Gambar 2).

Gambar 2. Bagian kepala kelelawar R. affinis


(26)

10

Menurut Kingston et al. ,2006, klasifikasi dari R. affinis adalah

sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Chiroptera Family : Rhinolophidae

Genus : Rhinolophus

Spesies : R. affinis

Pada dasarnya spesies ini banyak ditemukan di hutan primer dan sekunder. Spesies ini biasanya bersarang di lubang-lubang pohon yang besar dan juga di gua-gua berbatu (Kingston et al. ,2006). Daerah penyebaran dari spesies

R. affinis mencakup Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malaysia, Benua Asia (India Timur sampai ke Cina Selatan) (Suyanto, 2001).

C. Ordo-Ordo Serangga yang di Makan Kelelawar

Kelelawar pada umumnya memakan serangga dari ordo Diptera, Coleoptera, Lepidoptera, Orthoptera, Isoptera, Ephemeroptera maupun Neuroptera. Beberapa kelelawar mempunyai pola makan yang sama, mereka juga makan dalam jumlah banyak per malam (Kunz dan Parsons, 2009).

Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Miswandi (2010) didapat potongan tubuh serangga yang ditemukan pada kotoran kelelawar Hipposideros larvatus, termasuk dalam lima ordo yaitu : Hymenoptera, Dermaptera, Coleoptera,


(27)

11

Diptera dan Lepidoptera (Tabel 1). Serangga pakan yang ditemukan terdiri dari potongan kaki, sayap, antena, dan kepala.

Tabel 1. Sisa potongan tubuh serangga yang ditemukan dalam kotoran kelelawar H. larvatus

No

Ordo

Potongan tubuh serangga yang terdapat pada feses kelelawar H. larvatus

(Perbesaran mikroskopis/potongan tubuh)

1 Hymenoptera

(4x10 / potongan sayap) (4x10 / potongan kepala)

2 Dermaptera

(4x10 / potongan kaki)

3 Coleoptera

(4x10 / potongan kaki) (4x10 / potongan kaki)


(28)

12

4

Diptera

(4x10 / potongan kaki) (4x10 / potongan sayap

(4x10 / potongan kaki) (4x10 / potongan sayap)

5 Lepidoptera

(4x10 / potongan kaki)

Secara umum ciri-ciri ordo serangga yang ditemukan dalam sampel feses (Borror dan White, 1970) dan (Shiel et al, 1997) yaitu:

1. Coleoptera

a) Jumlah tarsus pada umumnya 3-5 b) Sayap depan keras

c) Sayap belakang melipat dan pada bagian costa agak keras d) Pada ujung tarsus terdapat empodium

e) Antena umumnya berjumlah 11 segmen Tabel 1. Sisa potongan tubuh…(Lanjutan)


(29)

13

f) Struktur venasi sayap tidak rumit dan permukaannya tidak berambut 2. Lepidoptera

Dalam sampel feses bagian tubuh ordo Lepidoptera yang paling mudah ditemukan adalah potongan sayap yang berupa sisik. Sisik berukuran sangat kecil dan jumlahnya sangat melimpah.

3. Diptera

a) Jumlah tarsus umumnya lima b) Mempunyai sepasang sayap

c) Sayap belakang mereduksi menjadi bentuk halter d) Struktur sayap umumnya berambut

e) Pada ujung kuku kaki terdapat empodium

4. Hymenoptera

a) Jumlah tarsus umumnya lima b) Mempunyai dua pasang sayap

c) Sayap depan bagian costa mempunyai tonjolan hitam (stigma) d) Sayap depan lebih besar dari sayap belakang

e) Antena umumnya berjumlah 10 segmen 5. Homoptera

a) Struktur venasi sayap terdapat seperti titik-titik/bulatan-bulatan kecil b) Jumlah tarsus umumnya 1-3

c) Kaki bagian femur mempunyai struktur seperti duri-duri kecil pada bagian pinggir


(30)

14

6. Hemiptera

a) Struktur tubuh (eksoskeleton) dipenuhi bintik-bintik berwarna hitam atau merah

b) Jumlah tarsus umumnya 2-3

c) Sayap depan bagian pangkal keras dan bagian ujungnya lembut berupa membran

d) Sayap belakang berupa membran tipis yang transparan 7. Orthoptera

a) Jumlah tarsus umumnya 3-5 b) Struktur venasi sayap sangat rumit c) Struktur antena berambut

d) Jumlah segmen pada antena lebih dari 11

e) Kaki bagian femur dan tarsus mempunyai struktur seperti duri-duri kecil pada bagian pinggir

Lebih dari 800.000 spesies serangga sudah ditemukan di Bumi. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera) (Wikipedia, 2011). Ada tujuh ordo serangga penting yang mendominasi kelas insecta (Gambar 4).


(31)

15 Coleoptera; 42% Lepidoptera; 15% Diptera; 12% Hymenoptera; 15% Homoptera;

4% Hemiptera; 3%

Orthoptera; 4%

Lain-lain; 5%

Gambar 4. Tujuh ordo penting yang mendominasi kelas insecta (Nismah, 2009).

D.Morfologi dan Anatomi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, yaitu: kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk

pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sclereit. Kutikula pada kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian dalam, yang disebut tentorium. Di bagian kepala terdapat sepasang antena. Antena merupakan alat penting yang berfungsi sebagai alat perasa dan alat pencium. Ruas pertama antena yang disebut scapus melekat pada kepala. Ruas kedua disebut pedicel dan ruas-ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum. Bagian dari tubuh serangga antara caput dan abdomen adalah thorax terdiri dari tiga segmen atau ruas yaitu


(32)

16

prothorax, mesothorax, dan metathorax. Ketiga bagian thorax tersebut memiliki sepasang tungkai, sedangkan mesothorax dan metathorax masing-masing memiliki sepasang sayap . Prothorax, mesothorax dan metathorax

masing-masing bagian atasnya terdiri dari notum dan bagian bawahnya disebut

sternum (Hidayat, 2011).

Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Tiap-tiap ruas

abdomen mempunyai sepasang spiraculum pada sisi lateralnya. Bagian dorsal yang mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian ventral berupa membran disebut pleura (Basriarga, 2011).

Morfologi tubuh serangga secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.


(33)

17

E. Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk

Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk, secara administratif terletak di Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat. Di dalam areal penelitian terdapat jalur – jalur baik melintang maupun membujur setiap 200 meter yang membentuk jalur-jalur semi permanen (Prastianingrum, 2008).

Areal penelitian Way Canguk (Gambar 6) terletak pada 5o 39’ 325’’ LS dan

104o 24’2’’ BT, dengan ketinggian berkisar antara 0-100 m. dpl. Areal

penelitian yang mengelilingi stasiun mempunyai luas 9 km2 dan di dalamnya terdapat hutan primer, hutan terbakar dan hutan yang terganggu secara alami dan dipisahkan oleh sungai Way Canguk. Selain itu juga areal penelitian tersebut sebagian besar merupakan rangkaian hutan primer yang masih baik dan merupakan daerah yang terganggu akibat pembalakan liar dan penggunaan lahan untuk pertanian (Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal PHKA dan WCS-IP, 2001).


(34)

18

Gambar 6. Lokasi areal penelitian Way Canguk (Sumber : Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal PHKA dan WCS-IP, 2001)


(1)

f) Struktur venasi sayap tidak rumit dan permukaannya tidak berambut 2. Lepidoptera

Dalam sampel feses bagian tubuh ordo Lepidoptera yang paling mudah ditemukan adalah potongan sayap yang berupa sisik. Sisik berukuran sangat kecil dan jumlahnya sangat melimpah.

3. Diptera

a) Jumlah tarsus umumnya lima b) Mempunyai sepasang sayap

c) Sayap belakang mereduksi menjadi bentuk halter d) Struktur sayap umumnya berambut

e) Pada ujung kuku kaki terdapat empodium 4. Hymenoptera

a) Jumlah tarsus umumnya lima b) Mempunyai dua pasang sayap

c) Sayap depan bagian costa mempunyai tonjolan hitam (stigma) d) Sayap depan lebih besar dari sayap belakang

e) Antena umumnya berjumlah 10 segmen 5. Homoptera

a) Struktur venasi sayap terdapat seperti titik-titik/bulatan-bulatan kecil b) Jumlah tarsus umumnya 1-3

c) Kaki bagian femur mempunyai struktur seperti duri-duri kecil pada bagian pinggir


(2)

6. Hemiptera

a) Struktur tubuh (eksoskeleton) dipenuhi bintik-bintik berwarna hitam atau merah

b) Jumlah tarsus umumnya 2-3

c) Sayap depan bagian pangkal keras dan bagian ujungnya lembut berupa membran

d) Sayap belakang berupa membran tipis yang transparan 7. Orthoptera

a) Jumlah tarsus umumnya 3-5 b) Struktur venasi sayap sangat rumit c) Struktur antena berambut

d) Jumlah segmen pada antena lebih dari 11

e) Kaki bagian femur dan tarsus mempunyai struktur seperti duri-duri kecil pada bagian pinggir

Lebih dari 800.000 spesies serangga sudah ditemukan di Bumi. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera) (Wikipedia, 2011). Ada tujuh ordo serangga penting yang mendominasi kelas insecta (Gambar 4).


(3)

Coleoptera; 42% Lepidoptera; 15% Diptera; 12% Hymenoptera; 15% Homoptera;

4% Hemiptera; 3%

Orthoptera; 4%

Lain-lain; 5%

Gambar 4. Tujuh ordo penting yang mendominasi kelas insecta (Nismah, 2009).

D.Morfologi dan Anatomi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, yaitu: kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk

pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sclereit. Kutikula pada kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian dalam, yang disebut tentorium. Di bagian kepala terdapat sepasang antena. Antena merupakan alat penting yang berfungsi sebagai alat perasa dan alat pencium. Ruas pertama antena yang disebut scapus melekat pada kepala. Ruas kedua disebut pedicel dan ruas-ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum. Bagian dari tubuh serangga antara caput dan abdomen adalah thorax terdiri dari tiga segmen atau ruas yaitu


(4)

prothorax, mesothorax, dan metathorax. Ketiga bagian thorax tersebut memiliki sepasang tungkai, sedangkan mesothorax dan metathorax masing-masing memiliki sepasang sayap . Prothorax, mesothorax dan metathorax masing-masing bagian atasnya terdiri dari notum dan bagian bawahnya disebut sternum (Hidayat, 2011).

Abdomenserangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Tiap-tiap ruas abdomen mempunyai sepasang spiraculum pada sisi lateralnya. Bagian dorsal yang mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian ventral berupa membran disebut pleura (Basriarga, 2011).

Morfologi tubuh serangga secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.


(5)

E. Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk

Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk, secara administratif terletak di Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat. Di dalam areal penelitian terdapat jalur – jalur baik melintang maupun membujur setiap 200 meter yang membentuk jalur-jalur semi permanen (Prastianingrum, 2008).

Areal penelitian Way Canguk (Gambar 6) terletak pada 5o 39’ 325’’ LS dan 104o 24’2’’ BT, dengan ketinggian berkisar antara 0-100 m. dpl. Areal penelitian yang mengelilingi stasiun mempunyai luas 9 km2 dan di dalamnya terdapat hutan primer, hutan terbakar dan hutan yang terganggu secara alami dan dipisahkan oleh sungai Way Canguk. Selain itu juga areal penelitian tersebut sebagian besar merupakan rangkaian hutan primer yang masih baik dan merupakan daerah yang terganggu akibat pembalakan liar dan penggunaan lahan untuk pertanian (Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal PHKA dan WCS-IP, 2001).


(6)

Gambar 6. Lokasi areal penelitian Way Canguk (Sumber : Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal PHKA dan WCS-IP, 2001)