EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG “Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng”

(1)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF COMMUNITY BUILDING MOVEMENT PROGRAM (Gemma) GLOW FILTERS BANDAR LAMPUNG

"In Studies Program Implementation Gemma Village House Filters Berseri In Meneng"

By

JOHAN SETIAWAN

State development policies of Indonesia before the era of regional autonomy on the use of development strategies from the bottom (top-down strategy). Implementation of development strategies from top to bottom is successful only in developed countries, but this strategy is less appropriate to apply in the context of development of developing countries. Differences in natural conditions, geography, social environment, age and condition of the factors that explain the less successful implementation of this strategy in the development of developing countries, even if successful only the construction of the center of town, capital-intensive industries, high technology-based development, as well as projects large scale. While development projects in the area and more specifically in rural / urban and small-scale could be said to fail and there were many irregularities. Along with the enactment of Law No. 22 Year 1999 has been enhanced by Act No. 32 of 2004, the role of government in the autonomous region is expected to provide broad support for opening up opportunities for development, Bandar Lampung, the government issued a development concept originated from the neighborhood level


(2)

community empowerment which aims to society can play an active role in every peroses development in their respective villages. That the purpose of community empowerment emphasized on strengthening the role of the community as a driving force which has responsibility for management development in their respective lingkunganya. The concept of development based on community empowerment approach adopted through the program Building Society Movement (Gemma) FILTER Beseri Bandar Lampung is the evaluation of various concepts and implementation of the previous development, which conducted both by the central and Bandar Lampung city government itself with considering the advantages and disadvantages each execution of the concept of the previous development. This study aims to determine the effectiveness of the program building society movement (Gemma) Bandar Lampung glow filters.

The method used by the writer in this research uses a qualitative method that produces descriptive data in the form of words written or oral from those observed with the inductive.

Results of research indicate that the effectiveness of the program filters vibrantly Gemma Town in The Village Building Bandra Lampung Meneng not working effectively. The fact that happened dilapanan precision execution of development is not fully empower village communities, and implementation of development programs in urban glow filter gemma gulped the building when viewed scale of priorities has not been right on target.


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN

MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG

“Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng”

Oleh

JOHAN SETIAWAN

Kebijakan pembangunan negara Indonesia sebelum adanya era otonomi daerah mengunakan strategi pembangunan dari atas kebawah (top down strategy). Penerapan strategi pembangunan dari atas ke bawah dikatakan berhasil hanya di negara-negara maju, akan tetapi strategi ini kurang tepat untuk diterapkan dalam konteks pembangunan negara berkembang. Perbedaan kondisi alam, geografi, lingkungan sosial, dan kondisi zaman menjadi faktor-faktor yang menjelaskan kurang berhasilnya penerapan strategi ini dalam pembangunan negara-negara berkembang, kalaupun berhasil hanya pembangunan dipusat kota, industri padat modal, pembangunan berbasis tekhnologi tinggi, serta proyek-proyek berskala besar. Sementara proyek pembangunan yang berada di daerah dan lebih khusus dipedesaan/kelurahan serta berskala kecil bisa dikatakan gagal dan terjadi banyak penyimpangan.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peran pemerintah pada masa otonomi daerah ini diharapkan bisa memberikan dukungan luas bagi terbukanya peluang untuk pembangunan, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan suatu konsep pembangunan berawal dari tingkat RT dan


(4)

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam setiap peroses pembangunan di kelurahan masing-masing. Pemberdayaan masyarakat yang di maksud di titik beratkan pada upaya penguatan peran masyarakat sebagai motor penggerak yang memiliki tanggung jawab dalam pembanguanan di lingkunganya masing-masing. Konsep pembangunan dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diterapkan melalui program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Beseri Kota Bandar Lampung ini merupakan evaluasi terhadap berbagai konsep dan pelaksanaan pembangunan sebelumnya, yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah Kota Bandar Lampung sendiri dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tiap-tiap pelaksanaan dari konsep pembangunan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program gerakan masyarakat membangun ( GEMMA ) tapis berseri Kota Bandar Lampung.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dengan pendekatan induktif.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa efektifitas pelaksanaan program GEMMA tapis berseri Kota Bandra Lampung di Kelurahan Gedung Meneng tidak berjalan secara efektif. Fakta yang terjadi dilapanan ketepatan pelaksanaan pembangunan belum sepenuhnya memberdayakan masyarakat kelurahan, dan pelaksanaan pembangunan melalui program gemma tapis berseri di kelurahan gedung meneng ketika dilihat skala prioritas belum tepat sasaran.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era otonomi daerah telah didengungkan keseluruh penjuru pelosok Tanah Air Indonesia. Semua wilayah mulai berbenah diri dan bahu membahu memperbaiki pemerintahan masing-masing agar tercipta pemerintahan yang lebih baik sehingga dapat terlaksana pembangunan yang lebih baik pula. Sebelum adanya era otonomi daerah pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah hanya dilaksanakan pada daerah-daerah tertentu yang artinya pembanguan yang dilaksanakan tidak merata keseluruh daerah dipenjuru tanah air. Hal ini bisa terlihat dari fenomena masih banyaknya desa/kelurahan tertinggal di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu dampak bahwa pembangunan yang dilaksanakan belum bisa dinikmati oleh masyarakat luas terlebih untuk masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan/kelurahan. Melalui otonomi daerah, daerah diharapkan mampu mengembangkan wilayahnya, terutama dalam hal pembangunan, karena daerah lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan potensi apa yang dapat menunjang pembangunan daerah tersebut.

Kebijakan pembangunan Negara Indonesia sebelum otonomi daerah, mengunakan strategi pembangunan dari atas kebawah (top down strategy). Penerapan strategi pembangunan dari atas ke bawah dikatakan berhasil hanya di negara-negara maju, akan tetapi strategi ini kurang tepat untuk diterapkan dalam konteks pembangunan negara berkembang. Perbedaan kondisi alam, geografi, lingkungan sosial, dan kondisi zaman menjadi faktor-faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya penerapan strategi ini dalam pembangunan negara-negara berkembang, kalaupun berhasil hanya pembangunan dipusat kota, industri padat modal, pembangunan berbasis tekhnologi tinggi, serta proyek-proyek berskala besar. Sementara proyek


(6)

2 pembangunan yang berada di daerah dan lebih khusus dipedesaan/kelurahan serta berskala kecil bisa dikatakan gagal dan terjadi banyak penyimpangan.

Konsep paradigma lama tentang pembangunan tidak menekankan peran utama pada masyarakat akan tetapi semua hal dilaksanakan oleh pemerintah. Peran masyarakat, terlebih lagi dari golongan masyarakat pedesaan tidak punya akses terhadap proses pembangunan Partisipan. Munculnya otonomi daerah membuahkan suatu alternatif konsep kebijakan pembangunan baru yaitu konsep pembangunan dari bawah keatas (bottom up strategy) sebagai pengganti gagalnya konsep pembangunan dari atas kebawah (top down strategy).

Pada awalnya konsep pembangunan kerakyatan dinilai lamban dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan akan tetapi pada saat terjadi krisis multi dimensi yang terjadi di negara Indonesia, terbukti bahwa perekonomian yang ditunjang sumber daya lokal mampu bertahan. Konsep ini oleh para ahli dikenal dengan berbagai pengertian yang antara lain disebut sebagai Pembangunan Kerakyatan oleh Ginanjar Kartasasmita (1996), Mardiasmo (2002) menyebut sebagai Pembangunan Demokratis.

Karakteristik yang khas pada tiap daerah yang bersangkutan membawa dampak bahwa pembangunan yang bersifat sentralistik serta seragam menyebabkan daerah kurang berkembang, sehingga sistem sentralistik, cenderung mengkooptasi dinamika daerah. Selain hal di atas ada beberapa alasan mendasar tentang pembangunan perlunya berbasis sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat, yang oleh Tjokrowinoto dalam Badrul Munir (2002 : 210) disebut sebagai ”Rasional Dasar”, mengapa perlu pembangunan berbasis sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat. Secara spesifik Tjokrowinoto mengidentifikasikan sebagai berikut :


(7)

3 1. Sumber pembangunan yang berasal dari pusat tidak akan dapat mencukupi untuk menjangkau sebagian besar masyarakat, terutama pada masyarakat lapisan bawah.

2. Proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pusat bertumpu pada manajemen birokrasi, sukar untuk dapat disesuaikan kebutuhan riil masyarakat.

3. Pengelolaan sumber daya lokal lebih tanggap pada variasi setempat yang diwarnai oleh ekologi alami, ekologi sosial, dan prevensi individual yang sangat variatif.

4. Memungkinkan masyarakat untuk memobilsasi berbagai sumber yang kurang termanfaatkan, sampai kepada ketrampilan, komunikasi dan sumber dana.

5. Pengelolaan sumber daya lokal menempatkan tanggung jawab pembangunan kepada masyarakat setempat, hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi bahwa individu dan masyarakatlah yang pertama-tama menanggung konsekuensi dari kekuatan yang mereka lakukan. Dengan demikian ada hubungan yang erat antara keputusan yang diambil masyarakat, tindakan untuk melaksanakan keputusan itu, serta konsekwensi dari keduanya. Inilah yang disebut dengan Local Accountability.

Terdapat pertimbangan pemikiran lain tentang perlunya kebijakan pembangunan dengan pola dari bawah keatas (bottom up) yaitu pemikiran bahwa pembangunan dengan strategi dari atas ke bawah (top down) kurang demokratis. Pada dasarnya pembangunan yang demokratis menurut Mardiasmo (2002 : 65) adalah

”pembangunan yang berdasarkan aspirasi masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk

kepentingan masyarakat”. Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, peran pemerintah pada era otonomi daerah ini diharapkan bisa memberikan dukungan luas bagi terbukanya peluang untuk pembangunan, sehingga menurut Mardiasmo (2002 : 65) akan terwujudnya :


(8)

4 1. Peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan ekonomi yang lebih demokratis melalui penerapan nyata kebersamaan yang saling menguntungkan sebagai perwujudan proses dari, oleh dan untuk rakyat. 2. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan pemantapan

otonomi daerah yang diselenggarakan secara nyata dan dinamis.

3. Pemantapan perubahan stuktur dengan penajaman pada modernisasi masyarakat yang dilandasi nilai-nilai akhlak mulia.

4. Keterpaduan dan keterkaitan antar manusia, antar daerah, antar sektor, kegiatan ekonomi, serta antara kegiatan makro dan mikro nasional.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang juga mengatur didalamnya mengenai Desa/Kelurahan, menjadi tonggak bagi revitalisasi (penguatan kembali) pemerintahan kelurahan yang berbasis pada prakarsa masyarakat, esensinya adalah partisipasi masyarakat. kelurahan sebagai kesatuan masyarakat hukum, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada didalam kabupaten. Pasal 1 ayat 12 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan

bahwa ”Desa atau yang disebut dengan nama lain kelurahan, selanjutnya disebut kelurahan adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pemerintah Kelurahan tidak lagi mempunyai hubungan hierarkhi dengan Pemerintah Kecamatan, akan tetapi hubungan koordinasi dan fasilitasi tetap ada. Sesuai pemahaman bahwa kelurahan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai kondisi sosial budaya setempat, maka posisi kelurahan yang memiliki otonomi yang sangat strategis, sehingga memerlukan perhatian seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah khususnya dalam hal pembangunan kelurahan.


(9)

5 Pengalaman pembangunan, khususnya komunitas kelurahan seringkali menempatkan masyarakat cenderung sebagai objek saja dan kurang melibatkan mereka dalam perumusan masalah dan penyusunan kebijakan pembangunan. Akibatnya, perumusan kebijakan pembangunan sering tidak sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi masyarakat, sehingga pembangunan tidak mampu menjawab permasalahan yang ada pada masyarakat.

Otonomi daerah yang luas dan nyata telah lama dinanti masyarakat daerah. Karena dengan adanya hal tersebut telah memberikan kekuasaan pada daerah untuk mengembangkan sumber dayanya tanpa harus menunggu petuah-petuah dari pusat.

Desentralisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai wujud dari pelaksanaan otonomi daerah dalam menunjang pembangunan harus pula dijaga bahwa desentralisasi tidak boleh mengakibatkan makin besarnya kesenjangan antar daerah, tetapi justru harus mampu mendekatkan taraf kemajuan daerah satu dengan daerah yang lainnya guna tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang telah direncanakan. Desentralisasi pada dasarnya adalah penataan mekanisme pengelolaan kebijaksanaan dengan kewenangan yang lebih besar diberikan kepada daerah agar penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan lebih efektif dan efisien. Di bidang pengurusan, berarti ada pendelegasian kewenangan kepada daerah-daerah dalam hal-hal tertentu sehingga birokrasi dalam pengurusan tersebut menjadi lebih pendek dan sederhana.

Sejalan dengan pemikiran-pemikiran, serta pengalaman masa lalu tentang pembangunan serta seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, mengamanatkan agar di tingkat Kabupaten atau Kota dikembangkan tata pemerintahan yang handal dan juga demokratis dalam mengelola otonomi yang dimilikinya, serta amanat lain yaitu tugas dan kewenangan sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah melalui desentralisasi pemerintahan daerah dituntut mampu juga mengembangkan dan mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan


(10)

6 keadaan daerah masing-masing, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan suatu kebijakan konsep pembangunan yang berawal dari tingkat RT dan menempatkan masyarakat sebagai pelaksana langsung pembangunan dengan konsep pemberdayaan masyarakat. yang bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam setiap peroses pembangunan di kelurahan masing-masing. Pemberdayaan masyarakat yang di maksud di titik beratkan pada upaya penguatan peran masyarakat sebagai motor penggerak yang memiliki tanggung jawab dalam pembanguanan di lingkunganya masing-masing.

Dalam hal ini dilaksanakan dengan adanya suatu program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan program bantuan dana Stimulus untuk setiap kelurahan se-Bandar Lampung dalam rangka mempercepat pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kelurahan di Bandar Lampung guna percepatan terwujudnya kesejahteraan masyarakat Bandar Lampung

Sebagai daerah otonom, Kota Bandar Lampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka penyelenggaraan pembangunan di Kota Bandar Lampung harus serasi, selaras, serta tidak bertentangan dengan arah dan kebijakan pembangunan nasional, namun tetap berpijak kepada karakteristik, kondisi, potensi, dan aspirasi yang berkembang di masyarakat lokal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintahan Kota Bandar Lampung

mengembangkan kebijakan Program pembangunan sebagai “ Gerakan Masyarakat “ , yakni: dari, dan, oleh untuk masyarakat dengan pemanfaatan potensi dan pranata sosial yang ada seperti Piil Pesenggiri (sakai sembayan dan nengah nyampur ) . masyarakat kelurahan diberi kebebasan dalam menentukan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan serta didorong untuk berparisipasi aktif melalui penyiapan swadaya masyarakat. Hal ini memberikan makna bahwa peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di wilayahnya akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik potensi sosial ekonomi


(11)

7 lokal. Kelebihan yang ada di suatu kelompok masyarakat adalah adanya nilai sosial yang dapat diberdayakan dalam proses pembangunan khususnya di kelurahan. Pemanfatan norma-norma Kebersamaan, Persaudaraan, dan Kegotong-royongan, dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan diharapkan akan dapat mewujudkan kelurahan yang mandiri, yaitu :

1. Kelurahan yang warganya mampu menyususn rencana kegiatan di kelurahanya masing-masing

2. Kelurahan yang warganya mampu melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan di kelurahanya masing-masing, serta mampu menjaga kelangsunganya proses pembangunan yang dilakukan.

Permasalahanya adalah, pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng belum berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan dari Program Gemma Tapis Berseri, disatu sisi tujuan dari Program Gemma Tapis Berseri adalah untuk mempercepat prosesi pembangunan sesuai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, disisi lain pada pelaksanaan pembangunan belum menyentuh apa yang menjadi tujuan dari Program Gemme Tapis Berseri diukur dengan melihat skala prioritas.

Secara prosedural proses pelaksanan pembangunan dilaksanakan dengan bermusyawarah antara RT, Masyarakat, dan Kelompok Masyarakat selaku unit pelaksana kegiatan untuk menentukan arah pembangunan yang akan dilaksankan diukur dengan skala prioritas, jumlah penerima manfaat dari pelaksanaan pembangunan apakah pembangunan yang akan dilaksankan sesuai dengan kebutukan masyarakat yang mendesak, apa keinginan masyarakat. Tetapi realitasnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang mendesak, pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Gedung Meneng melaikan berdasarkan kepentingan kelompok masyarakat dengan Ketua RT yang memiliki kedekatan emosional dengan kelompok masyarakat, terbukti pada pembanguan pemagaran makam pada RT 06 LK 1 belum mendesak tetapi pelaksanaan pemagaran makam tetap dilaksanakan, pemagaran makam dibandingkan pembuatan saluran drinase di Jl Lada Kelurahan Gedung Meneng


(12)

8 sudah sangat mendesak, tetapi pada kenyataanya pembuatan saluran drainase dianuli/ tidak dilaksankan padahal penerima manfaat dari pembuatan saluran drainase di Jl Lada lebih banyak dibandingkan pemagaran makam. Pelaksanaan pembangunan yang dilaksankan oleh pokmas pada Perum Geria Gedung Meneng RT 10 LK I terjadi suatu permasalahan karna Perumahan merupakan tanggung jawab dari deplover. Hal ini pun menjadi suatu delema.

Dari sisi pemberdayaan Pokmas selaku pelaksana kegiatan belum se-optimal mungkin memberdayakan masyarakat disekitar, terbukti pada pelaksanaan pembangunan ada beberapa warga yang keberatan ketika kelompok masyarakat menitipkan material bangunan di halaman rumah warga, hal ini berimplikasi bahwa belum semaksimal mungkin kelompok masyarakat bersoialisasi, dan berimplikasi tidak adanya swadaya yang timbul dari masyarakat.

Berdasarkan permasalah dan fakta tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai“ Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Pada


(13)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarka uraian dan permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

“Bagaimana Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “ ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.:

”Untuk Mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “ ?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran untuk lebih mengembangkan dan menyempurnakan sekaligus bahan evaluasi Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung.

2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan dan informasi yang berguna bagi :

a. Memberikan pengetahuan kepada penulis sejauh mana tingkat keberhasilan dari Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan Pemerinta Daerah Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan Program Gerakan masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi berhasil guna. Efektif berarti dapat mencapai sasaran atau dapat menghasilkan sesuatu yang telah ditentukan. Sedangkan efektivitas adalah keadaan berhasilnya mencapai sasaran. Sebagai kata benda, efektivitas berarti keberhasilan mencapai sasaran yang sungguh-sungguh berguna. Karena itu efektivitas dapat disebut juga berhasil guna.

Emerson dalam Handayaningrat (1996 : 5) mengatakan bahwa :“Effectiveness is a measurring interm of attaining prescribed goal or objectives“ (efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya).

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa jika sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka dapat dikatakan efektif, namun apabila suatu tujuan atau sasaran tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka dapat dikatakan tidak efektif.

Selanjutnya, Siagian (1997 : 20) mengatakan : “ Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu

tertentu tepat pada waktunya “.

Hal ini juga mengandung arti bahwa efektivitas sebagai efisiensi kerja menyertai 4 (empat) hal sebagai berikut :


(15)

1. Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang digunakan setelah ditentukan dan dibatasi.

2. Jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan setelah ditentukan. 3. Batas waktu untuk mencapai barang atau jasa tersebut sudah ditentukan. 4. Tata cara yang harus ditempuh untuk menghasilkan tugas yang sudah

dirumuskan.

Lebih rinci, Sedarmayanti (1995 : 62) mengungkapkan bahwa : “ Efektivitas

berkaitan dengan pencapaian kerja yang maksimal dan berkaitan dengan tenaga kerja

yang mencakup kualitas, kuantitas, dan waktu “.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah menyangkut pencapaian tujuan, efektivitas mengandung pengertian tercapainya tujuan ataupun sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga dengan demikian efektivitas erat kaitannya dengan keberhasilan pencapaian suatu tujuan atau sasaran.

B. Pembangunan

Pembangunan menurut Dadang Solihin (2002:111) ”Suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya, kemajuan

teknologi, dan memperhatikan perkembangan global”.

Munir (2002:24) memberikan pengertian pembangunan ”sebagai suatu perubahan dan merupakan sesuatu yang semestinya terjadi dalam suatu masyarakat, baik masyarakat


(16)

Zulkarnain Nasution (1996:27) memberikan gambaran umum tentang pembangunan menurut para ahli sebagai berikut :

1. Inayatullah (1967) : Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nillai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

2. Kleijans (1975) : Pada akhirnya bukanlah soal teknologi atau GNP, tetapi pencapaian pengetahuan dan ketrampilan baru, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya wawasan manusia, dan meningkatnya semangat kemanusiaan, serta suntikan kepercayaan diri.

3. Rogers (1983) : Suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material termasuk bertambah besarnya keadilan kebebaan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

Menurut Zulkarnain Nasution (1996:28) terdapat tujuan-tujuan dan proyek dalam pembangunan yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Umum (goals) adalah proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia, komponen dari yang terbaik yang mungkin, atau masyarakat ideal terbaik yang dapat dibayangkan.

2. Tujuan khusus (objectives) adalah tujuan jangka pendek, biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu proyek tertentu.

Sedangkan target pembangunan adalah tujuan-tujuan yang di rumuskan secara konkret, dipertimbangkan rasional dan dapat direalisasikan sebatas teknologi dan sumber-sumber yang tersedia, yang ditegakkan sebagai aspirasi antara suatu situasi yang ada dengan tujuan akhir pembangunan.


(17)

Pembangunan erat kaitannya dengan perubahan sosial dan kebudayaan, pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya, oleh karena itu jelaslah bahwa kebudayaan dan perubahan sosial merupakan unsur penting dalam pembangunan. Sehubungan dengan itu Riant Nugroho (2001:73) memberikan pengertian pembangunan sebagai :

Perubahan sosial besar-besaran dan direncanakan. Pembangunan adalah perubahan sosial yang direncanakan dan dipercepat, yang alami dan bertahap akan menghasilkan masyarakat yang lebih kuat dan berdaya karena masyarakat tersebut memiliki cukup waktu untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Terlebih jika perubahan tersebut terjadi dalam kurun waktu yang cukup panjang.

Sedangkan Siagian (1994:2) memberikan enam pokok yang terdapat dalam batasan pembangunan yang dikemukakannya :

1. Bahwa pembangunan merupakan usaha atau suatu proses, berarti suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan.

2. Bahwa pembangunan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar, jika ada kegiatan yang kelihatannya nampak seperti pembangunan akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara sadar dan timbul hanya secara insidentil dimasyarakat, tidaklah dapat digolongkan kepada kategori pembangunan. 3. Bahwa pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaan itu

berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.

4. Bahwa pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas disini diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada sebelumnya serta kemampuan untuk lebih menguasai alam lingkungan dalam rangka usaha peningkatan kemampuan swasembada dan mengurangi ketergantungan kepada pihak lain.

5. Bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat multidimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara terutama aspek ke hidupan bangsa dan poleksosbudhankamnas dan administrasi.


(18)

6. Bahwa kesemua hal telah disebutkan dimuka ditujukan kepada membina bangsa (national building) yang terus menerus harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara,Pembangunan sendiri mempunyai beberapa arti :

1. Pembangunan adalah suatu proses jangka panjang, yaitu pengertian yang holistik memandang pembangunan sebagai proses dalam jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan nasional.

2. Pembangunan adalah menghilangkan ketidak sempurnaan pasar, yaitu diartikan sebagi upaya untuk menghilangkan, atau paling tidak mengurangi kesempurnaan pasar (market imperfections) dari suatu perekonomian. Ketidaksempurnaan pasar adalah segala hambatan yang membuat pasar tidak dapat secara sempurna mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien.

3. Pembangunan adalah industrialisasi, menurut devinisi ini adalah upaya untuk mengatasi ciri-ciri pokok dari perekonomian yang keterbelakang, khususnya ketergantungan pada produksi bahan primer termasuk pertanian. Karena itu pembangunan dianggap identik dengan industrialisasi yang diperkuat oleh pengamatan bahwa negara-negara yang telah maju umumnya adalah negara industri.

Berdasarkan wacana dan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa Pembangunan adalah suatu bentuk proses atau kegiatan yang secara terus menurus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik melalui suatu perencanaan dan pelaksanaan yang baik pula sehingga hasilnya dapat dinikmati masyarakat banyak.


(19)

C. Tinjauan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung

1. Tinjauan Tentang Program

Program adalah kumpulan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah (Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004). Program adalah kegiatan pokok yang akan dilaksanakan organisasi untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan (Suud, 2006: 60). Program adalah usaha-usaha jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan pada suatu sektor tertentu untuk mencapai beberapa proyek (World Bank). Program juga dapat dipahami sebagai, kegiatan sosial yang teratur, mempunyai tujuan jelas dan khusus, serta dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu. (Reksopoetranto, 1985: 77). Berdasarkan beberapa defenisi program seperti yang tersebut diatas, penulis berkesimpulan bahwa program adalah kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan organsasi yang telah ditetapkan sebelumnya

2. Pengertian Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung

Pemerintah Kota Bandar Lampung mengembangkan suatu program gerakan masyarakat membangun (GEMMA) Tapis Berseri. Ini merupakan program yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat guna mempercepat pembangunan infrastuktur dan pengembangan ekonomi kerakyatan di Kota Bandar Lampung. Program ini merupakan pelaksanaan dari peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandar Lampung 2005-2010. Dan ini merupakan penerjemahan dari Undang-undang Nomor


(20)

32 Tahun 2004 tentang kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurusi sendiri pemerintahan menurut asas otonomi.

Dalam hal perencanaannya pembangunan mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. perencanaan yang baik dalam pembangunan merupakan rancangan yang telah melalui tahap-tahap dalam perancangan pembangunan meliputi (penyusunan, penetapan, pengendalian pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan rencana). Program itu sendiri sebenarnya merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi/satuan kerja perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat. kebijakan ini dilakukan melalui pemberi bantuan dana stimulan kepada masyarakat kelurahan untuk pembangunan sarana dan prasarana lingkungan serta penyaluran keredit ekonomi kerakyatan untuk mengembangkan perekonomian masyarakat golongan ekonomi lemah. Sebagai dana stimulan, masyarakat kelurahan diberikan kebebasan dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan serta didorong untuk berpartisipasi aktif melalui penyiapan swadaya masyarakat.

3. Maksud Program Gerakan Masyarakat Memebangun (GEMMA) Tapis Berseri Adalah :

1. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dikelurahan dalam pembangunan daerah

2. proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan.

3. meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan

4. meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembngunan

5. mempercepat pembangunan sarana dan prasaran di kelurahan 6. meningkatkan sumber daya manusia (SDM)


(21)

8. menumbuhkan/menciptakan lapangan kerja baru dari kalangan tuna karya 9. membangun usaha yang ada menjadi produktif

10. meningkatkan produktifitas usaha yang sudah produktif

11. meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penumbuhan dan peningkataan usaha ekonomi produktif

4. Tujuan Program Gerakan Masyarakat Memebangun (GEMMA) Tapis Berseri Adalah :

“ Penangulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

di Kota Bandar Lampung”

5. Prinsip Kebijakan Program Gerakan Masyarakat Memebangun (GEMMA) Tapis Berseri

1. Akseptabel, kegiatan tersebut dapat diterima dan didukung Masyarakat. Hal ini berlaku baik pada pemilihan lokasi dan penentu solusi teknis, penentu mekanisme pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengadaan, maupun pada penentapan mekanisme pengelolaan sarana dan prasarana kelurahan.

2. Transparan, Penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat.

3. Akuntabel, penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan, dalam hal ketepatan sasaran, ketepatan waktu, ketepatan waktu, ketepatan pembiayaan, dan ketepatan mutu pekerjaan.

4. Inisiatif, bermakna bahwa kegitan-kegiatan yang dilaksanakan harus berasal dari usulan yang direncanakan oleh masyarakat kelurahan itu sendiri.

5. Partisipatif, bahwa dalam proses pelaksanaan program/kegiatan yang direncanakan mengedepankan partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif baik secara pembiayaan, tenaga kerja, bahan material, maupun ide dan pemikiran, mulai dari perencanaan, serta pengawasan.


(22)

6. Demokratis, bahwa dalam penentu kegiatan yang akan direncanakan ditentukan dan diputuskan secara bersama baik ditingkat Kelurahan maupun di tingkat Kecamatan.

7. Manfaat, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.

8. Gotong royong, bahwa pelaksanan kegiatan yang direncanakan mampu mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat.

9. Berkelanjutan, bahwa kegiatan yang dilaksanakan dapat dipelihara, dan dilestarikan oleh masyarakat sendiri.

Untuk itu, dalam hal ini perlunya dibuat satuan kerja perangkat daerah (dalam hal ini perangkat kelurahan bersama dengan masyarakat). Unsur partisipatif dalam good governance terlihat jelas dalam hal penetapan organisasi pelaksana GEMMA ini. Dan itu sendiri sudah merupakan unsur yang harus ada mengingat adanya Peraturan Daerah Nomor 13 tentang Partipasi Masyarakat dalam Penyusunan APBD. Tetapi itu sajalah tidak cukup karena aspek-aspek lain dari good governance tidaklah kalah penting. Itu semua dilakukan agar timbulnya sinergi antara kepentingan masyarakat dan tugas pemerintah dalam memberikan kesejatraan. Dalam hal ini dibentuklah Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) representasi dari masayarakat. Pokmas itu sendiri merupakan perangkat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Gemma Tapis Berseri di Kelurahan. Dan diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, adil, dan transparan baik dalam laporan maupun pelaksanaan.

6. Ruang Lingkup Efektivitas Organisasi

Organisasi bukan merupakan tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu dikatakan organisasi adalah wadah kegiatan dari orang-orang yang bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan. Berhasil tidaknya tujuan yang akan dicapai tersebut sangat tergantung pada faktor manusianya. Sebagai alat, organisasi adalah


(23)

satu-satunya wadah yang memungkinkan banyak orang diatur dan didayagunakan secara fektif dan efisien. Alfred Kuhn (1976:342) sebagaimana dikemukakan oleh Sadu (1996:48) mengungkapkan lima tipe organisasi pemerintah, meliputi :

1. tipe organisasi kerja sama/kooperatif 2. tipe organisasi pencari keuntungan 3. tipe organisasi pelayanan

4. tipe organisasi penekan 5. tipe organisasi kombinasi.

Organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah karena untuk dapat menyelenggarakan otonomi daerah dengan baik suatu daerah harus dapat atau mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebagai akibatnya maka diperlukan organisasi yang baik pula. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Josef Riwu Kaho dalam Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia (2003:232) yaitu ia mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi daerah. Riwu mengatakan: “Agar pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan dengan baik, dalam arti daerah dapat/mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri-sendiri, maka

diperlukan adanya organisasi manajemen yang baik pula.”

Perkembangan organisasi dapat dipelajari dengan menggunakan 4 macam pendekatan, yaitu pendekatan klasik, pendekatan tingkah laku, pendekatan struktur dan pendekatan sistem, Hasibuan (2001:77). Sedangkan Stephen.P.Robbins (1994:58) mengungkapkan empat pendekatan dalam mengukur efektivitas, yaitu:

1. Pendekatan Pencapaian Tujuan 2. Pendekatan Sistem;

3. Pendekatan Konstituensi-Strategis dan 4. Pendekatan Nilai-nilai bersaing.


(24)

Karena pendekatan pencapaian tujuan merupakan kriteria yang paling banyak digunakan untuk menentukan efektivitas maka penulis menggunakan pendekatan pencapaian tujuan sebagai indikator dalam mengukur atau menilai suatu keefektifan organisasi.

Taliziduhu Ndraha (2003:238) menyatakan bahwa: “Pembicaraan tentang efektivitas

bermula pada wacana tentang tujuan organisasi”. Senada dengan pernyataan tersebut dikemukakan oleh Warren dan Dennis dalam Taliziduhu Ndraha (2003:238) sekurang-kurangnya ada lima hal yang menunjukkan pentingnya tujuan organisasional (organizational goals), yaitu:

Pertama, tujuan organisasional melegitimasikan peranan organisasi di tengah-tengah lingkungan dan mendudukkannya pada posisi tertentu.

Kedua, tujuan organisasi berfungsi sebagai daya tarik guna mengundang atau memancing dukungan lingkungan dan perhatian masyarakat.

Ketiga, tujuan organisasional memberi arah bagi kegiatan organisasi.

Keempat, erat dengan butir tiga, berfungsi sebagai tolak ukur unjuk kerja (kinerja) organisasi, alat ukur buat kontrol dan evaluasi kinerja organisasi Kelima, tujuan organisasional berfungsi sebagai kekuatan penggerak dan tantangan bagi organisasi.

Bagi organisasi pemerintah daerah berkaitan erat dengan asas penyelenggaraan otonomi daerah, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Salah satu asasnya, adalah desentralisasi mempunyai tujuan, untuk demokratisasi, efektivitas dan efisiensi serta keadilan. Sehingga efektivitas sebagai salah satu tujuan dari desentralisasi apabila dikaitkan dengan organisasi pemerintah atau sektor publik akan sangat dipengaruhi oleh tercapainya tujuan secara efektif. Efektif tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya dapat ditinjau dari berbagai sisi. Yang akan dibahas penulis pada penelitian ini adalah ketepatan pelaksanaan perogram dan struktur organisasinya.

Drucker dalam Hasibuan (2001:81) mengemukakan tiga jalan untuk menemukan struktur yang membantu pencapaian tujuan, yaitu analisis kegiatan, analisis keputusan dan analisis hubungan. Analisis kegiatan adalah mengemukakan pekerjaan


(25)

macam apa saja yang tergolong sama yang diberikan kepada setiap kegiatan di dalam struktur organisasi. Analisis keputusan ialah merancang suatu struktur organisasi, yang juga berkenaan dengan keputusan yang harus dibuat. Sedangkan analisis hubungan menerangkan bahwa dalam merancang struktur organisasi juga harus dirumuskan hubungan vertikal (atasan dengan bawahan) dan hubungan horizonal (hubungan ke samping atau sejajar).

Konsep efektivitas suatu organisasi menunjukkan adanya kesesuaian antara efektivitas itu sendiri dengan seberapa jauh organisasi dapat melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsinya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan menggunakan alat-alat dan sumber daya yang ada secara optimal. Dengan demikian terdapat dua aspek yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas organisasi, yaitu tujuan dan pelaksanaan tugas atau cara mencapai tujuan tersebut.

Bila hal ini dikaitkan dengan struktur organisasi penyelenggara program Gemma Tapis Berseri maka efektivitasnya dapat diukur dari sejauhmana tingkat pencapaian tujuan ditinjau dari aspek Efektif. Sedangkan efektif yang penulis maksud ditinjau dari aspek pencapaian tujuan.

D. Kerangka Pikir

Kecendrungan selama era Orde Baru, dimana sosok pembuatan kebijakan publik (public policy making) lebih sarat diwarnai pola-pola sentralistik, tertutup dan otoritarian. Sehingga dijamin kebijakan publik itu akan tidak bejalan dengan baik dan efektif. Begitupun dengan proses pembangunan yang terjadi di Indonesia semuanya diatur oleh Pemerintah Pusat dan terus diamanatkan ke tingkat yang berada di bawahnya (top down).


(26)

Salah satu aspek yang sangat fundamental dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya pemberdayaan masyarakat, sehingga dapat berperan aktif dalam setiap proses pembangunan daerah dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini juga terkait dengan paradigma baru Pemerintahan, yang tidak lagi dominan melaksanakan proses pembangunan namun hanya bersifat katalisator dan fasilisator dalam proses pembangunan tetapi melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat (bottom up). Pelaksanaan pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat (bottom up) bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam setiap proses pembangunan daerah.

Kebijakan pembangunan di Bandar Lampung, menciptakan sebuah Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri. Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri berlangsung saat keluarnya Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis Program Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri Kota Bandar Lampung. Dan ini semua guna menerapkan kewenangan yang diberikan kepada daerah seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Untuk dapat melihat Efektfitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009, akan dilihat dari pelaksanaan program dengan kesesuaian petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Tahun Anggaran 2009.


(27)

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri

Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membengun ( GEMMA ) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung di Kelurahan Gedung Meneng Tahun Anggaran 2009 meliputi :

1. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan Kebutuhan masyarakat 2. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan Waktu yang telah ditentukan 3. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan biaya yang telah

dianggarkan

4. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan pemanfaatan SDM yang ada

Efektif / Tidak Efektif

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Efektivitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membengun ( GEMMA ) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung di Kelurahan Gedung Meneng Tahun Anggaran 2009


(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Noeng Muhajir (2000:3) ”Metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam

penelitiannya”.

Sedangkan Mardalis (1999:24) memberikan pengertian metode dan penelitian yaitu ”Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan

kebenaran”.

Kemudian menurut Nazir (1999:99) ”penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematis dalam waktu yang lama dengan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku”.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Lexy J. Moleong (2002:3)

memberikan pengertian ”metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang


(29)

(2001:810) yang menjelaskan ”Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat

fenomenologis yang mengutamakan penghayatan verstehen. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah

laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri” .

Menurut Nazir (1999:63) yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah :

Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Lebih lanjut Muhammad Musa dan Titi Nurfitri (1988 : 8 ) menyatakan bahwa : Secara harfiah penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan mengenai situasi - situasi atau kejadian-kejadian sehingga tidak perlu mencari atau menerangkan hubungan mengetes hipotesis, membuat ramalan atau makna implikasi walaupun penelitian–penelitian yang bertujuan menemukan hal tersebut dapat juga mencakup deskriptif.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan induktif. Menurut Nazir (1999:202) menyatakan pendekatan induktif adalah ”cara berpikir untuk memberikan alasan yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat umum”. Kemudian Sutrisno Hadi (2001:43 ) menyatakan bahwa ”Berpikir Induktif berangkat dari fakta - fakta yang khusus, peristiwa konkret, kemudian dari fakta - fakta atau peristiwa yang khusus dan konkret itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum ”.

Bardasarkan bebrapa pemaparan diatas bahwa pada hakekatnya pendekatan induktif yaitu dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus dilanjutkan kepada kesimpulan yang bersifat lebih umum.


(30)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif adalah penelitian dengan mempelajari dan mengamati fakta atau masalah yang bersifat khusus dengan mengumpulkan data sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari masalah yang dihadapi.

B. Fokus Penelitian

Untuk dapat menyelesaikan masalah yang diajukan dalam penelitian ini secara tepat, maka diperlukan upaya-upaya pembatasan dan pemfokusan terhadap data-data yang ada di lapangan. Pembahasan yang dilakukan nantinya bisa menghindari sikap bias peneliti dalam melakukan analisis data. Secara sederhana fokus penelitian adalah hal-hal ataupun fenomena yang menjadi pusat perhatian dari seorang peneliti. Menurut Moleong (2005:94) penetapan fokus sebagai masalah yang penting dalam penelitian artinya dalam usaha menentukan batas penelitian sehingga dengan menentukan batas penelitian dapat menemukan lokasi penelitian dan dapat menyaring informasi yang masuk. Fokus dalam penelitian berkaitan erat, bahkan sering disamakan dengan masalah yang dirumuskan dan menjadi acuan dalam penentuan fokus penelitian.

Fokus penelitian tidak ditulis dengan format yang baku dalam artian dapat mengalami perubahan selama proses penelitian berlangsung. Namun tetap saja fokus penelitian diperlukan pada awal penelitian untuk dijadikan sebagai bahan acuan, berdasarkan hal tersebut diatas, maka penelitian ini difokuskan pada :


(31)

Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 yang indikatornya adalah :

a. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan Kebutuhan masyarakat

- Adanya dampak langsung yang dirasakan masyarakat dari pelaksanaan program

- Dengan melihat skalaprioritas pelaksanaan pembangunan tepat sasaran b. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan Waktu yang telah ditentukan

- Adanya batasan waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan c. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan biaya yang telah dianggarkan

- Adanya pertisipasi swadaya masyarakat

d. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan pemanfaatan SDM yang ada - Adanya pemanfaatan potensi sumber daya manusia di Kelurahan

- Adanya partisipasi masyarakat secara aktif pada pelaksanaan pembangunan

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian, terutama sekali dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penentuan lokasi ditentukan peneliti dengan sengaja. Dalam penentuan lokasi penelitian (Moleong 2000:86) menyatakan cara yang terbaik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

Dengan mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian maka penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung


(32)

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data Pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni : a. Data Primer

Menurut Mohammad Musa dan Titi Nurfitri (1998:39) data primer adalah ”data yang dikumpulkan dari tangan pertama dan diolah oleh suatu organisasi dan

perorangan”. Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden

yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu penelitian.

Sedangkan menurut Moleong (2001:112) bahwa ”data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film” .

Pencatatan sumber data utama atau primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara. Kegiatan wawancara dan pengamatan merupakan hasil dari usaha melihat, mendengar dan bertanya yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data-data yang ada dilapangan. Wawancara dilakukan terhadap responden yang terlibat dalam pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa, dan terkait dengan tema penelitian ini, Pengambilan foto dilakukan terhadap hasil pembangunan dari Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng, mulai dari tahap awal (0%) sampai dengan tahap akhir (100%).

b. Data Sekunder

Menurut Mohammad Musa dan Titi Nurfitri (1988:39) data sekunder adalah

”data yang diperoleh suatu organisasi atau perusahaan yang berasal dari pihak lain

yang telah mengumpulkan dan mengolahnya”. Data sekunder yang diperoleh


(33)

sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari

arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi”. Oleh karena itu data sekunder

adalah data berupa catatan tentang adanya suatu peristiwa ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber pertama.

Data sekunder pada penelitian ini diambil dari buku pustaka yang menerangkan tentang Petunjuk Pelaksana Dan Petunjuk Teknis Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri Kota bandar Lampung T.A 2009, dan Proposal Gemma Tapis Berseri Kelurahan Gedung Meneng T.A 2009.

2. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:114) yang dimaksud sumber data adalah :

”sumber dari mana data dapat diperoleh”. Keberadaan sumber data memang memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, perlu diklasifikasikan menjadi tiga dengan huruf depan p tingkatan dari Bahasa Inggris, yaitu :

1. Person, sumber data berupa orang, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

2. Place, sumber data berupa tempat, yaitu berupa sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.

3. Paper, sumber data berupa simbol, yaitu sumber data yang menyajikan tandatanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lain.

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2002:112) disebutkan ”sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.


(34)

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:109) ”Sumber Informasi adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Irawan Soehartono (1999:57) yang dimaksud sumber informasi adalah ”suatu bagian dari populasi yang akan

diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya”.

Dikarenakan ciri yang menentukan populasi dalam penelitian ini adalah keterlibatan dan keterkaitan dengan pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri, maka teknik yang digunakan adalah teknik ”purposive sampling”. Suharsimi Arikunto (2002:107) berpendapat bahwa,

”sampel bertujuan, dilakukan dengan cara mengambil subjek, bukan didasarkan atas random, atau daerah, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Hal lain yang menyebabkan digunakannya teknik purposive sampling karena dalam penelitian kualitatif pengambilan sampel ditujukan untuk mencari informasi, serta data dari berbagai macam sumber. Dengan demikian, tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada kedalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari penetapan sampel adalah menggali informasi yang akan jadi dari rancangan atau teori yang muncul, oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan ( purposive sample ).

Adapun yang dijadikan Sumber Informasi dalam penelitian ini adalah :

1. Tim Teknis Kantor Pemberdayaan Masyarakat : 1 Orang

2. Pengawas Dinas Pekerjaan Umum : 1 Orang

3. Tim Pengawas Inspektorat : 1 Orang

4. Camat : 1 Orang

5. Kasi Pembangunan Kecamatan : 1 Orang

6. Ketua LPM : 1 Orang

7. Lurah : 1 Orang

8. RT : 3 Orang

9. Tokoh Adat/Tokoh Masyarakat : 2 Orang

10. Ketua dan anggota Pokmas Kelurahan : 7 Orang


(35)

Agar memperoleh hasil penelitian yang baik, diperlukan data-data yang valid dan reliable. Dengan demikian analisis data yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan wawancara atau tanya jawab langsung dengan responden atau informan. Menurut Sugiyono (2001:96), ”Wawancara dapat digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit”. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan responden yang meliputi, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan ( PJOK ) , Tenaga Ahli Teknis, Lurah, Ketua LPM, Kelompok Masyarakat ( POKMAS ) kelurahan, serta masyarakat yang terlibat dalam kegiatan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung di Kelurahan Gedung Meneng.

2. Pengamatan (Observasi)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian guna memperoleh data yang faktual untuk dibandingkan dengan data yang diperoleh dari nara sumber. Nazir (1999:212), menyatakan bahwa pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah ”cara pengambilan data dengan menggunakan

mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”. Dalam

penelitian ini penulis melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan serta hasil-hasil dari Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung di Kelurahan Gedung Meneng.


(36)

3. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen, arsip-arsip dan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Adapun data-data yang penulis pelajari adalah buku Petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung T.A 2009, Daftar Rencana Kegiatan, Surat Pertanggung Jawaban (SPJ), Proposal Gemma Tapis Berseri Kelurahan Gedung Meneng T.A 2009 serta arsip-arsip lain yang mendukung.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Menurut Musa dan Nurfitri (1998:95) menyatakan bahwa ”editing adalah penelitian kembali catatan yang telah diambil dari lapangan”. Dengan cara ini penulis meneliti kembali data yang diperoleh sehingga akan terkumpul data yang benar – benar akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. 2. Klasifikasi

Menurut Asyari ( 1983:100), menyatakan bahwa ” Klasifikasi adalah penggolongan data dalam bentuk pola,kedudukan dan kualitas ”.data yang

diperoleh dari lapangan kemudian dipisahkan dan diklasifikasikan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

3. Interprestasi

Tahap akhir dalam menganalisis data adalah kegiatan interprestasi yakni untuk mencari arti lebih luas dari jawaban yang diperoleh dengan hasil penemuan yang sudah ada, sesuai dengan pendapat Nasution yang menyatakan bahwa ” interprestasi adalah tafsiran atau memberikan makna kepada analisis,


(37)

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan memverifikasi data yang diperoleh untuk ditarik suatu kesimpulan, untuk data dari hasil Observasi dan Dokumentasi dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi data, yaitu rangkuman dari berbagai data yang diperoleh untuk memfokuskan kepada permasalahan, sehingga bahan yang masih mentah disusun secara sistematis, hal ini sangat bermanfaat dan membantu penulis mendapatkan gambaran yang tajam mengenai hasil pengamatan. Dalam penelitian ini data dan laporan lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri, kemudian dipilih hal-hal yang paling pokok, serta disusun menjadi lebih sistematis.

2. Display Data, menggambarkan keseluruhan data serta laporan lapangan yang bertumpuk-tumpuk dalam berbagai macam tabel, matrik, grafik, network, dan charts agar dapat mengambil kesimpulan yang tepat. Dalam penelitian ini penulis melakukan display data agar data-data dan laporan lapangan tentang pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri yang masih rumit dapat disimpulkan dengan mudah dan tepat.

3. Kesimpulan dan Verifikasi, sejak awal penelitian dilakukan usaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Oleh karena itu terdapat pencarian pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya secara terus menerus. Adanya kesimpulan yang masih kabur dan meragukan selalu diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dilakukan dengan mencari data-data yang terbaru. Dalam penelitian ini Kesimpulan tentang pelaksanaan pembangunan melalui Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng T.A 2009, oleh karena itu penulis perlu melakukan Verifikasi data-data agar memperoleh kesimpulan yang jelas dan pasti.


(38)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Kelurahan Gedung Meneng

Kelurahan Gedung Meneng merupakan Kelurahan induk di Kecamatan Rajabasa, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2001 Tanggal 03 Oktober 2001 tentang penggabungan, Penghapusan dan Pemekaran Wilayah Kecamatan dan Kelurahan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung. Semula kelurahan dalam wilayah Kota Bandar Lampung Berjumlah 84 Kelurahan dari 9 Kecamatan, dan sejak Tanggal 29 Desember 2001 Kota Bandar Lampung menjadi 98 Kelurahan dari 13 Kecamatan, dan Kelurahan Gedung Meneng awalnya merupakan bagian dari Kecamatan Kedaton dan sejak tanggal tersebut masuk dalam Kecamatan Rajabasa.

Tujuan dari pemekaran Kecamatan Kedaton adalah dalam rangka peningkatan kegiatan penyelenggaraan Pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna serta merupakan sarana bagi pembinaan wilayah dan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan, juga sebagai sarana memperpendek rentang kendali pelayanan kepda masyarakat. Dengan ditetapkannya dan disahkannya Peraturan Daerah No 04 Tahun 2001 tanggal 03 Oktober, tentang Pemekaran Daerah wilayah kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Kota Bandar Lampung maka Kelurahan Gedung Meneng termasuk didalam Kecamatan Rajabasa.

B. Gambaran Umum Kelurahan Gedung Meneng

Untuk menunjang pelaksanaan Pemerintahan Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa didukung Pegawai yang berjumlah 9 orang dengan susunan Personil seperti pada table berikut ini :


(39)

Tabel 1. Susunan Personil Kelurahan Gedung Meneng

NO NAMA NIP JABATAN

1 A r i f i n A, BBA 19610618 198101 1 001 Lurah 2 Lukman, S.Sos. 460018645 Sekretaris

3 Rosyana, S.Sos 19651004 198603 2 008 Kasi Pemerintahan 4 Efendi Husin 19580304 197903 1 005 Kasi Trantib

5 Titin Apriantini,SE 19740421 200221 2 205 Kasi Pembangunan 6 Megawati BR. SH 196706 061992 2 012 Kasi Penmas 7 Samsir Pohan 19590628 198603 1 004 Staf

8 Mukhdar 19601201 197903 1 001 Staf 9 Tri Hastuti 19641008 198603 2 012 Staf ( Sumber : Monografi Kelurahan Gedung Meneng April 2010 )

Bagan struktur organisasi kelurahan Gedung meneng dapat dilihat pada gambar berikut ini :


(40)

CAMAT RAJABASA

Drs. M. Natsir EfFendy NIP.195502271979091001

LURAH

A r i f i n A, BBA 19610618 198101 1

SEKERTARIS

Lukman 460018645

Kasi Pemerintahan

Rosyana, S.Sos

Kasi Trantib

Efendi Husin 19580304 197903

Kasi Pembangunan

Titin Apriantini,SE

Kasi Penmas

Megawati BR. SH 196706 061992 2

Staf

Samsir Pohan 19590628 198603 1

Staf

Mukhdar 19601201 197903 1

Staf

Tri Hastuti 19641008 198603 2

STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN GEDUNG MENENG KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN KEP. WALI KOTA BANDAR LAMPUNG NO 37

TAHUN 2008

Gambar 4. 1. Bagan Struktur Organisasi Kelurahan Gedung Meneng ( Sumber : Monografi Kelurahan Gedung Meneng April 2010 )


(41)

Kelurahan Gedung Meneng dibagi menjadi 2 (dua) Lingkungan dan 18 (delapan belas) Rukun Tetangga (RT) seperti pada table berikut ini :

Tabel 2. Daftar Nama Kepala lingkungan ( LK ) dan Rukun Tetangga ( RT ) Kelurahan Gedung Meneng

NO LINGKUNGAN I LINGKUNGAN II

Maktub Zais ( K. Lk.I ) Suherman ( K. Lk. II ) 1 Muchtar ( RT 01 ) Subarmo ( RT 01 ) 2 Nawawi ( RT 02 ) Kholid ( RT 02 ) 3 Hasan Bastari ( RT 03 ) Undang ( RT 03 ) 4 Sukandi Armas ( RT 04 ) Genit ( RT 04 ) 5 Nurdin Usman ( RT 05 ) Arif Heri S ( RT 05 ) 6 Drs. Nasrudin ( RT 06 ) Azis Andika ( RT 06 ) 7 Johansyah ( RT 07 )

8 Edi Junaidi ( RT 08 ) 9 Drs. Munawir ( RT 09 ) 10 Heri Zaldi ( RT 10 ) 11 Usri Yusuf ( RT 11 ) 12 Triyono, A.Md. ( RT 12 )

( Sumber : Monografi Kelurahan Gedung Meneng April 2010 ) 1. Letak Geografis

Kelurahan Gedung Meneng Memiliki Luas Wilayah + 227 Hektar, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gunung Terang c. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Rajabasa

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Labuhan Ratu

Secara Geografis Kelurahan Gedung Meneng, merupakan daerah daratan dan sebagian besar lahan Pekarangan. Kemudian sebagian lain untuk perumahan atau Pemukiman.


(42)

2. Demografi

Penduduk Gedung Meneng terdiri dari berbagai suku bangsa (heterogen). Sampai dengan tahun 2009, berdasarkan data statistik kelurahan Gedung Meneng berpenduduk berjumlah 12.885 jiwa. Penyebaran penduduk di Kelurahn Gedung Meneng secara umum merata disemua tempat dan sebagian lainnya penduduk yang tidak tetap, dikarenakan banyaknya rumah kos (Rumah Sewaan) dikelurahan Gedung Meneng sebagai dampak positif dalam pertumbuhan Ekonomi dan sebagai Faktor Negatif bagi masalah kamtibmas, dikarenakan dalam wilayah kelurahan Gedung Meneng yang merupakan domisili perguruan tinggi dalam kata lain Gedung Meneng merupakan sentral Pendidikan. Berikut ini gambar peta sebaran penduduk Kelurahan Gedung Meneng :

Gambar 4. 2. Peta Kelurahan Gedung Meneng

( Sumber : Monografi Kelurahan Gedung Meneng April 2010 ) 3. Sosial Ekonomi

Sebagian besar penduduk Gedung Meneng bermata pencarian pedagang, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk lebih jelas lihat table berikut :


(43)

Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencarian

No Mata Pencarian Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1264 1494 2758

2 TNI 27 - 27

3 Pedagang 480 358 833

4 Petani 34 14 48

5 Pertukangan 59 - 59

6 Buruh 53 41 94

7 Pensiunan 1325 1114 2439

8 Lain-lain 3116 3511 6627

Jumlah 6147 6738 12.885

( Sumber : Monografi Kelurahan Gedung Meneng April 2010 ) 4. Sosial Budaya

Penduduk Kelurahan Gedung Meneng bersifat Heterogen, Karena hampir sebagian besar adalah masyarakat Pendatang yang memiliki latar belakang agama, suku dan budaya, dan tingkat pendidikan yang beragam. Sebagian besar penduduk Kelurahn Gedung Meneng memeluk agama Islam. Adapun komposisi jumlah penduduk pada tahun 2009 berdasarkan agama dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah

1 Islam 11.440

2 Kristen 427

3 Katholik 804

4 Hindu 206

5 Budha 8

Jumlah 12.885


(44)

5. Sarana Ibadah

Tempat Peribadatan dikelurahan Gedung Meneng sesuai dengan agama yang di peluk oleh Masyarakat dengan kondisi kerukunan antar umat bergama sangat baik. Jumlah tempat ibadah yang ada dikelurahan Gedung Masyarakat dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 5. Sarana Tempat Peribadatan

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 14

2 Musholla 3

Gereja -

Jumlah 17

( Sumber : Monografi Kelurahan Gedung Meneng April 2010 )

6. Tingkat Pendidikan

Adapun Komposisi Penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Masyarakat

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Sarjana 1343

2 Sarjana 1471

3 SMU/SLTA 5664

4 SMP/SLTP 1864

5 Sekolah Dasar 1708

5 Taman Kanak-kanak 278

6 Pra Sekolah 558

Jumlah 12.885


(45)

7. Sarana Pendidikan

Tempat pendidikan merupakan sarana yang sangat mendukung untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai upaya meningkan kesejahteraan rakyat. Jumlah sarana pendidikan dikelurahan Gedung Meneng dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 7. Sarana Pendidikan

No Jenis Pendidikan Gedung Sekolah

Jumlah Guru

Jumlah Murid

1 Taman Kanak-kanak 3

2 Sekolah Dasar 3

3 SLTP/SMP 2

4 SMU/SLTA 3

5 Akademi 4

6 Universitas 4

Jumlah 19


(46)

C. Sejarah Singkat Kepemimpinan Kelurahan Gedung

Sejarah kepemimpinan kelurahan Gedung Meneng dari awal dibukanya telah mengalami beberapakali pergantian kepemimpinan yaitu sebagai berikut :

1. Rapik

2. Pangeran Dulu Bumi 3. Ruwah

4. Adin Sebuay 5. Pesiwo Ratu 6. Perwatin 7. Sirah Migo 8. Abdurahman 9. Hi. Djohar 10. Ayub 11. Dahud 12. Hi. Aliyun 13. Haris H. Razak

14. Hi. Willhilman Murad 15. Abidin

16. Khairunas

17. Kenedi Danial, S.IP. 18. Kharudin ( Mega ) 19. A r i f i n .A , BBA.

D. Potensi Kelurahan Gedung Meneng A. Bidang Pemerintahan

I. UMUM

a. Luas dan batas wilayah

a. Luas Kelurahan Gedung Meneng : 227 Ha

b.Sebelah Utara Berbatasan : Kel. Kampung Baru c. Sebelah Selatan Berbatasan : Kel. Gunung Terang d. Sebelah Barat Berbatasan : Kel. Rajabasa e. Sebelah Timur Berbatasan : Kel. Labuhan Ratu


(47)

b. Kondisi Geografis

a. Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut : 400 m

b. Banyaknya Curah Hujan : 2.500 m

c. Tofografi dataran (Tinggi, Rendah, Pantai) : Daratan min/th

d. Suhu Udara Rata-rata : 25 – 33 Cc

c. Orbitasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan)

a. Jarak dari Pemerintah Kecamatan : 4 Km b.Jarak dari Ibu Kota Bandar Lampung : 6 Km c. Jarak dari Ibu Kota Propinsi : 8 Km d. Jarak dari Ibu Kota Negara : 300 Km II. PERTANAHAN

1. Tanah Kas Kelurahan : - Buah - Ha 2. Tanah Bersertifikat : 950 Buah 174,6 Ha 3. Tanah yang belum bersertifikat :- Buah 52,4 Ha

III. KEPENDUDUKAN.

1. a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

1. Laki-laki : 6147 Orang

2. Perempuan : 6738 Orang

b. Kepala Keluarga : 1557 Orang

1.WNI : 12885 Orang

2. WNA : - Orang

2. Jumlah Penduduk menurut Agama

a. Islam : 11440 Orang

b. Kristen : 427 Orang

c. Katholik : 804 Orang

d. Hindu : 206 Orang


(48)

3. Jumlah Penduduk Menurut Usia a. Kelompok Pendidikan

1. 04 – 06 Tahun : 810 Orang

2. 07 - 12 Tahun : 790 Orang

3. 13 – 15 Tahun : 532 Orang

b. Kelompok Tenaga Kerja

1.20 – 26 Tahun : 7095 Orang

2.27 – 40 Tahun : 3146 Orang

4. Jumlah Penduduk Tingkat Pendidikan

a. Lulusan Pendidikan Umum : 7532 Orang b. Lulusan Pendidikan Khusus : 2719 Orang 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian

a. Karyawan : 2758 Orang

b. Wiraswata : 2380 Orang

c. Tani : 34 Orang

d. Pertukangan : 59 Orang

e. Buruh Tani : 14 Orang

f. Pensiunan : 2439 Orang

g. Nelayan : - Orang

h. Pemulung : 41 Orang

i. Jasa : 886 Orang

j. Lain-lain : 4247 Orang

6. Jumlah Penduduk Menurut Mutasi Penduduk

a. Lahir : 14 Orang

b. Meninggal : 10 Orang

c. Datang : 8 Orang


(49)

7. Jumlah Pegawai /personal Kelurahan

1. Kepala Urusan : 4 Orang

2. Kepala Lingkungan : 2 Orang

3. Staf : 3 Orang

8. Pembinaan RT/RW

a. Jumlah RT : 18 Orang

b. Jumlah RW : 2 Orang

9. Jumlah Pelayanan Masyarakat

a. Pelayanan Umum : 115 Orang

b. Pelayanan Kependudukan : 237 Orang

c. Pelayanan Legalitas : 93 Orang

10. Pajak Bumi Dan Bangunan

1. Jumlah Wajib Pajak : 1648 Orang

2. Jumlah SPPT : 1.302 Orang

3. Jumlah Ketetapan : Rp.303.237.775,-

4. Jumlah Realisasi : Rp. 157.936.230,-

11. Keputusan Kepala Kelurahan

1. Jumlah keputusan Kepala Kelurahan yang bersifat Mengatur/

membebani masyarakat : - Buah

2. Jumlah Keputusan Kepala Kelurahan yang bersifat tidak Mengatur : - Buah 12. Keuangan dan Sumber-sumber Pendapatan Kelurahan

1. Keuangan

a. Sisa Anggaran Tahun Lalu : Rp. -,-

b. Penerimaan Tahun ini : Rp. -,-

c. Pengeluaran Rutin Tahu ini : Rp. -,- d. Pengeluaran Pembangunan Tahun ini : Rp. -,-


(50)

2. Pendapatan asli Kelurahan : Rp. -,-

3. Bantuan Pemerintah : Rp. -,-

IV. KEAMANAN KELURAHAN DAN POLITIK 1. Pembinaan Hansip

a. Jumlah Anggota Hansip : 54 Orang

b. Jumlah Hansip Terlatih : - Orang

c. Alat Pemadam Kebakaran : - Orang

2. Idiologi dan Politik Pemilihan Umum Tahun 2009

1. Jumlah Pemilih : 8305 Suara

2. Hasil Pemilihan Umum : - Suara

B. Bidang Pembangunan

I. AGAMA

a. Sarana Peribadatan

a. Jumlah Mesjid : 14 Buah

b. Jumlah Mushala : 3 Buah

c. Jumlah Gereja : – Buah

d. Jumlah Wihara : – Buah

e. Jumlah Pura : – Buah

II. KESEHATAN

1. Rumah sakit umum Pemerintah : - Buah

2. Rumah Sakit umum Swasta : 2 Buah

III. PENDIDIKAN 1. Pendidikan umum

a. kelompok bermain : 1 Guru 2 Buah 20 Murid

b. TK : 3 Guru 14 Buah 129 Murid


(51)

d. SMTP : 2 Guru 24 Buah 640 Murid e. SMTA : 2 Guru 42 Buah 1210 Murid f. Universitas :4 Guru 510 Buah 22.000 Murid 2. Pendidkan khusus

a. Pondok Pesantren : 2 Guru 8 Buah 96 Murid b. Madrasah : - Guru - Buah - Murid c. Sekolah Luar biasa : - Guru - Buah - Murid d. Sarana Pendidikan nonformal : - Guru - Buah - Murid

IV .SARANA OLAH RAGA KESENIAN/KEBUDAYAAN

1. Sarana Olahraga : 4 Jenis 2 Buah 2. Sarana Kesenian Kebudayaan : - Jenis - Buah 3. Sarana Sosial : - Jenis - Buah V. PRASARANA HUBUNGAN

1. Jalan : - Jenis

2. Jembatan : - Jenis

3. Terminal : - Jenis

VI. KOMUNIKASI

a. Jumlah Jenis Sarana Komunikasi : - Jenis b. Jumlah Sarana Komunikasi : - Jenis VII. ALAT TRANSPORTASI

a. Jumlah jenis sarana transportasi : 7 Jenis b. Jumlah Sarana Transportasi : 281 Buah VIII. INDUSTRI

a. Jumlah Jenis Sarana Transportasi : - Jenis b. Jumlah Sarana Transportasi : - Buah


(52)

IX. PARIWISATA

a. Jumlah Jenis Sarana Pariwisata : - Jenis

b. Jumlah Sarana Pariwisata : - Buah

X. PENGAIRAN

a. Jumlah Jenis Sarana Pengairan : - Jenis

b. Jumlah Sarana pengairan : - Buah

XI. PERTANIAN

a. Padi dan palawija : - HA Ton

b. Sayur-sayuran : - HA – Ton

c. Buah-buahan : - HA - Ton

XII. PERKEBUNAN

1. Jenis Usaha Perkebunan : 1 Jenis

2. Jumlah Luas Perkebunan : 1,5 Jenis

3. Jumlah Hasil Usaha Perkebunan : 3,5 Jenis XIII. PERTAMANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Jumlah Luas dan Banyaknya Taman : - HA – Buah 2. Jumlah Sarana kebersihan : - HA – Ton XIV. PERIKANAN

1. Jumlah Jenis Usaha Perikanan : 1 Jenis 2. Jumlah Luas Usaha Perikanan : 9,5 HA 3. Jumlah Hasil usaha Perikanan : 50.0000 Ekor XV. PERTENAKAN

1. Jumlah Jenis Usaha peternakan : 4 Jenis


(53)

XVI. KEHUTANAN

1. Jumlah Hutan : - Ha

2. Jumlah Jenis Tanaman Hutan : - Jenis

XVII. PERDAGANGAN ATAU JASA 1. PERDAGANGAN

a. Jumlah Jenis Sarana Perdagangan : 4 Jenis

b. Jumlah Sarana Perdagangan : 21 Jenis

2. JASA

a. Jumlah Jenis Sarana Dibidang Jasa : 2 Jenis b. Jumlah Sarana Dibidang Jasa : 2 Buah XVIII. PERKOPERASIAN

1 .Jumlah Jenis Sarana Perkoperasian : - Jenis

2. Jumlah Saran Perkoperasian : - Ha

XIX. PERUMAHAN DAN JENIS KOMPLEK PERUMAHAN 1. Perumahan

a. Rumah Permanent : 800 Buah

b. Rumah Semi Permanent : 725 Buah

c. Rumah Non Permanent : 64 Buah

2. Kompleks Pemukiman

a. BTN : 289 Buah

b. Real Estate : - Buah

c. Perumnas : 225 Buah

XX. JUMLAH PROYEK YANG DIBIAYA OLEH

1. Swadaya Masyarakat : 4 Buah

2. Pemerintahan kota : - Buah

3. Pemerintahan Propinsi : - Buah

4.Bantuan Gubernur : - Buah


(54)

XXI. KEJUARAAN LOMBA KELURAHAN YANG PERNAH DIDAPAT 1. Tingkat Kecamatan : Juara 1 Tahun 1996 2. Tingkat Kabupaten : Juara 2 Tahun 2005

3. Tingkat Propinsi : Juara - Tahun -

4. Tingkat Nasional : Juara – Tahun - XXII. KELEMBAGAAN KELURAHAN

1. Jumlah Pengurus LPM : 14 Orang

2. Jumlah Kader Pembangunan Desa (KPD) : - Orang

3. PKK : 35 Orang

a.Jumlah Tim Penggerak PKK : 7 Orang

b.Jumlah Kader PKK : 26 Orang

C. Bidang Kemasyarakatan I. AGAMA

1. Majelis Taklim : 12 Kelompok 364 Anggota 2. Majelis Gereja : - Kelompok - Anggota 3. Majelis Budha : - Kelompok - Anggota 4. Majelis Hindu : - Kelompok - Anggota 5. Remaja Masjid : 5 Kelompok 150 Anggota 6. Remaja Gereja : - Kelompok - Anggota 7. Remaja Budha : - Kelompok - Anggota 8. Remaja Hindu : - Kelompok - Anggota II. KESEHATAN

1. Jumlah Pasien Rumah Sakit Umum Pemerintah

dan Swasta selama 6 Bulan : 120 Orang 2. Pos/Klinik KB Buah

a. Jumlah Klinik KB : 1 Buah

b. Jumlah Akseptor : - Buah


(55)

4. PUSKEMAS/PUSKESMAS PEMBANTU

a. Jumlah PUSKESMAS : - Buah

b. Jumlah PUSKEMAS Pembantu : 1 Buah

5. Jumlah Dokter Praktek : 5 Orang

III. OLAHRAGA

1. Jumlah Jenis Olahraga : 3 Buah

2. Jumlah Perkumpulan Kelompok Olahraga : 3 Buah IV. KESENIAN KEBUDAYAAN

1. Jumlah Jenis Kesenian : 1 Jenis

2. Jumlah Perkumpulan Kelompok

3. Seni/Kebudayaan : 1 Jenis

V. ORGANISASI SOSIAL

1. Pramuka :- Anggota

2. Karang Taruna : 15 Anggota

3. Panti Asuhan : - Anggota

4. LSM : 5 Anggota

5. Kelompok PKK : 67 Anggota

6. Dasa Wisma : 156 Anggota

7. Lain-lain :- Anggota

VI. TENAGA KERJA

1. Penyalur Pembantu Rumah Tangga : - Buah 2. Penampung Pekerja Ke luar Negeri : - Buah VII. TRANSMIGRASI

1. Lokasi Transmigrasi : - Ha

2. Jumlah Kepala Transmigrasi : - KK

3. Jumlah Jiwa Transmigrasi : - Orang


(1)

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing Utama dan Ketua Tim Penguji yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan saran, petunjuk, dan bimbingan dalam menyelesaikan karya ini.

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan juga selaku Penguji yang telah memberikan arahan, saran, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan karya ini .

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku sekjur yang telah banyak memberikan motifasi kepada penulis baik dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaiaan karya ini.

4. Drs. Piping Setia Priangga, M.Si sebagai Pembimbing Akedemik Penulis, yang telah banyak menularkan pemikiran-pemikiran nya

5. Drs. Dian Komarsyah, M.Si Sebagai Mantan Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung terima ksaih atas kerja samanya ketika dikemahsiswaan banyak hal yang penulis pelajari dari beliau

6. Segenap jajaran staf Pengajar, staf administrasi, Keamana dan karyawan FISIP Unila

7. Seluruh Anggota Dewan Pertimbangan Organisasi Mahasiswa Non Reguleg ( DPO-MNR ) Periode 2006-2007 yang telah menjadi Tim Wook di organisasi


(2)

8. Seluruh Anggota IKBM-NR Periode 2007-2008 yang telah membantu dalam mengerakan roda organisasi untuk mewujudkan eksistensi Mahasiswa Fisip Non Reguler

9. Seluruh anggota SAPMA-PP Kota Bandar lampung yang memberikan dukungan inspirasi selama penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. 10. Teman-teman seperjuangan di Fisip Unila : Candra Vika, Keke, Dedek

Eky, Boy, Miftah, Dedi Adilia, Novan, Candra Aditia, Astanto, Mutia, Susan, Ica, Niko, Dani, Eja, Devias, Bak Nini, Bak fariana, Vrigita, Gita Mariska, Katob, Amran, Afrian, Bowo, Yudhi, Bojes, Enyeng, Ari Tongki, Rendi, Denta, Riky, Haris, Joni, Andi, Trisma, Prince, Edi sartono, Demi, , Eno, Mala, Yusep, Dodi, bak Meri, Muhar, Sandi, Tiara, Memey, Resi, dan lain-lain yang tidak penulis sebutkan karna khilaf.

11. “ Rini ” Kartika Sari S.S. terimaksaih sudah memberi motifasi dan inspirasi. Semoga Allah S.W.T senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia kepada mu.

12. “Mega” terimakasih atas semua kerjasamanya ketikan di DPO-MNR. 13. Buat Iwan, Aswin, Rendi Terima kasih atas dukungan moril kalian 14. Buat Dedek, Eky, Boy, Dedi, udah lagi ngurusin jabuk terus pikirin lagi

skripsi itu buar cepet selsai, sukses buat kalian

15. Buat adek-adek Pemerintahan angkatan 2006 terimakasih banyak atas dukunganya ketika di IKBM-NR lanjutkan perjuangan tunjukan eksisitensi IKBM-NR


(3)

16. Buat adek-adek angkatan 2007 terimaksih banyak sudah menjadik adek yang baik. Sukses buat kalian

17. Buat seluruh keluarga besar ku

18. Seluruh pihak yang memberi inspirasi dan motivasi penulis untuk bisa menjadi lebih baik dan optimis menyongsong masa depan. Semoga dengan sumbangsih yang telah mereka berikan. Insya Allah akan dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanffat bagi kemajuan ummat, Amien.

Bandar Lampung, 22 Agustus 2010 Penulis


(4)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS

BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng)

Nama Mahasiswa : Johan Setiawan

NPM : 0546021041

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si Nip. 19580109 198603 1002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Drs. Hi. Amantoto Dwijono, M.H NIP 196310181987031003


(5)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si ...

Penguji : Drs. H. Aman Toto Dwijono, M.H ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si Nip. 19580109 198603 1002


(6)

Dokumen yang terkait

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

3 116 161

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar

1 41 119

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Maimoon Kota Medan

4 58 106

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

ANALISIS DAMPAK BANTUAN PINJAMAN BERGULIR (KREDIT EKOR) PROGRAM GEMMA TAPIS BERSERI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO (Studi Kasus Pada Usaha Mikro Penerima Manfaat Program di Kelurahan Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Bandar lampung)

0 2 19

ANALISIS DAMPAK BANTUAN PINJAMAN BERGULIR (KREDIT EKOR) PROGRAM GEMMA TAPIS BERSERI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO (Studi Kasus Pada Usaha Mikro Penerima Manfaat Program di Kelurahan Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Bandar lampung)

1 3 19

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG “Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng”

0 8 31

EFEKTIVITAS PROGRAM BINA LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT NELAYAN KELURAHAN KOTA KARANG RAYA BANDAR LAMPUNG

7 60 69

Pengaruh Keluarga, Kelompok Referensi, Peran dan Status Terhadap Keputusan Pembelian Kain Tapis di Bandar Lampung (Studi Pada Konsumen Butik Tapis Fitri di Bandar Lampung)

4 27 81

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT EKONOMI KERAKYATAN (EKOR) KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Pelaksanaan Program Kredit Ekor di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

1 21 85