EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG “Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng”

(1)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF COMMUNITY BUILDING MOVEMENT PROGRAM (Gemma) GLOW FILTERS BANDAR LAMPUNG

"In Studies Program Implementation Gemma Village House Filters Berseri In Meneng"

By

JOHAN SETIAWAN

State development policies of Indonesia before the era of regional autonomy on the use of development strategies from the bottom (top-down strategy). Implementation of development strategies from top to bottom is successful only in developed countries, but this strategy is less appropriate to apply in the context of development of developing countries. Differences in natural conditions, geography, social environment, age and condition of the factors that explain the less successful implementation of this strategy in the development of developing countries, even if successful only the construction of the center of town, capital-intensive industries, high technology-based development, as well as projects large scale. While development projects in the area and more specifically in rural / urban and small-scale could be said to fail and there were many irregularities.

Along with the enactment of Law No. 22 Year 1999 has been enhanced by Act No. 32 of 2004, the role of government in the autonomous region is expected to provide broad support for opening up opportunities for development, Bandar Lampung, the government issued a development concept originated from the neighborhood level


(2)

and placing the community as a direct implementer of development, through community empowerment which aims to society can play an active role in every peroses development in their respective villages. That the purpose of community empowerment emphasized on strengthening the role of the community as a driving force which has responsibility for management development in their respective lingkunganya. The concept of development based on community empowerment approach adopted through the program Building Society Movement (Gemma) FILTER Beseri Bandar Lampung is the evaluation of various concepts and implementation of the previous development, which conducted both by the central and Bandar Lampung city government itself with considering the advantages and disadvantages each execution of the concept of the previous development. This study aims to determine the effectiveness of the program building society movement (Gemma) Bandar Lampung glow filters.

The method used by the writer in this research uses a qualitative method that produces descriptive data in the form of words written or oral from those observed with the inductive.

Results of research indicate that the effectiveness of the program filters vibrantly Gemma Town in The Village Building Bandra Lampung Meneng not working effectively. The fact that happened dilapanan precision execution of development is not fully empower village communities, and implementation of development programs in urban glow filter gemma gulped the building when viewed scale of priorities has not been right on target.


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN

MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG

“Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng”

Oleh

JOHAN SETIAWAN

Kebijakan pembangunan negara Indonesia sebelum adanya era otonomi daerah mengunakan strategi pembangunan dari atas kebawah (top down strategy). Penerapan strategi pembangunan dari atas ke bawah dikatakan berhasil hanya di negara-negara maju, akan tetapi strategi ini kurang tepat untuk diterapkan dalam konteks pembangunan negara berkembang. Perbedaan kondisi alam, geografi, lingkungan sosial, dan kondisi zaman menjadi faktor-faktor yang menjelaskan kurang berhasilnya penerapan strategi ini dalam pembangunan negara-negara berkembang, kalaupun berhasil hanya pembangunan dipusat kota, industri padat modal, pembangunan berbasis tekhnologi tinggi, serta proyek-proyek berskala besar. Sementara proyek pembangunan yang berada di daerah dan lebih khusus dipedesaan/kelurahan serta berskala kecil bisa dikatakan gagal dan terjadi banyak penyimpangan.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peran pemerintah pada masa otonomi daerah ini diharapkan bisa memberikan dukungan luas bagi terbukanya peluang untuk pembangunan, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan suatu konsep pembangunan berawal dari tingkat RT dan


(4)

menempatkan masyarakat sebagai pelaksana langsung pembangunan, melalui pemberdayaan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam setiap peroses pembangunan di kelurahan masing-masing. Pemberdayaan masyarakat yang di maksud di titik beratkan pada upaya penguatan peran masyarakat sebagai motor penggerak yang memiliki tanggung jawab dalam pembanguanan di lingkunganya masing-masing. Konsep pembangunan dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diterapkan melalui program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA ) Tapis Beseri Kota Bandar Lampung ini merupakan evaluasi terhadap berbagai konsep dan pelaksanaan pembangunan sebelumnya, yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah Kota Bandar Lampung sendiri dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tiap-tiap pelaksanaan dari konsep pembangunan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program gerakan masyarakat membangun ( GEMMA ) tapis berseri Kota Bandar Lampung.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dengan pendekatan induktif.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa efektifitas pelaksanaan program GEMMA tapis berseri Kota Bandra Lampung di Kelurahan Gedung Meneng tidak berjalan secara efektif. Fakta yang terjadi dilapanan ketepatan pelaksanaan pembangunan belum sepenuhnya memberdayakan masyarakat kelurahan, dan pelaksanaan pembangunan melalui program gemma tapis berseri di kelurahan gedung meneng ketika dilihat skala prioritas belum tepat sasaran.


(5)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang pembangunan berawal dari tingkat RT melalui pola pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat berperan serta dalam setiap peroses pembangunan di kelurahan masing-masing. Pelaksanaan pembangunan di lingkungan nya masing-masing bertujuan untuk memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik potensi sosial ekonomi lokal. Kelebihan yang ada di suatu kelompok masyarakat dan diharapkan adanya nilai sosial yang dapat diberdayakan dalam proses pembangunan kususnya di kelurahan. Pemanfatan norma-norma Kebersamaan, Persaudaraan, dan Kegotong-royongan, dalam proses pembangunan diharapkan akan dapat mewujudkan kelurahan yang mandiri pemberdayaan masyarakat yang di maksud di titik beratkan pada upaya penguatan peran serta masyarakat sebagai motor penggerak yang memiliki tanggung jawab dalam pembanguanan di lingkunganya masing-masing guna peningkatan kwalitas sarana dan prasaran lingkunganya.

Dalam penyajian ini tolak ukur efektifitas pelaksanaan program gerakan masyarakat membangun (GEMMA) tapis berseri dilihat dari ketepatan pelaksanaan dengan maksud dan tujuan dari program Gerakan Masyarakat membangun ( GEMMA ) Tapis berseri seperti yang tertuang dalam buku panduan juklak – juknis program ini baik secara prosedural maupun secara substansial. Berikut ini penulis melakukana pengumpulan data dan wawancara terkait pelaksanaan perogram gerakan masyarakat membangun ( GEMMA ) tapis berseri diantaranya dari pihak Pemerintah Kota Bandar Lampung, Kecamatan, Kelurahan, Pokmas selaku pelaksana di Lapangan, RT, dan Masyarakat.


(6)

Dalam hal ini informan yang pertama adalah dari Pemerintah Kota Bandar Lampung, yaitu Bapak Drs. Deni Mutakim selaku tim Kantor Pemberdayaan masyarakat. Informan yang kedua dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung Bapak Ir. Ibrahim selaku pejabat pembuat komitmen. Kemudian informan yang ketiga dari pihak Kecamatan Rajabasa, yaitu Bapak Drs. M Natsir Efendi selaku Camat Rajabasa, informan yang Keempat Bapak Udin selaku Kasi Pembangunan sekaligus sebagai Fasilitator Kecamatan Rajabasa. Kemudian informan yang ke Lima dari Kelurahan Gedung Meneng yaitu, Bapak Arifin A BB.A selaku Lurah Gedung Meneng, kemudian informan yang ke Enam Bapak Drs. Darmawan selaku ketua LPM Kelurahan Gedung Meneng. Kemudian informan ke Tujuh dari RT Kelurahan Gedung Meneng yang ditentukan kemudian, kemudian informan ke Delapan adalah pelaksanan kegiatan yaitu Ketua dan anggota Pokmas Kelurahan Gedung Meneng, Kemudian Informan ke Sembilan adalah tokoh masyarakat Gedung Meneng yang ditentukan Kemudian. Selanjutnya untuk menegtahui Efektivitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun ( GEMMA) Tapis Berseri akan diugkapkan dibawah ini

A. Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung di Kelurahan Gedung Meneng

1. Ketepatan Pelaksanaan Program Dengan Kebutuhan Masyarakat

Pada Bulan Ketiga dan Keempat, Pokmas melaksanakan kegiatan pembangunan fisik. Pelaksanaan dimulai saat permohonan proposal Kelurahan Gedung Meneng selesai dibuat, dan di setujui oleh Dinas PU . Pelaksanaan pembangunan dimulai pada bulan September Minggu ke Empat Tahun 2009 pelaksanaan pembangunan fisik di Kelurahan Gedung Meneng ada 13 (Tigabelas) lokasi dari 7 (tujuh) Jenis pembangunan berupa saluran drainese, pembuatan plat deker, pembuatan talud, pembuatan gorong-gorong, pengecatan masjid, pemagaran makam, dan pengadaan 2


(7)

(dua) yunit gerobak sokli, dan pengadaan I (satu) yunit generator seting/genset, Pelaksanaan pembangunan berdasarkan usulan dari tiap masing-masing RT se-Kelurahan Gedung Meneng kemudian dimusyawarahkan untuk dilakukan pemetaan diukur dari skala prioritas. Kemudaian hasil dari proses pemetaan di konsultasikan kepada Tenaga Ahli Teknis untuk dibuat suatu proposal kegiatan, kemudian di asistensikan kepada Tim dari Dinas PU Kota Bandar Lampung. Hasil usulan yang diajukan yang telah di sahkan oleh Tim dari Dinas PU Kota Bandar Lampung ada Lima jenis Kegiatan dan Dua jenis pengadaan barang yang tersebar di Tiga Belas lokasi. Hal ini Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Pokmas Kelurahan Gedung Meneng Bapak Umar dani, dalam wawancara sebagai berikut :

”ada 13 lokasi pelaksanaan pembangunan Program Gemma Tapis Tahun

Anggaran 2009 terdiri dari 5 jenis pembangunan Fisik dan 2 berupa pengadaan barang yang tersebar di dua lingkungan. di Kelurahan Gedung Meneng ” ( Senin 19 April 2010 Pukul 11.00. S/d 12.30 di kediaman Bapak Umar Dani Amanaf )

Hal senada didukung oleh pernyataan dari Arifin, selaku Lurah Gedung Meneng terhadap pelaksanaan pembangunan yang telah di setujui oleh dinas PU Kota Bandar Lampung yang dilakukan dalam wawancara :

”Pembangunan fisik yang telah disetujuai oleh Dinas PU Kota Bandar Lampung ada 5 jenis berupa pemagaran makam, pengecatan Masjid, pembuatan saluran drainase, pemuatan plat decker, pembuatan gorong-gorong, pengadaan gorobak sokli, pengadaan genset. Pembangunan yang dilaksanakan dan telah disetujui tersebut berasal dari usulan masyarakat Kelurahan Gedung Meneng.” ( Senin 19 April 2010 Pukul 08.30. S/d 09.30 di Kantor Kelurahan Gedung Meneng )

a. Tolak Ukur Keberhasilan Program Gemma Tapis Berseri Tahun Anggaran 2009.

Pertama Tolak ukur keberhasilan dari program ini adalah tercapainya tujuan atupun sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini adalah kesesuaiaannya pelaksanaan pembangunan dengan tujuan-tujuan dari program Gemma Tapis berseri yang tertuang dalam Juklak-Juknis, kemudian kesesuaian usulan proposal program


(8)

Gemma Tapis Berseri kelurahan Gedung Meneng dengan pelaksanaanya dilapangan. Kedua, pelaksanaan pembangunan bermanfaat bagi masyarakat diukur dengan skala prioritas jumlah penerima manfaat, manfaat yang dirasakan dapat berupa adanya lapangan pekerjaan bagi pengangguran, memperkuat usaha mandiri yang ada di Kelurahan tersebut, dan membangun sarana sosial penunjuang masyarakat.

Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Natsir Effendy selaku Camat Rajabasa dalam wawancara sebagai berikut :

“Keberhasilan dari program ini dikatakan berhasil, karena pembangunan yang dilaksanakan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, karena yang merencanakan masyarakat jadi pembangunan itu bisa menyentuh langsung apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan sampai ke gang-gang kecil, tidak seperti proyek melalui tender, tidak jelas dari sisi kwalitas , dan manfaatnya”. (Kamis 22 April 2010 Pukul 08.00. S/d 09. 30 di Kantor Kecamatan Rajabasa)

Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Arifin selaku Lurah Gedung Meneng dalam wawancara sebagai berikut:

“ukuran keberhasilan dari program ini adalah bisa menyentuh langsung apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, bukan apa yang diinginkan masyarakat ”. (Senin 19 April 2010 Pukul 08.30. S/d 09.30 di Kantor Kelurahan Gedung Meneng )

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para nara sumber penulis menyimpulkan bahwa ukuran keberhasilan dari program ini adalah bagaimana Juklak-juknis tafsirkan melalui proposal, kemudian pelaksanaan dilapangan sesuai dengan usulan yang telah disetujui, kemudian pelaksanaan pembangunan betul-betul bermanfaat bagi masyarakat, baik berupa peningkatn kwalitas lingkungan hidup masyarakat, maupun terciptanya lapangan pekerjaan bagi pengangguran yang bekerja di program ini, dan memperkuat usaha mandiri yang ada di kelurahan tersebut.


(9)

b. Pencapaian Tujuan dari Program Gemma Tapis Tahun Anggaran 2009.

Jika dilihat dari aspek tujuan program gerakan masyarakat membangun (GEMMA) tapis berseri sesuai dengan panduan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis adalah

“Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup di Kota

Bandar Lampung”. Pencapaian tujuan dari program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng untuk meminamalisr disparitas dalam rangka untuk percepatan perwujudan kesejahteraan masyarakat . Tetapi hal ini tidak serta merta dapat dilakukan dalam jangka waktu satu tahun pelaksanaan, kemungkinan besar memerlukan waktu yang lama. Untuk tahun 2009 pelaksanaan program gerakan masyarakat membangun (GEMMA) tapis di Kelurahan Gedung Meneng cukup signifikan untuk meningkatkan kwalitas lingkungan hidup masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan proposal GTB Kelurahan Gedung Meneng. Kemudian untuk penanggulangan kemiskinan sendiri lebih kepada bantuan ekonomi kerakyartan (ekor) dari program ini. Tetapi dalam hal ini kapasitas pokmas hanya sebagai mediator dan fasilitator.

Seperti yang diungkapkan Bapak Deni Mutaqim Selaku Unit Pelaksanaan Kantor Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam wawancara sebagai Berikut :

”Tujuan Gemma Tapis adalah pemerataan pembangunan, meningkatkan

kwalitas hidup masyarakat, dan pembangunan ekonomi masyarakat, dengan pola pemberdayaan masyarakat ini, masyarakat diharapkan dapat mengelola, dari tahapan merencanakan dan melaksanakan adalah masyarakat sendiri, hal ini dikatakan pola pembangunan demokrati Pembangunan dari, dan, oleh, untuk masyarakat.”. ( Rabu 21 April 2010 Pukul 10.00. S/d 12.030 di Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandar Lampung )

hal senada diungkapkan oleh Bapak Yusup selaku tokoh adat kelurahan Gedung Meneng dalam wawancara :

”pembangunan melalui Program Gemma Tapis Berseri sangan bermanfaat bagi masyarakat karna dengan program ini secara otomatis meningkatkan kwalitas saran lingkungan Kelurahan Gedung Meneng.” ( Selasa 20 April 2010 Pukul 14.00. S/d 15.00 di kediaman bapak Usup di Gedung Meneng )


(10)

Berikut ini pembangunan yang dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng yang telah disetujui Berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor : 321/11/ HK/2009 Tanggal 17 Juni 2009 Tentang Penetapan Alokasi Dana Bantuan Langsung Program Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri Kota Bandar Lampung T.A 2009,

Tabel 5.1. Kegiatan Pembangunan yang dilaksankan di Kelurahan Gedung Meneng Program Gemma Tapis Berseri Kota Bandar Lampung T.A 2009

NAMA KELURAHAN

JENIS KEGIATAN LOKASI VOLUME Nilai/ ( RP )

GEDUNG MENENG

KEGIATAN INFRASTRUKTUR 1. Drainase Type

30 Jalan Kopi RT

05 Lk I

38 M 3.858.241,650

2. Talud Type 30 Jl . Purna- RT 03 LK II

16,5 M 1.060.711,369

3. Drainase Type

30 Gg. Ratu, RT

03 LK II

16,5 M 1.675.289,138

A. Drainase type 30

Jl. Kopi RT 04

LK I 322 M 31.869.436,463

B. Talud Type 30 Jl. Kopi RT 04

LK I 26,5 M 2.690.615,888

C. Gorong-Gorong Type 40

JL. Kopi RT

04 LK I 4,50 M 3.100.848,770

D. Gorong-Gorong Type 60

Per Geria GM

RT 10 LK I 6,75 M 7.356.926,463

E. Pengecatan Tembok Masjid

Masjid Nurul Huda RT 06

155,7 M 1.641.600,00

F. Pemagaran Makam

RT 06 LK II 145,50 M² 32.612.500,00 G. Plat Beton

Jalan Kopi RT 05 Lk I

10 M 4.997.702,544

H. Plat Beon

Gg. Ratu, RT 03 LK II

3,18 M 1.589.269,409

I. Pengadaan

Grobak Sampah Kelurahan LS 3.000.000,00

J. Pengadaan

Genset Masjid Nurul

Huda

LS 3.000.000,00


(11)

14. Pekarjaan Non

Fisik Gedung

Meneng

LS 1.700.000,00

15. Pemberdayaan

Ibu PKK Gedung

Meneng

LS 8.683.500,00

17. Ops Pokmas

Ekor Gedung

Meneng

LS 2.315.680,00

18. Ops Pokmas

Infrastruktur Gedung Meneng

LS 2.315.680,00

19. Ops Tenaga

Ahli Teknis Gedung

Meneng

LS 1.157.840,00

20. Ops Fasilitator

Kacamatan Gedung

Meneng

LS 578.920,00

21. Ops Tenaga Ahli

Hukum Gedung

Meneng

LS 578.920,00

Sumber : Proposal GTB Kelurahan Gedung Meneng Tahun Anggaran 2009

Hal ini didukung dari pernyataan Bapak Ibrahi selaku pejabat pembuat komitmen Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung yang diungkapkan dalam wawancara,

Usulan kegiatan pembangunan yang akan dilaksankan harus berdasarkan kebutuhan masyarakat sekitar, kemudian usulan tersebut disingkronisasikan terlebih dahulu dengan program pembangunan APBD kota Bandar Lampung hal ini agra tidak adanya ketimpangan dengan program pembangunan yang telah direncanakan Dinas PU Kota. ( Selasa 20 April 2010 Pukul 11.00. S/d 13.00 di Dinas PU Kota Bandar Lampung )

Pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri dikatakan efektif karna dilaksankan sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Program Gemma Tapis Berseri baik secara prosedural maupun substasial. Menurut para ahli bahwa efektifitas diukur dari pencapaian suatu tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan keefektipan berkaitan dengan pencapaian kerja yang maksimal kaitannya dengan tenaga kerja, yang mencakup kualitas, kuantitas dan waktu.


(12)

Berikut Bapak Undang selaku ketua RT 03 LK II mengungkapkan ketepatan pelaksanaan pembangunan dengan kebutuhan masyarakat tentang pembuatan saluran drainese sepanjang 16,5 M dan Talud sepanjang 16,5 M di RT 03 LK II yang dilakukan dalam wawancara sebagai berikut :

Masyarakat sekitar sangat terbantu dengan adanya pembuatan saluran darainese dan talud tersebut karna lokasi ini saluran dainase nya sangat kecil sehingga terjadi banjir ketika hujan, air hujan dari jalan aspal mengalir kelokasi tersebut. ( Kamis 21 April 2010 Pukul 19.30. S/d 20.30 di kediaman Bapak Undang)

Disisi lain diungkapkan oleh Bapak Hanafi anafi selaku tokoh pemuda Kelurahan Gedung Meneng mengungkapkan pelaksanaan pembagunan di Kelurahan Gedung Meneng yang dilakukan dalam wawancara sebagai berikut:

Pelaksanaan pembangunan melalui program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng secara prosedural telah dilaksanakan secara benar, tetapi secara substansial kegiatan yang dilaksanakan ketika melihat skala prioritas belum menyentuh apa yang menjadi tujuan program gemma tapis berseri, terbukti pembangunan di RT 03 LK I membuat saluran drainase sepanjang 300 meter di jalan Lada Kelurahan Gedung meneng dianulir. Padahal hal tersebut sudah sangat mendesak dikarnakan jalan lada Kelurahan Gedung Meneng merupakan salah satu jalan pokok yang tidak memiliki

saluran drainase dan terjadi genangan dan banjir ketika hujan. ( Kamis 21 April 2010 Pukul 09.00. S/d 10.30 di kediaman Bapak Hanafi)

Hal senada di ungkapkan oleh Bapak Hasan Bastarai selaku ketua RT 03 LK I Kelurahan Gedung Meneng yang dilakukan dalam wawancara :

Jalan Lada Kelurahan Gedung Meneng tidak memiliki akses saluran drainase masyarakat disekitar mengeluhkan genangan air ketika hujan, tetapi usulan kami tidak dilaksanakna, ketika usulan ini bisa diwujukkan dibangun saluran drainase saya selaku RT siap untuk menginstruksikan masyarakat sekitar untuk mengeluarkan swadaya masyarakat, baik tenaga, material maupun fainesial ( Selasa 20 April 2010 Pukul 13.00. S/d 14.00 di kediaman Bapak Hasan)

Disis lain bapak Yusup selaku Tokoh Adat Kelurah Gedung Meneng Mengungkapkan dalam wawancara tentang pembuatan saluran Dainase di Jl Kopi RT 04 LK I sepanjang 322 Meter dalam wawancara sebagai berikut :


(13)

Pembuatan saluran drainase pada RT 04 LK I sebenarnya belum sangat mendesak dibandingkan lokasi lain masih banyak yang sangat mendesak seperi pembuatan saluran drainase di JL Lada. ( Selasa 20 April 2010 Pukul 14.00. S/d 15.00 di kediaman bapak Usup di Gedung Meneng )

Ditempat yang terpisah bapak Dermawan selaku ketua LPM Kelurahan Gedung Meneng mengungkapkan dalam wawancara tentang pelaksanaan pembangunan gorong-gorng yang dilaksanakan di Perumahan Geria Gedung Meneng sebagai berikut :

Pembangunan gorong-gorong pada Perumahan Geria Gedung meneng RT 10 LK I seharusnya tidak perlu dilaksanakan karna, perumahan merupakan tanggung jawab deplover perumahan, hal ini tidak dibenarkan ketika dibangun menggunakan dana stimulu yang diberikan pemerintah untuk masyarakat, disisi lain bayak di RT-RT lain yang masih perlu dibangun. ( Kamis 21 April 2010 Pukul 14.00. S/d 15.00 di kediaman Bapak Dermawan )

Ditempat yang terpisah bapak Usri Yusup selaku ketua RT 11 mengungkapkan tentang membangunan pemagaran makam RT 06 LK II yang dilakukan dalam wawancara sebagai berikut :

Pelaksanaan pembangunan Pemagaran Makam di RT 06 LK II masyarakat sekitar merasa keberatan ketika pokmas menitipkan material bangunan di lokasi pemagaran makam dikarnakan awalnya tidak ada proses komuikasi dari

RT, Pokmas , kepada pengelola makam dan masyarakat di RT 03 LK I. ( Kamis 21 April 2010 Pukul 15.30. S/d 16.00 di kediaman Bapak Usri Yusuf)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para nara sumber, dan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan pelaksanaan pembangunan melalui program gerakan masyarakat membangun (GEMMA) tapis berseri di Kelurahan Gedung Meneng secara perosedural telah dilaksanakan, tetapi ketika hal ini diukur dengan skala prioritas pembangunan yang dilaksankan belum tepat, karan berdasarkan informasi dari hasil penelitian masih banyak pembangunan yang seharusnya didahulukan. Jadi penulis menyimpulkan Ketepatan Pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng dengan Kebutuhan Masyarakat. Tidak efektif


(14)

2. Ketepatan Pelaksanaan Program Dengan Waktu Yang Telah Ditentukan.

Program “Gerakan Masyarakat Membangun (Gemma) Tapis Berseri” untuk kegiatan

Infrastruktur Kelurahan Gedung Meneng Tahun Anggaran 2009 dilaksanakan selama 6 (enam) bulan , dimulai dari tahapan musyawarah pembentukan pokmas, Penyusunan program, pembuatan proposal, pencairan, dan pelaksanaan pembangunan, serta sampai serah terima laporan pertanggung jawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Pokmas Kelurahan Gedung Meneng, Johan dalam wawancara sebagai berikut :

”kurang lebih 6 bulan mulai dari pembentukan, perencanaan, pencairan, pelaksanaan pembangunan , dan pelaporan”. ( Rabu 21 April 2010 Pukul 15.00. S/d 16. 00 di kediaman Johan )

Kendala yang sebenarnya menggangu dalam pelaksanaan pembangunan Program Gemma Tapis berseri, pada saat pencairan, Dana Program Gemma Tapis Berseri dapat dicairkan tanggal 7 September 2009, dan hal ini tidak langsung dilaksankanya pembangunannya dikarnakan 11 September Hari Raya Idul Fitri, permasalahanya adalah pekerja yang akan melaksankan pembangunan keberatan.hal ini seperti diungkapkan oleh Ketua pokmas Kelurahan Gedung Meneng Bapak Umar Dani Amanaf dalam wawancara :

Pelaksanaan pembangunan dimulai tanggal 18 September karna pada tanggal

11 September 2009 karna berbenturan dengan Hari Raya Idul Fitri . (Senin 19 April 2010 Pukul 11.00. S/d 12. 30 di kediaman Bapak Umar Dani)

Pelaksanaan pada saat keluarnya SK pokmas pada bulan Juni 2009, dan pengerjaan pembangunan dimulainya pada September/Oktober sehingga terkesan terburu-buru dan harus diselesaikan pada bulan Desember. Jadi sebenarnya jika dihitung dari Oktober sampai dengan Desember berarti pengerjaanya hanya 3 bulan saja. Seperti yang diungkapkan Fasilitator Kecamatan Rajabasa, Bapak Udin dalam wawancara :


(15)

Waktu pelaksanaan pembangunan Program Gemma Tapis Berseri tahun Anggaran 2009 itu sangatlah mepet, awal perancanan yang dilakukan pada waktu itu pada bulan Agustus tetapi pada kenyataanya dilaksanakan pada bulan September. Hal ini mengakibatkan serah terima laporan akhir dilaksankan bulan Januari 2010. (Selasa 20 April 2010 Pukul 08.00. S/d 10.00 di Kantor Kecamatan Rajabasa)

Sebenarnya dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan tidak lebih dari 2 bulan saja jika semua dijalankan sesui dengan jadwal yang telah ditentukan. Tetapi keterlambatan memulai perencanaan dan akan banyak mengurangi waktu sehingga ada keterlambatan dalam memulai pelaksanaan pembangunan fisik. Dan waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan adalah 50 sampai dengan 60 hari sesuai dengan juklak juknis pelaksanaan pembangunan fisik, hal ini berimplikasi keterlambatanya pokmas dalam serah terima laporan pertanggung jawaban hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Umar Dani selaku Ketua Pokmas dalam wawancara sebagai berikut :

pada penyerahan laporan serah terima memang dilaksanakan pada Bulan Januari 2010, tetapi pelaksanaan pembangunan sudah selesai pada bulan Desember pertengahan” ( Selasa 20 April 2010 Pulku 20.00 S/d 21.00 di Kediaman Bapak Umar Dani )

Berdasarkan informasi dari para nara sumber, dan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sumberdaya waktu yang ada untuk pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri pada Kelurahan Gedung Meneng ini adalah 6 bulan terhitung dari bulan Juni pada saat dikeluarkanya SK Pokmas dan Berakhir Desember walaupun pada kenyataanya serah terima lapora akhir pelaksanaan pembangunan diserahkan bulan Januari 2010. Berdasarkan inforamasi yang penulis dapat dari nara sumber penulis menyimpulkan bahwa hal ini tidak sesuai dengan panduan Juklak-Juknis Program Gemma Tapis Berseri. Jadi ketepatan pelaksanaan program dengan waktu yang telah ditentukan tidak efektif.


(16)

3. Ketepatan Pelaksanaan Program Dengan Biaya yang Telah Dianggarkan

Sumber dana pada pelaksanaan pembangunan melalui ProgramGemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng didanai dari dana, bantuan langsung masyarakat ( BLM ) Program Gemma Tapis berseri bersumber dari APBD Kota Bandar Lampung tahun anggaran 2009 total dana RP.11,760 Milyar untuk 98 Kelurahan, besaran alokasi dana untuk setiap jenis kegiatan dikelurahan diberikan dengan memperhatikan

1. jumlah penduduk/rumah tangga sarana per-kelurahan 2. partisipasi/ swadaya di setiap kelurahan

3. peraturan-peraturan tentang pengelolaan keuangan.

Perincian alokasi dana masing-masing kelurahan digunakan dengan perincian sebagai berikut:

a. 86,5 % digunakan untuk pembangunan infrastruktur, sumberdaya manusia dan penataan lingkungan dengan perincian sebagai berikut

- Tahapan pertama sebesar 50 %

- Tahapan Kedua sebesar 50 % dengan syarat kegiatan pembangunan Fisik telah mencapai 50% atau lebih.

b. 7,5 % digunakan untuk Pemberdayaan Peranan Perempuan melalui PKK Kelurahan

c. 6 % digunakan sebagai oprasional kegiatan dengan alokasi sebagai berikut : - 2,0 % sebagai biaya oprasional Poklmas Pembangunan Infrastruktur,

Sumber Daya Manusia dan Penataan Lingkungan.

- 2,0 % sebagai biaya oprasional pokmas bidang ekonomi Kerakyatan - 1,0 % sebagai biaya oprasional Tenaga Ahli Teknis.

- 0,5 % sebagai biaya oprasional Fasilitator Kecamatan - 0,5 % sebagai biaya untuk Tenaga Ahli Hukum.


(17)

Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Deni Mutaqim. Selaku Tim Teknis Kantor Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan dalam wawancara :

Besaran pengalokasian dana pada tiap Kelurahan berdasarkan pada Swadaya yang ditimbulkan pada pelaksanaan Program Gemma Tapis pada Tahun anggaran 2008, dan memperhatikan Sarana dan Perasaran yang dibutuhkan pada tiap-tiap Kelurahan, dana yang diberikan melalui oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Stimulan diharapkan dapat menibulkan swadaya masyarakat, sehingga pembangunan yang dihasilkan melebihi volume yang telah ditentukan.(Rabu 21 April 2010 Pukul 10.00. S/d 12.00 di Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandar Lampung)

Dana yang dialokasikan untuk pembangunan melalui Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri yang tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 29 tahun 2009 melalui tahapan sebagai berikut :

a. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana

1. Bantuan Dana Stimulan ditetapkan oleh Kepala Dinas PU selaku Tim Pengarah Kota Bidang Infrastruktur tentang Daftar Alokasi Bantuan Dana Stimulan Program “Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri”, pada awal bulan keempat.

2. Penyaluran dan pencairan dana, sesuai permohonan Kelompok Masyarakat (Pokmas) pelaksana kegiatan yang disampaikan kepada Kepala Dinas PU selaku Tim Pengarah Kota Bidang Infrastruktur.

3. Camat mengajukan Rekapitulasi Permintaan Pencairan BLM Program

“Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri” sesuai dengan

permintaan dari Pokmas pelaksana kegiatan.

4. Penerima Dana BLM Program “Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri” adalah Kelompok Masyarakat (Pokmas) Pelaksana Kegiatan

Program “Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri” dengan

pertanggungjawaban kepada Dinas PU selaku Tim Pengarah Kota Bidang Infrastruktur Bandar Lampung.


(18)

5. Penyaluran Dana BLM Program “Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri” langsung dari Dinas PU selaku Tim Pengarah Kota Bidang Infrastruktur kepada Pokmas sebagai pelaksana kegiatan Program “Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri” melalui Rekening Pokmas pada Bank Pembangunan Daerah/Bank Lampung.

6. Penyaluran Dana BLM Program “Gerakan Masyarakat Membangun Tapis Berseri” dilaksanakan sesuai pekerjaan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat di kelurahan.

Hal ini pun seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ibarahim selaku Pimpinan Kegiatan Dinas PU dalam wawancara :

”Dana yang ada itu untuk pembangunan di salurkan melalui rekening Pokmas

pada Bank Lampung”. ( Selasa 20 April 2010 Pukul 11.00. S/d 13.00 di Dinas PU Kota bandar Lampung )

Dalam hal pelaksanaan pembanguna Pokmas selaku pelaksana kegiatan harus mengacu pada proposal yang telah di setujui oleh Dinas PU Kota Bandar Lampung . baik dalam hal jumlah, merek, atau kwalitas dalam pembelian material untuk pelaksanaan pembangunan.

Ditempat terpisah Bapak Tariono selaku Bendahara Pokmas Kelurahan Gedung Meneng Meneng mungkapkan dalam wawancara sebagai berikut:

”setelah pencairan dana Tanggal 8 September 2009. Seluruh anggota pokmas

berkumpul untuk melaksanakan pembangunan dimulai dari tahapan pembelian material mengacu pada Proposal yang telah disetujui. Dan segal bentuk pengeluaran dituangkan melalui buku Kas pokmas, dan didampingi kwitansi seperti yang tertuang dalam pelaporan kegiatan pokmas”. ( Rabu 21 April 2010 Pukul 13.00. S/d 14.00 di kediman bapak Tariono )


(19)

hal senadapun diungkapkan oleh Bapak Umar Dani selaku ketua Pokmas Kelurahan Gedung meneng dalam wawancara :

Pembelanjaan barang-barang material untuk pembangunan dilaksanakan sesui dengan Rap yang telah ditentukan( Selasa 20 April 2010 Pulku 20.00 S/d 21.00 di Kediaman Bapak Umar Dani )

Berdasarkan pemaparan di atas, dan data yang diperoleh penulis dari hasil penelitaian dari nara sumber, penulis menyimpulkan, tentang ketapatan pelaksanaan program dengan biaya yang telah dianggarkan telah dilaksanakan dengan baik, indikatornya adalah pembelian material mengacu dan sesuai dengan apa yang diusulkan dalam proposal dan segala bentuk pembelanjaan barang dituangkan dalam buku kas Pokmas dan didamping/dibuktikan dengan kwitansi. Hal ini sesuai dengan panduan Juklak-Juknis Program Gemma Tapis Berseri. Jadi ketepatan pelaksanaan program dengan biaya yang telah dianggarkan pada pelaksanaan program di Kelurahan Gedung Meneng sudah Efektif.

4. Ketepatan Pelaksanaan Program dengan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia Yang Ada

Tujuan yang sebenarnya dari Program Gemma Tapis Berseri Ini adalah peningkatan kwalitas hidup masyarakat, melalui pola pemberdayaan seperti masyarakat yang mengalami banjir dan tidak ada nya saluran drainase, atau kekurangan sumber air bersih untuk kehidupan dan lain sebagainya.

Proses pelaksanaan program/kegiatan yang direncanakan mengedepankan partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif baik dalam bentuk pembiayaan, tenaga kerja, bahan material, maupun ide dan pemikiran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Umar Dani dalam wawancara sebagai berikut :


(20)

Pelaksanaan pembangunan berdasarkan usulan masyarakat saran, pemikiran, gagasan banyak yang dituangkan oleh masyarakat untuk pelaksanaan pembanguna. ( Selasa 20 April 2010 Pulku 20.00 S/d 21.00 di Kediaman Bapak Umar Dani )

Keikut sertaan masyarakat dalam hal ini masyarakat setempat dikatakan swadaya karena dilakukan dengan gotong royong dan keikutsertaannya tidak dipaksakan. Karena dapat kita ketahui bahwasanya memang cara untuk menggerakkan partisipasi masyarakat memang seperti itu. Dengan cara partisipasi menyesuaikan dengan kebutuhan.

Dalam hal ini Bapak Usri Yusup selaku ketua RT 11 LK I Kelurahan Gedung Meneng mengungkapkan dalam wawancara sebagai berikut:

Pelibatan masyarakat pada pelaksanaan pembangunan harusnya diutamakan, tetapi pada kenyataanya pelaksanaan melalui Programa Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng seluruhnya diserahkan kepada tukang dan tukang yang di pekerjakan bukan berasal dari kelurahan Gedung Meneng.” . (Kamis 21 April 2010 Pukul 15.30. s/d 16.30 di kediaman Bapak Usri Yusup) ditempat yang terpisah bapak Istamar selaku angota pokmas mengungkapkan dalam wawancara sebagai berikut :

Dinamika pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Gedung Meneng memang agak sedikit kesulita ketika melakukan pemberdayaan karana masyarakat disini sibuk dengan akitfitas mereka masing-masing” (Kamis 21 April 2010 Pukul 09.00. S/d 10.30 di kediaman Bapak Istamar)

Berdasarkan pemaparan di atas, dan data yang diperoleh penulis dari hasil penelitaian dari nara sumber, penulis menyimpulkan tentang ketapatan pelaksanaan program dengan pemanfaatan sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan panduan Juklak-Juknis Program Gemma Tapis Berseri, indikatornya adalah tidak adanya upaya peningkatan partisipasi, dan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan, dan pelestarian pembanguna. Jadi penulis menyimpulkan ketapatan pelaksanaan program dengan pemanfaatan sumber daya manusi pada pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Gedung meneng tidak efektif.


(21)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Berdasarkan pemaparan dan pembahasan dari hasil penelitian yang tertuang pada bab Lima tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis di Kelurahan Gedung Meneng menujukan bahwa Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis di Kelurahan Gedung Meneng tidak efektif, karna pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dengan panduan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis indikatornya adalah :

a. Ketepatan Pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng jika dilihat skal prioritas belum tepat sasaran.

b. Ketepatan pelaksanaan program dengan waktu yang telah ditentukan tidak tepat karna serah terima hasil pelaksanaan pembangunan diserahkan bulan Januari 2010

c. Ketepatan pelaksanaan program dengan biaya yang telah dianggarkan sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan usulan yang tertuang dalam Proposal GTB Kelurahan Gedung Meneng

d Ketepatan pelaksanaan program dengan pemanfaatan SDM yang ada belum sepenuhnya dilakukan pola pemberdayaanya


(22)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas tentang tidak efektifnya Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis di Kelurahan Gedung Meneng maka penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaan pembangunan pada Program Gemma Tapis Berseri harus diukur secar skala prioritas dilihat berdasarkan kebutuhan masyarakat, dan banyaknya jumlah penerima manfaat dari pelaksanaan program

2. Diperlukanya pendampingan dari konsultan dan tenaga teknis yang profesional.

3. Harus dibuatnya suatu aturan yang tegas untuk menindak, unit pelaksana ketika adanya suatu penyimpangan atau kelalaian

4. Dalam pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis di kelurahan perlu adanya pelibatan lembaga-lembaga di tingkat Kelurahan seperi LPM - PMD dan sebagainya untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat.


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era otonomi daerah telah didengungkan keseluruh penjuru pelosok Tanah Air Indonesia. Semua wilayah mulai berbenah diri dan bahu membahu memperbaiki pemerintahan masing-masing agar tercipta pemerintahan yang lebih baik sehingga dapat terlaksana pembangunan yang lebih baik pula. Sebelum adanya era otonomi daerah pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah hanya dilaksanakan pada daerah-daerah tertentu yang artinya pembanguan yang dilaksanakan tidak merata keseluruh daerah dipenjuru tanah air. Hal ini bisa terlihat dari fenomena masih banyaknya desa/kelurahan tertinggal di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu dampak bahwa pembangunan yang dilaksanakan belum bisa dinikmati oleh masyarakat luas terlebih untuk masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan/kelurahan. Melalui otonomi daerah, daerah diharapkan mampu mengembangkan wilayahnya, terutama dalam hal pembangunan, karena daerah lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan potensi apa yang dapat menunjang pembangunan daerah tersebut.

Kebijakan pembangunan Negara Indonesia sebelum otonomi daerah, mengunakan strategi pembangunan dari atas kebawah (top down strategy). Penerapan strategi pembangunan dari atas ke bawah dikatakan berhasil hanya di negara-negara maju, akan tetapi strategi ini kurang tepat untuk diterapkan dalam konteks pembangunan negara berkembang. Perbedaan kondisi alam, geografi, lingkungan sosial, dan kondisi zaman menjadi faktor-faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya penerapan strategi ini dalam pembangunan negara-negara berkembang, kalaupun berhasil hanya pembangunan dipusat kota, industri padat modal, pembangunan berbasis tekhnologi tinggi, serta proyek-proyek berskala besar. Sementara proyek


(24)

2 pembangunan yang berada di daerah dan lebih khusus dipedesaan/kelurahan serta berskala kecil bisa dikatakan gagal dan terjadi banyak penyimpangan.

Konsep paradigma lama tentang pembangunan tidak menekankan peran utama pada masyarakat akan tetapi semua hal dilaksanakan oleh pemerintah. Peran masyarakat, terlebih lagi dari golongan masyarakat pedesaan tidak punya akses terhadap proses pembangunan Partisipan. Munculnya otonomi daerah membuahkan suatu alternatif konsep kebijakan pembangunan baru yaitu konsep pembangunan dari bawah keatas (bottom up strategy) sebagai pengganti gagalnya konsep pembangunan dari atas kebawah (top down strategy).

Pada awalnya konsep pembangunan kerakyatan dinilai lamban dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan akan tetapi pada saat terjadi krisis multi dimensi yang terjadi di negara Indonesia, terbukti bahwa perekonomian yang ditunjang sumber daya lokal mampu bertahan. Konsep ini oleh para ahli dikenal dengan berbagai pengertian yang antara lain disebut sebagai Pembangunan Kerakyatan oleh Ginanjar Kartasasmita (1996), Mardiasmo (2002) menyebut sebagai Pembangunan Demokratis.

Karakteristik yang khas pada tiap daerah yang bersangkutan membawa dampak bahwa pembangunan yang bersifat sentralistik serta seragam menyebabkan daerah kurang berkembang, sehingga sistem sentralistik, cenderung mengkooptasi dinamika daerah. Selain hal di atas ada beberapa alasan mendasar tentang pembangunan perlunya berbasis sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat, yang oleh Tjokrowinoto dalam Badrul Munir (2002 : 210) disebut sebagai ”Rasional Dasar”, mengapa perlu pembangunan berbasis sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat. Secara spesifik Tjokrowinoto mengidentifikasikan sebagai berikut :


(25)

3 1. Sumber pembangunan yang berasal dari pusat tidak akan dapat mencukupi untuk menjangkau sebagian besar masyarakat, terutama pada masyarakat lapisan bawah.

2. Proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pusat bertumpu pada manajemen birokrasi, sukar untuk dapat disesuaikan kebutuhan riil masyarakat.

3. Pengelolaan sumber daya lokal lebih tanggap pada variasi setempat yang diwarnai oleh ekologi alami, ekologi sosial, dan prevensi individual yang sangat variatif.

4. Memungkinkan masyarakat untuk memobilsasi berbagai sumber yang kurang termanfaatkan, sampai kepada ketrampilan, komunikasi dan sumber dana.

5. Pengelolaan sumber daya lokal menempatkan tanggung jawab pembangunan kepada masyarakat setempat, hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi bahwa individu dan masyarakatlah yang pertama-tama menanggung konsekuensi dari kekuatan yang mereka lakukan. Dengan demikian ada hubungan yang erat antara keputusan yang diambil masyarakat, tindakan untuk melaksanakan keputusan itu, serta konsekwensi dari keduanya. Inilah yang disebut dengan Local Accountability.

Terdapat pertimbangan pemikiran lain tentang perlunya kebijakan pembangunan dengan pola dari bawah keatas (bottom up) yaitu pemikiran bahwa pembangunan dengan strategi dari atas ke bawah (top down) kurang demokratis. Pada dasarnya pembangunan yang demokratis menurut Mardiasmo (2002 : 65) adalah ”pembangunan yang berdasarkan aspirasi masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk

kepentingan masyarakat”. Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, peran pemerintah pada era otonomi daerah ini diharapkan bisa memberikan dukungan luas bagi terbukanya peluang untuk pembangunan, sehingga menurut Mardiasmo (2002 : 65) akan terwujudnya :


(26)

4 1. Peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan ekonomi yang lebih demokratis melalui penerapan nyata kebersamaan yang saling menguntungkan sebagai perwujudan proses dari, oleh dan untuk rakyat. 2. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan pemantapan

otonomi daerah yang diselenggarakan secara nyata dan dinamis.

3. Pemantapan perubahan stuktur dengan penajaman pada modernisasi masyarakat yang dilandasi nilai-nilai akhlak mulia.

4. Keterpaduan dan keterkaitan antar manusia, antar daerah, antar sektor, kegiatan ekonomi, serta antara kegiatan makro dan mikro nasional.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang juga mengatur didalamnya mengenai Desa/Kelurahan, menjadi tonggak bagi revitalisasi (penguatan kembali) pemerintahan kelurahan yang berbasis pada prakarsa masyarakat, esensinya adalah partisipasi masyarakat. kelurahan sebagai kesatuan masyarakat hukum, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada didalam kabupaten. Pasal 1 ayat 12 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa ”Desa atau yang disebut dengan nama lain kelurahan, selanjutnya disebut kelurahan adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pemerintah Kelurahan tidak lagi mempunyai hubungan hierarkhi dengan Pemerintah Kecamatan, akan tetapi hubungan koordinasi dan fasilitasi tetap ada. Sesuai pemahaman bahwa kelurahan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai kondisi sosial budaya setempat, maka posisi kelurahan yang memiliki otonomi yang sangat strategis, sehingga memerlukan perhatian seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah khususnya dalam hal pembangunan kelurahan.


(27)

5 Pengalaman pembangunan, khususnya komunitas kelurahan seringkali menempatkan masyarakat cenderung sebagai objek saja dan kurang melibatkan mereka dalam perumusan masalah dan penyusunan kebijakan pembangunan. Akibatnya, perumusan kebijakan pembangunan sering tidak sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi masyarakat, sehingga pembangunan tidak mampu menjawab permasalahan yang ada pada masyarakat.

Otonomi daerah yang luas dan nyata telah lama dinanti masyarakat daerah. Karena dengan adanya hal tersebut telah memberikan kekuasaan pada daerah untuk mengembangkan sumber dayanya tanpa harus menunggu petuah-petuah dari pusat.

Desentralisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai wujud dari pelaksanaan otonomi daerah dalam menunjang pembangunan harus pula dijaga bahwa desentralisasi tidak boleh mengakibatkan makin besarnya kesenjangan antar daerah, tetapi justru harus mampu mendekatkan taraf kemajuan daerah satu dengan daerah yang lainnya guna tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang telah direncanakan. Desentralisasi pada dasarnya adalah penataan mekanisme pengelolaan kebijaksanaan dengan kewenangan yang lebih besar diberikan kepada daerah agar penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan lebih efektif dan efisien. Di bidang pengurusan, berarti ada pendelegasian kewenangan kepada daerah-daerah dalam hal-hal tertentu sehingga birokrasi dalam pengurusan tersebut menjadi lebih pendek dan sederhana.

Sejalan dengan pemikiran-pemikiran, serta pengalaman masa lalu tentang pembangunan serta seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, mengamanatkan agar di tingkat Kabupaten atau Kota dikembangkan tata pemerintahan yang handal dan juga demokratis dalam mengelola otonomi yang dimilikinya, serta amanat lain yaitu tugas dan kewenangan sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah melalui desentralisasi pemerintahan daerah dituntut mampu juga mengembangkan dan mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan


(28)

6 keadaan daerah masing-masing, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan suatu kebijakan konsep pembangunan yang berawal dari tingkat RT dan menempatkan masyarakat sebagai pelaksana langsung pembangunan dengan konsep pemberdayaan masyarakat. yang bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam setiap peroses pembangunan di kelurahan masing-masing. Pemberdayaan masyarakat yang di maksud di titik beratkan pada upaya penguatan peran masyarakat sebagai motor penggerak yang memiliki tanggung jawab dalam pembanguanan di lingkunganya masing-masing.

Dalam hal ini dilaksanakan dengan adanya suatu program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan program bantuan dana Stimulus untuk setiap kelurahan se-Bandar Lampung dalam rangka mempercepat pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kelurahan di Bandar Lampung guna percepatan terwujudnya kesejahteraan masyarakat Bandar Lampung

Sebagai daerah otonom, Kota Bandar Lampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka penyelenggaraan pembangunan di Kota Bandar Lampung harus serasi, selaras, serta tidak bertentangan dengan arah dan kebijakan pembangunan nasional, namun tetap berpijak kepada karakteristik, kondisi, potensi, dan aspirasi yang berkembang di masyarakat lokal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintahan Kota Bandar Lampung mengembangkan kebijakan Program pembangunan sebagai “ Gerakan Masyarakat “ , yakni: dari, dan, oleh untuk masyarakat dengan pemanfaatan potensi dan pranata sosial yang ada seperti Piil Pesenggiri (sakai sembayan dan nengah nyampur ) . masyarakat kelurahan diberi kebebasan dalam menentukan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan serta didorong untuk berparisipasi aktif melalui penyiapan swadaya masyarakat. Hal ini memberikan makna bahwa peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di wilayahnya akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik potensi sosial ekonomi


(29)

7 lokal. Kelebihan yang ada di suatu kelompok masyarakat adalah adanya nilai sosial yang dapat diberdayakan dalam proses pembangunan khususnya di kelurahan. Pemanfatan norma-norma Kebersamaan, Persaudaraan, dan Kegotong-royongan, dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan diharapkan akan dapat mewujudkan kelurahan yang mandiri, yaitu :

1. Kelurahan yang warganya mampu menyususn rencana kegiatan di kelurahanya masing-masing

2. Kelurahan yang warganya mampu melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan di kelurahanya masing-masing, serta mampu menjaga kelangsunganya proses pembangunan yang dilakukan.

Permasalahanya adalah, pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng belum berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan dari Program Gemma Tapis Berseri, disatu sisi tujuan dari Program Gemma Tapis Berseri adalah untuk mempercepat prosesi pembangunan sesuai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, disisi lain pada pelaksanaan pembangunan belum menyentuh apa yang menjadi tujuan dari Program Gemme Tapis Berseri diukur dengan melihat skala prioritas.

Secara prosedural proses pelaksanan pembangunan dilaksanakan dengan bermusyawarah antara RT, Masyarakat, dan Kelompok Masyarakat selaku unit pelaksana kegiatan untuk menentukan arah pembangunan yang akan dilaksankan diukur dengan skala prioritas, jumlah penerima manfaat dari pelaksanaan pembangunan apakah pembangunan yang akan dilaksankan sesuai dengan kebutukan masyarakat yang mendesak, apa keinginan masyarakat. Tetapi realitasnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang mendesak, pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Gedung Meneng melaikan berdasarkan kepentingan kelompok masyarakat dengan Ketua RT yang memiliki kedekatan emosional dengan kelompok masyarakat, terbukti pada pembanguan pemagaran makam pada RT 06 LK 1 belum mendesak tetapi pelaksanaan pemagaran makam tetap dilaksanakan, pemagaran makam dibandingkan pembuatan saluran drinase di Jl Lada Kelurahan Gedung Meneng


(30)

8 sudah sangat mendesak, tetapi pada kenyataanya pembuatan saluran drainase dianuli/ tidak dilaksankan padahal penerima manfaat dari pembuatan saluran drainase di Jl Lada lebih banyak dibandingkan pemagaran makam. Pelaksanaan pembangunan yang dilaksankan oleh pokmas pada Perum Geria Gedung Meneng RT 10 LK I terjadi suatu permasalahan karna Perumahan merupakan tanggung jawab dari deplover. Hal ini pun menjadi suatu delema.

Dari sisi pemberdayaan Pokmas selaku pelaksana kegiatan belum se-optimal mungkin memberdayakan masyarakat disekitar, terbukti pada pelaksanaan pembangunan ada beberapa warga yang keberatan ketika kelompok masyarakat menitipkan material bangunan di halaman rumah warga, hal ini berimplikasi bahwa belum semaksimal mungkin kelompok masyarakat bersoialisasi, dan berimplikasi tidak adanya swadaya yang timbul dari masyarakat.

Berdasarkan permasalah dan fakta tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai“ Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Pada Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “


(31)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarka uraian dan permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

“Bagaimana Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat

Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “ ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.:

”Untuk Mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “ ?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran untuk lebih mengembangkan dan menyempurnakan sekaligus bahan evaluasi Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung.

2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan dan informasi yang berguna bagi :

a. Memberikan pengetahuan kepada penulis sejauh mana tingkat keberhasilan dari Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan Pemerinta Daerah Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan Program Gerakan masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung


(1)

1. Peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan ekonomi yang lebih demokratis melalui penerapan nyata kebersamaan yang saling menguntungkan sebagai perwujudan proses dari, oleh dan untuk rakyat. 2. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan pemantapan

otonomi daerah yang diselenggarakan secara nyata dan dinamis.

3. Pemantapan perubahan stuktur dengan penajaman pada modernisasi masyarakat yang dilandasi nilai-nilai akhlak mulia.

4. Keterpaduan dan keterkaitan antar manusia, antar daerah, antar sektor, kegiatan ekonomi, serta antara kegiatan makro dan mikro nasional.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang juga mengatur didalamnya mengenai Desa/Kelurahan, menjadi tonggak bagi revitalisasi (penguatan kembali) pemerintahan kelurahan yang berbasis pada prakarsa masyarakat, esensinya adalah partisipasi masyarakat. kelurahan sebagai kesatuan masyarakat hukum, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada didalam kabupaten. Pasal 1 ayat 12 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa ”Desa atau yang disebut dengan nama lain kelurahan, selanjutnya disebut kelurahan adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pemerintah Kelurahan tidak lagi mempunyai hubungan hierarkhi dengan Pemerintah Kecamatan, akan tetapi hubungan koordinasi dan fasilitasi tetap ada. Sesuai pemahaman bahwa kelurahan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai kondisi sosial budaya setempat, maka posisi kelurahan yang memiliki otonomi yang sangat strategis, sehingga memerlukan perhatian seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah khususnya dalam hal pembangunan kelurahan.


(2)

Pengalaman pembangunan, khususnya komunitas kelurahan seringkali menempatkan masyarakat cenderung sebagai objek saja dan kurang melibatkan mereka dalam perumusan masalah dan penyusunan kebijakan pembangunan. Akibatnya, perumusan kebijakan pembangunan sering tidak sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi masyarakat, sehingga pembangunan tidak mampu menjawab permasalahan yang ada pada masyarakat.

Otonomi daerah yang luas dan nyata telah lama dinanti masyarakat daerah. Karena dengan adanya hal tersebut telah memberikan kekuasaan pada daerah untuk mengembangkan sumber dayanya tanpa harus menunggu petuah-petuah dari pusat.

Desentralisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai wujud dari pelaksanaan otonomi daerah dalam menunjang pembangunan harus pula dijaga bahwa desentralisasi tidak boleh mengakibatkan makin besarnya kesenjangan antar daerah, tetapi justru harus mampu mendekatkan taraf kemajuan daerah satu dengan daerah yang lainnya guna tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang telah direncanakan. Desentralisasi pada dasarnya adalah penataan mekanisme pengelolaan kebijaksanaan dengan kewenangan yang lebih besar diberikan kepada daerah agar penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan lebih efektif dan efisien. Di bidang pengurusan, berarti ada pendelegasian kewenangan kepada daerah-daerah dalam hal-hal tertentu sehingga birokrasi dalam pengurusan tersebut menjadi lebih pendek dan sederhana.

Sejalan dengan pemikiran-pemikiran, serta pengalaman masa lalu tentang pembangunan serta seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, mengamanatkan agar di tingkat Kabupaten atau Kota dikembangkan tata pemerintahan yang handal dan juga demokratis dalam mengelola otonomi yang dimilikinya, serta amanat lain yaitu tugas dan kewenangan sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah melalui desentralisasi pemerintahan daerah dituntut mampu juga mengembangkan dan mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan


(3)

keadaan daerah masing-masing, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan suatu kebijakan konsep pembangunan yang berawal dari tingkat RT dan menempatkan masyarakat sebagai pelaksana langsung pembangunan dengan konsep pemberdayaan masyarakat. yang bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam setiap peroses pembangunan di kelurahan masing-masing. Pemberdayaan masyarakat yang di maksud di titik beratkan pada upaya penguatan peran masyarakat sebagai motor penggerak yang memiliki tanggung jawab dalam pembanguanan di lingkunganya masing-masing.

Dalam hal ini dilaksanakan dengan adanya suatu program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan program bantuan dana Stimulus untuk setiap kelurahan se-Bandar Lampung dalam rangka mempercepat pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kelurahan di Bandar Lampung guna percepatan terwujudnya kesejahteraan masyarakat Bandar Lampung

Sebagai daerah otonom, Kota Bandar Lampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka penyelenggaraan pembangunan di Kota Bandar Lampung harus serasi, selaras, serta tidak bertentangan dengan arah dan kebijakan pembangunan nasional, namun tetap berpijak kepada karakteristik, kondisi, potensi, dan aspirasi yang berkembang di masyarakat lokal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintahan Kota Bandar Lampung mengembangkan kebijakan Program pembangunan sebagai “ Gerakan Masyarakat “ , yakni: dari, dan, oleh untuk masyarakat dengan pemanfaatan potensi dan pranata sosial yang ada seperti Piil Pesenggiri (sakai sembayan dan nengah nyampur ) . masyarakat kelurahan diberi kebebasan dalam menentukan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan serta didorong untuk berparisipasi aktif melalui penyiapan swadaya masyarakat. Hal ini memberikan makna bahwa peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di wilayahnya akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik potensi sosial ekonomi


(4)

lokal. Kelebihan yang ada di suatu kelompok masyarakat adalah adanya nilai sosial yang dapat diberdayakan dalam proses pembangunan khususnya di kelurahan. Pemanfatan norma-norma Kebersamaan, Persaudaraan, dan Kegotong-royongan, dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan diharapkan akan dapat mewujudkan kelurahan yang mandiri, yaitu :

1. Kelurahan yang warganya mampu menyususn rencana kegiatan di kelurahanya masing-masing

2. Kelurahan yang warganya mampu melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan di kelurahanya masing-masing, serta mampu menjaga kelangsunganya proses pembangunan yang dilakukan.

Permasalahanya adalah, pelaksanaan Program Gemma Tapis Berseri di Kelurahan Gedung Meneng belum berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan dari Program Gemma Tapis Berseri, disatu sisi tujuan dari Program Gemma Tapis Berseri adalah untuk mempercepat prosesi pembangunan sesuai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, disisi lain pada pelaksanaan pembangunan belum menyentuh apa yang menjadi tujuan dari Program Gemme Tapis Berseri diukur dengan melihat skala prioritas.

Secara prosedural proses pelaksanan pembangunan dilaksanakan dengan bermusyawarah antara RT, Masyarakat, dan Kelompok Masyarakat selaku unit pelaksana kegiatan untuk menentukan arah pembangunan yang akan dilaksankan diukur dengan skala prioritas, jumlah penerima manfaat dari pelaksanaan pembangunan apakah pembangunan yang akan dilaksankan sesuai dengan kebutukan masyarakat yang mendesak, apa keinginan masyarakat. Tetapi realitasnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang mendesak, pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Gedung Meneng melaikan berdasarkan kepentingan kelompok masyarakat dengan Ketua RT yang memiliki kedekatan emosional dengan kelompok masyarakat, terbukti pada pembanguan pemagaran makam pada RT 06 LK 1 belum mendesak tetapi pelaksanaan pemagaran makam tetap dilaksanakan, pemagaran makam


(5)

sudah sangat mendesak, tetapi pada kenyataanya pembuatan saluran drainase dianuli/ tidak dilaksankan padahal penerima manfaat dari pembuatan saluran drainase di Jl Lada lebih banyak dibandingkan pemagaran makam. Pelaksanaan pembangunan yang dilaksankan oleh pokmas pada Perum Geria Gedung Meneng RT 10 LK I terjadi suatu permasalahan karna Perumahan merupakan tanggung jawab dari deplover. Hal ini pun menjadi suatu delema.

Dari sisi pemberdayaan Pokmas selaku pelaksana kegiatan belum se-optimal mungkin memberdayakan masyarakat disekitar, terbukti pada pelaksanaan pembangunan ada beberapa warga yang keberatan ketika kelompok masyarakat menitipkan material bangunan di halaman rumah warga, hal ini berimplikasi bahwa belum semaksimal mungkin kelompok masyarakat bersoialisasi, dan berimplikasi tidak adanya swadaya yang timbul dari masyarakat.

Berdasarkan permasalah dan fakta tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai“ Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Pada Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “


(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarka uraian dan permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

“Bagaimana Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “ ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.:

”Untuk Mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Gedung Meneng Tahun 2009 “ ?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran untuk lebih mengembangkan dan menyempurnakan sekaligus bahan evaluasi Pelaksanaan Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung.

2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan dan informasi yang berguna bagi :

a. Memberikan pengetahuan kepada penulis sejauh mana tingkat keberhasilan dari Program Gerakan Masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan Pemerinta Daerah Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan Program Gerakan masyarakat Membangun (GEMMA) Tapis Berseri Kota Bandar Lampung


Dokumen yang terkait

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

3 116 161

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar

1 41 119

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Maimoon Kota Medan

4 58 106

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

ANALISIS DAMPAK BANTUAN PINJAMAN BERGULIR (KREDIT EKOR) PROGRAM GEMMA TAPIS BERSERI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO (Studi Kasus Pada Usaha Mikro Penerima Manfaat Program di Kelurahan Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Bandar lampung)

0 2 19

ANALISIS DAMPAK BANTUAN PINJAMAN BERGULIR (KREDIT EKOR) PROGRAM GEMMA TAPIS BERSERI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO (Studi Kasus Pada Usaha Mikro Penerima Manfaat Program di Kelurahan Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Bandar lampung)

1 3 19

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT MEMBANGUN (GEMMA) TAPIS BERSERI KOTA BANDAR LAMPUNG “Studi Pada Pelaksanaan Program (GEMMA) Tapis Berseri Di Kelurahan Gedung Meneng”

2 31 106

EFEKTIVITAS PROGRAM BINA LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT NELAYAN KELURAHAN KOTA KARANG RAYA BANDAR LAMPUNG

7 60 69

Pengaruh Keluarga, Kelompok Referensi, Peran dan Status Terhadap Keputusan Pembelian Kain Tapis di Bandar Lampung (Studi Pada Konsumen Butik Tapis Fitri di Bandar Lampung)

4 27 81

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT EKONOMI KERAKYATAN (EKOR) KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Pelaksanaan Program Kredit Ekor di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung)

1 21 85