Menunaikan Ibadah Haji PERANAN PANGERAN WALANGSUNGSANG
lima waktu Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh , menunaikan ibadah Puasa di bulan Rhamadhan, Zakat, serta ibadah Haji. Khusus untuk
ibadah Haji wajib dilaksanakan bagi orang yang mampu. Mampu dalam hal ini terdiri dari, mampu biaya perjalanan, fisik sehat rohani dan
jasmani serta lingkungan yang mendukung. Pangeran Walangsungsang pergi ke Mekah bersama Nyi Mas
Lara Santang, sedangkan istrinya Nyi Mas Indang Geulis tidak ikut serta karena dalam kondisi hamil tua. Tidak di ceritakan di perjalanan Pangeran
Walangsungsang selama di Mekah menumpang dirumah Bayanullah, yaitu kerabat gurunya Syekh Nurul Jati. Hal ini tentu atas petunjuk Syekh
Nurul Jati dengan memberikan suatu barang kepada Pangeran Walangsungsang agar Ki Bayanullah mengenalinya sebagai murid dari
saudaranya yang tinggal di Jawa Dwipa. Pangeran Walangsungsang sendiri pergi ke Mekkah menumpang kapal yang menuju ke tanah Arab.
Di perkirakan pada saat itu ada kapal yang singgah di pelabuhan Muara Jati dan akan berlayar kesana, karena setiap waktu banyak kapal asing
singgah di Muara Jati. Menurut Tom Pires pengeliling bangsa Portugis ada sekitar 4 sampai 5 Jung kapal besar singgah di Muara Jati Sunardjo,
1983 : 43 Di kota Mekkah Pangeran Walangsungsang berguru kepada
Syekh Abdul Yajjid. Dari Syekh Bayanullah dan Sekh Abdul Yajjid Pangeran Walangsungsang mendapat pengetahuan perkembangan Islam
yang lebih luas. Tidak menutup kemungkinan, Pangeran Walangsungsang
mempelajari kedalaman Islam Tasawuf . Dalam naskah lainya Pangeran Wangsakerta menambahkan, bahwa Pangeran Walangsungsang pernah
berkunjung ke Iraq. Kunjungan itu terjadi karena Pangeran Walangsungsang ingin mengetahui tempat permulaan berkembangnya
mazhab Hanafi, Syafi’i, Hambali dan Maliki. Di negara Iraq, walaupun keempat mazhab itu saling bersaing,
tetapi tidak menghambat terhadap tatanan Kenegaraan bercorak Islam. Perkembangan Iraq pada waktu itu sudah dapat dijadikan tolak ukur
sebagai Negara Islam yang kokoh. Kunjunganya ke Iraq bagi Pangeran Walangsungsang merupakan suatu pengalaman yang berharga. Sebagai
calon negarawan, Pangeran Walangsungsang pun mempelajari tatanan kenegaraan yang berdasarkan Islam, nantinya sedikit banyak di praktikan
dalam memerintah Kesultanan Cirebon. Selama di Tanah Arab terjadi suatu peristiwa penting bagi
Pangeran Walangsungsang, yaitu pernikahan adiknya Nyi Mas Lara Santang dengan bangsawan Arab, yaitu Maulana Sultan Muhammad
bergelar Syarif Abdullah. Begitulah Syarif Abdullah jatuh cinta kepada Nyi Mas Lara Santang dan akhirnya kelak dari perkawinan tersebut lahir
dua orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Syarif Abdullah sendiri adalah keturunan suku Quraisy dari bani Hasyim yang
pernah berkuasa atas wilayah palestina, tempat Tinggal Bani Israil. Beliau menjadi wali kota di bawah kekuasaan Sultan Mesir Wangsa Ayubi dari
Bani Mameluk. Beliau merupakan keturunan dari Nabi Muhammad SAW, generasi yang ke-17 Iskandar dkk, 2000 : 88 .
Pangeran Walangsungsang pulang sendiri ke tanah jawa, karena adiknya telah di boyong oleh suaminya. Beliau sempat singgah di Campa
dan berguru kepada Syekh Ibrahim Akbar serta menikah dengan putrinya yang bernama nyi mas Rasa Jati. Dari hasil perjalanan ibadah haji
Pangeran sempat menyerap ajara Islam yang universal. Islam yang dapat memenuhi hasrat kebutuhan lahir batin, Islam yang dapat menjamin
keselamatan di dunia dan akhirat. Pangeran Walangsungsang mendapatkan nama baru yakni Haji Abdullah Iman, yang diharapkan
dapat mengantarkanya sebagai haji mabrur.