PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE BAGI SISWA KELAS VA SD N 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE

BAGI SISWA KELAS VA SD N 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Oleh

Endang Sri Jayanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE BAGI SISWA

KELAS VA SD N 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Oleh

Endang Sri Jayanti

Masalah dalam penelitian ini adalah hasil keterampilan menulis paragraf narasi di kelas VA SD N 2 Langkapura yang masih rendah. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas VA SD N 2 Langkapura dengan model Concept Sentence.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas yang memiliki empat tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar observasi kinerja guru, tes keterampilan menulis siswa, dokumentasi pembelajaran serta wawancara dengan guru kelas. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif untuk menganalisis kinerja guru dan analisis kuantitatif untuk menganalisis hasil belajar dari tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Concept Sentence dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas VA SD N 2 Langkapura dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi siswa. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil keterampilan menulis siswa setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 58, persentase siswa yang terampil menulis paragraf narasi sebesar 24%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 67,52, persentase siswa yang terampil menulis paragraf narasi sebesar 44% sehingga terjadi peningkatan sebesar 20%. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata kelas 72,32, persentase siswa yang terampil menulis paragraf narasi sebesar 80%, sehingga hasil keterampilan menulis siswa meningkat sebesar 36%.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... . xvi

DAFTAR GRAFIK... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Indonesia ... 7

1 Bahasa Indonesia Secara Umum... ... 7

2 Bahasa Indonesia di SD ... 8

3 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD... 9

4 Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD... 10

5 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD... 11

B.Pembelajaran Keterampilan Menulis ... 12


(6)

3 Pengertian Menulis... 13

C. Tujuan dan Jenis-jenis Menulis di SD... 15

1 Tujuan Menulis... 15

2 Jenis-jenis Menulis di SD... 16

D. Paragraf Narasi ... 18

1 Pengertian Paragraf... 18

2 Syarat-syarat Paragraf... 18

3 Pengertian Narasi... 19

4 Ciri-ciri Paragraf Narasi... 20

5 Jenis-jenis Paragraf Narasi... 21

6 Langkah-langkah Menulis Paragraf Narasi... 22

E. Model Pembelajaran ... 22

1 Pengertian Model Pembelajaran... 22

2 Model-model Pembelajaran... 23

F. Model Concept Sentence ... 24

1 Pengertian Model Concept Sentence... 24

2 Kelebihan dan Kekurangan Model Concept Sentence... 25

3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Concept Sentence... 26

G.Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 28

B. Seting Penelitian ... 30


(7)

C.Data dan Sumber Data... 30

D.Teknik Pengumpulan Data... .... 31

E. Alat Pengumpul Data... ... 32

F. Teknik Analisis Data... .... 32

G.Langkah-langkah Penelitian... ... 34

H.Indikator Keberhasilan... .... 37

BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 38

B.Hasil Analisis Siklus I, II, dan III ... 63

C.Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 74

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA... .... 77 LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu perwujudan manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2006: 2)

Peran bahasa memiliki andil besar untuk membentuk siswa yang berkompeten di berbagai bidang. Dalam KTSP (2006: 1) dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dalam hal ini bahasa yang dimaksud adalah bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya


(9)

kesastraan manusia Indonesia. Oleh sebab itu pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi.

Untuk kelas rendah pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara tematik atau diintegrasikan berdasarkan tema-tema tertentu. Di samping secara tematik, pembelajaran bahasa Indonesia juga dilakukan secara integratif atau terpadu pada kelas tinggi, artinya pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat keterampilan berbahasa yakni keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa ini harus dikuasai siswa, namun aspek keterampilan menulislah yang paling tinggi dan paling kompleks tingkatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Leonhardt (dalam Sudrajat, 2008) yaitu “…aspek keterampilan menulis jauh lebih sukar dan jauh lebih rumit dibandingkan aspek kebahasaan yang lainnya, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, dan keterampilan membaca”.

Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Akan tetapi dalam penerapannya banyak guru mengalami kesulitan dalam membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan dalam hal pengajaran yang terlalu kaku sehingga menimbulkan kesan bahwa menulis itu sulit. Ternyata tidak semua aspek keterampilan berbahasa dapat ditanamkan dengan mudah kepada anak dalam pelaksanaan pembelajaran. Di sinilah peran guru sangat penting. Berhasil tidaknya proses pembelajaran bahasa Indonesia di SD ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kreativitas dan inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator diharapkan dengan segala kemampuannya dapat


(10)

memfasilitasi siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan kemampuan siswa merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru.

Berdasarkan studi dokumentasi dan survei yang dilakukan peneliti di kelas VA SD N 2 Langkapura, keterampilan siswa dalam hal menulis masih rendah, terbukti dari studi dokumentasi di kelas VA SD N 2 Langkapura bahwa hanya ada 6 orang siswa (24%) yang bisa dikatakan terampil dan masih ada 19 orang siswa (76%) yang kurang terampil dalam menulis paragraf narasi. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang terampil belum mencapai 50% dari jumlah siswa seluruhnya.

Hal ini disebabkan oleh : (1) kurangnya antusias siswa dalam proses pembelajaran, (2) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, (3) penggunaan model pembelajaran sangat jarang digunakan terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia. Padahal dalam suatu pembelajaran, penggunaan model maupun media pembelajaran sangat membantu proses pembelajaran. Karena dengan begitu siswa akan lebih aktif dan antusias dalam penerimaan materi yang disampaikan oleh guru. Namun, kenyataannya di kelas VA SD N 2 Langkapura ini model pembelajaran yang digunakan masih monoton, hal seperti ini tentunya membuat para siswa merasa bosan dan akhirnya proses pembelajaran tidak dapat berjalan optimal. Saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang kurang antusias dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih rendah.

Jika kondisi pembelajaran seperti di atas tidak dicarikan solusinya, dikhawatirkan keterampilan menulis di kalangan siswa SD akan terus berada


(11)

pada posisi yang kurang baik. Untuk menyiasati hal tersebut, guru harus melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran dan melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan permasalahan di atas, dibutuhkan model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, dan mendorong pengembangan potensi dalam dirinya serta kemampuan bekerja sama dalam menemukan makna dari apa yang dipelajarinya. Banyak model-model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis terutama menulis paragraf narasi, salah satunya adalah model Concept Sentence.

Model Concept Sentence merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kata-kata kunci yang digunakan untuk membuat kalimat-kalimat yang nantinya akan disusun menjadi sebuah paragraf. Peneliti memilih menerapkan model Concept Sentence didasari oleh pemikiran bahwa di dalam proses menulis karangan terkait dengan dua tahapan penting. Tahapan tersebut adalah pada saat memikirkan gagasan yang akan ditulis dan tahapan menuangkan gagasan tersebut ke dalam bentuk tulisan. Setiap tahapan memiliki kesulitan tersendiri. Kesulitan siswa pada tahap memikirkan gagasan, berkisar pada apa yang harus diceritakan dalam karangan tersebut. Melalui model Concept Sentence hal ini dapat dihindari karena siswa diberikan acuan berupa kata yang harus ia kembangkan menjadi kalimat.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini akan difokuskan penggunaan model Concept Sentence pada upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa di SD N 2 Langkapura, khususnya dalam menulis paragraf narasi. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan


(12)

mengangkat judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi dengan Menggunakan Model Concept Sentence Siswa Kelas VA SD N 2 Langkapura

Tahun Pelajaran 2012 / 2013.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.

2. Guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. 3. Guru kurang menerapkan tahapan-tahapan dalam proses menulis.

4. Keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas VA SD N 2 Langkapura masih rendah, hal ini terlihat dari hasil tulisan siswa secara umum yang masih dalam kategori kurang terampil.

5. Siswa kurang fokus terhadap penjelasan guru. Hal ini terlihat jelas pada saat guru sedang menyampaikan materi, masih banyak siswa yang bercanda dengan temannya.

6. Guru belum menggunakan model Concept Sentence dalam pembelajaran terutama pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis paragraf narasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya, adapun permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut. “Bagaimanakah pembelajaran menulis paragraf narasi di kelas VA SD N 2 Langkapura dengan model Concept Sentence untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi ?


(13)

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk “Meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas VA SD N 2 Langkapura dengan menggunakan model Concept Sentence.”

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih aktif dan terampil dalam menulis paragraf narasi melalui penggunaan model Concept Sentence dalam pelajaran bahasa Indonesia.

2. Guru

Sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di kelasnya, serta menambah kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran. Selain itu juga sebagai upaya guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran menulis.

3. Lembaga Sekolah Dasar (SD N 2 Langkapura)

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu menghasilkan output yang berkualitas.

4. Peneliti

Untuk meningkatkan kompetensi paedagogik pada diri peneliti, sekaligus memberikan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas sehingga dapat menjadi guru yang profesional di kemudian hari.


(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bahasa Indonesia

1. Bahasa Indonesia Secara Umum

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Ditinjau secara umum, bahasa dapat diartikan sebagai ucapan, pikiran dan perasaan seseorang yang disampaikan secara teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang 1945 pasal 36 menyatakan bahwa

“Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”. Berdasarkan pernyataan

tersebut jelas bahwa bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa resmi negara Indonesia. Selain itu Mahayana (2008, 21) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia adalah suatu alat komunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan, serta merupakan bahasa pemersatu bangsa yang digunakan oleh seluruh warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu sistem lambang atau bunyi yang mempunyai makna secara lengkap dan teratur yang digunakan sebagai alat komunikasi secara resmi diseluruh tanah air Indonesia.


(15)

2. Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara integratif (terpadu). Depdiknas (2006) menetapkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan integratif (terpadu). Bentuk keterpaduan tersebut dapat dilakukan secara intrabidang atau antarbidang studi. Bentuk keterpaduan ini juga dapat dilakukan melalui pemanduan konsep dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu sepatutnya dilaksanakan di SD sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya. Piaget (dalam Suparno, 2001: 49) mengungkapkan bahwa anak pada tahap operasional konkret (7 – 11 tahun) membangun sendiri skemata dari pengalamannya dengan lingkungannya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Ruang lingkup pelajaran bahasa Indonesia adalah empat keterampilan berbahasa yang merupakan catur-tunggal keterampilan berbahasa yang saling terkait dan berhubungan. Hal senada diungkapkan oleh Tarigan (2003: 21) bahwa empat keterampilan berbahasa yang disebut catur-tunggal saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan. Empat keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Tarigan (2003: 25)


(16)

mengemukakan bahwa keterampilan membaca dan menulis pada umumnya didapatkan setelah mereka memasuki sekolah formal, para siswa SD pada umumnya memiliki kualitas yang hampir sama karena diajarkan secara formal dengan cara yang hampir sama.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu antarbidang studi dan merupakan pembelajaran yang tidak dapat terpisahkan antaraspek berbahasa lainnya.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (2003: 1) adalah “agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat

pengalaman siswa sekolah dasar”.

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini telah mencakup seluruh aspek kebahasaan, maka siswa dituntut mampu berkomunikasi secara efektif, selalu menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi formal, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat, serta mampu membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Dengan begitu, siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan disertai rasa bangga terhadap bahasa Negaranya sendiri.


(17)

Depdiknas (2006: 317) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan di antaranya:

a. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,

b. menghargai dan bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,

c. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,

d. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial,

e. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,

f. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah agar siswa dapat berkomunikasi dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta menghargai bahasa Indonesia sebagai budaya Indonesia.

3. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Umumnya masyarakat mengetahui bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Keraf (dalam Smaradhipa, 2005) menyatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsinya sendiri. Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi.


(18)

Selain itu menurut Alwasilah (1997: 27) pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai sastra Indonesia.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional. Menurut Depdiknas (2006) pembelajaran bahasa Indonesia di SD memiliki fungsi yaitu :

a. menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa,

b. memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan tulisan,

c. memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis, rasional, dan praktis,

d. memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami, mengungkapkan dan menikmati keindahan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai alat untuk menanamkan, memupuk serta mengembangkan perasaan menghargai bahasa dan budaya Indonesia.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Bahasa Indonesia memiliki empat aspek yang harus dipelajari oleh siswa. Empat aspek tersebut masuk ke dalam ruang lingkup bahasa Indonesia. Depdiknas (2006: 318) menyatakan bahwa ruang lingkup bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.


(19)

Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia mengarah pada peningkatan kemampuan berkomunikasi, karena keempat kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan dan memiliki peran penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Dalam penelitian ini akan difokuskan tentang aspek menulis.

B. Pembelajaran Keterampilan Menulis 1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa di sekolah. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sudjana (2004: 5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Maka pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari dengan mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa (Sanjaya, 2008: 6).

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran suatu kegiatan belajar mengajar yang didalamnya terdapat interaksi positif antara guru dengan siswa dengan menggunakan segala potensi


(20)

dan sumber yang ada untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif dan menyenangkan.

2. Pengertian Keterampilan Menulis

Menulis merupakan kegiatan berbahasa. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, keterampilan menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran yang tepat agar dapat menguasai keterampilan menulis yang baik.

Byrne (2008: 3) menyatakan keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Senada dengan pendapat tersebut, Burhan (2001: 200) menyatakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan dalam melahirkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, Malik (2001: 71) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan secara tak langsung dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mengungkapkan buah pikiran, ide maupun perasaan dalam bentuk tulisan untuk dikomunikasikan secara tidak langsung kepada orang lain.

3. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas


(21)

berpikir. Keduanya saling melengkapi. Costa (dalam Samosir, 2011) mengemukakan bahwa menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Dan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan keterampilannya dalam menulis. Sedangkan Lado (dalam Suriamiaharja, 1996: 1) menyatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafiknya. Selanjutnya Tarigan (dalam Mulyono, 2003: 224) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa:

a. menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi. b. menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke

dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis.


(22)

C. Tujuan dan Jenis-jenis Menulis di SD 1. Tujuan Menulis

Pelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan penggunaan bahasa Indonesia, demikian juga tentang pembelajaran menulis. Pada dasarnya pembelajaran menulis di SD mengajarkan keterampilan membuat kalimat, merakit menjadi paragraf yang baik, dan mengembangkan wacana. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis diajarkan dengan tujuan agar siswa mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar.

Setiap tulisan memiliki tujuan-tujuan yang jelas. Tarigan (dalam Cahyani 2006: 98) mengemukakan bahwa tujuan menulis adalah untuk memberitahukan atau menginformasikan, menghibur, meyakinkan, dan mengungkapkan perasaan atau emosi. Selain itu, Hartig (dalam Cahyani, 2006: 98) menyatakan beberapa tujuan dari menulis, yaitu:

a. Tujuan penugasan (assignment purpose)

Kegiatan menulis dilakukan karena ditugaskan menulis sesuatu, bukan atas kemauan sendiri.

b. Tujuan altruistik (altruistic purpose)

Kegiatan menulis dilakukan untuk menyenangkan atau menghindarkan kedukaan pembaca.

c. Tujuan persuasif (persuasive purpose)

Kegiatan menulis bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Tujuan penerangan (informational purpose)

Kegiatan menulis bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca.

e. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose)

Kegiatan menulis bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.


(23)

f. Tujuan kreatif (creative purpose)

Kegiatan menulis bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian.

g. Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose).

Dalam tulisan seperti ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Berdasarkan beberapa tujuan menulis yang telah dikemukakan di atas, pada penelitian ini akan ditekankan pada tujuan penugasan (assignment purpose). Kegiatan menulis pada tujuan ini dilakukan seseorang (siswa) berdasarkan kehendak dari orang lain (guru). Pada tujuan penugasan, guru harus mampu menumbuhkan motivasi yang ada pada diri siswa agar tujuan kreatif (creative purpose) dapat dikembangkan dengan baik, sebab jika seseorang terpaksa melakukan kegiatan menulis, maka tulisan tersebut tidak akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Jenis-jenis Menulis di SD

Tulisan dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Setiap jenis tulisan memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Menurut Suparno (2006: 23) dalam menulis dikenal jenis-jenis menulis yaitu :

a. Deskripsi (perian)

Deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Narasi (kisahan)

Narasi adalah tulisan yang berisi penyampaian rangkaian peristiwa menurut urutan kejadiannya.

c. Eksposisi (paparan)

Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.

d. Argumentasi (bahasan)

Argumentasi adalah tulisan yang berisi atas paparan alasan dan pendapat untuk membuat suatu kesimpulan.


(24)

e. Persuasi (ajakan)

Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain seperti sebuah ajakan untuk mengikuti suatu tindakan.

Menulis pada tingkat SD berbeda dengan menulis pada tingkat yang lebih tinggi. Pada umumnya, siswa SD belum mampu mengembangkan imajinasinya ke dalam bentuk kalimat atau karangan yang membutuhkan tingkat penalaran tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, Ahira (2010) merumuskan delapan jenis menulis, sebagai berikut.

a. Menulis pelajaran. Kegiatan ini dilakukan oleh pelajar untuk mencatat pelajaran yang sedang dipelajarinya.

b. Menulis buku. Dilakukan oleh seorang penulis yang dengan sengaja menulis dalam jumlah kata-kata yang banyak.

c. Menulis artikel. Dilakukan oleh seseorang yang ingin menuangkan ide atau gagasannya berdasarkan situasi yang sedang berlangsung atau ingin berbagi sesuatu yang diketahuinya dengan orang lain dalam bentuk tulisan yang singkat, padat, dan tidak bertele-tele.

d. Menulis karya ilmiah. Dilakukan oleh seseorang yang sedang atau telah melakukan sebuah penelitian.

e. Menulis puisi. Dilakukan oleh seseorang yang ingin menyampaikan perasaan khayal, persepsi, maupun emosi. f. Menulis novel. Menuliskan cerita dengan rangkaian kata-kata

yang panjang.

g. Menulis cerpen. Menuliskan cerita hanya dengan beberapa halaman saja.

h. Menulis esai. Menuliskan suatu objek dengan sudut pandang pribadi.

Berdasarkan beberapa jenis-jenis menulis yang telah dijelaskan di atas, menulis pada tingkat SD dapat berupa menulis pelajaran, menulis puisi, dan juga menulis esai. Namun pada penelitian tindakan kelas ini, penulis hanya memfokuskan pada jenis menulis pelajaran yang dikhususkan pada kegiatan menulis paragraf.


(25)

D. Paragraf Narasi

1. Pengertian Paragraf

Paragraf tersusun dari beberapa kalimat yang utuh, seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Syafi’ie (2000: 145) menguraikan pengertian paragraf adalah sebagai karangan utuh dalam bentuk miniatur karena ciri-ciri utama suatu karangan dipunyai oleh suatu paragraf. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 94) paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun secara logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran atau mengandung satu ide pokok yang tersirat dalam karangan.

Selanjutnya Akhadiah (2003: 144) mengungkapkan paragraf sebagai inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terdapat satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan. Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya, baik antara gagasan utama dengan gagasan penjelasnya ataupun antara kalimatnya.

2. Syarat-syarat Paragraf

Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya, baik itu antara gagasan utama dengan gagasan


(26)

penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Dalam hal ini, paragraf yang baik harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut Syakri (2002: 2) paragraf yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu kepaduan paragraf, kesatuan paragraf, dan kelengkapan paragraf. Kepaduan paragraf merupakan kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Sedangkan sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila didalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukkan pokok pikiran atau kalimat utama.

Pendapat lain mengemukakan syarat paragraf yang baik adalah memenuhi dua kriteria yaitu kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koheren).

Kriteria kesatuan atau kohesi menyangkut keeratan hubungan makna antargagasan dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama diikuti dengan beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Kriteria kepaduan atau koheren, sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf juga harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin didalamnya. Kepaduan paragraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami (Mustakim, 2010: 115).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, syarat paragraf yang baik adalah memenuhi kriteria kesatuan dan kepaduan, sebab sebuah paragraf bukanlah sebuah tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi kalimat-kalimat itu dibangun oleh adanya hubungan timbal-balik.

3. Pengertian Narasi

Paragraf merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Ada lima jenis paragraf yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,


(27)

argumentasi dan persuasi. Namun penelitian ini akan difokuskan pada jenis paragraf narasi, sebab keterampilan menulis paragraf narasi pada siswa kelas VA SD N 2 Langkapura masih rendah.

Menurut Widyamartaya (2005: 9) narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama. Selain itu Semi (2003: 29) mengemukakan bahwa narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu. Selanjutnya, Keraf (2010: 136) mengatakan paragraf narasi merupakan suatu bentuk paragraf yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan paragraf narasi adalah suatu bentuk paragraf yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca akan suatu peristiwa yang telah terjadi yang dapat dijadikan alat untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada pembaca.

4. Ciri-ciri Paragraf Narasi

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, paragraf narasi merupakan paragraf yang berisi tentang suatu cerita atau kisahan. Setiap paragraf mempunyai ciri tertentu. Adapun ciri-ciri paragraf narasi menurut Semi (2003: 31) yaitu:


(28)

a. berupa cerita tentang pengalaman manusia;

b. kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat pula berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan;

c. berdasarkan konflik. Karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik;

d. memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra, khususnya narasi berbentuk fiksi;

e. menekankan susunan kronologis; f. biasanya memiliki dialog.

Berdasarkan penjelasan tersebut jelas bahwa paragraf narasi memiliki karakteristik berbentuk fiksi yang isinya menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami seseorang pada waktu tertentu.

5. Jenis-jenis Paragraf Narasi

Paragraf narasi memiliki beberapa ciri-ciri, salah satunya adalah berbentuk fiksi. Selain memiliki ciri-cirinya, paragraf narasi juga memiliki banyak jenis.

Semi (2003: 32), mengatakan bahwa narasi dibagi atas dua jenis, pertama yaitu narasi informatif yang sering disebut narasi ekspositoris yang pada dasarnya cenderung memaparkan informasi dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan. Kedua yaitu narasi artistik yang biasa disebut sugestis. Narasi ini umumnya berupa cerpen atau novel yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca sehingga tampak seolah-olah melihat.

Selanjutnya Keraf (2010: 137) mengemukakan bahwa narasi berdasarkan tujuannya dibedakan ke dalam dua jenis yaitu :

a. Narasi ekspositoris

Narasi ekspositoris hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. b. Narasi sugestif

Disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu


(29)

amanat terselubung kepada pembaca. Dan berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa narasi ekspositoris merupakan narasi yang menceritakan sesuatu dengan apa adanya sesuai fakta dan dengan bahasa yang lugas. Sedangkan narasi sugestis merupakan narasi dengan penjelasan yang fiktif dan daya khayal seperti contohnya cerpen atau novel.

6. Langkah-langkah Menulis Paragraf Narasi

Setiap penyusunan atau penulisan paragraf tentunya terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan, begitu pula dalam menyusun suatu paragraf narasi. Semi (2003: 34) menyatakan bahwa langkah-langkah menyusun suatu paragraf narasi yaitu:

a. tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. b. tetapkan sasaran pembaca kita.

c. rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

d. bagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

e. rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

f. susun tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandang.

E. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran dapat berjalan optimal dengan adanya penunjang dalam proses pembelajaran, seperti model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran


(30)

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Selain itu Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengaju pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan pembelajaran yang disusun secara sistematis. Model pembelajaran berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.

2. Model-model Pembelajaran

Kreatifitas seorang guru untuk memilih model pembelajaran yang cocok dalam proses pembelajaran di kelas sangat diperlukan, sebab model pembelajaran banyak jenisnya salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.

Suprijono (2009: 45) mengungkapkan macam-macam tipe model pembelajaran kooperatif adalah Number Heads Together (NHT), Cooperative Script, Student Teams Achievement Divisions (STAD), Think Pair and Share (TPS), Snowball Throwing, Team Games Tournament (TGT), Picture and Picture, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Concept Sentence dan masih banyak lagi.

Dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran Concept Sentence karena didasari oleh pemikiran bahwa di dalam proses menulis karangan terkait dengan dua tahapan penting. Tahapan tersebut adalah pada saat memikirkan gagasan yang akan ditulis dan


(31)

tahapan menuangkan gagasan tersebut ke dalam bentuk tulisan. Setiap tahapan memiliki kesulitan tersendiri. Kesulitan siswa pada tahap memikirkan gagasan, berkisar pada apa yang harus diceritakan dalam karangan tersebut. Melalui model Concept Sentence hal ini dapat dihindari karena siswa diberikan acuan berupa kata yang harus ia kembangkan menjadi kalimat.

F. Model Concept Sentence

1. Pengertian Model Concept Sentence

Concept artinya konsep, sedangkan Sentence artinya kalimat. Concept Sentence secara keseluruhan dapat diartikan sebagai konsep kalimat. Oleh sebab itu model Concept Sentence sesuai untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata kunci.

Model Concept Sentence adalah model yang digunakan untuk memperdalam siswa dalam membuat kalimat. Model ini bisa dilakukan oleh beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang. Kiranawati (2008: 48) menyatakan model Concept Sentence adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa, kemudian kata kunci-kata kunci tersebut disusun menjadi beberapa kalimat dan dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Selain itu Widodo (2009) menyatakan model Concept Sentence adalah model pembelajaran yang diawali dengan langkah menyampaikan kompetensi, sajian materi, kemudian membentuk kelompok heterogen, guru


(32)

menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kelompok berdasarkan kata kunci. Selanjutnya Trianto (2009: 54) mengemukakan bahwa Concept Sentence merupakan pembelajaran dengan menggunakan media berupa kata kunci, yang kemudian digunakan untuk merangkai sebuah kalimat maupun cerita berdasarkan kata kunci yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model Concept Sentence adalah pembelajaran dengan menggunakan kartu-kartu yang berisi kata kunci. Kata kunci tersebut dapat digunakan untuk menyusun kalimat hingga menjadi sebuah paragraf yang baik.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Concept Sentence

Setiap model pembelajaran tentunya terdapat kelebihan maupun kekurangan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang disampaikan agar dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran di kelasnya.

Menurut Widodo (2009) model Concept Sentence memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a. Kelebihan model Concept Sentence.

1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran. 2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang

pandai.

3. Mental dan kecakapan siswa terbangun dalam segala aspek keterampilan berbahasa.

4. Meningkatkan semangat belajar siswa.

5. Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif 6. Mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif b. Kekurangan model Concept Sentence

1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.


(33)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kelebihan dari model Concept Sentence ini adalah siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran, tugas guru lebih ringan, karena siswa yang lebih pandai bisa mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahannya adalah model Concept Sentence ini hanya untuk mata pelajaran tertentu, dan bagi siswa yang pasif bisa mengambil jawaban dari temannya.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Concept Sentence

Model Concept Sentence merupakan model pembelajaran dengan menggunakan kata kunci. Terdapat langkah-langkah pembelajaran dalam penerapan model Concept Sentence di kelas. Menurut Suprijono (2009) langkah-langkah pembelajaran Concept Sentence sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Concept Sentence

Tahap Aktivitas Ket.

Awal a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru menyajikan materi secukupnya.

Guru

Inti c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya + 4 orang secara heterogen.

d. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.

e. Guru memerintahkan kepada setiap kelompok untuk membuat paragraf dengan menggunakan kata-kata kunci setiap kalimat.

Guru

f. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

g. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara individu.

Siswa

Akhir h. Guru memerintahkan siswa untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas.

Guru i. Siswa secara bergantian membacakan hasil

tulisannya di depan kelas.


(34)

Model Concept Sentence lebih mengarah pada pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran tata kalimat dengan menggunakan kata-kata kunci. Pembelajaran dalam model Concept Sentence ini siswa dikelompokkan secara heterogen. Ciri umum model Concept Sentence adalah penyajian dengan kata-kata kunci. Ada pun tujuan model pembelajaran diterapkan di setiap pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Concept Sentence diawali dengan penyampaian kompetensi dan sajian materi, kemudian guru membentuk kelompok serta membagikan kata kunci kepada tiap kelompok yang akan digunakan siswa untuk membuat karangan.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu. “Apabila dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam materi mengarang menggunakan model pembelajaran Concept Sentence dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka akan meningkatkan keterampilan dalam menulis paragraf narasi di kelas VA SD N 2 Langkapura.”


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas yang di fokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu :

(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009: 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan siklus yang baik biasanya lebih dari dua siklus.


(36)

Adapun siklus PTK ini adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Siklus PTK

k

Siklus I

Siklus II

Siklus III

(Kusumah, dkk. 2009: 44) Permasalahan

Temuan Siklus I

Refleksi Menganalisis hasil observasi kinerja guru, kemudian hasil analisis digunakan untuk perencanaan siklus berikutnya

Observasi Proses pengamatan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal 2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Akhir Perencanaan

1.Menyiapkan perangkat pembelajaran.

2. Menyiapkan instrumen pembelajaran.

3. Menentukan Materi

Perencanaan 1. Menyiapkan perangkat

pembelajaran.

2. Menyiapkan instrumen pembelajaran.

3. Menentukan Materi

Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal 2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Akhir

Refleksi Menganalisis hasil observasi kinerja guru, kemudian hasil analisis digunakan untuk perencanaan siklus berikutnya

Observasi Proses pengamatan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Temuan Siklus II

Perencanaan

1 Menyiapkan perangkat

pembelajaran.

2 Menyiapkan instrumen

pembelajaran.

3 Menentukan Materi

Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal 2. Kegiatan Inti 3. Kegiatan Akhir

Observasi Proses pengamatan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Refleksi Menganalisis hasil observasi kinerja guru, kemudian hasil analisis digunakan untuk perencanaan siklus berikutnya

Permasalahan baru hasil refleksi


(37)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi pertisipan antara peneliti dengan guru kelas VA SD N 2 Langkapura dengan jumlah siswa sebanyak 25 anak dengan komposisi 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VA SD N 2 Langkapura yang beralamat di jalan Imam Bonjol, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih lima bulan, dari bulan Januari sampai bulan Mei. Kegiatan penelitian dimulai dari tahap persiapan (penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan RPP dan lembar kerja siswa) sampai tahap pelaksanaan (pembelajaran di kelas) dan tahap pelaporan.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa data verbal dan data non verbal. Data verbal berbentuk uraian atau penjelasan yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi oleh peneliti dengan guru kelas VA SD N 2 Langkapura. Sedangkan data non verbal berbentuk bagan, grafik atau gambar serta perlu pengamatan khusus untuk memperolehnya, data ini diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada setiap siklus dan berbentuk skor atau angka (Sugiyono, 2010: 37)


(38)

Sumber data verbal diperoleh dari studi dokumentasi dan wawancara oleh guru kelas VA SD N 2 Langkapura. Sedangkan sumber data non verbal diperoleh dari hasil belajar siswa kelas VA SD N 2 Langkapura.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang telah diperoleh berdasarkan instrumen penelitian, yaitu dengan menggunakan studi dokumentasi dan juga tes tertulis. Pengumpulan data dilakukan selama proses pembelajaran.

1. Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model Concept Sentence, pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa pengaruhnya serta bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Namun pada penelitian ini hanya difokuskan tentang hasil belajar siswa, oleh sebab itu tidak dimunculkan data observasi aktivitas siswa. 2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa dalam bentuk paragraf setelah digunakannya model pembelajaran Concept Sentence.

3. Dokumentasi, berisi kajian dokumen yang digunakan untuk memperoleh berbagai arsip data berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru, hasil ulangan dan nilai-nilai yang diberikan oleh guru.

4. Wawancara, dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.


(39)

E. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu berupa lembar observasi, tes tertulis, dokumentasi dan wawancara.

1. Lembar observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Concept Sentence sebagai model pembelajaran. Hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

2. Tes yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi pada pelajaran bahasa Indonesia.

3. Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan belajar siswa dan juga aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran. 4. Wawancara, digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. 1. Analisis kualitatif

Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas guru dengan menggunakan lembar observasi.

Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran Jumlah skor yang diperoleh

Skor akhir = X 100 Jumlah skor maksimal


(40)

Dengan keterangan sebagai berikut. 86-100 = Baik Sekali 71-85 = Baik 56-70 = Cukup 41-55 = Kurang

0-40 = Sangat Kurang (Depdiknas, 2000)

2. Analisis Kuantitatif

Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru, yaitu keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi. Adapun aspek yang dinilai dalam tes menulis paragraf narasi dengan menggunakan model pembelajaran Concept Sentence adalah (a) diksi (pemilihan kata), (b) ejaan dan tanda baca, (c) kerapian tulisan, (d) imajinasi, dan (e) kesesuaian dengan topik karangan (Hasanah, 2009). Teknik penyekoran kegiatan menulis paragraf narasi (terlampir). Hasil keterampilan menulis paragraf narasi dinilai dengan rumus:

Skor perolehan Skor akhir = ───────── × 100

Skor maksimum

Tabel 3.1 kategori hasil keterampilan menulis siswa

No. Interval Kategori

1. 90 sd 100 Sangat terampil

2. 70 sd 89 Terampil

3. 50 sd 69 Cukup terampil 4. 30 sd 49 Kurang terampil Adaptasi dari Aqib, dkk (2009: 44)


(41)

G. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas 1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Menentukan materi pembelajaran tentang menulis paragraf narasi. b. Menyiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

c. Menyiapkan bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Concept Sentence.

d. Menyiapkan lembar kerja siswa.

e. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi kinerja guru serta alat untuk dokumentasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model Concept Sentence yang mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam satu kali pertemuan yang berada di kelas VA SD N 2 Langkapura pada hari Sabtu,

23 Februari 2013 dengan materi “Menulis Pengalaman”.

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas dan menyiapkan pembelajaran. 2) Guru melakukan apersepsi dengan cara bertanya kepada siswa

“Apakah kalian pernah membaca sebuah cerita ?” “Cerita tentang apa yang kalian baca itu ?”

3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai.


(42)

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

1) Guru melibatkan siswa untuk mencari informasi tentang materi yang akan dicapai.

2) Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari secukupnya.

3) Guru melibatkan siswa dalam kegiatan tanya jawab terhadap materi pembelajaran.

Elaborasi

1) Membagi siswa ke dalam 5 kelompok secara heterogen. 2) Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi.

3) Menugaskan kepada setiap kelompok untuk membuat paragraf dengan menggunakan kata kunci setiap kalimat dan dikerjakan secara individu.

4) Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil karangannya di depan kelas.

Konfirmasi

1) Memberikan umpan balik dan penguatan kepada siswa dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang maupun yang

belum berpartisipasi aktif. c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang hasil tulisannya baik.


(43)

2) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir akan diamati oleh observer. Hal-hal yang harus diamati selama proses pembelajaran berlangsung yaitu mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Terdapat banyak komponen yang harus dinilai dari kinerja guru selama proses pembelajaran. Dalam melakukan pengamatan kinerja guru ini, dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah disepakati bersama. Lembar observasi tersebut berisi komponen-komponen yang dinilai dalam kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Tahap Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas semua yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil observasi kinerja guru. Kemudian hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus selanjutnya guna perbaikan kinerja dan merevisi perencanaan agar lebih baik, jika telah terjadi peningkatan kinerja maka penelitian dianggap cukup.


(44)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini dilihat dari adanya peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di setiap siklusnya. Wiyanto (2006: 12) mengemukakan bahwa seseorang dapat dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan ide, gagasan dan perasaan dalam tulisan dengan mempertimbangkan faktor ejaan dan tanda baca, susunan tulisan, kepaduan dan tujuan tulisan.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VA SD N 2 Langkapura mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model Concept Sentence dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai keterampilan siswa dalam hal menulis paragraf narasi terjadi peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata kelas hanya sebesar 58. Terdapat 6 (24%) siswa yang dapat dikatakan terampil dan 19 (76%) siswa dikatakan cukup terampil. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 67,52. Terdapat 11 (44%) siswa dapat dikatakan terampil dan 14 (56%) siswa dikatakan cukup terampil. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 72,32. Terdapat 20 (80%) siswa yang sudah terampil dan 5 (20%) siswa dikatakan cukup terampil. Dengan demikian, kualitas isi tulisan siswa melalui penggunaan model Concept Sentence dalam menulis paragraf narasi telah mengalami peningkatan yang cukup baik.


(46)

2. Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VA SD N 2 Langkapura dalam kegiatan menulis paragraf narasi dengan menggunakan model Concept Sentence, dan dengan memperhatikan langkah-langkah penggunaannya secara tepat dapat meningkatkan kinerja guru, yaitu dengan nilai perolehan siklus I sebesar 52,34, siklus II sebesar 69,53, dan siklus III sebesar 83,59.

B.Saran

1. Kepada guru, hendaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran salah satunya dengan model Concept Sentence pada pokok bahasan menulis paragraf narasi sebagai alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa serta memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.

2. Kepada sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru-guru untuk melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah agar dapat menghasilkan output yang berkualitas.

3. Kepada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), hendaknya dapat memahami PTK lebih baik lagi, sehingga dapat dijadikan acuan sebagai calon guru sekolah dasar dalam melaksanakan kegiatan penelitian, serta dapat menjadi guru yang berkompeten dan profesional di kemudian hari.


(47)

4. Kepada siswa hendaknya lebih berlatih lagi dalam pembelajaran menulis agar dapat mengembangkan gagagsan atau idenya sehingga menghasilkan tulisan yang baik.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira. 2010. Jenis-jenis Menulis.

http://www.anneahira.com/221112/2314

diakses pada Kamis 22 November 2012 @ 23.14 WIB

Akhadiah, Sabarti dkk. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar. 1997. Politik Bahasa & Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Yrama Widya.

Burhan, Jazir. 2001. Problema Bahasa & Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Ganaco NV.

Byrne, Donn. 2008. Teaching Writing Skill. London . Longmans.

Cahyani, Isah dkk. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia. Bandung. UPI Press. Depdiknas. 2000. Penilaian Kinerja Guru.

http://www.sdn-cisarua.sch.id/guru...guru.../256-penilaian-kinerja-guru.html/261112/08.20.

diakses pada Senin 26 November 2012 @ 08.20 WIB

Depdiknas. 2006. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta. Depdiknas. Depdiknas. 2006. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas. Hasanah, 2009. Peningkatan Ketrampilan Menulis Paragraf.

http://agupenajateng.net/2009/04/08/peningkatan-keterampilan-menulis-paragraf-

dengan-teknik-objek-langsung-melalui-pendekatan-kontekstual-bab-iii/071212/09:30.

diakses pada Jum’at 7 Desember 2012 @09.30

Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta. PT. Gramedia. Kiranawati. 2008. Model-model Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.


(49)

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Aditama.

Kusumah, Wijaya, dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Malta Printindo.

Mahayana, Maman S. 2008. Bahasa Indonesia Kreatif. Yogyakarta. Penaku.

Malik, Imam. 2001. Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya. Usaha Nasional

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Mulyono, Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Mustakim. 2010. Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta. Gramedia.

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Samosir, Aldon. 2011. Keterampilan Menulis. http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/

diakses pada Sabtu 15 desember 2012 @ 17.25 WIB

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Semi, Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang. Angkasa Raya. Smaradhipa, Galih. 2005. Bertutur dengan Tulisan.

http://www.rayakultura.com

diakses pada Senin 31 Desember 2012 @17.45 WIB

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Kecakapan (Kecerdasan dan Bakat) Individu. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/.

diakses pada Sabtu 15 Desember 2012 @16.53 WIB

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitaitf. Bandung. Alfabeta. Suparno. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta. Universitas Terbuka.

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta. Kanisius. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(50)

Suriamiaharja, Agus. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta. Depdikbud.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Malang. Surya Pena Gemilang.

Syafi’ie, Imam. 2000. Retorika dalam Menulis. Jakarta. Dikti.

Syakri, Adjat. 2002. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung. ITB. Tarigan, Henry Guntur. 2003. Psikolinguistik. Bandung. Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis :Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Lampung. Universitas Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta. Kencana. Wardhani, IGAK dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka. Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Concept Sentence.

http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/26/Model-Concept-Sentence/221112/19.00

diakses pada Kamis 22 November 2012 @19.00 WIB

Widyamartaya, Aloys. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi. Yogyakarta. Pustaka Widyatama.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VA SD N 2 Langkapura mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model Concept Sentence dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai keterampilan siswa dalam hal menulis paragraf narasi terjadi peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata kelas hanya sebesar 58. Terdapat 6 (24%) siswa yang dapat dikatakan terampil dan 19 (76%) siswa dikatakan cukup terampil. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 67,52. Terdapat 11 (44%) siswa dapat dikatakan terampil dan 14 (56%) siswa dikatakan cukup terampil. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 72,32. Terdapat 20 (80%) siswa yang sudah terampil dan 5 (20%) siswa dikatakan cukup terampil. Dengan demikian, kualitas isi tulisan siswa melalui penggunaan model Concept Sentence dalam menulis paragraf narasi telah mengalami peningkatan yang cukup baik.


(2)

2. Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VA SD N 2 Langkapura dalam kegiatan menulis paragraf narasi dengan menggunakan model Concept Sentence, dan dengan memperhatikan langkah-langkah penggunaannya secara tepat dapat meningkatkan kinerja guru, yaitu dengan nilai perolehan siklus I sebesar 52,34, siklus II sebesar 69,53, dan siklus III sebesar 83,59.

B.Saran

1. Kepada guru, hendaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran salah satunya dengan model Concept Sentence pada pokok bahasan menulis paragraf narasi sebagai alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa serta memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.

2. Kepada sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru-guru untuk melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah agar dapat menghasilkan output yang berkualitas.

3. Kepada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), hendaknya dapat memahami PTK lebih baik lagi, sehingga dapat dijadikan acuan sebagai calon guru sekolah dasar dalam melaksanakan kegiatan penelitian, serta dapat menjadi guru yang berkompeten dan profesional di kemudian hari.


(3)

4. Kepada siswa hendaknya lebih berlatih lagi dalam pembelajaran menulis agar dapat mengembangkan gagagsan atau idenya sehingga menghasilkan tulisan yang baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira. 2010. Jenis-jenis Menulis.

http://www.anneahira.com/221112/2314

diakses pada Kamis 22 November 2012 @ 23.14 WIB

Akhadiah, Sabarti dkk. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta. Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar. 1997. Politik Bahasa & Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Yrama Widya.

Burhan, Jazir. 2001. Problema Bahasa & Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Ganaco NV.

Byrne, Donn. 2008. Teaching Writing Skill. London . Longmans.

Cahyani, Isah dkk. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia. Bandung. UPI Press. Depdiknas. 2000. Penilaian Kinerja Guru.

http://www.sdn-cisarua.sch.id/guru...guru.../256-penilaian-kinerja-guru.html/261112/08.20.

diakses pada Senin 26 November 2012 @ 08.20 WIB

Depdiknas. 2006. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta. Depdiknas. Depdiknas. 2006. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas. Hasanah, 2009. Peningkatan Ketrampilan Menulis Paragraf.

http://agupenajateng.net/2009/04/08/peningkatan-keterampilan-menulis-paragraf-

dengan-teknik-objek-langsung-melalui-pendekatan-kontekstual-bab-iii/071212/09:30.

diakses pada Jum’at 7 Desember 2012 @09.30

Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta. PT. Gramedia. Kiranawati. 2008. Model-model Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.


(5)

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Aditama.

Kusumah, Wijaya, dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Malta Printindo.

Mahayana, Maman S. 2008. Bahasa Indonesia Kreatif. Yogyakarta. Penaku.

Malik, Imam. 2001. Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya. Usaha Nasional

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Mulyono, Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Mustakim. 2010. Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta. Gramedia.

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Samosir, Aldon. 2011. Keterampilan Menulis.

http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/

diakses pada Sabtu 15 desember 2012 @ 17.25 WIB

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Semi, Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang. Angkasa Raya. Smaradhipa, Galih. 2005. Bertutur dengan Tulisan.

http://www.rayakultura.com

diakses pada Senin 31 Desember 2012 @17.45 WIB

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Kecakapan (Kecerdasan dan Bakat) Individu.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/. diakses pada Sabtu 15 Desember 2012 @16.53 WIB

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitaitf. Bandung. Alfabeta. Suparno. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta. Universitas Terbuka.

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta. Kanisius. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(6)

Suriamiaharja, Agus. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta. Depdikbud.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Malang. Surya Pena Gemilang.

Syafi’ie, Imam. 2000. Retorika dalam Menulis. Jakarta. Dikti.

Syakri, Adjat. 2002. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung. ITB. Tarigan, Henry Guntur. 2003. Psikolinguistik. Bandung. Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis :Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung. Angkasa.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Lampung. Universitas Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta. Kencana. Wardhani, IGAK dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka. Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Concept Sentence.

http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/26/Model-Concept-Sentence/221112/19.00

diakses pada Kamis 22 November 2012 @19.00 WIB

Widyamartaya, Aloys. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi. Yogyakarta. Pustaka Widyatama.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI MODEL COMPLETE AND CONCEPT SENTENCE BERBANTUAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS IV B SDN WONOSARI 02 SEMARANG

9 111 189

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR GULING LENTING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAGI SISWA KELAS V SD N 1 ULU SEMONG ULU BELU TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE BAGI SISWA KELAS VA SD N 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 26 50

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA N 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 18 112

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 JATIAGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 49

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 JATIAGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 24 45

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC DI KELAS V

0 1 11

PENGARUH MODEL CONCEPT SENTENCE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR

0 0 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SISWA SD

1 3 10