PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
5
Alamat : Kantor Jurusan FSP FIP, Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 568168 psw.295
BAB II PEMBAHASAN
A. Persiapan Pelaksanaan Program
Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan program, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan Dosen Pembimbing Lapangan dalam
perumusan kaegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan dari rancangan program yang akan dilaksanakan. Langkah yang kedua adalah melakukan koordinasi
dengan Seksi SMA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Yogyakarta. Persiapan yang selanjutnya adalah mempersiapkan instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi, observasi, dokumentasi dan wawancara. Ketiga instrumen tersebut digunakan untuk
mengumpulkan data di Bagian Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Setelah data-data terkumpul langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data yang merupakan
program dari penelitian pada kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan. Sasaran dari program penelitian ini adalah Bagian Seksi SMA Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Provinsi Yogyakarta, maka segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan Pemberdayaan Pengawas Sekolah SMASMK se-DIY di Bagian Seksi SMA selalu
dicatat dan dianalisis. Kegiatan wawancara dilakukan dengan beberapa peserta yang mengikuti kegiatan ini.
Program ini dapat dikatakan valid apabila terdapat kajian teori di dalamnya. Kajian teori ini berguna sebagai dasar dalam melaksanakan program. Adanya teori-teori yang
berkaitan dengan program berguna untuk mendukung dan memperkuat penelitian, selain itu dapat mempermudah ketika penyusunan laporan. Sehingga laporan yang dihasilkan dari
program PPL ini memiliki dasar teori yang kuat dan valid. Adapun teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah:
1. Program Pemberdayaan Pengawas Sekolah SMASMK se-DIY
a. Program Pemberdayaan
PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
6
Alamat : Kantor Jurusan FSP FIP, Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 568168 psw.295
1 Program
Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.
Jones dalam Arif Rohman 2009: 101-102 menyebutkan program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program merupakan upaya yang
berwebang untuk mencapai tujuan. Menurut Charles O. Jones Siti Erna Latifi Suryana, 2009: 28 ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu :
a Pengorganisasian
Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang
kompeten dan berkualitas. b
Interpretasi Para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk
teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. c
Penerapan atau Aplikasi Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat
berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya
Salah satu model implementasi program yakni model yang diungkapkan oleh David C. Korten. Model ini memakai pendekatan proses pembelajaran dan
lebih dikenal dengan model kesesuaian implementasi program. Model kesesuaian Korten digambarkan sebagai berikut :
PROGRAM
OUTPUT TUGAS
Kebutuhan Kompetensi
PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
7
Alamat : Kantor Jurusan FSP FIP, Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 568168 psw.295
PEMAANFAATAN ORGANISASI
Tuntutan Putusan
Sumber: Haedar Akib dan Antonius Tarigan 2000: 12 Gambar 1. Model Kesesuaian Implementasi Program
Korten menggambarkan model ini berintikan tiga elemen yang ada dalam pelaksanaan program yaitu program itu sendiri, pelaksanaan program, dan kelompok
sasaran program. Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program. Pertama,
kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran
pemanfaat. Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan
organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk
dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilak ukan oleh kelompok sasaran program Haedar Akib dan Antonius Tarigan, 2000: 12.
Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami bahwa kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan kalau tidak terdapat
kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan. Hal ini disebabkan apabila output program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran, jelas output tidak
dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program, maka organisasinya tidak dapat
menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran, maka
kelompok sasaran tidak mendapatkan output program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
8
Alamat : Kantor Jurusan FSP FIP, Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 568168 psw.295
Kesimpulan program merupakan interpretasi dari sebuah kebijakan pemerintah yang berisi kumpulan instruksi, yang dibuat untuk memperbaiki permasalah yang
sedang berkembang. Program harus ada dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Program pemerintah yang menjadi fokus kajian penelitian ini yakni
program pembinaan dan lomba inovasi bisnis. Dalam melakukan implementasi program pembinaan dan lomba inovasi bisnis
ini , peneliti menggunakan pendekatan teori program yang di kemukakan oleh pendapat Charles O. Jones Siti Erna Latifi Suryana, 2009: 28 yang membagi tiga
pilar aktivitas dalam mengoperasikan program. Pendekatan ini dipilih peneliti karena tiga pilar tersebut dianggap dapat
membantu peneliti dalam mengolah data-data yang di peroleh sehingga hasil yang disajikan di harapkan dapat memberikan gambaran terkait implementasi program
yang di jalankan Pembinaan dan Lomba Inovasi Bisnis.
2 Pemberdayaan
Definisi pemberdayaan dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English
Dictionary kata ”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give
power of authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable .dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan,
atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Sedangkan
proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki
oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian skill ataupun pengetahuan knowledge. Seseorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa
pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik.Yang dimaksud suara
adalahsegala asprasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.
PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
9
Alamat : Kantor Jurusan FSP FIP, Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 568168 psw.295
Pranaka dan Moeljanto menjelaskan konsep pemberdayaan empowerment dilihat dari perkembangan konsep dan pengertian yang disajikan dalam beberapa
catatan kepustakaan, dan penerapannya dalam kehidupan masyrakat. Pemahaman konsep dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan
alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat. Perlu upaya mengaktualisasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan Indonesia.
Namun empowerment hanya akan mempunyai arti kalau proses pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi dari kebudayaan, baliknya menjadi hal yang destruktif bagi
proses aktualisasi dan koaktualisasi aksestensi manusia. Pada intinya pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkunganya. Onny S. Prijono dan A.M.W Pranaka, 1996:
2-8.
3 Tujuan Pemberdayaan
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-
masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan
sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut afektif, kognitif dan psikomotorik akan
dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita- citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan
kecakapan-keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan
PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
10
Alamat : Kantor Jurusan FSP FIP, Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. 0274 568168 psw.295
pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut. Ambar Teguh S, 2004: 80-81
4 Tahap Pemberdayaan
Menurut Sumodingningrat 2004:41 pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas
untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai
status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan akan berlangsung secara
bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi: 1
Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
2 Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3 Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mehantarkan pada kemandirian.Ambar Teguh S, 2004:82-83
b. Pengawas Sekolah SMASMK