Eksternalisasi Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian (Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta) JURNAL

Penelitian ini didukung dengan yang digunakan yaitu teori konstruksi sosial yang dikembangkan oleh Berger dan Luckman. Di dalam teori ini terdapat pendapat bahwa Dalam hal ini manusia adalah pencipta kenyataan sosial yang subyektif melalui tiga proses simultan yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Dari hasil ketiga proses simultan tersebut menghasilkan gambaran dari pengetahuan, sikap, dan tindakan dari masyarakat atas sebuah kenyataan yang dialami. Gaya hidup vegetarian yang kini sedang berkembang di Kecamatan Jebres, Surakarta, bisa dikatakan merupakan hasil dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Berikut uraian dari ketiga proses simultan tersebut sebagai gambaran dari pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat Jebres, Surakarta atas gaya hidup vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta.

a. Eksternalisasi

Eksternalisasi merupakan proses penyesuaian individu terhadap dunia sosio- kulturalnya melalui sosialisasi dari tindakan interaksi individu dengan lingkungan diluar dirinya yang menghasilkan produk sosial berupa kenyataan dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara yang dilakukan pada masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta dengan golongan informan masyarakat vegetarian maupun masyarakat nonvegetarian, proses eksternalisasi yang terbentuk sebagai pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta yaitu gaya hidup vegetarian merupakan gaya hidup dengan menerapkan pola makan tanpa ada unsur hewani seperti daging, ikan, dan telur maupun produk olahan turunannya. Jadi gaya hidup vegetarian merupakan gaya hidup dengan pola makan nabati, mereka hanya mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan seperti sayuran, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Pengetahuan tentang gaya hidup vegetarian yang terbentuk oleh masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta tidak serta merta langsung tercipta begitu saja dalam pikiran mereka. Namun pengetahuan gaya hidup vegetarian diperoleh melalui hasil proses sosialisasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masyarakat vegetarian usia nonproduktif mengetahui tentang gaya hidup vegetarian melalui sosialisasi sekunder sedangkan untuk usia produktif mengetahui tentang gaya hidup vegetarian melalui sosialisasi primer. Adanya perbedaan sumber pengetahuan yang diperoleh dikarenakan masyarakat usia nonproduktif sebelumnya bukan seorang vegetarian kemudian mereka melakukan interaksi kepada lingkungannya yang memiliki ide gagasan tentang gaya hidup vegetarian dari sinilah akhirnya mereka mengetahui gaya hidup vegetarian melalui sosialisasi sekunder yang diperoleh dari hasil interaksi dengan teman maupun pacar. Sedangkan untuk masyarakat vegetarian usia produktif mengetahui gaya hidup vegetarian sejak mereka masih kecil melalui sosialisasi primer yang diperoleh dari ajaran yang bersumber dari anggota keluarga yang sebelumnya sudah menjalankan gaya hidup vegetarian. Tetapi untuk masyarakat nonvegetarian baik untuk usia nonproduktif maupun usia produktif yang tidak menjalankan gaya hidup vegetarian, mereka sama-sama mengetahui gaya hidup vegetarian ketika usia dewasa melalui proses sosialisasi sekunder yang diperoleh dari saudara, teman dan tetangga mereka yang menjalankan gaya hidup vegetarian dalam kehidupan sehari-hari.

b. Obyektisasi