laporan mikrobiologi modul 3

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan ditemukan dalam populasi campuran, sangat jarang sekali yang ditemukan sebagai satu spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada permulaanya, atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott, 2003). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan kemurnian isolat selama penyimpanan, agar produk atau metabolisme suatu mikroba termasuk kapang tetap terjaga. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba, karena mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya.

Suatu jenis koloni mikroba yang terpisah dari koloni campurannya akan lebih mudah untuk diamati. Selain itu teknik untuk memisahkan dan mendapatkan koloni tunggal serta pemeliharannya terdapat beberapa jenis. Teknik-teknik tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count), atau juga dapat dilakukan penghitungan langsung secara mikroskopis (Burrows, 2004). Oleh karena itu, untuk mempelajari teknik isolasi, pemurnian mikroba, serta keuntungan dan kelemahannya, maka praktikum Isolasi dan Pemurnian Mikroba, Teknik Pemeliharaan Kultur Murni penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Praktikan dapat memahami bermacam macam teknik isolasi mikroba 1.2.2 Praktikan mempunyai ketrampilan melakukan isolasi mikroba


(2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porites

Pemutihan karang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut. Naiknya suhu permukaan laut di sejumlah wilayah dunia termasuk di Laut Natuna pada awal 2010, telah menyebabkan terjadinya pemutihan karang secara massal. Porites adalah karang yang paling sering dan banyak mengalami pemutihan(Edi,2010)

Menurut Veron (2000) karang Porites mengalami bleaching sebagian koloninya, berbeda halnya dengan Acropora dan karang-karang bersifat rentan lainnya yang sering ditemukan bleaching seluruh koloninya.

2.2 Bakteri Simbion

Bakteri simbion merupkan bakteri hidup yang bersimbiosis dengan organisme hidup lainnya. Sebagai contohnya, banyak kaang yang ditemukan bersimbiosis dengan bakteri pemfiksasi nitrogen yang ada di peraira di dunia. Oleh karena itu karang sendiri harus membentuk suatu simbiosi yang terjadi dengan bakteri pemfiksasi nitrogen tersebut. (beard et al, 2001)

Dalam simbiosis, tidak lepas dari simbion, yaitu makhluk hidup yang melakukan simbiosis dengan inangnya.Simbion adalah makhluk hidup yang hidupnya bergantung dengan makhluk hidup lain, gen dari simbion-simbion ini ditransfer ke organisme pembawa (vektor). Osinga et al. (2001) menyatakan bahwa fungsi simbion yang lain yaitu memproduksi bahan-bahan kimia yang sangat potensial sebagai antibiotik, bahan antijamur dan bahan-bahan yang dapat mencegah predator dan sebagai antifouling.Simbiosis yang dilakukan oleh inang dengan mikroba khususnya bakteri adalah hubungan yang bersifat endosimbiotik. 2.3 Definisi Isolasi

Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni(Anonim, 2012).

2.4 Teknik Isolasi

Menurut Lim (1990) ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara


(3)

sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (the micromanipulator method).

2.5 Pengenceran

Cara pengenceran (dilution method), tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah untuk melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquades steril. Teknik pengenceran sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count) (Anonim, 2012)

Tujuan dari pengenceran yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. (Anonim, 2012)


(4)

III. MATERI DAN METODE 3.1 Materi

Hari, Tanggal : Kamis, 05 Desember 2013 Waktu : 14.40 - 16.20 WIB

Tempat : Laboratorium Terpadu Lantai 2, Universitas Diponegoro, Semarang

3.2 Metode

3.2.1 Alat dan Bahan

Tabel 1 Alat dan Bahan Praktikum

No Nama Alat Gambar Kegunaan

1. Cawan Petri Digunakan sebagai

wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media

2. Desinfektan / Alkohol

Pembersih/antiseptik pada alat dan media bakteri


(5)

3. Bunsen Digunakan untuk memanaskan medium, mensterilkan jarum inokulasi dan alat-alat yang terbuat dari platina dan nikrom seperti jarum platina dan ose

4. Sampel Porites

Sampel yang akan digunakan 4. Aluminium foil Digunakan sebagai wadah bahan pembuatan media pada saat ditimbang

5. Tabung Reaksi

Fungsinya untuk menyimpan medium, menyimpan larutan sisa, atau larutan yang akan dipergunakan, dan tempat untuk menyimpan medium yang akan disterilkan

6. Gelas Ukur Untuk mengukur


(6)

7. Pipet tetes Digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan yang akan digunakan dan dikeluarkan tetes per tetes

8. Kapas Digunakan untuk

menutup bagian mulut erlenmeyer sebelum dipanaskan dalam autoklaf

9. Air laut Untuk campuran

senyawa

10 .

Plastik warp Digunakan untuk

membungkus cawan petri saat akan diinkubasi


(7)

12 .

mortar Untuk menghaluskan

sampel

13 .

Spreeder Digunakan untuk

meratakan sampel biakan bakteri pada media agar


(8)

3.2.2 cara kerja (diagram alir)

3.2.2.1 Proses Pengenceran

Menyiapkan alat dan bahan

Masukkan sampel porites yang telah dihaluskan ke tabung reaksi 1 yang berisi 5ml air laut steril (10o)

secara aseptis

Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya dengan ditutup dengan alumunium foil.

Ambil 0,5 ml dari tabung 100dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ketabung 10-1 yang 4,5 ml air laut steril secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ketelapak tangan sampai homogen.

Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama hingga tabung terakhir 10-7

Setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril atau yang berbeda/baru.


(9)

3.2.2.2 Proses Penanaman Bakteri

Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

Ambil sampel yang telah diencerkan dengan pipet tetes pada tabung reaksi 10-3,

10-5, 10-7 secara aseptis secukupnya.

Ambil cawan petri yang telah diberi media agar, masukkan sampel yang telah diencerkan dengan pipet tetes sebanyak tiga tetes secara aseptis.

Ratakan sampel yang telah diteteskan kecawan petri dengan memakai spreeder secara halus dan secara aseptis.

Lakukan pada tabung reaksi 10-4 dan 10-5 secara bergantian dengan cara yang sama.


(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil (berupa tabel, gambar)

4.1 Hasil

4.1.1 Pengenceran

Dengan adanya pengenceran maka berpengaruh pada jumlah bakteri yang timbul pada proses penanaman. Pengenceran dilakukan untuk mempermudah dalam proses penanaman bakteri. Pengeceran bertujuan membuat sampel air laut yang akan ditanam mempunyai diversity yang rendah, agar mudah dalam mengidentifikasi bakteri atau kultur yang ditanam.


(11)

Pengamatan hari pertama (Sabtu, 3 Desember 2011) koloni bakteri sudah tumbuh sebanyak 260.

4.2 Pembahasan

Jelasin media itu apa dan fungsi dari masing-masing komposisi media (yeast, pepton, bacto agar), jelasin sterilisasi bahan.

4.2.1 Pengenceran

Pada praktikum pengenceran yang dilakukan oleh kelompok kami bertujuan untuk membandingkan hasil dari tiap konsentrasi yang berbeda. Pengenceran ini adalah tahap awal dari isolasi atau penanaman bakteri. Maksud dari 100, 10 -1, 10 -2, 10-3 hingga seterusnya merupakan suatu rasio pengenceran yang apabila pada tiap pengenceran ditumbuhkan kedalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan koloni yang akan diisolasi dengan meminimalkan kontaminasi dan penambahan nutrisi untuk mikroba. Pada konsentrasi awal yaitu 100 didapatkan koloni bakteri yang paling sedikit sedangkan pada konsentrasi paling besar didapatkan koloni bakteri yang paling kecil juga. 4.2.2 Penanaman bakteri


(12)

Pengambilan bakteri sangat berpengaruh dalam jumlah bakteri. Jika pengambilannya terkontaminasi maka pertumbuhannya akan menurun atau tidak mengalami pertumbuhan (bakteri mati). Setelah diambil harus direasus, hal tersebut dilakukan untuk menghomogenkan. Kemudian, penanaman bakteri ini dilakukan dengan memindahkan media dari tabung reaksi hasil pengenceran ke dalam cawan petri melalui metode spread. Metode spread dilakukan dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel - sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi. Untuk inokulasi dengan metode terlebih dahulu harus disiapkan bakteri dengan berbagai seri pengenceran dari 10-0 sampai 10-4. Kemudian bakteri-bakteri tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri, diambil dengan menggunakan pipet mikro. Yang perlu diingat adalah dalam memasukkan bakteri ke dalam cawan petri, prosesnya harus dilakukan di atas api bunsen untuk menjaga kesterilannya. Cara kita meratakan media menggunakan spreader juga menentukan jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat

menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas. Bakteri yang tumbuh pada kelompok kami menggerombol di tengah membentuk koloni yang besar dan diikuti sekelilingnya oleh koloni yang kecil.


(13)

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Teknik isolasi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah teknik spread.

2. Jumlah bakteri pada tiap pengenceran berbeda, bakteri paling banyak pada pengenceran 100 dan paling sedikit pada pengenceran 10-7.

5.2 Saran

Dalam pengerjaan percobaan isolasi dan penanaman mikroba ini harus benar-benar steril sehingga tidak terjadi kontaminasi dan kerusakan media dan didapatkan kultur murni sesuai yang diinginkan.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Rudi, Edi. 2010. Pemutihan Karang di Perairan Laut Natuna Bagian Selatan tahun 2010 (Coral Bleaching at Southern Natuna Sea in 2010). Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Jl Syech Abdur Ra’uf No. 3 Darussalam Banda. Biospecies, Volume 5 No.1, Februari 2012, hlm 1 -7 Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology.

W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology 5th edition. Mc Graw Hill. New York

Lim,D. 1990. Microbiology. McGrow-hill book, New york.

Veron, J.E.N.2000. Corals of the World. Volume 1.Australian Intitute of Marine Science and CRR Qld Pty Ltd. Townsville. Australia.

Osinga, R., E. Armstrong., J.G. Burgess., F. Hoffman., J. Reitner and G. Schumann-Kindel. 2001. Sponge-microbe associations and their importance for sponge bioprocess engineering. Hydrobiologi , 461 : 55-62.

Anonim. 2012.

http://teckhnologyproductagricultural.blogspot.com/2012/12/iso lasi-pertumbuhan-mikroba.html (diakses pada 08/12/2013) Beard, C.B.; Dotson, E.M., Pennington, P.M., Eichler, S., Cordon-Rosales, C.,

Durvasula, R.V. (May 2001). "Bacterial symbiosis and paratransgenic control of vector-borne Chagas disease". International Journal of Parasitology 31 (5-6): 621–627.

Koesmadji. 2002. Teknik Laboratorium. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia Press.


(15)

LAMPIRAN (dokumentasi kelompok masing2 lengkap dengan penjelasannya)


(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil (berupa tabel, gambar)

4.1 Hasil

4.1.1 Pengenceran

Dengan adanya pengenceran maka berpengaruh pada jumlah bakteri yang timbul pada proses penanaman. Pengenceran dilakukan untuk mempermudah dalam proses penanaman bakteri. Pengeceran bertujuan membuat sampel air laut yang akan ditanam mempunyai diversity yang rendah, agar mudah dalam mengidentifikasi bakteri atau kultur yang ditanam.


(2)

Pengamatan hari pertama (Sabtu, 3 Desember 2011) koloni bakteri sudah tumbuh sebanyak 260.

4.2 Pembahasan

Jelasin media itu apa dan fungsi dari masing-masing komposisi media (yeast, pepton, bacto agar), jelasin sterilisasi bahan.

4.2.1 Pengenceran

Pada praktikum pengenceran yang dilakukan oleh kelompok kami bertujuan untuk membandingkan hasil dari tiap konsentrasi yang berbeda. Pengenceran ini adalah tahap awal dari isolasi atau penanaman bakteri. Maksud dari 100, 10 -1, 10 -2, 10-3 hingga seterusnya merupakan suatu rasio pengenceran yang apabila pada tiap pengenceran ditumbuhkan kedalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan koloni yang akan diisolasi dengan meminimalkan kontaminasi dan penambahan nutrisi untuk mikroba. Pada konsentrasi awal yaitu 100 didapatkan koloni bakteri yang paling sedikit sedangkan pada konsentrasi paling besar didapatkan koloni bakteri yang paling kecil juga. 4.2.2 Penanaman bakteri


(3)

Pengambilan bakteri sangat berpengaruh dalam jumlah bakteri. Jika pengambilannya terkontaminasi maka pertumbuhannya akan menurun atau tidak mengalami pertumbuhan (bakteri mati). Setelah diambil harus direasus, hal tersebut dilakukan untuk menghomogenkan. Kemudian, penanaman bakteri ini dilakukan dengan memindahkan media dari tabung reaksi hasil pengenceran ke dalam cawan petri melalui metode spread. Metode spread dilakukan dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel - sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi. Untuk inokulasi dengan metode terlebih dahulu harus disiapkan bakteri dengan berbagai seri pengenceran dari 10-0 sampai 10-4. Kemudian bakteri-bakteri tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri, diambil dengan menggunakan pipet mikro. Yang perlu diingat adalah dalam memasukkan bakteri ke dalam cawan petri, prosesnya harus dilakukan di atas api bunsen untuk menjaga kesterilannya. Cara kita meratakan media menggunakan spreader juga menentukan jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat

menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas. Bakteri yang tumbuh pada kelompok kami menggerombol di tengah membentuk koloni yang besar dan diikuti sekelilingnya oleh koloni yang kecil.


(4)

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Teknik isolasi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah teknik spread.

2. Jumlah bakteri pada tiap pengenceran berbeda, bakteri paling banyak pada pengenceran 100 dan paling sedikit pada pengenceran 10-7.

5.2 Saran

Dalam pengerjaan percobaan isolasi dan penanaman mikroba ini harus benar-benar steril sehingga tidak terjadi kontaminasi dan kerusakan media dan didapatkan kultur murni sesuai yang diinginkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Rudi, Edi. 2010. Pemutihan Karang di Perairan Laut Natuna Bagian Selatan tahun 2010 (Coral Bleaching at Southern Natuna Sea in 2010). Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Jl Syech Abdur Ra’uf No. 3 Darussalam Banda. Biospecies, Volume 5 No.1, Februari 2012, hlm 1 -7 Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology.

W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology 5th edition. Mc Graw Hill. New York Lim,D. 1990. Microbiology. McGrow-hill book, New york.

Veron, J.E.N.2000. Corals of the World. Volume 1.Australian Intitute of Marine Science and CRR Qld Pty Ltd. Townsville. Australia.

Osinga, R., E. Armstrong., J.G. Burgess., F. Hoffman., J. Reitner and G. Schumann-Kindel. 2001. Sponge-microbe associations and their importance for sponge bioprocess engineering. Hydrobiologi , 461 : 55-62.

Anonim. 2012.

http://teckhnologyproductagricultural.blogspot.com/2012/12/iso

lasi-pertumbuhan-mikroba.html (diakses pada 08/12/2013)

Beard, C.B.; Dotson, E.M., Pennington, P.M., Eichler, S., Cordon-Rosales, C., Durvasula, R.V. (May 2001). "Bacterial symbiosis and paratransgenic control of vector-borne Chagas disease". International Journal of Parasitology 31 (5-6): 621–627.

Koesmadji. 2002. Teknik Laboratorium. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia Press.


(6)

LAMPIRAN (dokumentasi kelompok masing2 lengkap dengan penjelasannya)