PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

(1)

i

MUHAMMADIYAH GAMPING

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh RISNI SEPTIA UTAMI

20120320089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PASIEN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh RISNI SEPTIA UTAMI

20120320089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Risni Septia Utami

NIM : 20120320089

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, yang Utama dari Segalanya ; Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya yang telah

memberikan kesehatan, kekuatan dan membekaliku dengan ilmu. “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),

maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S

Luqman:12)

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah:

153)

Untukmu Abah (Muhammad Rusni) Ummi (Sri Trisnawati)

Terimakasih atas segala kesabaran dan perjuangan yang telah Abah dan Ummi perjuangkan hingga saat ini. Aku kan melakukan semua yang ku bisa untuk mengukir masa depanku yang indah agar kelak ku bisa membuatmu tesenyum

bahagia.

Untuk Adikku (Muhammad Nauval Yustiawan) cepat sadar dan berikan kebanggan bagi Abah dan Ummi. Semoga Allah senantiasa menjagamu dalam

setiap langkah yang kau tempuh.

My Future (Winardi Juianto) Terimakasih sudah menjadi seseorang yang sangat dekat denganku.terimakasih atas segala pengalaman dan segala nasihat yang telah

kau ajarkan padaku, terimakasih atas segala kesabaran yang telah kau lakukan sampai saat ini.


(6)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur yang tiada henti kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW karena berkat petunjuk dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.” Proposal karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis terus berusaha dengan sepenuh hati dan pemikiran kritis untuk menyajikan hasil terbaik. Namun, dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik lagi.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari dukungan dan berbagai pihak, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Ibu Sri Sumaryani, Ns, M.Kep, Sp.Mat, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(7)

vi

3. Ibu Erfin Firmawati S. Kep,. Ns, MNS selaku pembimbing yang memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

4. Ibu Yuni Permatasari Istanti., M.Kep, Ns. Sp.kep,MB, CWCS selaku pembimbing yang telah memberikan masukan serta pengalaman yang berharga bagi penulis. Semoga amal dan Ibadah Almarhumah diterima oleh Allah SWT. Aminyarabbalaalamin.

5. Ibu Arianti.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB selaku dosen penguji yang memberikan masukan yang luar biasa kepada penulis.

6. Abah (Muhammad Rusni) Ummi (Sri Trisnawati) serta adik (Muhammad Nauval Yustiawan) tercinta yang selalu memberikan semangat yang tiada batas.

7. Teman-teman satu bimbingan yang selalu bersedia membantu ketika penulis merasa kesulitan atau bingung dalam penyusunan proposal. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang banyak. Amin. Akhirnya penulis berharap saran dan kritik untuk perbaikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 11

1. Gagal Ginjal Kronik ... 11

a. Pengertian ... 11

b. Stadium GGK ... 12

c. Etiologi ... 13

2. Hemodialisis ... 15

a. Pengertian ... 15

b. Prinsip Hemodialisis ... 16

c. Proses Hemodialisis ... 16

d. Indikasi ... 17

e. Komplikasi ... 17

3. Kecemasan ... 18

a. Pengertian ... 18

b. Tingkat Kecemasan ... 19

c. Tanda dan Gejala Kecemasan ... 21

d. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 21

e. Respon Kecemasan ... 22

f. Respon Kognitif ... 23

g. Respon Afektif ... 23

h. Instrument Penilaian Kecemasan ... 23

4. Terapi Murottal Al-Qur’an ... 25

a. Definisi Murottal Al-Qur’an... 25


(9)

viii

c. Pengaruh Murottal Al-Qur’an Terhadap Respon Tubuh ... 26

d. Pengaruh Murottal Al-Qur’an Sebagai Penyembuh ... 27

e. Manfaat Murottal Al-Qur’an ... 28

f. Surat Ar-Rahman ... 29

B. Kerangka Konsep ... 32

C. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 35

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Definisi Operasional ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 39

H. Validitas dan Reliabilitas ... 43

1. Uji Validitas ... 43

2. Uji Reliabilitas... 43

I. Analisa Data ... 44

J. Pengolahan Data... 45

K. Etika Penelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 56

C. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Stadium GGK ... 8

Tabel 2 Desain Penelitian... 27

Tabel 3 Definisi Operasional ... 35

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 49

Tabel 4.2 Karakteristik Responden dan Tingkat Kecemasan Responden ... 50

Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Kecemasan ... 51

Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon ... 52


(11)

x

DAFTAR SKEMA


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Hospital Anxiety And Depression Scale (HADS) Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Survey Pendahuluan Lampiran 5. Surat Ijin Survey Pendahuluan

Lampiran 7. Lembar Hasil CVI

Lampiran 8. Terjemahan Surah Ar-Rahman

Lampiran 9. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Lampiran 12. Hasil Olah Data


(13)

(14)

xii

INTISARI

Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Risni Septia Utami1, Erfin Firmawati2, Yuni Permatasari Istanti3 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, FKIK, UMY 2

Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, FKIK, UMY 3

Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, FKIK, UMY

Latar Belakang: Hemodialisis merupakan terapi dialisis pada pasien dengan end stage renal disease (ESRD). Stress merupakan dampak dari hemodialisis dan dapat diminimalkan dengan terapi Murottal Al-Qur’an sehingga meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Pengukuran tingkat kecemasan dilakukan saat pre-test dan post-test selama 2 minggu menggunakan menggunakan kuisioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Responden terdiri dari 15 orang kelompok perlakuan yang diberikan intervensi berupa murottal Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan 15 orang di dalam kelompok kontrol tidak diberikan murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan analisa bivariate yaitu Wilcoxon dan maan whitney

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan dengan nilai p =<0,001 pada pre-post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji Mann-Whitney pada post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukan hasil p=<0,001 yaitu menunjukan terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan. Karena p<0,05 bararti terdapat pengaruh pemeberian terapi murottal Al-Qur,an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisis.

Kesimpulan dan Saran: Terdapat pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien hemodialisis


(15)

xiii ABSTRACT

The Effect of Murottal Al-Qur’an Therapy on Level of Anxiety in Hemodialysis Patients in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital

Risni Septia Utami1, Erfin Firmawati2, Yuni Permatasari Istanti3 1

Student of Nursing Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK), UMY

2

Lecturer of Nursing Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK), UMY

3

Lecturer of Nursing Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK), UMY

Background: Hemodialysis is a dialysis therapy for patients with End Stage Renal Disease (ESRD). Stress, which is the effect of hemodialysis can be minimized by murottal Al-Qur’an to enhance relaxing feeling, to distract the feeling of scared, anxious and tense, to lower the blood pressure as well as to decelerate the breathing. This study aims to discover the effect of murottal Al-Qur’an to the Level of Anxiety in Hemodialysis Patients in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

Research Method: This study is a quasi-experimental research with pre-test and post-test control group design. The measurement of level of anxiety was conducted on pre-test and post-test for two weeks using Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) questionnaire. There were 15 respondents in the treatment group which were given an intervention with murottal Al-Qur’an of surah Ar-Rahman, and 15 respondents in the control group which were not given any intervention of murottal Al- Qur’an using purposive sampling. The data analysis was conducted using bivariate analysis, namely Wilcoxon and Maan Whitney.

Research Result: The result of the study shows that there is an effect of murottal therapy on the level of anxiety with p value = <0.001 on pre-posttest experimental group and control group. In addition, there is a difference of level of anxiety in experimental group and control group. The result of Mann-Whitney test on post-test of experimental group and control group shows that p= <0.001, it means that there is a significant difference on the level of anxiety. Since p<0.05, it means that there is a significant effect of giving murottal Al-Qur’an on the level of anxiety in hemodialysis patients.

Conclusion and suggestion: There is a significant effect of giving IAl-Qur’an on the level of anxiety in hemodialysis patients in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. It is expected that further researchers will study other factors that affect the level of anxiety in hemodialysis patients.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) atau penyakit ginjal tahap akhir (End Stage Renal Disease, [ERDS]) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsi ginjal yang diakibatkan oleh proses kerusakan ireversibel (Patricia, 2006). Tanda gejala Gagal Ginjal Kronik, [GGK] ditandai oleh ketidakmampuan ginjal mempertahankan fungsi normalnya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. GGK terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron (Price & Wilson, 2006 ). GGK menjadi salah satu penyakit tidak menular yang berakibat kematian awal dan berdampak besar pada biaya perawatan kesehatan serta berpengaruh terhadap produktivitas (Caouser, 2011).

Penyakit gagal ginjal kronis saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data Centers For Disease Control And Prevention (CDC) tahun 2010, lebih dari 20 juta warga Amerika Serikat menderita penyakit gagal ginjal kronis, angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunya. Lebih dari 35% pasien yang menderita diabetes mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan lebih dari 20% pasien hipertensi juga mengalami penyakit gagal ginjal kronik dengan insidensi penyakit gagal ginjal kronis tertinggi. Di Indonesia sendiri, prevalensi penderita gagal ginjal kronis pada tahun 2012 berjumlah 19.621 pasien baru dan 9.161 pasien aktif hemodialisis. (Indonesian Renal Registry,


(17)

[IRR] 2012). Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesoia (2012), pada tahun 2012 diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia. Data Departemen Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta menyebut bahwa sepanjang tahun 2009 terdapat 461 kasus baru penyakit gagal ginjal kronik yang terbagi atas kota Yogyakarta 175 kasus, Kabupaten Bantul 73 kasus, Kabupaten Kulon Progo 45 kasus dan Kabupaten Sleman 168 kasus, serta pasien yang meninggal di kota Jogja 19 orang, Bantul 8 orang, Kulon progo 45 orang, Sleman 23 orang (Mayangsari,2013). Pasien yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisis) hanya sekitar 23.889 dari jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronis yang mencapai 28.702 orang.

Hemodialisis merupakan salah satu terapi GGK. Hemodialisis (HD) adalah proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid, 2009). Tindakan hemodialisis yang dilakukan pada pasien bervariasi tergantung dari banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, pelaksanaan hemodialisis paling sedikit 3-4 jam tiap sekali tindakan. Biasanya penderita menjalani 3x hemodialisis (Yang, Lin, Ye, Mao, Rong, Zhao & Mei, 2011).

Hemodialisis memiliki dampak tertentu pada pasien. Doengoes (2000) dalam Sarsito (2015) mengemukakan bahwa dampak pasien yang menjalani


(18)

3

terapi hemodialisis yang berkepanjangan biasanya akan merasa cemas yang disebabkan oleh krisis situasional, ancaman kematian, masalah keuangan, mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, ketakutan terhadap kematian dan terjadinya stress karena stressor yang dirasakan dan dipersepsikan individu dan kecemasan. Kecemasan menurut Freud adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Gejala psikologis kecemasan meliputi gelisah, konsentrasi terganggu, cepat marah, merasakan adanya tanda-tanda bahaya, insomnia, libido menurun dan mudah tersinggung. Gejala fisik pada kecemasan ialah jantung berdebar, berkeringat, rasa sesak napas, gangguan tidur, mudah lelah, sering kencing, dan mulut kering. Menurut American Psychyatric Assosiation [AHA], tingkat kecemasan dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori sebagai berikut: tingkat kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. Masalah yang sering dialami oleh pasien dengan kecemasan adalah masalah ekonomi, sosial maupun komunikasi yang kurang selama menjalani hemodialisis (Almira, 2011).

Pasien yang menjalani terapi hemodialisis jangka panjang membuat pasien merasa khawatir terhadap kondisi sakitnya yang tidak bisa diramalkan. Hal ini disebabkan saat menjalani hemodialisis pasien mengalami seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala, mual, dan muntah (Lewis & Dharon, 2011). Selain dampak fisik, pasien hemodialisis juga merasakan dampak psikologis, psikologis yang dirasakan pasien hemodialisis salah satunya


(19)

kecemasan. Dampak psikologis yang dirasakan pasien seringkali kurang menjadi perhatian bagi para dokter ataupun perawat (Canisti, 2007). Pada umumnya, pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis pasien seperti kecemasan dan depresi. Kecemasan tersebut dapat ditimbulkan dari firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut dan mimpi-mimpi yang menegangkan (Hawari, 2008).

Tindakan keperawatan untuk penanganan masalah kecemasan pada pasien hemodialisis berupa tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan non farmakologi yang dilakukan oleh perawat, contohnya meliputi tehnik relaksasi dan distraksi (Potter, 2008). Salah satu teknik distraksi yang efektif digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah menggunakan terapi murottal Al-Quran, karena terapi murottal Al-Qur’an merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian.

Terapi murottal Al-Qur’an adalah rekaman suara Al-Qur’an yang

dilagukan oleh Qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan Al-Qur’an mengandung suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress dengan cara mengaktifkan hormon endhorphin alami, meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah, serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak Heru, (2008) dalam putri (2014). Ayat-ayat suci Al-Qur’an


(20)

5

yang dibacakan kepada orang yang sakit jasmani maka akan mendapat keringanan penyakit. Metode penyembuhan dengan Al-Qur’an melalui dua cara yaitu membaca atau mendengarkan dan mengamalkan ajaran-ajarannya Asman (2008) Kedua metode tersebut dapat mengurangi dan menyembuhkan berbagai penyakit, memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang mengamalkannya.

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu Surat Makiyyah dalam Al-Qur’an yaitu Q.S Ar-Rahman yang berjumlah 78 ayat. Dalam Surat tersebut menerangkan kepemurahan Allah SWT. Kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat yang tak terhingga baik di dunia maupun diakhirat nanti. Hal ini sejalan dengan penelitian Al-Kahdi dalam Remolda (2011), bahwa Al-Qur’an yang diperdengarkan akan memberikan efek relaksasi sebesar 65% dan mengurangi ketegangan urat syaraf sebesar 97% pada pasien hemodialisis. Fisiologinya dengan mendengarkan Al-Qur’an dapat membuat hati menjadi tenang, sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam Q.S Ar-Ra’du :28 yang berbunyi:

Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Jadi Q.S Ar-Rahman memiliki efek yang baik dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, otak menjadi rilex kemudian mengaktivasi system limbik yang akan melepaskan hormon serotonin dan mengaktifkan hormone ACTH.


(21)

akibatnya dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat pernafasan, dan denyut nadi sehingga kecemasan pada pasien dapat menurun.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 November 2015 di Unit RS PKU Muhammadiyah Gamping, didapatkan data populasi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebanyak 130 orang. Rata-rata pasien mengatakan mengalami kecemasan diawal menjalani hemodialisis, tetapi pada pasien yang sudah lama menjalani treatment sudah dapat menerima kondisi saat ini. Kecemasan pasien tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kecemasan terhadap perawatan hemodialisis dan finansial.

Perawat RS PKU Muhammadiyah Gamping di unit hemodialisis mengatakan bahwa pasien yang baru menjalani hemodialisis dibawah 2 tahun masih mengalami kecemasan. Intervensi yang dilakukan perawat adalah dengan mempertemukan pasien baru kepada pasien lama agar mereka dapat berbagi pengalaman terkait dengan kondisinya. Peneliti tertarik untuk memberikan terapi murottal Al-Qur’an pada pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping, dikarenakan belum ada yang melakukan penelitian yang akan peneliti lakukan. Dan terapi murottal merupakan terapi distraksi dengan mendengarkan Al-Qur’an.

Berdasarkan latar belakang mengenai tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit PKU


(22)

7

Muhammadiyah Gamping. B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah ada hubungan terhadap terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien

hemodialisis yang menjalani terapi hemodialisis ?”. A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien GGK yang menjalani hemodialisis meliputi : usia, jenis kelamin, lama menjalani hemodialis. b. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan kelompok intervensi dan

kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

c. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam mengembangkan pelayanan kesehatan, meliputi:

1. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, serta peneliti selanjutnya dapat mengembangkan apa yang


(23)

telah dilakukan dalam penelitian ini. Misalnya, dengan mencari bentuk variabel lain.

2. Manfaat bagi perawat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perawat sebagai salah satu intervensinon farmakologi untuk menurunkan kecemasan pada pasien hemodialisis.

3. Manfaat bagi Pasien

Pasien dapat menggunakan teknik ini untuk menurunkan kecemasan selama hemodialisis.

4. Manfaat bagi Rumah Sakit/Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan acuan penerapan intervensi dalam terapi non farmakologi untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien hemodialisis di Rumah Sakit.

5. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh terapi murottal terhadap tingkat kecemasan sudah pernah diteliti, penelitian yang serupa dengan penelitian ini antara lain :

1. Andaru Setyowati dan Weni Hastuti (2014) dengan judul penelitian

“Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara tingkat pengetahuan


(24)

9

dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisa dengan nilai(τ) sebesar -0,594 dan p=0,013 pad signifikan 5%. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan pasien hemodialisa, yang artinya semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin tidak ada kecemasan pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Persamaan yang akan di teliti oleh peneliti adalah variabel bebas (kecemasan). perbedaan penelitian Andaru Setyowati, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah rancangan penelitian (analisa korelasi) dan pendekatan cross sectional, metode penelitian (total sampling), lokasi penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian.

2. Rohmi Handayani, Dyah Fajarsari, Dwi Retno Trisna Asih dan Dewi Naeni Rohmah (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri Persalinan dan Kecemasan Pada Ibu

Bersalin Fase I Kala Aktif” Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan rerata penurunan intensitas nyeri dan kecemasan persalinan primigravida kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan terapi murottal di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Hasil Penelitian ini adalah adanya perbedaan rerata penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan terapi murottal

dengan nilai p value<α (0,000<0,05). Rata-rata kecemasan sebelum terapi murottal adalah 26,67, rata-rata setelah dilakukan terapi murottal adalah 20,52. Uji Paired t test menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata


(25)

penurunan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi murottal dengan nilai p value<α (0,000<0,05). Persamaan penelitian Rohmi Handayani, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah variabel bebas (kecemasan). Perbedaan penelitian Rohmi Handayani, dkk adalah jenis penelitian (pre eksperimen) dan rancangan penelitian (one group pretest dan post test design), metode penelitian (consecutive sampling), lokasi penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian.

3. Dian Nashif Zahrofi dengan judul penelitian ”Pengaruh Terapi

MurottalAl-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini adalah 83% yang dapat terkaji menggunakan instrument HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety) bahwa didapatkan kecemasan ringan 3 pasien dan kecemasan sedang 2 pasien. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan pasien hemodialisia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Persamaan penelitian ini dengan yang akan ditelitioleh peneliti adalah variabel bebas (kecemasan) dan variabel terikat (murottal Al-Qur’an), menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling dan Instrumen HRS-A. Perbedaan penelitian Dian Nashif Zahrofi dan penelitian yang akan diteliti adalah Uji Independen t-test dan Paired t-test.


(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Gagal Ginjal Kronik a. Pengertian

Chronic Kidney Disease [CKD] adalah kerusakan fungsi ginjal yang progesif dan tidak dapat pulih kembali, dimana kemampuntubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia berupa retensi ureum dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2008). Gagal ginjal Kronik [GGK] adalah kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dimana fungsi ginjal sudah tidak bisa diperbaiki. Fungsi ginjal sudah minimal, pasien akan jatuh pada kondisi gagal ginjal stadium akhir atau End Stage Renal Disease [ESRD] yang ditandai dengan adanya azotermia, ueremia dan uremic syndrome. (Ignatavicius & Workman, 2006). National Kidney Foundation [NKF] menyatakan gagal ginjal kronik terjadi apabila berlaku kerusakan jaringan ginjal atau menurunnya glomerulus filtration rate (GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama 3 bulan atau lebih.


(27)

b. Stadium Gagal Ginjal Kronik

Tabel 1 Stadium Gagal Ginjal Kronik

(Sumber: Suwitra, 2006)

Menurut Arora (2009) dalam Desita (2010), pada gagal ginjal kronis derajat 1 dan 2 tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan ginjal termasuk tidak adanya komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal. Selanjutnya, pasien dengan gagal ginjal kronik derajat 3 akan mengalami penurunan GFR yang moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/mnt/1,73m². Terjadinya penurunan GFR pada tingkat ini, maka akan terjadi akumulasi sisa-sisa metabolisme di dalam darah sehingga akan menyebabkan terjadinya uremia dan akan menimbulkan komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.

Derajat gagal ginjal kronik selanjutnya adalah derajat 4. Menurut Jurnal Kesehatan (2010), pasien gagal ginjal kronik yang sudah memasuki derajat 4 akan mengalami kondisi dimana terjadi penumpukan racun di dalam darah yang lebih tinggi dan kemungkinan

Stage Deskripsi GFR (ml/min/1,75)

Mempunyai resiko GGK > 90 (dengan factor resiko GGK) Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan

GFR normal atau meningkat

> 90 Stadium 2 Kerusakan ginjal dengan

GFR menurun ringan

60 – 89 Stadium 3 Kerusakan ginjal dengan

GFR menurun sedang

30 – 59 Stadium 4 Kerusakan ginjal dengan

GFR menurun berat

15 – 29 Stadium 5 Gagal ginjal < 15 (dialysis)


(28)

13

besar dalam waktu dekat pasien harus menjalani terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi ginjal. Derajat terakhir dari pasien gagal ginjal kronik yaitu derajat 5. Pasien yang berada pada level ini mengalami kehilangan hampir dari seluruh kemampuan fungsi ginjalnya untuk bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal seperi dialisis atau transplantasi ginjal agar penderita dapat bertahan hidup.

c. Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2011 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (14%), diabetes mellitus (27%), dan hipertensi (34%).

1. Diebetes mellitus

Diabetes merupakan penyebab umum terjadinya gromerulopati yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal stadium akhir. Diabetes mellitus (DM) ditandai oleh hiperglikemi kronik dengan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein akibat kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Secara umum, diabetes ditandai oleh hiperglikemi puasa tetapi pada gejala yang belum jelas dapat diketahui dengan adanya intoleransi terhadap glukosa. Akibat dari diabetes termasuk kerusakan jangka lama, disfungsi dan kegagalan berbagai organ, khususnya mata, ginjal, jantung dan pembuluh darah. Menurut


(29)

World Health Organization (WHO) DM secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relative dan gangguan fungsi insulin.

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya gagal ginjal konik. Berdasarkan laporan dari United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 sekitar 51-63% pasien GGK menderita hipertensi. Dari penelitian menyebutkan terjadinya hipertensi sebesar 40% pada GFR 90ml/min/1.73m3, 55% pada GFR 60ml/min/1.73m3, dan 75% pada GFR 30ml/min/1.73m3 (Joy, 2008).

Pasien yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan penyakit vaskuler akan mempercepat gangguan fungsi ginjal dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit tersebut (Kausz, Obrador, Arora, Ruthazer, Levey & Perpeira, 2000). Hipertensi menjadi penyebab GGK akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya dalam meningkatkan sekresi aldosterone. Pada keadaan tekanan darah tinggi yang berkembang terus menerus akan meningkatkan tekanan glomerulus yang akan membuat glomerulus menjadi renggang.


(30)

15

Glomerulonephritis dalam beberapa bentukanya, merupakan penyebab paling umum yang mengawali gagal ginjal di masa lampau (Buku Medical Surgical Nursing, Volum 2). Glomerulonephritis juga merupakan salah satu penyebab lain yang mendasari terjadinya penyakit gagal ginjal kronis (National Kidney Foundation K/DOQI, 2000 dalam Kallenbach 2005).

2. HEMODIALISIS a. Pengertian

Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, hemodialisis merupakan terapi yang paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronik. Tujuan utama hemodialisis adalah menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia, ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien penyakit gagal ginjal tahap akhir. Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa metabolism tubuh, sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk memperpanjang umur klien (Kallenbach, 2003).

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisys jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid, 2009). Hemodialisis ini bertujuan untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang


(31)

berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009). b. Prinsip Hemodialisis

Menurut Guyton & Hall (2007), prinsip dasar ginjal buatan adalah mengalirkan darah melalui saluran darah kecil yang dilapisi oleh membran tipis. Sisi lain dari membran tipis ini terdapat cairan dialisa yang digunakan sebagai tempat zat-zat yang tidak diinginkan dalam darah masuk ke dalamnya melalui proses difusi.

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Smeltzer, 2008). Saat proses difusi sisa akhir dari metabolisme didalam darh dikeluarkan dengan cara berpindah dari darah yang konsentrasinya tinggi ke dialisat yang mempunyai konsentrasi rendah (Smeltzer, 2008). Ureum, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke cairan dialisat karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat atau bikarbonat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam dialisat akan berdifusi kedalam darah. Kecepatan difusi solute tergantung pada koefisien difusi, luas permukaan membrane dialiser dan perbedaan konsentrasi serta perbedaan tekanan hidrostatik diantara membrane dialisis (Price & Wilson, 2005).

c. Proses Hemodialisis

Hemodialisis di Indonesia hanya bisa dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan lama hemodialisis 4 jam (Raharjo, Susalit & Suharjono, 2006). Efektifitas hemodialisis tercapai bila dilakukan 2-3


(32)

17

kali dalam seminggu selama 4-5 jam, atau paling sedikit 10-12 jam seminggu (Australia and New Zealand Dialiysis and Transplant Registry, 2005; Black & Hawk, 2005).

d. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada klien dalam keadaan akut yang memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau klien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi jangka panjang/permanen (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2008). Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada gagal ginjal kronis adalah: 1) LFG kurang dari 15 ml/menit karena mengindikasikan fungsi ekresi ginjal sudah minimal, sehingga terjadi akumulasi zat toksik dalam darah; 2) hiperkalemia; 3) asidosis; 4) kegagalan terapi konservatif; 5) kadar ureum lebih dari 200 mg/dL dan kreatinin lebih dari 6 mEq/L; 6) kelebihan cairan; 7) anuria berkepanjangan lebih dari 5 hari.

e. Komplikasi

Beberapa komplikasi hemodialisa diantaranya hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam tinggi dan menggigil, merupakan komplikasi akut yang muncul pada pasien hemodialisa (Rahardjo, 2009). Komplikasi Hipotensi merupakan komplikasi akut hemodialisa yang paling sering terjadi, insidensinya mencapai 15-30%. Dapat disebabkan oleh karena penurunan volume plasma, disfungsi otonom, vasodilatasi karena energi


(33)

panas, obat anti hipertensi. Komplikasi ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah baru yang lebih kompleks antara lain ketidaknyamanan, meningkatkan stress dan mempengaruhi kualitas hidup memperburuk kondisi pasien bahkan menimbulkan kematian (Jablonski, 2007).

3. KECEMASAN

a. Pengertian

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Menurut Freud, kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Gejala psikologis kecemasan meliputi gelisah, konsentrasi terganggu, cepat marah, merasakan adanya tanda-tanda bahaya, insomnia, libido menurun dan mudah tersinggung. Gejala fisik pada kecemasan ialah jantung berdebar, berkeringat, rasa sesak napas, gangguan tidur, mudah lelah, sering kencing, dan mulut kering. Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998).


(34)

19

b. Tingkat Kecemasan

Menurut American Psychiatric Association, tingkat kecemasan dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori sebagai berikut: tingkat kecemasan ringan, sedang, berat, dan panic.

a. Cemas Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

b. Cemas Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.


(35)

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

c. Tanda dan Gejala Kecemasan

Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri,


(36)

21

kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 1997). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2006), antara lain adalah sebagai berikut: (1) Gejala psikologis : pernyataan cemas, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut; (2) Gangguan pola tidur dan mimpi-mimpi yang menegangkan; (3) Gangguan konsentrasi dan daya ingat; dan (4) Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.

d. Faktor yang mempengaruhi kecemasan a. Usia atau tingkatan perkembangan

Semakin tua usia seseorang, tingkat kecemasan dan kekuatan seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

b. Jenis kelamin

Menurut jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi kecemasannya dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dibuktikan dari hasil pemeriksaan asam lemak bebas menunjukan nilai yang tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. c. Pengalaman individu


(37)

kecemasan karena pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi suatu stressor atau masalah. Jika respon kecemasan yang semakin berkurang bila dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali menghadapi masalah tersebut.

e. Respon Kecemasan

Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 1997). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2006), antara lain adalah sebagai berikut: (1) Gejala psikologis : pernyataan cemas, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut; (2) Gangguan pola tidur dan mimpi-mimpi yang menegangkan; (3) Gangguan konsentrasi dan daya ingat; dan (4) Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainyaKecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis seperti perilaku yang secara tidak langsung memepengaruhi timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya melawan kecemasan (Stuart, 2009). Hasil


(38)

23

penelitian dikatakan bahwa pada pasien GGk yang menjalani hemodialisa akan mengalami perubahan dalam psikososial antara lain : sedih, pesimis, mudah marah, dan ketidakpuasan, serta mengalami hubungan social (Chilkot & David, 2010)

f. Respon Kognitif

Menurut Stuart (2009), respon kognitif akibat kecemasan adalah konsentrasi memburuk, perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada dan kehilangan objective dan takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, dan mimpi buruk.

g. Respon Afektif

Respon afektif terhadap kecemasan adalah tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, khawatir, mati rasa, rasa bersalah atau malu (Stuart, 2009).

h. Instrument penilaian kecemasan

Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen HADS dikembangkan oleh Zigmond and Snaith (1983) dalam Campos, Gimares, Remein (2010) dan dimodifikasi oleh Tobing (2012). Instrumen ini terdiri dari 14 item total pertanyaan yang meliputi pengukuran


(39)

kecemasan (pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 10, 11, 13), pengukuran depresi (pertanyaan nomor 2, 4, 6, 8, 9, 12, 14). Semua pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif (favorable) dan pertanyaan negatif (unfavorable). Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bias. Item favorable dengan pilihan ansietas dan depresi terdapat pada nomer 2, 4, 9, 10, 12, 14 dengan pengukuran skala likert skor 0=selalu, 1=sering, 2=jarang dan 3=tidak pernah. Item unfavorable dengan pilihan ansietas dan depresi terdapat pada nomor 1, 3, 7, 8, 11, 13 dengan skoring 0=tidak pernah, 1=jarang, 2=sering dan 3=selalu. Penggolongan nilai skor merupakan penjumlahan seluruh hasil jawaban adalah normal (skor 0-7), ringan (skor 8-10), sedang (skor 11-14) dan berat (skor 15-21). HADS mempunyai nilai minimal 0 dan maksimal 42 (komposit) dengan rentang ansietas dan depresi rendah 0-20, sedang 21-28 dan tinggi 28-42 (Kusumawati, Keliat dan Nursasi, 2015).


(40)

25

4. TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN

a. Definisi Terapi Murottal Al Quran

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an diartikan sebagai bacaan, Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Ma’mun (2012) juga menyatakan dalam penjelasannya Al-Qur’an secara ilmiah merupakan obat yang menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Menurut Poerna (2007) murottal Al-Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an).

Kemajuan teknologi medis telah banyak membawa perubahan dan terus berkembang. Pengobatan yang bersifat modern lebih menekankan kepada penyembuhan penyakit jasmani (Ma’mun, 2012), sementara pengobatan keagamaan masih kurang (Awad, Al-Ajmi & Waheedi, 2012). Menurut Izzat dan Arif (2011) manusia tidak menyadari bahwa Allah menciptakan penyakit juga menciptakan obatnya. Pemberian terapi bacaan Al-Qur’an yang diturunkan Allah dapat memberikan kesembuhan terhadap penyakit jasmani dan rohani. b. Mekanisme Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan

Menurut Oriordan (2002) dalam Faradisi (2012) terapi murotal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Persepsi kita ditentukan oleh semua yang


(41)

telah terakumulasi, keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra anggapan. Menurut MacGrego (2001) dalam Faradisi (2012) dengan terapi murotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al- Quran atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14Hz. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres dan menurunkan. Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya Tuhan, akan terbentuk koping, atau harapan positif pada pasien.

c. Pengaruh Murottal Al Quran Terhadap Respon Tubuh

Manusia diciptakan Allah SWT dari unsur tanah dan terbentuk dari sel-sel. Setiap sel bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya (Sherwood, 2001; Ignatavicius & Workman, 2006), sehingga tubuh memiliki keseimbangan yang baik. Kerusakan salah satu sel tubuh akan menyebabkan ketidak seimbangan bagi individu atau menimbulkan sakit (Ma’mun, 2011; AlKahel, 2011). Elzaky (2011);Izzat & Arif (2011) menyatakan bahwa sel tubuh pada manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain: gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang suara. Secara prinsip getaran sel mengikuti irama dan bentuk tertentu yang dipengaruhi oleh sumber suara. Suara yang masuk ketelinga akan mempengaruhi sel-sel tubuh secara kontinu.


(42)

27

Bagian sel tubuh yang sakit, kemudian diperdengarkan bacaan Al-Quran, akan mempengaruhi gelombang dalam tubuh dengan cara merespon suara dengan getaran-getaran sinyalnya dikirimkan ke sistem saraf pusat (AlKahel, 2011). Hal ini didukung Qadri (2003) bahwa pergerakan sel yang sakit dengan adanya gelombang suara yang masuk turut memperbaiki sel tubuh dengan cara, suara akan berinteraksi dengan tubuh sehingga menimbulkan keteraturan. Hal ini diperkuat oleh penelitin Emoto dari Jepang bahwa 70% bagian tubuh manusia adalah air dan medan elektromagnetis dan perubahannya dipengaruhi oleh suara. Suara atau bacaan Al-Qsuran berpengaruh besar terhadap partikel-partikel air didalam tubuh sehingga menjadi lebih baik dan meningkatkan kesembuhan.

d. Pengaruh Murottal Al-Qur’an Sebagai Penyembuh

Kesembuhan menggunakan Al-Qur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya (Asman, 2008). Ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan kepada orang yang sakit jasmani maka akan mendapat keringanan penyakit. Metode penyembuhan dengan Al-Qur’an melalui dua cara yaitu membaca atau mendengarkan dan mengamalkan ajaran-ajarannya (Asman, 2008; Qadri, 2003). Kedua metode tersebut dapat mengurangi dan menyembuhkan berbagai penyakit, memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang mengamalkannya.


(43)

Penelitian Kedokteran Amerika Utara bahwa dengan membaca Al-Qur’an atau mendengarkannya dapat megurangi ketegangan susunan saraf secara spontan, sehingga lambat laun bagi yang mendengarkan menjadi tenang, rileks, dan sembuh terhadap keluhan-keluhan fisik (Izzat & Arif, 2011; Elzaky, 2011).

e. Manfaat Murottal Al-Qu’an

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari murottal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) menurut Heru (2008) dalam Siswantinah (2011) :

a) Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan mendapatkan ketenangan jiwa.

b) Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah dan memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.


(44)

29

f. Surat Ar-Rahman

Surat Ar-Rahman adalah Surat ke-55 dalam Al-Qur’an, Surat ini tergolong Surat Makiyyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Surat Rahman yang berarti yang maha pemurah berasal dari kata Ar-Rahmanyang terdapat pada ayat pertama pada Surat ini. Ar-Rahman juga salah satu nama-nama Allah. Surat ini menerangkan sebagian besar dari tanda-tanda kebesaran dan kepemurahan dari Allah SWT. kepada hamba-hamba-nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun diakhirat.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Elkadi yang dilakukan pada tahun 1985 mengungkapkan, bahwa ketegangan urat syaraf berpotensi mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan sakit atau membantu proses penyembuhan. Mendengarkan murottal Al-Qur’an juga dapat merubah keadaan fisiologis dan psikologis yang besar, dimana dengan mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat syaraf reflektif sebesar 97% Al-Qahdi, dalam remolda (2009).

Ciri khas dari Surat Ar-Rahman adalah kalimat fa-biayyi alaa’I rabbi kuma tukadziban, yang bermakna (maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang diulang sebanyak 31 kali dalam Surat Ar-Rahman dan terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia. Surat ini membuktikan


(45)

bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan mengajarkan pengetahuan tentang diri-Nya melalui Al-Qur’an. Akhir dari Surat ini adalahkalimat Tabaraka yang bermakna”Maha berkah”. Maha berkah adalah salah satu nama Allah. Jika manusia menyebut nama Allah maka Allah akan menghampirinya. Keutamaan dalam Surat Ar-Rahman antara lain;

a. Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca Surat Ar -Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan padanya”.

b. Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata: “Barangsapa yang membaca Surat Ar-Rahman dan membaca kalimat „Fabiayyi ala’I rabbikuma tukadzibaan’, ia mengucapka: La bisyay-inmin alaika Rabbi akdzibu (tidak ada satupun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.

Menurut Putri (2014) dalam Yoan (2015) dengan terapi murottal Al-Qur’an maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahuarti Al-Qur’an atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan terhadapAllah SWT, dalam keadaan ini otak berada dalam gelombang alpha merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14hz ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dalam keadaan tenang otak berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya Tuhan


(46)

31

sehingga terbentuk koping atau harapan positif.

Surat Ar-Rahman menyebutkan bermacam-macam nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya yaitu dengan menciptakan alam dengan segala yang ada padanya. Kemudian dalm Surat ini juga diterangkan akan adanya pembalasan di akhirat, yaitu bagimana kedaan penghuni neraka dan bagaimana keadaan dari penghuni surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang yang bertakwa.


(47)

B. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti Pasien Gagal Ginjal

Kronik

Kecemasan

Tingkat Kecemasan : 1. Cemas Ringan 2. Cemas Sedang 3. Cemas Berat

Terapi Murottal Al-Qur’an

Faktor yang mempengaruhi kecemasan;

 Usia

 jenis kelamin

 pengalaman individu  respon kecemasan.


(48)

33

C. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas maka dapat ditetapkan hipotesa penelitian yaitu ada pengaruh terapi murottal Al-Qur’an yang diberikan terhadap tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.


(49)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Metode penelitian dalam penilitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang dipakai menggunakan Quasi Experimental, dengan rancangan penelitian pretest-posttest with control group design, kelompok eksperimen diberikan terapi murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman kemudian diukur tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi. Pada kelompok kontrol responden diukur tingkat kecemasan pretest dan posttesttidak diberikan intervensi.

Tabel 2. Desain penelitian

Keterangan;

1 : Skala kecemasan kelompok eksperimen sebelum dilakukan intervensi 1’ : Skala kecemasan kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi

2 : Skala kecemasan kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi

2’ : Skala kecemasan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi

X :Pemberian intervensi terapi murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman. Subjek Pre-test Perlakuan Post-test

Kelompok eksperimen 1 X 1’


(50)

35

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah 130 orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani program hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping berdasarkan data register pasien pada bulan Juni 2016.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam,2013).

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Pasien GGK yang menjalani hemodialisis. b. Pasien yang beragama Islam.

c. Pasien tidak memiliki gangguan pendengaran. d. Pasien dengan tingkat kesadaran compos mentis. e. Pasien yang mengalami kecemasan ringan, sedang. f. Pasien yang bersedia menjadi responden.

B. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Pasien yang mengalami perburukan kondisi dan memerlukan tindakan


(51)

b. Pasien yang dikategorikan cemas berat

c. Pasien yang tidak menyelesaikan program hemodialisis.

d. Pasien yang mengundurkan diri menjadi responden disaat jalannya proses penelitian.

Penetapan jumlah sampel menggunakan rumus :

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan besar populasipopulasi

Z = nilai standar normal untuk α= 0.10 (1,64) d = tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q = Proporsi tanpa atribut 1-p (1-0,5)

Berdasarkan perhitungan purposive sampling diatas, maka jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 30 pasien dan akan dilakukan

N.Z2.p.q d2 (N-1) + Z2.p.q n =


(52)

37

pembagian menjadi 15 pasien kelompok eksperimen dan 15 pasien kelompok kontrol menggunakan simple random sampling.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping selama bulan Juli 2016.

D. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independent) dan variabel terikat (dependent).

a. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi murottal Al-Qur’an

b. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

E. Definisi Operasional Tabel 3. Definisi Operasional

No Variable Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Variable indepen-den: terapi murottal Al-Qur’an

Terapi murottal yang diperdengarkan pada pasien GGk yang menjalani hemodia-lisis. Murottal Al-Qur’an yang dipilih adalah Q.S Ar-Rahman yang dibaca oleh Mishaari Raashid Al-Aafaasee diberi durasi 15 menit pada

Speaker

dengan instrument murottal Al-Qur’an.

Diberikan terapi murottal Al-Qur’an

selama15 menit pada kelompok intervensi. Check list prosedur pemeberia n murottal Al-Qur’an dengan jumlah 17


(53)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variabel yang akan diteliti. Kuisioner yang digunakan adalah :

1. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen HADS dikembangkan oleh Zigmond and Snaith (1983) dalam Campos, Gimares, Remein (2010) dan dimodifikasi oleh Tobing (2012). Instrumen ini terdiri dari 14 item total pertanyaan yang meliputi pengukuran kecemasan (pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 10, 11, 13), pengukuran depresi (pertanyaan nomor 2, 4, 6, 8, 9, 12, 14). Semua pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif (favorable) dan

kelompok intervensi. Terapi diberikan sebelum pasien menjalani

hemodialisis. 2. Variable

dependen: kecemasan

Keadaan dimana pasien mengalami gangguan alam perasaan, yaitu gangguan suasana hati dan biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan. Diukur menggunakan instrument Hospital

Anxiety and

Depression Scale (HDSA).

Hospital Anxiety and Depression Scale (HDSA)

0 – 7 = Normal 8 – 10 = Kasus ringan 11-15 = Kasus sedang

16-21 = Kasus berat


(54)

39

pertanyaan negatif (unfavorable). Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bias. Item favorable dengan pilihan ansietas dan depresi terdapat pada nomer 2, 4, 9, 10, 12, 14 dengan pengukuran skala likert skor 0=selalu, 1=sering, 2=jarang dan 3=tidak pernah. Item unfavorable dengan pilihan ansietas dan depresi terdapat pada nomor 1, 3, 7, 8, 11, 13 dengan skoring 0=tidak pernah, 1=jarang, 2=sering dan 3=selalu. Penggolongan nilai skor merupakan penjumlahan seluruh hasil jawaban adalah normal (skor 0-7), ringan (skor 8-10), sedang (skor 11-14) dan berat (skor 15-21). HADS mempunyai nilai minimal 0 dan maksimal 42 (komposit) dengan rentang ansietas dan depresi rendah 0-20, sedang 21-28 dan tinggi 28-42 (Kusumawati, Keliat & Nursasi, 2015).

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti adalah data primer. Data primer dikumpulkan oleh peneliti menggunakan kuisioner dalam bentuk pertanyaan, berupa nilai pre-test dan post-test yang diperoleh dari hasil mengisi kuisioner. Dalam rangka mempermudah proses penelitian,maka peneliti menyusun rangkaian kegiatan selama proses penelitian, yaitu sebagai berikut:

1.Tahap Persiapan

a. Meminta izin penelitian ke bagian Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. b. Meminta izin kepada pihak RS PKU Muhammadiyah Gamping. c. Melakukan studi pendahuluan di bangsal hemodialisi RS PKU


(55)

d. Melakukan uji etik penelitian ke Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.

e. Setelah etik keluar peneliti melakukan surat izin melakukan penelitian di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Proes Pengambilan Sampel

Pada proses ini, peneliti mendatangi pasien secara personal dan memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan peneliti. Kemudian peneliti melakukan wawancara terkait data demografi dan menanyakan terkait dengan tingkat kecemasan pasien (pre-test) menggunakan kuisioner yang telah disediakan, yaitu HADS (Hospital Anxiety And Depression Scale). Pasien yang mempunyai nilai skoring >7 sesuai dengan kriteria inklusi yaitu pasien dengan kasus ringan dan sedang, peneliti langsung menjadikan pasien sebagai responden penelitian.

b. Prosedur penelitian

Pada proses ini peneliti melakukan pre-test pengkajian kecemasan menggunakan kuisioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Pada hari pertama peneliti mendapatkan 7 responden yang termasuk dalam kategori cemas ringan dan sedang, kemudian peneliti membagi 7 responden tersebut dengan cara diundi menggunakan tehnik simple random sampling, kelompok eksperimen adalah yang mendapat undian ganjil,


(56)

41

sedangkan kelompok kontrol yang mendapat undian genap. Dari 7 responden pada hari pertama peneliti mendapat 3 responden menjadi kelompok kontrol dan 4 responden menjadi kelompok intervensi. Pada hari kedua peneliti mendapatkan 9 responden, dimana 2 responden menjadi kelompok kontrol dan 7 responden menjadi kelompok intervensi. Pada hari ketiga peneliti mendapat 14 responden, dimana 10 responden kelompok kontrol dan 4 responden menjadi kelompok intervensi. Setelah peneliti mendapatkan jumlah yang sesuai, peneliti melakukan post-test kembali menggunakan kuisioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) kepada kelompok kontrol terlebih dahulu dan dijelaskan bahwa pasien tidak mendapatkan intervensi apapun, kelompok kontrol akan mendapatkan intervensi murotal Al-Qur’an bersamaan dengan saat kelompok eksperimen mendapatkan intervensi murottal. Pada kelompok eksperimen dijelaskan bahwa peneliti akan memberikan terapi murottal Al-Qur’an yaitu Surah Ar-Rahman selama 2 pertemuan, dimana setiap pertemuan peneliti akan memutarkan murottal Al-Qur’an sebanyak 3 kali dalam waktu 45 menit. Kelompok eksperimen yang sudah selesai diberikan murotal Al-Qur’an akan dilakukan post-test pengkajian tingkat kecemasan kembali.


(57)

c. Responden mengisi inform concent

Peneliti meminta persetujuan pasien untuk menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan pada pasien yang sudah bersedia menjadi subjek penelitian.

d. Proses penelitian

Peneliti melakukan penelitian kepada semua kelompok kontrol. Pasien kontrol tidak diberikan intervensi apapun, kemudian peneliti melakukan pengkajian tingkat kecemasan menggunakan kuisioner HADS (Hospital Anxiety and Depression Scale). Setelah 15 pasien kelompok kontrol selesai, peneliti melanjutkan penelitian terhadap kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan terapi murottal Al-Qur’an oleh peneliti dan diberikan terjemahan Surah Ar-Rahman. Pada saat akan dilakukan pemberian terapi murottal Al-Qur’an terdapat 2 pasien yang menolak untuk diberikan intervensi murotal Al-Qur’an. Jadi peneliti memilih kembali pasien yang lain sebagai reponden pengganti. Setelah intervensi selesai dilakukan selama 2 pertemuan, peneliti kembali mengukur tingkat kecemasan menggunakan kuisioner HADS (Hospital Anxiety and Depression Scale).


(58)

43

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas

Alat ukur depresi ini sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas ke dalam Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Caninsti (2007) dan terbukti menjadi skala ukur kecemasan yang valid dan dapat diterima dengan memiiki corrected item total corelation yang lebih besar dari 0,3 yang dilakukan pada pasien penderita gagal jantung kronis.

Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas lagi karena instrument HADS yang digunakan adalah Instrumen baku yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan dari pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

2. Uji Reliabilitas

Alat ukur tingkat kecemasan ini sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas ke dalam Bahasa Indonesia oleh Rudy, Widyadharma dan Adnyana, 2012) dan terbukti menjadi skala ukur depresi yang reliabel dan dapat diterima, yaitu sebesar 0,706 untuk subskala kecemasan dan 0,681 untuk subskala depresi menggunakan koefesien Kappa Cohen yang dilakukan pada penderita stroke di RSUP Sanglah Denpasar.

Jadi peneliti tidak melakukan uji reliabel karena instrumen Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian ini merupakan instrumen baku yang biasa digunakan untuk mengetahui depresi dari pasien gagal ginjal


(59)

kronik yang menjalani hemodialisis. I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden melalui usia, jenis kelamin, agama dan lamanya menjalani hemodialisis. 2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel bebas (terapi murottal Al-Qur’an) dan variabel terikat (tingkat kecemasan). Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh terapi murottal Al-Qur’an yang diberikan terhadap tingkat kecemasan pasien.

Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh terapi murottal yang diberikan terhadap tingkat kecemasan pasien. Analisis uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon dan uji Man Whitney dikarenakan skala yang digunakan adalah skala ordinal, dimana bisa langsung dikatagorikan sebagai data non-parametrik.

Uji yang digunakan untuk melihat pengaruh pemberian terapi murottal sebelum (pre- test) dan sesudah (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah Uji Wilcoxon (uji non parametrik). Sedangkan uji yang digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh pemberian terapi murottal antara kelompok


(60)

45

eksperimen dan kelompok kontrol adalah Uji Mann Whitney (uji non parametrik). Dari uji statistic akan didapatkan nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi > 0,05 (p> 0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika signifikansi < 0,05 (p< 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima (Nursalam, 2013).

J. Pengolahan Data

Menurut Saryono (2011) langkah-langkah dalam memproses data terdiri dari:

1. Editing

Pada proses ini peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.

2. Coding

Pada proses ini peneliti melakukan pengolahan data hanya dengan inisial nama responden. Selanjutnya, peneliti menggolongkan jenis kelamin dengan menggunakan kode, P=perempuan, L=laki-laki.

3. Data Entry

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program atau software komputer. 4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai di masukkan,perlu di cek kembali untuk melihat


(61)

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode,ketidaklengkapan,dan sebagainya,kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi.

K. Etika Penelitian

Berdasarkan Surat Keterangan Penelitian dari Komisi Etik UMY nomor: 197/EP-FKIK-UMY/IV/2016 penelitian yang berjudul pengaruh terapi muotal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping ini memperhatikan beberapa aspek kode etik, antara lain:

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek. Dalam melakukan penelitian kepada pasien, peneliti sangat memperhatikan subjek penelitian dan meyakinkan bahwa informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subjek.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Pasien diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian ini tidak akan disalahgunakan demi kepentingan pribadi. Hal indi dapat dibuktikan dengan tidak mencantumkan nama subjek.


(62)

47

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination).

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. 3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya


(63)

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).

Untuk memastikan penelitian tidak melanggar etik maka akan dilakukan uji etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(1)

Ingatlah, hanya dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah-lah hati akan menjadi tenang.”

Hal lain yang dapat mempengaruhi terdapatnya pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan antara lain lingkungan, hal ini diperkuat dari fakta dilapangan, bahwa pada saat dilakukan pemeberian terapi murottal Al-Qur’an keadaan lingkungan dalam ruang hemodialisis sangat kondusif dilihat ketika pemeberian terapi murottal Al-Qur’an televisi dimatikan dan keluarga yang menunggu pasien juga tidak banyak yang mengobrol ditengah berjalannya pemberian terapi murottal Al-Qur’an. Aryani (2013) menyatakan bahwa mendengar dan membaca bacaan Al-Qur’an akan berpengaruh jika didengarkan dalam keadaan tenang. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Anfal : 2

“sesungguhnya orang -orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila nama allah disebut gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan pada

mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada tuhan lah mereka bertawakkal”.

Firman tersebut menyatakan bahwasanya Al-Qur’an ini bisa menambah keimananan seseorang mukmin apabila ia membaca serta mentadabburi ayat ayat Al-Qur’an itu, ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: tidak ada yang lebih besar manfaatnya bagi hati dari para pembaca Al-Qur’an dengan mentadabburi dan merenungkannya karena Al-Qur’an kan kitab suci yang bisa dijadikan pedoman hidup oleh setiap manusia

dengan membaca dan

mentadabburinya bisa melahirkan al-mahabbah (cinta kepada allah), sukur, sabar dan seluruh perbuatan yang bisa menyebabkan hidupnya, hatinya mencapai kesempurnaan.

Dilihat dari fakta dilapangan ketika diperdengarkan murottal Al-Qur’an terdapat semua pasien membaca selebaran arti dan huruf arab dari terjemahan murottal Al-Qur’an


(2)

Surah Ar-Rahman hingga murottal slesai diperdengarkan. Ahmad (2013) menyatakan bahwa Al-Qur’an berpengaruh semakin kuat untuk menurunkan tingkat kecemasan dan membebaskan diri dari pikiran negatif, apabila disamping mendengarkan, penderita juga bisa memahami ayat yang sedang mereka dengar.

Faktor yang mempengaruhi terdapatnya pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan volume audio yang digunakan untuk memperdengarkan murottal Al-Qur’an. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pitch yang rendah dengan rhythm yang lambat. Hal ini sejalan dalam penelitian Novita (2012) bahwa musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu frekuensi(pitch), volum (intensity), warna nada(timbre), interval, dan tempo atau durasi (rhytm). Pada pitch yang rendah dengan rhythm yang lambat dan

volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks.

Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Elzaky (2011) bahwa sel tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain: gelombang cahaya, gelombang radio dan gelombang suara. Secara prinsip getaran sel mengikuti irama dan bentuk tertentu yang dipengaruhi oleh sumber suara. Suara yang masuk ketelinga akan mempengaruhi sel-sel tubuh. Menurut Qadri (2010) dan AlKahel (2011) Bagian sel tubuh yang sakit, kemudian diperdengarkan bacaan Al-Qur’an akan mempengaruhi gelombang dalam tubuh dengan cara merespon suara dan getaran-getaran sinyalnya dikirimkan ke sistem saraf pusat. Bahwa pergerakan sel yang sakit dengan adanya gelombang suara yang masuk turut memperbaiki sel tubuh, karena 70 % bagian tubuh manusia adalah air dan medan elektromagnetis


(3)

dan perubahannya dipengaruhi oleh suara. Suara bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar terhadap partikel-partikel air didalam tubuh sehingga menjadi lebih baik dan meningkatkan kesembuhan.

Sedangkan pada kelompok kontrol, tidak dilakukan pemberian murottal Al-Qur’an. Namun dilihat dari hasil pre-test dan post-test nilai p=0,001, maka terdapat perbedaan yang signifikan. Tapi hasil ini menunjukkan mean meningkat dari cemas ringan menjadi cemas sedang. Selain itu ditunjukkan pada responden yang mengalami cemas sedang 6,7% dan meningkat menjadi 86,7%. B. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan

a. Kuisioner tingkat kecemasan menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) kuisioner ini sesuai untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien hemodialisis.

b. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Eksperimen dengan pre-test dan post-test dengan kelompok kontrol. Dimana pada desain ini membandingkan Antara kelompok yang diberikan perlakuan dan tidak diberikan perlakuan sehingga hasil penelitian terlihat jelas. 2. Kelemahan

a. Peneliti tidak mengontrol faktor penggangu, seperti: bina rohani

b. Peneliti belum melakukan tes homogenitas.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping, diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, berusia 36-50 tahun, dengan riwayat hemodialisis terbanyak <1 tahun.


(4)

2. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur’an.

3. Ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an yang diberikan terhadap tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. B. Saran

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, serta peneliti selanjutnya dapat mengembangkan apa yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Misalnya, dengan mencari bentuk variabel lain, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis

b. Bagi Perawat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perawat sebagai salah satu intervensi non farmakologi untuk menurunkan kecemasan pada pasien hemodialisis. c. Bagi PasienPasien dapat

menggunakan teknik ini untuk menurunkan kecemasan selama hemodialisis.

d. Bagi Rumah Sakit/Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan acuan penerapan intervensi dalam terapi non farmakologi untuk menurunkan tingka kecemasan pasien hemodialisis di Rumah Sakit.

DAFTAR RUJUKAN

Ainivi F. Tangian, L. J. (2015). Hubungan Lamanya Menjalani Hemodialisis Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Yang Menderita Gagal Ginjal Kronik Di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl) Volume 3, Nomor 3, 248-252. Desmita, B. O. (2015). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan


(5)

Strategi Koping Pasien Gagal Ginjal Kronk yang Menjalani Hemodialisis. JOM PSIK, Vol 2 Nomor 2, 1014-1023.

Faradisi, F. (2012). Efektifitas Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan . Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume V No 2, 1-11. Faridah, V. N. (2015). Terapi Murottal

Al-Qur'an Mampu Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Laparotomi . Jurnal Keperawatan, Volume 6 Nomor 1, 63-70.

Pramana, A. I. (2014). Hubungan Antara Lama Hemodialisa Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di PKU Muhammadiyah Gombong Skripsi Strata I. 2014: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Putri, D. N. (2014). Pemberian Terapi Murottal Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan TN Dengan Pre Operasi Fraktur Collum Femur Sinestra di Ruang Mawar RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.

Winda Lidia Wati Sihite, I. C. (2013). Analisa Tingkat Kebisingan pada Sekolah Dasar Negri di Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Petisah. Skripsi Strata Satu. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.

Zahrofi, D. N. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al-Qur'an terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Strata Satu. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Terapi Mendengarkan Al-Qur’an terhadap Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro

2 25 83

PENGARUH MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALIS DI PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

8 73 132

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL AL QURAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA DI RS PKU Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

1 3 18

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 1 7

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL AL QURAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

2 24 16

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 0 15

Pengaruh Pemberian Terapi Murottal terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Inap Kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 14

PENGARUH TERAPI MUROTTAL JUZ ‘AMMA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION (ORIF) DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH TERAPI MUROTTAL JUZ 'AMMA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN OPEN REDUCTIO

0 0 13

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi Progresif terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSU PKU Muhammadiy

0 0 15

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BPH DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository

0 0 48