ANALISIS PEREKONOMIAN MASYARAKAT WILAYAH PESISIR KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2009-2013

(1)

ANALYSIS ECONOMIC OF COASTAL REGION COMMUNITY IN GUNUNGKIDUL REGENCY, THE SPECIAL DISTRICT OF YOGYAKARTA

PERIOD 2009-2013 SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh Yakub Ramdani

20100430013

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

ANALYSIS ECONOMIC OF COASTAL REGION COMMUNITY IN GUNUNGKIDUL REGENCY, THE SPECIAL DISTRICT OF

YOGYAKARTA PERIOD 2009-2013 SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh Yakub Ramdani

20100430013

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii Nama : Yakub Ramdan

Nomor Mahasiswa : 20100430013

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PEREKONOMIAN

WILAYAH PESISIR KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 19 Agustus 2016


(4)

iii

م سفنأبام ا رِيغي ىَتح مْ قبام رِيغيا ه َنإ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum

mereka mengubah keadaan mereka sendiri”

(QS. Ar-Ra’d : 11)

Hidup Tanpa Masalah Adalah Masalah, Hidup Banyak Masalah adalah

Masalah, Yang Terpenting Jangan Terlalu Di Permasalahkan

(penulis)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Bapa tercinta Drs.H.Suhlan & Mimih Haryati Terkasih, serta buat sodara ku dan juga semua warga Kampung Dano yang telah memberikan doa serta dorongan yang luarbisa seperti sahabat ku yang selalu memberikan harapan dan motivasi tiada henti.

 Almamaterku tercinta serta teman-teman dan semua pihak yang telah membantu tersusunnya


(5)

iv

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis ucapkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada qudwah Hasanah kita Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Analisis Perkonomian Masyarakat Wilayah Pesisir Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah sehingga tercapai pembangunan ekonomi dan pendapatan masyarakat daerah yang merata di Kabupaten Gunungkidul khususnya di daerah pesisir serta memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan semangat dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Lilies Stiartiti, SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh kesabaran memberikan ilmu dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.


(6)

v

3. My sister : Neneng Mulyanengsih, Een Suryani dan Empat Patonah yang selalu menjadi penyemangat dan motivasi bagi penulis.

4. Ibu dan Bapak Dosen Ilmu Ekonomi beserta jajarnya saya mengucapkan terimakasih atas dedikasi dan ilmu yang telah diberika ke penulis.

5. Untuk semua sahabat dan teman seperjuangan yang memberika dukungan dan semngat yang tiada henti.

6. Semua pihak yang telah membantu, memberikan do’a dan semangat

dari awal hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman kaya tulis dengan topik ini.

Semoga hasil dari karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 31 JULI 2016


(7)

vi

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERNYATAAN……… iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN………... v

INTISARI………. vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah... 11

C. Rumusan Masalah... 11

D. Tujuan Penelitian... 12

E. Manfaat Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembangunan Daerah ... 14

B. Definisi Masyarakat Pesisir... 15

C. Sifat dan Karakteristik Masyarakat Pesisir... 16

D. Dinamika Masyarkat Pesisir 17 1. Konteks Masyarakat Nelayan... 17


(8)

vii

E. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir... 23

F. Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir... 26

G. Penelitian Terdahulu... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian... 32

B. Jenis dan Sumber Data... 32

C. Teknik Pengumpulan Data... D. Definisi Oprasional Variabel... 32 33 E. Metode Analisis Data... 35

1. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi... 35

2. Analisis LQ (Location Quotient)... 35

3. Analisis Shift Share... 36

4. Analisis Typologi Klassen... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Wilayah... 41

1. Letak Geografis... 41

2. Daerah Pesisir Pantai... 44

3. Topografi... 48 4. Kalimatologi...

5. Potensi Kabupaten

Gunungkidul...

50 51


(9)

viii

1. Pertumbuhan Ekonomi... 55

2. PDRB Per Kapita... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kecamatan Panggang………. 1. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi... 59 59 2. Analisis Location Quotient (LQ)... 60

3. Analisis Shift Share... 63

4. Analisis Typologi Klassen... 67

B. Kecamatan Purwosari... 69

1. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi... 2. Analisis Location Quotient(LQ)... 3. Analisis Shift Share... 4. Analisis Typologi Klassen... 69 71 73 77 C. Kecamatan Saptosari... 80

1. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi... 2. Analisis Location Quotient (LQ)... 3. Analisis Shift Share... 4. Analisis Typologi Klassen... 80 82 84 88 D. Kecamatan Tepus... 90


(10)

ix

E. Kecamatan Tanjungsari... 100 1. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi...

2. Analisis Location Quotient (LQ)... 3. Analisis Shift Share... 4. Analisis Typologi Klassen...

100 102 104 108 F. Kecamatan Girisubo... 111

1. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi... 2. Analisis Location Quotient (LQ)... 3. Analisis Shift Share... 4. Analisis Typologi Klassen...

111 113 115 119 BAB VI Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan... 123 B. Saran... 124 DaftarPustaka


(11)

x

Gunungkidul... 6

1.3 Daftar Urutan Dari 18 Kecamatan berdasarkan Besarnya PDRB Perkapita Tahun 2013, Atas Dasar Berlaku Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)... 9

3.1 Klasifikas Typologi Klassen Pendekatan Sektoral/Daerah... 40

4.1 Luas Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012... 42

4.2 Pulau – Pulau Di Wilayah Gunungkidul DIY... 44

4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin Menurut Sensus Penduduk Tahun 2013... 53

4.4 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007-2012 (%)... 54

4.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gunungkidul Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2007-2012... 56

4.6 PDRB Per Kapita Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007-2012... 58

5.1 Analisis Struktur Perekonomian Daerah Kecamatan Panggang Terhadap PDRB tahun 2009-2013 (dalam persen)... 59

5.2 Hasil Perhitungan Indekst Location Quotient Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013... 52

5.3 Hasil Perhitungan Analisis Shift Sahre Kecamatan Panggang Tahun 2009-2013... 66

5.4 Analisis Typologi Klassen Kecamatan Panggang Dengan Kabupaten Gunung Kidul... 68


(12)

xi

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013... 5.8 Hasil Perhitungan Analisis Shift Sahre Kecamatan Purwosari Tahun

2009-2013... 76 5.9 Analisis Typologi Klassen Kecamatan Purwosari Dengan Kabupaten

Gunungkidul………. 78 5.10 Klasifikasi Kecamatan Purwosari Pertahun Berdasarkan Typologi

Klassen... 79 5.11 Analisis Struktur Perekonamian Daerah Saptosari Terhadap PDRB

Tahun 2009 (dalam persen)... 81 5.12 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kecamatan Saptosari,

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013... 83 5.13 Hasil Perhitungan Analisis Shift Sahre Kecamatan Saptosari Tahun

2009-2013... 87

5.14 Analisis Typologi Klassen Kecamatan Saptosari Dengan Kabupaten

Gunungkidu... 89 5.15 Klasifikasi Kecamatan Saptosari Pertahun Berdasarkan Typologi

Klassen... 90 5.16 Analisis Struktur Perekonomian Daerah Kecamatan Tepus Terhadap

PDRB Tahun 2009-2013 (dalam persen)... 92 5.17 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kecamatan Tepus,

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013……… 94

5.18 Hasil Perhitungan Analisis Shift Sahre Kecamatan Tepus Tahun

2009-2013... 97 5.19 Analisis Typologi Klassen Kecamatan Tepus Dengan Kabupaten

Gunung Kidul... 99 5.20 Klasifikasi Kecamatan Tepus Pertahun Berdasarkan Typologi

Klassen... 100 5.21 Analisis Struktur Perekonomian Daerah Kecamatan Tanjungsari 101


(13)

xii

5.23 Hasil Perhitungan Analisis Shift-Sahre Kecamatan Tanjungsari Tahun 2009-2013... 107 5.24 Analisis Typologi Klassen Kecamatan Tanjungsari Dengan

Kabupaten Gunung Kidul………. 109

5.25 Klasifikasi Kecamatan Tanjungsari Pertahun Berdasarkan Typologi

Klassen……….. 110

5.26 Analisis Struktur Perekonomian Daerah Kecamatan Girisubo

Terhadap PDRB Tahun 2009-2013 (dalam persen)……… 112 5.27 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kecamatan Girisubo,

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013 114

5.28 Hasil Perhitungan Analisis Shift Sahre Kecamatan Girisubo Tahun

2009-2013... 118 5.29 Analisis Typologi Klassen Kecamatan Girisubo Dengan Kabupaten

Gunung Kidul………... 120

5.30 Klasifikasi Kecamatan Girisubo Pertahun Berdasarkan Typologi


(14)

(15)

(16)

i

analisis Typologi Klassen dan analisis Perubahan Struktur Ekonomi.

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian dan sector kontruksi dan jasa-jasa merupakan sektor basis di wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul. Hasil analisis Shift-Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sector kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor kontruksi dan jasa-jasa. Hasil analisis Tipology Klassen wilayah yang maju dan tumbuh pesat adalah Kecamatan Tanjungsari dan Girisubo. Wilayah dengan kategori sebagai wilayah maju tapi tertekan adalah kecamatan Purwosari. Sedangkan wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah relatif tertinggal adalah Kecamatan Panggang, Kecamatan Saptosari, Kecamatan Tepus. Hasil analisis perubahan struktur ekonomi menunjukkan terjadi pergeseran struktur perekonomian di wilayah peisisir Kabupaten Gunungkidul dari sektor primer menuju ke sector tersier, walaupun tingkat pergeserannya masih relatif kecil.

Kata Kunci : Wilayah Pesisir, Pertumbuhan Ekonomi, Location Quotient, Shift-Share dan Tipology Klassen.


(17)

ii

structural changes analyses. Based on the result of the analysis of Location Quotient, it showed that agricultural sector and construction sector and services sector are basic sector in coastal region of Gunungkidul regency. The analysis result of Shift-Share showed that the competitive sectors are agricultural sector, manufacturing sector, construction sector and sector services. The analysis result of Klassen Typology showed that the advanced and fast-growing district is Tanjungsari and Girisubo district, Areas with the category as the region is advanced but depressed districts Purwosari. While the region is classified as a relatively undeveloped area is the Panggang District, Saptosari District, Tepus District. The analysis result of economic structural changes showed that there was a shift in economic structure in coastal region of Gunungkidul District from primary sector to tertiary sector, though the shift level is relatively small.

Keywords : coastal region, Economic Growth, Location Quotient, Shift-Share and Klassen Tipology


(18)

1

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 18.110 yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7 juta km2. Pulau-pulau tersebut dihuni oleh penduduk dengan mata pencaharian terbesar sebagai petani dan nelayan. Wilayah yang sebagian besar terdiri dari lautan ini, Indonesia mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidup pada potensi kelautan (maritim) tersebut.

Potensi kekayaan alam bahari dan pantai yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan dan dieksplorasi secara optimal. Pemanfaatan dari kekayaan alam ini dapat dilakukan dengan berbagai pembangunan nasional serta kebijakan ekonomi dan sosial yang didasarkan pada nilai-nilai budaya lokal. Sehingga budaya masyarakat setempat memberi nilai khas pada pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan daerah pantai. Dilihat dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan kawasan sepanjang pantai di Indonesia bahwa potensi kelautan belum terlalu banyak disentuh, sehingga potensi sumber daya alam yang bisa diandalkan untuk bersaing dalam perdagangan bebas atau free trade adalah sektor kelautan.

Wilayah pesisir selatan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang memiliki potensi alam cukup besar untuk menopang dalam pembangunan dan peningkatan ketahanan pangan bagi


(19)

masyarakat setempat dan daerah lainnya. Dengan tersebarnya isu program pemerintah untuk pembangunan bandara yang bertaraf Internasional di Kabupaten Kulonprogo dan jalan RingRoad lingkar luar yang melewati pesisir pantai Propinsi DIY. Diharapkan rencana tersebut akan terealisasikan sehingga akan berdampak positif pada peningkatan pembangunan ekonomi. Peningkatan ini nantinya akan dirasakan oleh kelompok masayarakat dengan tumpuan modal pembangunan ekonomi dalam menjawab tantangan untuk melaksanakan pembangunan perekonomian dan pembangunan daerah/wilayah pesisir selatan DIY secara terpadu dan komprehensif, melalui pendekatan pembangunan potensi pesisir pantai selatan DIY secara terpadu.

Fenomena modernisasi ekonomi berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi dan memberikan banyak kemudahan bagi sebagian masyarakat. Akan tetapi dibalik itu ada sebagian masyarakat pula terutama daerah pesisir pantai yang menjadi korban akan derasnya pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan lemahnya daya tahan ekonomi dan minimnya penguasaan sumber-sumber ekonomi. Jika ini terus berlangsung di masyarakat pesisir pantai maka akan menjadi masalah krusial terhadap kesejahteraan masyarakat serta menyangkut kredibilitas pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masayarakat.

Masalah yang terjadi di masyarakat pesisir pantai seharusnya mendapat perhatian lebih dan hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dan atau


(20)

pengusaha maupun masyarakat itu sendiri. Pembangunan di kawasan pesisir pantai memerlukan penanganan yang berbeda di bandingkan kawasan lainya mengingat kawasan pesisir pantai memiliki ciri khas baik ditinjau dari aspek geografis, gemologi, antropologi, ekonomi dan sosial. Perlu adanya kerjasama yang sinergi antara masyarkat setempat dengan instansi pemerintah untuk menyelesaikan persoalan pembangunan ekonomi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir sebelah selatan Pulau Jawa. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan tempat tujuan wisata kedua setelah Pulau Bali. Keragaman objek wisata yang terdapat di daerah ini menjadi faktor penguat dalam pengembangan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa objek wisata yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara adalah objek wisata pantai. Objek wisata pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta memang sudah terkenal mempunyai panorama yang sangat indah dan menarik. Beberapa objek wisata pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Pantai Pok Tunggal, Pantai Indrayanti, Pantai Baron, Pantai Krakal, Pantai Kukup, dan lain sebagainya.

Kabupaten Gunungkidul berada di bagian tenggara dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berjarak 40 km dari Kota Yogyakarta. Berdasarkan posisi astronomi, Kabupaten Gunungkidul terletak antara 70.46’–80.12’ Lintang Selatan dan 1100.21’ – 1100.50’ Bujur Timur. Luas


(21)

wilayahnya mencapai 1.485,36 km2 atau 46,63 persen dari seluruh wilayah daratan Provinsi DIY. Wilayah daratan Kabupaten Gunungkidul berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah di sisi utara dan timur, yakni Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo serta Kabupaten Wonogiri. Samudera Indonesia menjadi pembatas di wilayah selatan, adapun wilayah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.

Kabupaten Gunungkidul terkenal dengan keindahan pantai yang membentang sepanjang wilayah selatan dengan hamparan pasir putihnya, wilayah pesisir ini merupakan yang terpanjang di Provinsi DIY dengan panjang 70 km dengan luas sekitar 300 Ha. Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul hanya 6 kecamatan yang berada di daerah pesisir pantai. Saat ini Kabupaten Gunungkidul memiliki 60 lebih objek wisata pantai yang menjadi salah satu pilihan objek wisata para wisatawan baik domestik maupun asing. Dari sekian banyak pantai yang sudah terkenal dan infrastruktur serta aksesnya sudah baik ada kurang lebih hanya 20 objek wisata pantai yang paling banyak di kunjungi oleh para wisatawan.


(22)

Tabel 1.1

Daftar Pantai dan Lokasi Yang Ada Di Kabupaten Gunungkidul

Kecamatan Pantai Kecamatan Pantai

Girisbo

Sadeng

Tepus

Suing Ngusalan Sundak Jung Work Silingandong Sedahan Pok Tunggal Watu Lumbung Timang Panggang Nguluran Purwosar Seruni Nampu Indrayanti Ngunggah Parang Endong Kesirat Bekah

Tanjungsari

Baron

Saptosari

Klampok Sepanjang Ngarenehan Drini Ngobaran Kukup Nguyahan Krakal

Sumber : Dinas Parawisata Kabupaten Gunungkidul.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa enam kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul tersebut merupakan pantai yang askes jalan dan infrastruktur serta fasilitas yang sudah siap untuk dikunjungi. Dari 60 objek wisata pantai hanya ada 20 objek wisata yang berada dalam kondisi siap untuk dikunjungi dan dinikmati oleh wisatawan. Kecamatan Tepus adalah yang paling banyak memiliki objek wisata pantai. Akan tetapi dikarenakan kurangnya sumber daya, saat ini hanya mampu mengelola 6-10 objek wisata pantai saja. Pemerintah seharusnya mengambil tindakan cepat dalam mempersiapkan askes dan fasilitas sekaligus menyiapkan sumber daya untuk mengelola objek wisata pantai yang masih jauh dari katagori siap untuk dikunjungi. Sehingga wisatawan mempunyai banyak pilihan objek wisata dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta memberikan pendapatan kepada masayarakat setempat.


(23)

Para pengunjung terus bertambah setiap tahunya mengingat informasi yang didapatkan sekarang lebih cepat. Dari tahun ke tahun wisatawan yang berkunjung terus bertambah dan pendapatan dari objek wisata pantai semakin besar. Hal ini merupakan aset sumber daya alam yang mampu menopang pembangunan masyarakat pesisir pantai Gunungkidul untuk mencapai kesejaahteran masayarakat sekitar.

Tabel 1.2

Data Pengunjung Dan Pendapatan Dari Objek Wisata di Pantai Gunungkidul

Pos 2012 2013 Pendapatan

Baron 442.832 545.385 Rp 4.082.203.834 Tepus 113.377 229.987 Rp 1.693.334.316 Ngarenehan 36.586 41.268 Rp 262.189.312 Sadeng 24.362 23.020 Rp 157.329.143

Siung 34.183 52.319 Rp 276.807.196

Sumber: Dinas Pariwisata Gunungkidul.

Dari tabel 1.2 diatas diketahui dari lima pos ditunjukkan bahwa setiap tahunnya pengunjung atau wisatawan yang melewati pos-pos pantai tersebut mengalami peningkatan. Pengunjung yang melewati pos Pantai Baron memiliki pengunjung paling banyak yaitu dengan pendapatan Rp 4.082.203.834. Di urutan kedua adalah pos pantai Tepus yang paling banyak atau sering dilewati dengan pendapatan Rp 1.693.334.316. Sedangkan untuk tiga pos lainnya pendapatan yang diterima masih jauh dari pendapatan kedua pos tersebut. Hal ini dikarenakan masih kurangnya akses jalan dan infrastruktur untuk menuju ke lokasi pantai dan masih buruknya fasilitas yang ada.


(24)

Daerah pesisir pantai di Kabupaten Gunungkidul tidak hanya mengandalkan objek pariwisata saja, melainkan juga memanfaatkan sumber daya alam laut. Terbukti dengan penghasilan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 para nelayan mampu memproduksi ikan laut sebesar 6.844 ton diantaranya 1.984 ton ikan laut dan 4.860 ton ikan darat. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 8.909 ton diantarnya 2.400 ton ikan laut dan 6.509 ton ikan darat. Meskipun jauh dari harapan untuk memproduksi ikan dengan sumber daya laut yang tersedia akan tetapi produksi ikan di kawasan pesisir pantai mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bukan hanya sumber daya alam laut saja, masyarakat di kawasan pesisir pantai Gunungkidul juga mengolah lahan pertanian. Jika cuaca tidak bersahabat maka para nelayan masih bisa memproduksi hasil tanaman dari lahan pertanian yang ada.

Indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah bisa dilihat laju pertumbuhan ekonominya. Setiap daerah selalu menetapkan target laju pertumbuhan yang tinggi didalam perencanaan dan tujuan pembangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Hal ini dapat terpenuhi lewat peningkatan output secara agregat baik barang maupun jasa atau Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Jadi, menurut ekonomi makro, pengertian pertumbuhan ekonomi merupakan


(25)

penambahan PDB yang berarti juga penambahan pendapatan nasional (Tambunan, 2001).

Menurut Lincolin Arsyad (1999) tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan, masih banyak penduduk yang memiliki pendapatan dibawah standar kebutuhan hidupnya. Pertumbuhan ekonomi gagal untuk mengurangi bahkan menghilangkan besarnya kemiskinan absolut. Jadi pertumbuhan PDB yang cepat tidak secara otomatis meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Dengan kata lain bahwa apa yang disebut dengan “Trickle Down Effects” atau efek cucuran ke bawah dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi penduduk miskin tidak terjadi seperti apa yang diharapkan bahkan berjalan cenderung sangat lambat.

PDRB per kapita daerah merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah. Dimana jika semakin besar PDRB per kapitanya maka bisa diartikan semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya apabila PDRB semakin kecil maka bisa diartikan semakin buruk tingkat kesejahteraan masyarakatnya.


(26)

Tabel 1.3

Daftar Urutan Dari 18 Kecamatan berdasarkan Besarnya PDRB PerkapitaTahun 2013, Atas Dasar Berlaku

Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Urutan Kecamatan PDRB Per Kapita

Berlaku Konstan

7 Girisubo 11.166.783 5.572.801

8 Purwosari 11.094.709 5.107.692

9 Tanjungsari 11.042.260 5.261.696

10 Panggang 10.398.390 4.712.215

13 Saptosari 10.072.224 4.984.468

17 Tepus 8.664.111 4.168.904

Sumber : Badan Pusat Statistik.

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul setelah diurutkan 6 kecamatan yang ada di kawasan pesisir pantai tergolong kedalam urutan bawah. Kecamatan Tepus menempati urutan 17 dari 18 kecamatan dan berada di urutan terakhir di kawasan pesisir pantai. Sebagaimana diketahui di Kecamatan Tepus ini terdapat kawasan objek wisata pantai paling banyak diantara 6 kacamatan yang ada. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di kawasan pesisir pantai Gunungkidul masih tergolong kurang sejahtera di bandingkan dengan kecamatan yang lainya. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah di kawasan pesisir ini seharusnya mampu membuat masyarakat lebih sejahtera apabila mampu memberdayakan dan memanfaatkan sumber daya yang ada saat ini.

Dalam realitas dan yang menjadi permasalahannya adalah kehidupan masyarakat pesisir senantiasa dilanda kemiskinan, bahkan menurut Nasution (2005), kehidupan nelayan sering diidentikkan dengan kemiskinan. Menurut Dahuri (2001), tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan (nelayan) pada


(27)

saat ini masih di bawah sektor-sektor lain, termasuk sector pertanian agraris. Para nelayan yang termasuk nelayan buruh dan nelayan tradisional merupakan kelompok masyarakat yang digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin diantara kelompok masyarakat lain di sector pertanian. Tidak hanya itu, apabila dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan dan sebagainya para nelayan ini masih dalam keadaan keterbelakangan, baik dalam hal kesejahteraan maupun tingkat pendapatan perkapita. Menurut Dahuri (2001), potret kemiskinan masyarakat pesisir yang sesungguhnya menjadi suatu ironi, mengingat Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas. Dahuri dan Alimuddin (2004) menambahkan bahwa masih kurang kesadaran dari masyarakat dalam melihat dan menyikapi makna penting dan strategisnya laut dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang keadaan kawasan pesisir selatan Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini mengambil judul Analisis Perekonomian Masyarakat Pesisir di Kabupaten Gunungkidul,


(28)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi hanya dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, tepatnya di kawasan pesisir pantai selatan.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, untuk memberikan batasan dan pedoman arah penelitian maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana laju pertumbuhan dan kontribusi di kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul berdasarkan Analisis Tipologi Klassen? 2. Bagaimana perubahan dan pergeseran sektor perekonomian di

kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul berdasarkan Analisis Shift Share?

3. Apa saja sektor–sektor yang termasuk sektor basis dan sektor non basis perekonomian di kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul berdasarkan Analisis Location Quotion (LQ)?

4. Bagaimana meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul?


(29)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui laju pertumbuhan dan kontribusi di kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian di kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul.

3. Untuk mengetahui sektor-sektor apa yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian di kawasan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul.

4. Untuk mengetahui cara meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Gunungkidul.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat digunakan oleh Pemerintah atau instansi di Kabupaten Gunungkidul sebagai bahan acuan untuk menentukan kebijakan pengelolaan di sektor perikanan dan kelautan.

b. Hasil empiris dapat digunakan untuk merencanakan prospek masa depan dalam pengelolaan di sektor perikanan dan pariwisata Kabupaten Gunungkidul.


(30)

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan penelitian yang berhubungan dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi Kabupaten Gunungkidul.

b. Hasil penelitian dapat di gunakan untuk pihak-pihak yang membutuhkan untuk penelitian lanjutan di dalam bidang penelitian serupa sebagai bahan referensi.


(31)

14

A. Konsep Pembangunan Daerah

Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta di suatu wilayah. Sedangkan menurut Todaro (1994) pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan dalam struktur, sikap dan faktor kelembagaan, juga percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakadilan dan penghapusan kemiskinan absolut.

Tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, membangun potensi ekonomi lokal , serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pada periode tahun 2015-2019 pembangunan daerah diarahkan untuk penguatan daerah dan masyarakatnya, serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di daerah untuk mendorong pengembangan daerah yang berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi serta mendorong keterkaitan antara daerah-kota.


(32)

B. Definisi Masyarakat Pesisir

Menurut Suharto (2005), masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu :

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama.

2. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan berdasarkan kebudayaan dan identitas.

Sedangkan wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran

Ditinjau dari garis pantai, suatu wilayah pesisir memiliki dua kategori batas, yaitu sejajar dengan garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai (crosshore). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada garis batas yang nyata di wilayah pesisir. Batas tersebut hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. Di tempat yang landai, garis ini dapat berada jauh dari garis pantai, dan sebaliknya untuk daerah terjal.


(33)

Maka masyarakat pesisir dapat didefinisikan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah antara pertemuan laut dengan darat, baik kering maupun terendam yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan angin laut.

C. Sifat dan Karakteristik Masyarakat Pesisir Sifat masyarakat pesisir adalah :

1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan.

2. Sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar. 3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak

dimasuki oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat relatif homogen dan maasing-masing individu merasa mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.

4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai nelayan. Nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.


(34)

Sedangkan karakteristik atau tipologi masyarakat pesisir yaitu :

1. Sebagian besar penduduk daerah pesisir memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.

2. Petani menghadapi situasi ekologis yang dapat dikontrol, sedangkan nelayan dihadapkan pada situasi ekologis yang sulit dikontrol.

3. Perikanan tangkap bersifat Open Acces sehingga nelayan juga harus berpindah-pindah dan terdapat elemen resiko yang harus dihadapi lebih besar dari pada yang resiko yang harus dihadapi oleh petani (Pollnack, 1998).

4. Selain itu nelayan juga harus berhadapan dengan kehidupan laut yang sangat keras sehingga membuat mereka umumnya bersikap keras, tegas, dan terbuka.

D. Dinamika Masyarakat Pesisir

1. Konteks Masyarakat Nelayan.

Menurut Imron (2003) dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain:


(35)

a. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat.

b. Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi dinamika usaha.

c. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada. d. Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat

keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik. e. Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut,

maupun pulau-pulau kecil.

f. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2006 dalam Kusnadi 2009).

2. Penggolongan Nelayan.

Ada kelompok nelayan yang memiliki beberapa perbedaan dalam karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kelompok umur, pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Menurut Charles (2001) dalam Widodo (2006) kelompok nelayan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu: a. Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang

menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. b. Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu

nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk


(36)

melakukan aktivitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil.

c. Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga.

d. Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar.

Selain pengelompokkan tersebut, terdapat beberapa terminologi yang sering digunakan untuk menggambarkan kelompok nelayan, seperti nelayan penuh untuk mereka yang menggantungkan keseluruhan hidupnya dari menangkap ikan. Nelayan sambilan untuk mereka yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan (lainnya dari aktivitas seperti pertanian, buruh dan tukang). Juragan untuk mereka yang memiliki sumberdaya ekonomi untuk usaha perikanan seperti kapal dan alat tangkap. Anak Buah Kapal (ABK/pandega) untuk mereka yang mengalokasikan waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil pengoperasian alat tangkap ikan, seperti kapal milik juragan.

3. Posisi Nelayan dalam Masyarakat Pesisir

Menurut Kusnadi (2009), dalam perspektif stratifikasi sosial ekonomi, masyarakat pesisir bukanlah masyarakat yang homogen.


(37)

Masyarakat pesisir terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang beragam. Dilihat dari aspek interaksi masyarakat dengan sumberdaya ekonomi yang tersedia di kawasan pesisir, masyarakat pesisir terkelompok sebagai berikut:

a. Pemanfaat langsung sumberdaya lingkungan, seperti nelayan (yang pokok), pembudidaya ikan di perairan pantai (dengan jarring apung atau karamba), pembudidaya rumput laut/mutiara, dan petambak.

b. Pengolah hasil ikan atau hasil laut lainnya, seperti pemindang, pengering ikan, pengasap, pengusaha terasi/krupuk ikan/tepung ikan, dan sebagainya.

c. Penunjang kegiatan ekonomi perikanan, seperti pemilik toko atau warung, pemilik bengkel (montir dan las), pengusaha angkutan, tukang perahu dan buruh kasar (manol).

Selanjutnya Kusnadi (2009) mengatakan, di desa-desa pesisir yang memiliki potensi perikanan laut cukup besar dan memberi peluang mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat pesisir melakukan kegiatan penangkapan, masyarakat atau kelompok sosial nelayan merupakan pilar sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pesisir. Karena masyarakat nelayan berposisi sebagai produsen perikanan laut, maka kontribusi mereka terhadap dinamika sosial ekonomi lokal sangatlah besar. Peluang kerja di sektor perikanan laut ini tidak hanya memberi manfaat secara sosial ekonomi kepada


(38)

masyarakat lokal, tetapi juga kepada masyarakat-desa-desa lain di daerah hulu yang berbatasan dengan desa nelayan tersebut.

Masyarakat nelayan merupakan unsur sosial yang sangat penting dalam struktur masyarakat pesisir, maka kebudayaan yang mereka miliki mewarnai karakteristik kebudayaan atau perilaku sosial budaya masyarakat pesisir secara umum. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah sebagai berikut: memiliki struktur relasi patron-klien yang sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekspresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja berbasis seks (laut menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku “konsumtif” (Kusnadi, 2009).

4. Nelayan dan Kemiskinan

Menurut Mulyadi (2007), kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan multidimensional, baik dilihat dari aspek kultural maupun aspek struktural. Ada empat masalah pokok yang menjadi penyebab dari kemiskinan, yaitu kurangnya kesempatan (lack of opportunity), rendahnya kemampuan (low of capabilities), kurangnya jaminan (low level-security) dan keterbatasan hak-hak sosial, ekonomi dan politik sehingga menyebabkan kerentanan


(39)

(vulnerability), keterpurukan (voicelessness), dan ketidakberdayaan (powerlessness) dalam segala bidang.

Jika dilihat dari lingkupnya, kemiskinan nelayan terdiri dari kemiskinan prasarana dan kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana dapat dilihat pada ada tidaknya ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak adanya akses untuk mendapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar. Kemiskinan prasarana secara tidak langsung juga memiliki andil bagi munculnya kemiskinan keluarga, kemiskinan prasarana dapat mengakibatkan keluarga yang berada garis kemiskinan bisa merosot ke dalam kelompok keluarga miskin (Mulyadi, 2007).

Menurut Soetrisno (1995) dalamMulyadi 2007, hal utama yang terkandung dalam kemiskinan adalah kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanan yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat pada nelayan perorangan misalnya, mengalami kesulitan untuk membeli bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual, dan tidak ada dana cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan yang mendesak. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan buruh, mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah


(40)

mempekerjakannya, meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil.

E. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi ketidakberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi masalah dan meningkatkan kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.

Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:

1. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut.


(41)

Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Kedua kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.

2. Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir yang perempuan.

3. Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.

Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga


(42)

segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah dan swasta.

2. Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan. Peran pendamping sangatlah penting terutama mendapingi masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok yang tepat pula.

3. Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang membutuhkannya.

Untuk dapat memberdayakan sumberdaya manusia dapat digunakan salah satu paradigma yang disebut dengan paradigma pembangunan yang bertumpu pada manusia. Paradigma pembangunan memberikan peran individu bukan sebagai objek pembangunan, tetapi sebagai subjek yang menentukan tujuan, menguasai sumber-sumber, mengarahkan proses menentukan hidup mereka. Karenanya paradigma pembangunan yang dipusatkan pada kepentingan rakyat sebagai lawan bagi pembangunan yang berpihak pada produksi dan akumulasi.


(43)

F. Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir

Sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan dalam Pembangunan Jangka Panjang II adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yurisdiksi nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya industri kelautan yang kukuh dan maju yang didorong oleh kemitraan usaha yang erat antara badan usaha koperasi, negara, dan swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan profesional dengan iklim usaha yang sehat, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara optimal, serta terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Secara umum, tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir dan lautan di Indonesia antara lain adalah :

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha.

2. Pembangunan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan.

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan.

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan


(44)

Dari segi arahan, ditegaskan bahwa pembangunan kelautan dalam PJP II yang dimulai pada Repelita VI dan program pembangunan Nasional (Propensi) diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut termasuk ZEE secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung dan kelestarian, yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja, dan mendukung penegakan kedaulatan, yurisdiski nasional dan perwujudan wawasan nusantara. Dalam rangka pendayagunaan sumber daya laut, sasaran PJP II yang menyangkut berbagai industri kelautan adalah terwujudnya industri perikanan yang mandiri didukung oleh usaha yang mantap dalam pengelolaan, dan pemasyarakatan hasilnya sesuai dengan potensi lestari dan sekaligus peningkatan taraf hidup nelayan. Sasaran industri maritim dan perkapalan adalah terwujudnya kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dalam negeri dan untuk ekspor. Sasaran industri transportasi adalah terwujudnya pelayanan angkutan laut yang andal dalam suatu sistem transportasi nasional yang didukung oleh fasilitas pelabuhan, industri maritim dan fasilitas keselamatan maritim yang andal serta ditunjang oleh tenaga kerja dan manajemen bermutu. Sedangkan sasaran industri pariwisata bahari adalah terwujudnya kondisi dan pelayanan pariwisata yang andal dalam keseluruhan sistem dan pola pembangunan wilayah pesisir dan laut yang didukung oleh seluruh sektor terkait.


(45)

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan pembangunan masyarakat pesisir pantai adalah penelitian dengan judul “Potensi Pembangunan Masyarakat Pesisir Selatan : Masalah dan Tantangannya” yang dilakukan oleh Imamudin Yuliadi (2013). Penelitian ini menggunakan metode Location Quotion (LQ), Shift-Share dan Typologi Klassen. Dari penelitian menunjukkan bahwa di provinsi DIY pengembangan sektor perikanan masih perlu membutuhkan perencanaan dan pengembangan yang komprehensif dari semua stakeholders baik pemerintah, nelayan, masyarakat dan dunia usaha.

Maxthasen Tampilang, Rosalina Koleangan dan Patrick Wauran (2009) telah meneliti tentang “Analisis Potensi Perekonomian Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud”. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Typologi Klassen, Shift Share, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, dan analisis Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kepulauan Talaud selama periode tahun 2008-2012, menurut analisis Typologi Klassen tidak ada sektor yang masuk dalam klasifikasi kuadran I (sektor maju dan tumbuh cepat). Berdasarkan hasil analisis Shift Share kesembilan sektor perekonomian mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun walaupun nilainya tidak konstan. Hasil analisis Location Quotient (LQ) sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sektor


(46)

dominan pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan real estat dan jasa perusahaan. Hasil analisis Overlay tidak ada sektor potensial untuk dikembangkan berdasarkan kriteria pertumbuhan (+) dan kriteria kontribusi (+). Nilai RPP tertinggi adalah sektor pertanian.

Norma Rita Sari (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antar Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2010”. Penelitian ini menggunakan analisis pertumbuhan ekonomi, Location Quotient (LQ), Shift-Share, Typologi Klassen, Indeks Williamson dan hipotesis U terbalik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa sektor jasa dan sektor pertanian termasuk sektor yang berpotensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tiap Provinsi di Indonesia. Masih ada Provinsi di Indonesia yang tergolong dalam Provinsi relatif tertinggal, tercatat sebanyak 14 Provinsi termasuk daerah relatif tertinggal. Disparitas pendapatan antar Provinsi di Indonesia tahun 2004-2010 tergolong tinggi (>0,5) dan mengalami kecenderungan menurun.

Sementara hipotesis “U” terbalik Kuznets yang menggambarkan hubungan

antara pertumbuhan dengan ketimpangan berlaku di Propinsi Indonesia. Cholif Prasetio Wicaksono (2010) telah melakukan penelitian dengan judul “Analisis Disparitas Pendapatan Antar Kabupaten/Kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pertumbuhan ekonomi, Location Quotient (LQ), Shift-Share, Typologi Klassen, Indeks Williamson


(47)

dan Indeks Theil. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan dan sektor pertanian termasuk sektor yang berpotensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tiap kabupaten / kota di Propinsi Jawa Tengah. Masih banyak daerah di Propinsi Jawa Tengah yang tergolong dalam daerah relatif tertinggal, tercatat sebanyak 14 kabupaten termasuk daerah relatif tertinggal. Disparitas pendapatan antar daerah di Propinsi Jawa Tengah tahun 2003-2007 tegolong tinggi (>0,5) dan mengalami kecenderungan menurun. Sementara hipotesis “U” terbalik Kuznets yang menggambarkan hubungan antara pertumbuhan dengan ketimpangan tidak berlaku di Propinsi Jawa Tengah.

Muhammad Asyiquddin (2012) melakukan penelitian dengan judul

“Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis SWOT, dan wawancara yang mendalam kepada masyarkat. Hasil dari penelitian di desa Karangwuni dimna sebagian besar penduduk mempunyai mata pencharian sebgai petani,nelayan maupun buruh tambang pasir yang dimna mempunyai potensi sumber daya alam laut yang cukup besar belum mampu dan tidak sesuai yang dihapakan oleh Pemerintah setempat untuk meningkatankan kesejahteraan masyarakat baik dalam permodalan maupun melalui program pemberdayaan.

Penelitian yang dilakukan Muh Jufri Yusuf (2013) berjudul “Studi Pemberdayan Masyarakat Peisir Di Kabuoateb Nunukan” menggunakan alat analisis yaitu deskritif kualitatuf, penelitian yang dilakukan terhadap


(48)

variabel mandiri tanpa melakukan perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain fokus dalam perencanaan, pe;aksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Hasil penelitian dapat disimuplkan bahwa pemberdayaan masyarakat Nunukan selatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan pemerintan daerag namun didalam pemberdayaan masih terdapat hambatan diantaranya anggaran yang masih terbilang minim dan para penyuluh sosialisai Dinas Perikanan dan Kelautan yang masih kurang sehingga menghambbat laju pemberdayaan masyarkat yang ada di kelurahab Nunukan Selatan Kecamatan Nunukan Selatan.


(49)

32

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini diambil di enam kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul di daerah pesisir yang letaknya cukup dekat dari Kota Yogyakarta dan akses jalannya juga cukup mudah dan terjangkau.

B. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua atau data yang diperoleh dari hasil publikasi pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul, internet, serta data-data hasil publikasi pihak lain yang terkait dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang diolah dari pihak kedua. Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka tidak dilakukan pengumpulan data primer sehingga tidak diperlukan teknik sampling atau kuesioner. Metode pengumpulan data yang digunakan


(50)

dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan menggunakan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang didapatkan dari kantor statistik maupun melalui literatur-literatur lainnya yang sesuai dengan penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dangancara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan terlebih dahulu, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang timbul dari semua unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Dinyatakan absolut dalam rupiah per tahun. PDRB yang dipakai adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, sehingga perkembangan aggregat terjadi dari tahun ke tahun merupakan perkembangan produksi riil.

2. PDRB per kapita.

PDRB per kapita merupakan hasil bagi antara pendapatan regional suatu daerah dengan jumlah penduduk pada daerah tersebut. Dalam hal ini seharusnya jumlah penduduk yang dipakai adalah


(51)

jumlah penduduk pertengahan tahun, akan tetapi dalam penelitian ini digunakan data penduduk sesuai dengan yang diperoleh dari kantor BPS.

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah hasil bagi dari selisih antara PDRB per tahun tertentu dan PDRB pada tahun sebelumnya dengan PDRB pada tahun sebelumnya. Parameter yang digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi adalah prosentase.

4. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud adalah keseluruhan penduduk yang tinggal di Kabupaten Gunungkidul yang tersebar dalam 18 Kecamatan selama tahun 2010-2014. Penduduk juga ikut berperan serta dalam kegiatan perekonomian daerah tertentu sehingga keberadaanya juga sangat berpengaruh bagi proses perhitungan PDRB daerah setempat.

5. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dalam penelitian ini merupakan komposisi/kontribusi dari kegiatan produksi secara sektoral menurut lapangan usaha yang mengacu pada klasifikasi yang telah dibuat oleh BPS.

6. Daerah

Daerah dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan kebijaksanaan yang lebih mendasar pada administrasi pemerintahan,


(52)

sehingga suatu daerah merupakan kesatuan administrasi atau politik pemerintahan.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Struktur Perekonomi Daerah

Analisis struktur perekonomian daerah untuk menjelaskan pola perkembangan dan potensi ekonomi daerah ditinjau dari perkembangan data PDRB di tiap kecamatan pesisir pantai Kabupaten Gunungkidul. Dari analisis struktur perekonomian daerah akan diketahui potensi pengemangan ekonomi serta dapat menjadi informasi dalam merumuskan strategi pembangunan ekonomi daerah. Analisis struktur perekonomian daerah dapat ditinjau dari aspek proposi dan kontribusi tiap sektor/sub sektor dalam perekonomian daerah.

2. Analisis LQ (Location Quotion)

Metode Location Quotient digunakan untuk mengetahui sektor basis atau potensial suatu daerah tertentu. Metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor di daerah dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.

Rumus Location Quotient (LQ) adalah : ⁄

⁄ atau

Keterangan :

vi : Nilai tambah sektor di tingkat daerah (kabupaten) i vt : PDRB di daerah tersebut (kabupaten)


(53)

Vi : Nilai tambah sektor di tingkat daerah yang lebih luas (Provinsi)

Vt : PDRB di tingkat daerah yang lebih luas (Provinsi) Dari perhitungan LQ, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis.

Artinya, sektor tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah saja namun juga kebutuhan di luar daerah karena sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan.

b. Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan di daerahnya saja.

c. Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dan perlu impor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang prospektif untuk dikembangkan.

3. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( regional dan nasional). Analisis shift share memungkinkan pelaku analisis untuk dapat mengidentifikasi keunggulan daerahnya dan menganalisis industry/sector yang menjadi dasar perekonomian daerah. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi


(54)

Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran perekonomian Kabupaten Gunungkidul melalui komponen pertumbuhan provinsi, komponen bauran industri dan komponen keunggulan kompetitif per sektor ekonomi di Kabupaten Gunungkidul. Menurut Soepomo (2003) persamaan shift share dapat ditulis sebagai berikut:

Dij = Nij + Mij + Cij [3.2]

Dij = E*ij - Eij [3.3]

Nij = Eij * rn [3.4]

Mij = Eij (rin– rn) [3.5]

Cij = Eij (rij– rin) [3.6]

Keterangan:

rij : Laju pertumbuhan sector i di Kabupaten/Daerah rin : Laju pertumbuhan sector I di Provinsi

rn : Laju pertumbuhan PDB Eij : PDRB sector i di Provinsi Nij: Pengaruh Pertumbuhan Provinsi Mij: Pengaruh Bauran Industri

Cij : Pengaruh Keunggulan Kompetitif Dij : Analisis Shift-Share Dimana :

a. Dij = perubahan suatu variabel regional sektor i di wilayah j dalam suatu kurun waktu tertentu.


(55)

b. Nij = komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah j Merupakan share atau kontribusi komponen sektor i pada daerah yang diatasnya atau nasional terhadap pertumbuhan sektor i di daerah yang bersangkutan.

c. Mij = bauran industri sektor i di wilayah j Dengan ketentuan jika Mij Positif maka pertumbuhan sektor i lebih cepat dibandingkan sektor sejenis di tingkat daerah yang diatasnya. Jika Mij negatif maka pertumbuhan sektor i lebih lambat di bandingkan sektor sejenis di tingkat daerah yang di atasnya.

d. Cij = keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j Dengan ketentuan jika Cij positif maka sektor i memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan sektor sejenis di tingkat daerah yang diatasnya. Jika Cij negative maka sektor i memiliki daya saing yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor sejenis di tingkat daerah yang di atasnya.

d. Analisis Typologi Klassen

Typologi Klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan. Yang pertama adalah dengan pendekatan sektoral yang mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB kota/provinsi dan yang kedua adalah dengan pendekatan wilayah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan


(56)

pendapatan atau produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita daerah (Fajar,2010).

Menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi. Menurut Tipologi Daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi :

a. Kuadran I: Daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata-rata wilayah.

b. Kuadran II: Daerah maju tapi tertekan adalah daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata-rata.

c. Kuadran III: Daerah berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan, tetapi tingkat perkapita lebih rendah dari rata-rata.

d. Kuadran IV: Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah (Emilia Imelia,2006).


(57)

Tabel 3.1

Klasifikasi Typologi Klassen Pendekatan Sektoral/Daerah

Dimana:

Ri : laju pertumbuhan PDRB di kabupaten i Yi : Pendapatan perkapita kabupaten i R : Laju pertumbuhan PDRB

Y : Pendapatan perkapita rata-rata

PDRB perkapita (y)

Laju Pertumbuhan (r)

Yi > y i < y

Ri > r

Kuadran I Daerah maju dan

Tumbuh cepat

Kuadran II Daerah maju tapi

tertekan

Ri < r

Kuadran III Daerah berkembang

cepat

Kuadran IV Daerah relative


(58)

41

A. Kondisi Umum Wilayah 1. Letak Geografis

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang terletak 39 km sebelah Tenggara Kota Yogyakarta. Secara

geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada 7°46′ LS-8°09′ LS dan

110°21′ BT-110°50′ BT, dengan luas wilayah 1.485,36 km2 atau

sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul dapat dirinci sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Wilayah perairan pesisir Kabupaten Gunungkidul meliputi laut yang berbatasan dengan daratan berupa perairan sejauh hingga batas 4 mil dari garis pasang tertinggi.


(59)

Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 Km2. Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 18 kecamatan dan 144 desa/kelurahan. 18 Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Panggang, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Paliyan, Kecamatan Saptosari, Kecamatan tepus, Kecamatan Tanjung sari, Kecamatan Rongkop, Kecamatan Girisubo, Kecamatan Ponjong, Kecamatan Karang, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Playen, Kecamatan Patuk, Kecamatan Gedangsari, Kecamatan Nglipar, Ngawen, dan Kecamatan Samin

Tabel 4.1 Luas Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

1 Panggang 99,80

2 Purwosari 71,76

3 Paliyan 58,07

4 Saptosari 87,83

5 Tepus 104,91

6 Tanjungsari 71,63

7 Rongkop 83,46

8 Girisubo 94,57

9 Semanu 108,39

10 Ponjong 104,49

11 Karangmojo 80,12

12 Wonosari 75,51

13 Playen 105,26

14 Patuk 72,04

15 Gedangsari 68,14

16 Nglipar 73,87

17 Ngawen 46,59

18 Semin 78,92

Total 1.485,36


(60)

Kabupaten Gunungkidul mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Letak Kabupaten Gunungkidul menjadikan kaya akan sumber daya laut dan menjadikan Kabupaten Gunungkidul memiliki wilayah kepulauan. Sehingga potensi hasil laut dan wisata berpeluang besar untuk dikembangkan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul memiliki 28 pulau yang tersebar di lima kecamatan yaitu Purwosari, Panggang, Tanjungsari, Tepus dan Girisubo.


(61)

Tabel 4.2 Pulau-Pulau di Wilayah Gunung Kidul DIY

No Kecamatan Desa Pulau

1 Purwosari Giricahyo Gunung Semar

2 Panggang Giriwungu Payung

3 Tanjungsari

Kemandang

Ngrawe Jumpina Lawang Banjarejo Drini

Ngestirejo Watupayungsiratan

4 Tepus

Sidoharjo Watulawang

Tepus Timang

Purwodadi Ngondo Watupayungsiyung Watupanjang Watungambor Watuganten Lor Watuganten Kidul Watubebek

5 Girisubo

Jepitu

Watutogog Jungwok Watutopi Ngusalan

Tileng Kalong

Amben

Pucung Watugrek

Songbanyu Gungunggandul Godeg Baron Layar Krokoh Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, Gunungkidul dalam angka 2012.

2. Daerah Pesisir Pantai

Daerah pesisir pantai di Kabupaten Gunungkidul terbagi dalam enam kecamtan yang berlokasi di daerah selatan., diantarnya:

a. Kecamtan Panggang

Kecamtan Panggang secara geografis berada di sebelah barat laut Kabupaten Gunungkidul, kurang lebih 30 km dari


(62)

Kota Wonosari. Kecmatan Panggang terbagi menjadi 6 desa, 4 dusun, 44 Rw dan 271 Rt. Jumlah penduduk Kecamtan Panggang sebanyak 27.430 jiwa yang terdiri dari 130162 laki-laki dan 14.268 perempuan. Sebagai besar penduduk Kecamtan Panggang adalah petani dengan luas pertanian 67 persen dari seluruh luas Kecamtan Panggang, produksi terbesar yaitu padi lading, padi swah,jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah. b. Kecamtan Saptosari

Kecamatan Saptosari terletak disebelah selatan Kabupaten Gunungkidul, kurang lebih 21 km dari Kota Wonosari. Kecamtan Saptosari sebelah utara berbatasan dengan kecamtan paliyan dan sebelah timur dengan Kecamtan Tanjungsari. Kecamtan Saptosari terbagi menjadi 7 desa, 60 dusun, 60 Rw dan 339 Rt. Jumlah penduduk Kecamtan Saptosari pada tahun 2014 sebanyak 35.458 jiwa terdiri dari 17.095 laki-laki dan 18.363 penduduk perempuan. Kecamtan Saptosari berbatsan langsung dengan Samudera Indonesia, sehingga memiliki potensi perikanan yang cukup besar, hal ini ditindaklanjuti dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ngarenehan di Pantao Ngarenehan Desa Kanigor, pada tahun 2014 dai TPI ini nelayan mampu menjual berbagi jeni ikan dan yang terbesar hasil penangkapanya adalah ikan tonkol yang mencapai 389,55 kwintal.


(63)

c. Kecamtan Girisubo

Kecamatan Girisubo secara geografis berada di sebelah timur Kabupaten Gunungkidul, kurang lebih 35 km dari Kota Wonosari. Kecamtan Girisubo berbatasan dengan Kecamatan Rongkop di sisi utraa, kemudian Kabupaten Wonogiri di sisi timur, sedanglan wilayah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Kecamatan Girisubo terdiri dari 8 desa, 82 dusun,82 Rw dan 253 Rt. Berdasarkan estimasi 2010 jumlah penduduk Kecamatan Girisubo tahun 2014 sebanyak 22.954 jiwa yang terdiri dari 10.954 penduduk laki-laki dan 12.050 penduduk perempuan. Sebagian besar penduduk Kecamtan Girisubo adalh petani. Luas lahan pertanian di Kecamtan Girisubo meliputi 5.479,30 ha atau sekitar 60 persen dari seluruh luas Kecamatan Girisubo. Produksi terbesar di Kecamatan Girisubo adalah padi lading,jaugung ubi kayu, kedalai dan kacang tanah.

d. Kecamatan Tepus

Kecamatan Tepus secara geografis berada di sebelah selatan Kabupaten Gunungkidul, kurang lebih 57 km dari Kota Yogyakarta, wilayah daratan Kecamtan Tepus dikelilingi oleh Kecamatan Semanu di sisi utara, Kecamatan Rongkop dan Girisubo di sisi timur sedangkan selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Kecamtan Tepus terbagi menjadi 5 desa


(64)

yang terbagi 83 dusun, 84 Rw 360 Rt. Berdasarkan sensus tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 32.995 jiwa yang terdiri darin15.742 penduduk laki-laki dan 17.253 penduduk perempuan. Sebagian besar penduduk Kecamatan Tepus adalah petani, produksi terbesar yaitu padi lading, jagung dan ubi kayu, pada tahun 2014, jumlah produksi padi lading mencapai 8.798,82 ton jagung 11.399,93, ubi kayu mencapai 42.724,75 ton.

e. Kecamamatan Tanjungsari

Kecamatan Tanjungsari secara geografis berada di sebelah selatan dari pusat kota Kabupaten Gunungkidul sekitar 23 km dan kurang lebih 53 km dari kota Yogyakarta. Wilayah daratan dikelilingi oleh wiklayah administrasi Kecamatan Wonosari dan Semanu di sisi utara, kecamatan Tepus di sisi timur, sedangkan wilayah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan wilyah barat berbatasan dengan Kecamatana Saptosari dan Paliyan. Kecamatan Tanjungsari terbagai menjadi 5 desa, 71 dusun, 71 Rw san 300 RT. Kecamatan Tanjungsari memiliki penduduk sebesar 26.586 jiwa, 13.793 penduduk perempuan dan 12,793 penduduk laki-laki. Sebagian besar penduduk Kecamatn Tanjungsari berpropesi sebagai Petani, komoditas yang di hasilkan adalah Ketela Pohon mencapai 41 ton dan Kacang Tanah 13 ton pada tahun 2014.


(65)

f. Kecamatan Purwosari

Secara geografis Kecamatan Purwosari terletak di posisi barat daya ibu kota Kabupaten Gunungkidul kurang lebih 45 km dari kota wonosari, di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kretek Kabupaten Bantul, sebelah utara dengan kecamatan Pundong dan Imogri Kabupaten bantul, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Panggang sedangkan sebelah selatan bebratsan langsung dengan Samudra Indonesia. Kecamatan Purwosari terbagi menjadi 5 desa, 32 dusun, 32 Rw dan 221 Rt. Kecamatan Purwosari memilki jumlah penduduk sebesar 20.037 jiwa yang terdiri dari 9.587 jiwa laki-laki dan 10.450 jiwa perempuan. Kecamatan Purwosari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang mempunyai pantai namun sebagian besar adalah petani, produsktipitas terbesar dari pertaniananya dalah Padi,jagung dan ubi kayu. 3. Topografi

Secara umum Gunung Kidul merupakan daerah dengan topografi berbukit-bukit dengan sekitar setengah wilayahnya mempunyai kemiringan lebih dari 15%. Daerah utara dan barat merupakan daerah Pegunungan Baturagung dan Pegunungan Seribu di daerah selatan. Hanya di daerah tengah-tengahnya yang merupakan daerah relatif datar dan disebut Wonosari Plateau yang terdiri dari Kecamatan Wonosari, Playen, Semanu, Karangmojo, dan Paliyan.


(1)

Kecamatan Saptosari

NO

Sektor

2009

2010

2011

2012

2013

1

Pertanian

1,58

1,64

1,68

1,65

1,65

2

Penggalian

0,37

0,36

0,37

0,37

0,54

3

Industri Pengolahan

0,54

0,55

0,54

0,57

0,62

4

Listrik & Air Bersih

1,02

0,94

0,76

0,75

0,59

5

Konstruksi

0,82

0,81

0,82

0,83

0,79

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,51

0,51

0,53

0,54

0,54

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,56

0,56

0,57

0,59

0,66

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,47

0,47

0,46

0,46

0,45

9

Jasa-Jasa

0,79

0,71

0,71

0,75

0,77

Kecamatan Tepus

NO

Sektor

2009

2010

2011

2012

2013

1

Pertanian

1,23

1,21

1,22

1,20

1,24

2

Penggalian

0,50

0,50

0,50

0,51

0,52

3

Industri Pengolahan

1,09

1,10

1,09

1,13

0,90

4

Listrik & Air Bersih

0,51

0,58

0,66

0,66

0,66

5

Konstruksi

1,22

1,21

1,22

1,24

1,13

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,62

0,63

0,64

0,66

0,65

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,61

0,60

0,62

0,63

0,89

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,67

0,67

0,67

0,66

0,65

9

Jasa-Jasa

0,93

1,02

0,98

0,98

1,05

Kecamatan Tanjungsari

NO

Sektor

2009

2010

2011

2012

2013

1

Pertanian

1,30

1,31

1,31

1,33

1,20

2

Penggalian

0,30

0,30

0,30

0,30

0,31

3

Industri Pengolahan

1,01

1,02

1,04

1,01

1,07

4

Listrik & Air Bersih

0,46

0,48

0,54

0,52

0,56

5

Konstruksi

1,00

0,99

0,99

0,99

1,10

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,75

0,74

0,76

0,79

0,75

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,37

0,37

0,36

0,36

0,74

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,75

0,74

0,73

0,71

0,70


(2)

Kecamatan Girisubo

NO

Sektor

2009

2010

2011

2012

2013

1

Pertanian

1,40

1,37

1,36

1,36

1,31

2

Penggalian

0,28

0,27

0,28

0,27

0,35

3

Industri Pengolahan

0,68

0,69

0,80

0,79

0,70

4

Listrik & Air Bersih

0,51

0,59

0,24

0,23

0,23

5

Konstruksi

1,16

1,15

1,15

1,15

1,05

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,72

0,70

0,73

0,72

0,66

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,43

0,43

0,44

0,44

0,50

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,67

0,66

0,67

0,66

0,62


(3)

Lampiran 4

Laju Pertunbuhan

Kab. Gunung Kidul

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,059 (0,003) 0,006 0,042 0,015 0,015

2

Penggalian

0,009 0,045 0,107 0,008 0,079 0,060

3

Industri Pengolahan

0,012 0,080 0,082 0,006 0,077 0,061

4

Listrik & Air Bersih

0,110 0,070 0,041 0,072 0,066 0,062

5

Konstruksi

0,046 0,067 0,072 0,064 0,077 0,070

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,044 0,062 0,044 0,048 0,066 0,055

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,027 0,066 0,053 0,057 0,047 0,056

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,027 0,098 0,103 0,081 0,101 0,096

9

Jasa-Jasa

0,022 0,073 0,065 0,079 0,075 0,073

PDRB

0,041 0,042 0,043 0,048 0,052 0,046

Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Panggang

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,057 (0,007) 0,019 0,047 0,011 0,017

2

Penggalian

0,006 0,023 0,107 0,009 0,016 0,039

3

Industri Pengolahan

(0,025) 0,089 0,083 0,004 0,083 0,065

4

Listrik & Air Bersih

0,045 0,002 0,449 0,043 0,155 0,162

5

Konstruksi

0,027 0,053 0,072 0,064 0,097 0,071

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,009 0,004 0,067 0,044 0,077 0,048

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,022 0,050 0,070 0,080 0,008 0,052

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,023 0,088 0,091 0,069 0,088 0,084

9

Jasa-Jasa

0,007 0,202 0,041 0,045 0,177 0,116

PDRB

0,035 0,035 0,042 0,046 0,052 0,044


(4)

Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Purwosari

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,065 (0,012) 0,003 0,010 (0,055) (0,013)

2

Penggalian

0,006 0,022 0,106 0,009 0,113 0,063

3

Industri Pengolahan

(0,027) 0,089 0,082 0,004 0,240 0,104

4

Listrik & Air Bersih

0,210 0,012 (0,042) 0,019 0,093 0,020

5

Konstruksi

0,044 0,070 0,072 0,064 0,122 0,082

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

(0,010) 0,031 0,078 0,083 0,094 0,072

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,022 0,050 0,077 0,086 (0,033) 0,045

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,022 0,087 0,086 0,035 0,120 0,082

9

Jasa-Jasa

0,033 0,127 0,053 0,087 0,151 0,105

PDRB

0,036 0,037 0,041 0,041 0,051 0,042

Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Saptosari

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,057 0,034 0,014 0,019 0,015 0,020

2

Penggalian

0,006 0,023 0,107 0,009 0,562 0,175

3

Industri Pengolahan

(0,026) 0,099 0,048 0,052 0,176 0,094

4

Listrik & Air Bersih

0,225 (0,021) (0,171) 0,060 (0,167) (0,074)

5

Konstruksi

0,031 0,057 0,072 0,064 0,025 0,054

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

(0,065) 0,057 0,064 0,067 0,068 0,064

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,022 0,049 0,072 0,084 0,164 0,092

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,022 0,084 0,084 0,061 0,095 0,081

9

Jasa-Jasa

0,012 (0,033) 0,053 0,123 0,111 0,063

PDRB

0,034 0,035 0,031 0,042 0,051 0,040


(5)

Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Tepus

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,057 (0,024) 0,006 0,012 0,046 0,010

2

Penggalian

0,006 0,023 0,107 0,008 0,113 0,063

3

Industri Pengolahan

(0,034) 0,082 0,068 0,030 (0,139) 0,010

4

Listrik & Air Bersih

0,117 0,198 0,177 0,058 0,082 0,129

5

Konstruksi

0,027 0,053 0,072 0,064 (0,015) 0,044

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,013 0,059 0,063 0,059 0,053 0,058

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,022 0,050 0,061 0,072 0,476 0,165

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,023 0,085 0,087 0,064 0,082 0,080

9

Jasa-Jasa

0,040 0,167 0,014 0,068 0,155 0,101

PDRB

0,034 0,034 0,033 0,036 0,053 0,039

Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Tanjung Sari

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,034 (0,003) 0,013 0,060 (0,098) (0,007)

2

Penggalian

0,006 0,022 0,107 0,010 0,112 0,063

3

Industri Pengolahan

(0,013) 0,084 0,110 (0,030) 0,135 0,075

4

Listrik & Air Bersih

0,052 0,118 0,161 0,043 0,135 0,114

5

Konstruksi

0,034 0,060 0,072 0,064 0,185 0,095

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,111 0,051 0,075 0,089 (0,004) 0,053

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,022 0,049 0,041 0,054 1,128 0,318

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,022 0,085 0,085 0,064 0,066 0,075

9

Jasa-Jasa

0,030 0,146 0,061 0,041 0,209 0,114

PDRB

0,035 0,039 0,046 0,050 0,042 0,044


(6)

Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Girisubo

No Sektor Ekonomi Tahun

Rata-Rata

2009 2010 2011 2012 2013

1

Pertanian

0,053 (0,029) (0,003) 0,047 (0,027) (0,003)

2

Penggalian

0,006 0,022 0,107 0,008 0,365 0,126

3

Industri Pengolahan

(0,023) 0,086 0,242 0,004 (0,046) 0,071

4

Listrik & Air Bersih

0,104 0,224 (0,571) 0,030 0,059 (0,064)

5

Konstruksi

0,026 0,053 0,072 0,064 (0,013) 0,044

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,002 0,025 0,073 0,047 (0,021) 0,031

7

Pengangkutan & Komunikasi

0,022 0,051 0,076 0,054 0,189 0,093

8

Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan

0,026 0,086 0,100 0,071 0,041 0,075

9

Jasa-Jasa

0,014 0,304 0,023 0,117 0,435 0,220


Dokumen yang terkait

Pendekatan Sistem Dinamik Dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul,Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

0 8 251

Analisis preferensi visual lanskap pesisir daerah istimewa Yogyakarta untuk pengembangan pariwisata pesisir menuju pada pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan

0 7 16

Pendekatan Sistem Dinamik Dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul,Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

0 8 241

ANALISIS PEREKONOMIAN MASYARAKAT WILAYAH PESISIR KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2009-2013

0 2 15

ANALISIS PREFERENSI VISUAL LANSKAP PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR MENUJU PADA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN

0 3 16

PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN BUNDER DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN BUNDER DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1 3 17

ANALISIS PEMETAAN KERAWANAN PANGAN DIKABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA Analisis Pemetaan Kerawanan Pangan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Pemetaan Kerawanan Pangan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

1 3 39

ANALISIS PEMETAAN KERAWANAN PANGAN DIKABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA Analisis Pemetaan Kerawanan Pangan Di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 2 25

Analisis kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012.

0 1 111