Analisis kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012.
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PERIODE 2009-2012
Epifani Rima De Villanova NIM : 102114013 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan bentuk pertanggung jawaban pemerintah kepada masyarakat, serta salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan pembangunan daerah. Dalam pembangunan daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mempunyai peranan penting, sehingga pemerintah daerah perlu mengetahui tingkat kemampuan keuangan daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan data hasil perhitungan rasio keuangan dan mengevaluasi perkembangan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menghitung rasio kemampuan keuangan daerah, meliputi: rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul sudah cukup baik. Tetapi tingkat kemandirian masih sangat rendah di bawah 10%.
Kata Kunci: Kemandirian Keuangan, Efektivitas, Efisiensi, Aktivitas dan Pertumbuhan
(2)
ABSTRACT
FINANCIAL ANALYSIS PERFORMANCE OF THE GOVERNMENT OF GUNUNGKIDUL REGENCY FOR THE PERIOD 2009-2012
Epifani Rima De Villanova 102114013
Sanata Dharma University Yogyakarta
2015
Revenue and Expenditure Budget is regional government’s responsibility to the community and one of the policy instrument that is used as a tool to improve public services and regional development. In regional development, revenue and Expenditure Budget has the most important effect to the government to enhance their financial condition.
The research was aimed to describe the financial condition from the ratios of financial perfomance of the government of Gunungkidul for the period 2009-2012. The research used secondary data and the data collecting technique was documentation. Data analysis was done using ratio of financial ability such as self-sufficiency ratio, effectiveness ratio, efficiency ratio, ratio of activity and growth ratio.
The result of this research showed that the financial performance of the government state Gunungkidul has been quite good. However the level of self-sufficiency is very low with the ratio under 10%.
(3)
PERIODE 2009-2012 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Epifani Rima De Villanova NIM :102114013
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PERIODE 2009-2012 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Epifani Rima De Villanova NIM :102114013
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN KAMPUS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Epifani Rima De Villanova
Nomor Mahasiswa : 102114013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul Periode 2009-2012” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 April 2015 Yang menyatakan
(8)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Terimakasih atas segala berkatMu serta kelancaran yang senantiasa Engkau berikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Kedua Orang tua saya Bapak Fransiscus Xaverius Suyanto dan Ibu Yuliana Sumarni. Terimakasih telah memberikan semangat, dukungan, kasih saying dan doa kalian yang tak penah habis. Terimakasih selalu memberikan yang terbaik untuk saya hingga saat ini, maaf saya tidak lulus tepat waktu dan sudah membuat kalian menunggu.
Kakakku Hevi De Villanova dan adikku Merlin Tria De Villanova, terimakasih selalu memberiku semangat, dukungan dan selalu menghiburku disaat aku merasa lelah.
Stevanus Jurid Gustara, terimakasih atas waktu yang selalu diberikan. Selalu menemani saya, selalu memberi semangat, membuat saya tertawa dan terimakasih atas doamu.
Saudara-saudariku Arimbi Dian Pramudia Wardani, Veronica Kunthi Lestari, Antonia Angelin Hardiana, Yulius Septrian Wisnugroho (Ninot) yang selalu memberi semangat, menghibur saya membuat saya tertawa dan terimakasih atas doa kalian.
(9)
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan yang luar biasa. Terimakasih semua.
(10)
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul :
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PERIODE 2009-2012
Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 29 Mei 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam, skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 8 Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan
(11)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku rector Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si sekalu dekan Fakultas Ekonomi yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
3. Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Drs. YP. Supardiyono, M.Si.,Akt.
4. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si.,Ak.,QIA.,CA selaku Pembimbing I yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 5. Bapak A. Diksa Kuntara, S.E., MFA.,QIA dan Ibu Dr. Fr. Reni Retno
Anggraini, M.Si.,Ak.,CA selaku dosen penguji skripsi dan memberi kelulusan kepada saya.
(12)
6. Dosen-dosen dan seluruh staf sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah memberi pelayanan yang baik sehingga dapat memperlancar penulisan skripsi ini.
7. Ibu H. Badingah S.H selaku Bupati Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. Dan segenap staff karyawan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul yang telah banyak membantu dengan mencarikan data yang dibutuhkan.
8. Kedua Orangtua bapak Fransiscus Xaverius Suyanto dan Ibu Yuliana Sumarni, kakak dan adik yang peduli pada saya dan banyak mendorong dan mendoakan saya hingga skripsi ini dapat selesai.
9. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan bantuan dan semangat. 10.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 April 2015
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… ... i
HALAMANAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI……… ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS……… ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR……… ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAK……… ... xiv
ABSTRACT……… ... xv
BAB I PENDAHULUAN ……….. . 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penulisan ... 5
(14)
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Laporan Keuangan Daerah ... 8
B. Pengertian Keuangan Daerah ... 10
C. Komponen Laporan Keuangan ... 11
D. Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 13
E. Pengguna Laporan Keuangan ... 15
F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 16
G. Rasio Keuangan ... 18
H. Kinerja Keuangan Daerah ... 20
I. Pendapatan Asli Daearah (PAD) ... 20
BAB III METODE PENELITIAN... 24
A. Objek Penelitian ... 24
B. Jenis Data ... 24
C. Sumber data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Metode Analisis Data ... 25
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 33
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Analisis Data ... 42
B. Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Gunungkidul ... 56
(15)
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
(16)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Target dan Realisasi Tahun Penerimaan 44
Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2009-2012 Tabel 2. Ringkasan Hasil Perhitungan Rasio Keuangan
Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2012 55 Tabel 3. Hasil Perhitungan Rasio pertumbuhan PAD,
Total PAD, Belanja Rutin dan Belanja
Pembangunan Daerah Tahun 2009-2012 55 Tabel 4. Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan
Daerah Kabupaten Gunungkidul
Tahun Anggaran 2009-2012 56
Tabel 5. Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas dan Efisiensi
Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012 57 Tabel 6. Hasil Perhitungan Rasio Akitivitas
Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012 59 Tabel 7. Rasio Pertumbuhan Kabupaten Gunungkidul
(17)
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PERIODE 2009-2012
Epifani Rima De Villanova NIM : 102114013 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan bentuk pertanggung jawaban pemerintah kepada masyarakat, serta salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan pembangunan daerah. Dalam pembangunan daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mempunyai peranan penting, sehingga pemerintah daerah perlu mengetahui tingkat kemampuan keuangan daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan data hasil perhitungan rasio keuangan dan mengevaluasi perkembangan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menghitung rasio kemampuan keuangan daerah, meliputi: rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul sudah cukup baik. Tetapi tingkat kemandirian masih sangat rendah di bawah 10%.
Kata Kunci: Kemandirian Keuangan, Efektivitas, Efisiensi, Aktivitas dan Pertumbuhan
(18)
ABSTRACT
FINANCIAL ANALYSIS PERFORMANCE OF THE GOVERNMENT OF GUNUNGKIDUL REGENCY FOR THE PERIOD 2009-2012
Epifani Rima De Villanova 102114013
Sanata Dharma University Yogyakarta
2015
Revenue and Expenditure Budget is regional government’s responsibility to the community and one of the policy instrument that is used as a tool to improve public services and regional development. In regional development, revenue and Expenditure Budget has the most important effect to the government to enhance their financial condition.
The research was aimed to describe the financial condition from the ratios of financial perfomance of the government of Gunungkidul for the period 2009-2012. The research used secondary data and the data collecting technique was documentation. Data analysis was done using ratio of financial ability such as self-sufficiency ratio, effectiveness ratio, efficiency ratio, ratio of activity and growth ratio.
The result of this research showed that the financial performance of the government state Gunungkidul has been quite good. However the level of self-sufficiency is very low with the ratio under 10%.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang menawarkan berbagai macam obyek wisata baik obyek wisata alam, wisata pantai maupun wisata budaya. Salah satu daerah tujuan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta yang kaya akan obyek dan daya tarik wisata tersebut adalah Kabupaten Gunungkidul. Perkembangan kawasan wisata dan kebudayaan di kabupaten Gunungkidul memiliki peranan penting karena sektor ini merupakan sektor yang bisa diandalkan mengingat di daerah kabupaten Gunungkidul terdapat berbagai macam obyek wisata yang sangat menarik, terutama wisata pantai yang terkenal dengan pasir putihnya.
Kabupaten Gunungkidul saat ini sedang mengalami perkembangan pesat pada sektor pariwisata. Perkembangan sektor wisata ini tidak lepas dari peran pemerintah dan masyarakat yang bekerjasama untuk meningkatkan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul. Peningkatan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul sangat berdampak positif bagi pembangunan dan peningkatan perekonomian masyarakat Gunungkidul. Dengan berkembangnya sektor pariwisata dan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Gunungkidul, masyarakat yang dulu mengandalkan sektor pertanian saat ini dapat menambah pendapatannya dengan cara berdagang menjajakan barang-barang atau makanan
(20)
bergerak pada bidang jasa seperti persewaan payung dan tikar di pantai-pantai, jasa parkir dan juga jasa pemandu wisata yang sangat dibutuhkan oleh para wisatawan agar liburan mereka lebih menarik.
Perkembangan sektor pariwisata ini diharapkan mampu mendukung perkembangan pembangunan daerah dengan cara usaha ekonomi daerah Kabupaten Gunungkidul, serta pemberdayaan dan peningkatan kesejahteran masyarakat terlebih masyarakat sekitar kawasan wisata yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan kawasan wisata dan memberi kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah. Pendapatan asli daerah secara otomatis meningkat pesat. Meningkatnya pendapatan asli daerah ini akan menjadi tanggung jawab yang besar bagi pemerintah didalam mengelola laporan keuangan Kabupaten Gunungkidul, karena seperti yang dijelaskan di atas peningkatan pendapatan asli daerah tidak jauh dari kontribusi masyarakat sekitar kawasan wisata, maka pemerintah juga harus mempertanggung jawabkan apa yang telah masyarakat berikan untuk pengembangan kawasan wisata tersebut. Salah satu bentuk pertanggung jawaban pemerintah mungkin dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan wisata.
Telah kita ketahui bahwa bagian keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu lembaga atau organisasi. Untuk dapat semakin berkembang, khususnya pemerintah daerah, maka pemerintah daerah harus mencermati dan menganalisis kinerja pemerintah, salah satunya adalah dengan melakukan analisis kinerja dari sisi keuangan terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran secara umum suatu pemerintah daerah. Salah satu tujuan
(21)
analisis laporan keuangan adalah untuk memberikan dasar pertimbangan yang lebih baik dan sistemastis dalam memprediksi kinerja perusahaan atau pemerintah daerah di masa lalu dan di tahun yang akan datang.
Tujuan analisis laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan perubahan dalam posisi keuangan suatu perusahaan atau pemerintah daerah yang berguna bagi para penggunanya untuk membuat keputusan. Untuk memahami informasi laporan keuangan, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Salah satu analisis untuk membuat perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Menurut Riyanto (2001:329) rasio keuangan adalah ukuran yang digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan finansial suatu perusahaan. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial. Bagi pemerintah daerah hasil analisis laporan keuangan ini dapat digunakan untuk membuat perencanaan, pengkoordinasian, pengawasan serta pengambilan keputusan. Selain pihak internal, analisis laporan keuangan juga sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik (masyarakat) dan sebagai alat untuk memonitor dan menilai efisiensi kinerja yang memungkinkan bagi pihak eksternal untuk menilai efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Saat ini masyarakat juga telah berada pada era keterbukaan. Dengan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah maju dan terus berkembang dari waktu ke waktu, masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan informasi, sehingga lebih sulit untuk dibohongi. Dalam hal keuanganpun, masyarakat
(22)
semakin cerdas untuk menuntut adanya transparansi. Pemerintah pusat maupun daerah dituntut lebih terbuka dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Transparansi pengelolahan keuangan pemerintah daerah merupakan tuntutan publik yang harus diterima secara positif. Dengan dilakukannya transparansi tersebut publik akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual, sehingga masyarakat dapat menggunakan informasi tersebut untuk membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan, menilai ada tidaknya unsur korupsi dan manipulasi dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran, menentukan tingkat kepatuhan perundangan yang terkait dan mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu pemerintah dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.
Dalam penelitian ini, Kabupaten Gunungkidul menjadi objek yang akan diteliti. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (Halim, 2002:126). Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas pemerintah daerah yaitu rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas dan efisien keuangan daerah, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan.
Berdasarkan atas pertimbangan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kabupaten Gunungkidul yang berkenaan dengan penganalisisan laporan keuangan pemerintah daerah setempat yang tertuang di
(23)
dalam penelitian ini dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul Periode 2009-2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah : “Bagaimana perkembangan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul selama periode 2009-2012 berdasarkan indikator analisis rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas dan efisiensi keuangan daerah, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai adalah “Untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012 dengan menggunakan indikator rasio keuangan pada APBD”
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
Sebagai bahan masukan dan gambaran bagi instansi pemerintahan daerah di dalam mengukur kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan daerah khususnya dengan pendekatan rasio keuangan dan di dalam menentukan kebijakan serta menentukan arah dan strategi di dalam
(24)
perbaikan kinerja keuangan pemerintah daerah di masa yang akan datang.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada para pembaca dan dapat juga digunakan sebagai referensi yang akan berguna terutama dalam penelitian di masa yang akan datang.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai rasio-rasio yang di gunakan dalam menganalisis laporan keuangan terhadap APBD untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah. Selain itu penelitian ini merupakan sarana yang baik bagi penulis untuk mempraktekkan teori dan pengetahuan yang diperolah di bangku kuliah.
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini, disusun secara sistematis ke dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
(25)
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang dilakukan. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang data, definisi operasional, dan metode penelitian.
BAB IV : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Bab ini membahas tentang Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini akan membahas tentang analisis data dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan dari analisis data, saran-saran yang diberikan oleh penulis serta keterbatasan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(26)
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mendefinisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya (bila ada), yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Menurut Halim (2002:63) laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi lain, seprti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Menurut Baridwan (1996) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data-data aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan tersebut.
(27)
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2007, hal 7) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
1. Neraca
Neraca menunjukkan posisi keuangan mengenai aktiva, hutang dan modal perusahaan. Neraca adalah suatu laporan yang disusun dengan maksud untuk menunjukkan keadaan atau posisi financial perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi menunjukkan hasil yang telah dicapai dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang hasil usaha dari perusahaan selama jangka waktu tertentu yang tercakup dalam laporan tersebut. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar tentang pengaruh financial dari usaha-usaha yang menguntungkan dan merugikan selama jangka waktu tertentu. Laba rugi pada hakikatnya menggambarkan dua macam arus yang membentuk laba rugi. Laba terjadi apabila pendapatan dalam satu periode melebihi biaya-biaya yang bersangkutan. Sedangkan rugi terjadi apabila pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari biaya-biaya.
(28)
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas digunakan untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas selama periode tertentu. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakainya untuk mengevaluasi perubahan atas struktur bersih aktiva perusahaan, struktur keuangan dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
4. Catatan dan Laporan Lain
Catatan dan Laporan lain adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan.
B. Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
(29)
C. Komponen Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyebutkan bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam satu set Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutkan bahwa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan unsur-unsur seperti: pendapatan, belanja, transfer, surplus atau defisit, dan pembiayaan anggaran.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu (SAP, 2005). Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
c. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan
(30)
keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi asset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran (SAP 2005)
Penyajian laporan arus kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan penyajian informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan unuk diungkapkan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Selain laporan keuangan pokok seperti tersebut di atas, entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan Ekuitas. (Tanjung 2006: 10)
(31)
D. Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 1. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAP
Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan bagian dari Standar Akuntansi Pemerintahan, dijelaskan mengenai tujuan pelaporan keuangan pemerintah. Tujuan pelaporan tersebut adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan :
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan selama periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran,
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang diterapkan dan dengan perundanggan,
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai,
d. Meyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya yang mencukupi kebutuhan kasnya
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman,
(32)
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut IFAC
Tujuan laporan keuangan menurut IFAC adalah menunjukkan akuntabilitas pemerintah terhadap pengelolahan keuangan dan sumber daya yang dipercayai kepadanya, serta memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dengan cara :
a. Mengidentifikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan anggaran,
b. Mengidentifikasi apakah sumber daya diperoleh dan dimanfaatkan sesuai dengan peraturan hukum dan peraturan kontrak, termasuk batasan finansial yang ditetapkan dengan persetujuan dewan legislatif, c. Memberikan informasi mengenai sumber daya, alokasi, dan
penggunaan sumber daya finansial,
d. Memberi informasi mengenai bagaimanakah pemerintah atau unit organisasi membiayai aktivitas dan memenuhi kebutuhan kasnya, e. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kemampuan pemerintah atau unit organisasi untuk membiayai aktivitasnya dan memenuhi kewajiban dan komitmennya,
f. Memberikan informasi mengenai kondisi finansial pemerintah atau unit organisasi serta perubahan-perubahan yang terjadi,
(33)
g. Memberikan informasi agregat yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah atau unit organisasi dalam hal biaya layanan, efisiensi serta prestasinya.
3. Secara garis besar menurt Mahmudi (2006) tujuan penyajian laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah :
a. Memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik
b. Alat akuntabilitas publik
c. Memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.
d. Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna
E. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Tanjung (2008) kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah ialah :
1. Masyarakat
2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
3. Pihak yang member atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
4. Pemerintah
Laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi tujuan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna informasi yang disajikam
(34)
dalam laporan keuangan bertujuan umum guna memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Namun pajak sumber utama pendapatan pemerintah, maka kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.
F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karaktersitik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang di kehendaki:
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan penggunaanya. Informasi yang relevan :
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) 2. Tepat waktu
3. Lengkap 4. Andal
(35)
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, manyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur
b. Dapat diverifikasi (verifiability) c. Netralitas
d. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
e. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
(36)
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadahi atas kegiatan dari lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
G. Rasio Keuangan
Analisis rasio menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih dari data laporan keuangan. Hubungan ini dinyatakan dalam persentase, tingkat, maupun proporsi tunggal. Ediningsih (2004) dalam Hanif (2007) menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Rasio merupakan pedoman yang bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya (Kasmir 2008). Beberapa jenis rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari laporan keuangan Pemerintah Pusat antara lain:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian,
(37)
semakin tinggi partisipasi masyarakat yang membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi.
2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan penerimaan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah (Halim, 2007:234)
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.
3. Rasio Aktivitas a. Rasio Keserasian
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan optimal. Semakin tinggi prosentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti prosentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. (Halim.2011)
(38)
b. Rasio Pertumbuhan
Menurut Mahmudi (2011:162) Rasio pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi perkembangan kinerja keuangan serta kecenderungan baik berupa kenaikan atau penurunan kinerja selama kurun waktu tertentu.
H. Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur laporan pertanggung jawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD.
I. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004)
Menurut Halim (2004:67), "Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
(39)
Sedangkan menurut Mahmudi (2011) kemandirian keuangan daerah diukur melalui pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD serta pendapatan lain-lain yang sah.
Menurut Mardiasmo (2002: 132) pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah.
Kewenangan untuk memberdayakan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah pendapatan asli daerah (PAD) yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Idealnya suatu perimbangan keuangan pusat dan daerah terjadi apabila setiap tingkat pemerintahan bebas dalam bidang keuangan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing. Artinya pendapatan asli daerah (PAD) menjadi sumber pendapatan utama atau dominan, sementara subsidi atau transfer dari tingkat pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan pendukung atau tambahan yang peranannya tidak dominan. Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pembiayaan pemerintahan daerah yang peranannya sangat tergantung kemampuan dan kemauan daerah dalam menggali potensi yang ada di daerah.
(40)
2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) a. Hasil Pajak Daerah
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 Undang-Undang 28 Tahun 2009)
b. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)
c. Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM), Bank Pembangunan Daerah (BPD), badan kredit kecamatan, pasar, tempat hiburan /rekreasi, villa, pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya merupakan penghasilan bagi daerah yang bersangkutan (Hanif Nurcholis, 2007:184)
Menurut Yani (2004:40) hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.
(41)
3. Lain-Lain PAD yang Sah
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat Dan Daerah, lain-lain PAD yang sah meliputi :
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa Giro
c. Pendapatan Bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. Komisi potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Ojek Penelitian
Objek penelitian adalah elemen penelitian yang mendukung penyelesaian masalah yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini laporan keuangan Kabupaten Gunungkidul merupakan objek penelitian.
Jenis penelitian yang dilakukan berbentuk deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini akan menggambarkan fenomena atau karakteristik data yang tengah berlangsung pada saat penelitian ini dilakukan atau selama kurun waktu tertentu.
Lokasi penelitian ini dilakukan pada pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada bulan Oktober -Desember 2014.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan dan berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
2. Data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka, dapat diukur dan dilakukan perhitungan serta ditafsirkan terlebih dahulu sebagai informasi. Dalam penelitian ini data kuantitatif adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012.
(43)
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang diolah dan diinterpretasikan secara deskriptif.
1. Data sekunder yaitu data yang telah ada dari dokumen resmi pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul. Data sekunder ini terdiri atas Laporan Keuangan Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2009-2012 serta data pendukung lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik dokumentasi yaitu dengan mencatat atau mengcopy dokumen-dokumen, arsip-arsip maupun data lain yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran APBD Kabupaten Gunungkidul periode 2009-2012.
E. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono, 2009: 165). Analisis data bertujuan untuk mensederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan.
(44)
Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif dan analisis rasio keuangan daerah, yaitu dengan meneliti dan membahas data yang ada, kemudian menganalisis serta membandingkan antara praktek dan teori yang ada, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
1. Analisis Deskriptif
Metode deskriptif ini memilki tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang sedang diteliti. Analisis bertujuan untuk mengetahui kondisi gambaran umum lokasi penelitian, data kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya wilayah, dilakukan terhadap data primer (pengamatan lapangan dan wawancara) maupun data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Untuk kondisi dan potensi sumber daya yang ada dilakukan dengan analisis deskriptif dari hasil pengamatan lapangan.
2. Analisis Rasio
Beberapa analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian keuangan daerah atau yang sering disebut sebagai otonomi fiskal menunjukkan kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
(45)
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. (Halim, 2007:232)
Rasio Kemandirian :
Kriteria Pengukurannya :
Presentase PAD Kemampuan Keuangan Daerah 0,00-10,00 %
10,01-20,00 % 20,01-30,00 % 30,01-40,00 % 40,01-50,00 % >50,00 %
Sangat Kurang Kurang
Sedang Cukup Baik
Sangat Baik Sumber: Mahmudi (2011)
b. Rasio Efektifitas dan Efisiensi 1) Rasio Efektifitas
Rasio efektifitas menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan penerimaan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah (Halim 2007: 234).
(46)
Rasio efektifitas diukur dengan rumus :
Kriteria Pengukurannya :
Presentase Efektifitas Tingkat Efektifitas Diatas 100%
100% 90% - 99% 75% - 89% Kurang dari 75%
Sangat Efektif Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif Sumber: Mahmudi (2011)
Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.
2) Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. (Halim 2007:234) Untuk menghitung rasio efisiensi menggunakan rumus :
(47)
Kriteria Penilaiannya :
Presentase Efisien Tingkat Efisiensi < 5%
5% - 10% 11% - 20% 21% - 30% > 30%
Sangat Efisien Efisien
Cukup Efisien Kurang Efisien Tidak Efisien Sumber : Mahmudi (2011:171)
Nilai efesiensi yang diperoleh dari perbandingan tersebut diatas, kemudian diukur dengan kriteria kinerjanya, kemudian dibandingkan dari tahun ke tahun. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. (Halim, 2007:234)
c. Rasio Aktivitas
1) Rasio belanja Rutin / Belanja Operasi
Rasio belanja Rutin (Belanja Operasi) merupakan perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja daerah. Rasio belanja rutin ini memberi informasi mengenai porsi belanja yang dialokasikan untuk belanja rutin (belanja operasi). (Mahmudi, 2007:150) Rasio belanja rutin (belanja operasi) terhadap total belanja dirumuskan sebagai berikut :
(48)
2) Rasio belanja Pembangunan / Langsung
Rasio belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada tahun anggaran yang bersangkutan.(Mahmudi, 2007:150)
Rasio belanja modal ini dirumuskan sebagai berikut :
Menurut Halim, ( 2008:236 ) semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin/tidak langsung berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan)/langsung yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2008:235).
d. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke
(49)
periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian (Mahmudi 2011)
Pertumbuhan = - -Keterangan:
Xt = Data variabel X pada tahun t X(t-1) = Data variabel X pada tahun t-1
Untuk mengukur rasio pertumbuhan suatu daerah dapat dilihat dari :
- Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Total Pendapatan Daerah - Belanja Rutin Daerah
- Belanja Pembangunan Daerah
Pertumbuhan sumber pendapatan dan pengeluaran tahun berjalan dikurangi dengan tahun sebelumnya dan dibandingkan dengan pendapatan dan pengeluaran tahun sebelumnya agar diketahui seberapa besar pertumbuhannya. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan sumber pendapatan dan pengeluaran suatu daerah selama beberapa periode tahun anggaran, maka data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui bagian-bagian atau potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah daerah.
(50)
Sehingga pemerintah daerah tersebut dapat memperbaiki kinerjanya menjadi lebih baik untuk kedepanya (Halim, 2008:241)
(51)
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL A. Kabupaten Gunungkidul
1.Kondisi Umum a. Geografi
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. Letak geografi : 110o 21' sampai 110o 50' BUJUR TIMUR 7o 46' sampai 8o 09' LINTANG SELATAN
1) Batas wilayah
Utara : Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman Timur : Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Selatan : Samudra Hindia atau sering disebut dengan Pantai Laut Selatan
Barat : Kecamatan Imogiri, Pundong, Dlingo, Piyungan, Kabupaten Bantul
(52)
b. Topografi
Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :
Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m-700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan.Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan Ponjong bagian utara.
Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m-200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m-120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m-300 mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut
(53)
(Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.
c. Klimatologi
Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Kondisi klimatologi Kabupaten Gunungkidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut:
Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir.
(54)
d. Pemerintahan
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang terletak 39 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT Labaningrat. Organisasi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, RSUD, dan kecamatan. Perangkat daerah dimaksud bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Struktur Organisasi Sekretariat Daerah, yaitu :
(55)
1. Sekretaris Daerah
2. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, yang membawahi : Bagian Administrasi Pemerintahan Umum, Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, dan Bagian Administrasi Pemerintahan Desa. 3. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, yang membawahi : Bagian Administrasi Sumber Daya Alam, dan Bagian Administrasi Pembangunan.
4. Asisten Administrasi Umum, yang membawahi : Bagian Umum, Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol. Bagian Hukum, dan Bagian Organisasi.
5. Staf Ahli, yang terdiri dari : Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik, Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Staf Ahli Bidang Pembangunan, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, dan Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Sedangkan Sekretariat DPRD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, dengan struktur organisasi sebagai berikut :
(56)
Sekretaris DPRD, bagian tata usaha, bagian perencanaan dan keuangan, bagian risalah dan perundang-undangan, bagian persidangan dan protokol dan kelompok jabatan fungsional.
Lembaga teknis daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Lembaga Teknis Daerah, adalah sebagai berikut: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Inspektorat Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Kantor Pengelolaan Pasar, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban melindungi warga masyarakat dari bencana dalam bentuk penanggulangan bencana sehingga Pemkab Gunungkidul membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BPBD dipimpin oleh seorang kepala badan yang
(57)
secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Daerah dan berkedudukan dan bertanggungjawab kepada Bupati.
Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan, 144 desa, 1416 dusun, 1583 RW, dan 6844 RT. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain: Kecamatan Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Karangmojo, Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Dari 144 desa, 141 desa masuk klasifikasi swadaya dan 3 desa termasuk desa swasembada.
Sedangkan jumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah 144, dengan 95 LPMD klasifikasi tumbuh dan 49 LPMD termasuk klasifikasi berkembang.
Visi Gunungkidul
“GUNUNGKIDUL YANG BERDAYA SAING, MAJU, MANDIRI, DAN SEJAHTERA TAHUN 2025”
Misi Gunungkidul
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui 6 (enam) misi pembangunan daerah sebagai berikut:
(58)
2. mewujudkan pemantapan sistem dan kelembagaan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia;
3. mewujudkan pemantapan sistem dan kelembagaan perekonomian; 4. mewujudkan peningkatan kemampuan keuangan daerah;
5. mewujudkan penyediaan parasarana sarana dasar yang memadai; dan 6. mewujudkan pendayagunaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup; e. Potensi
Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata.Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa: batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa. Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.
(59)
f. Sosial Budaya
Bentuk wilayah atau fisografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya pada masyarakat. Unsur sosial budaya merupakan salah satu instrumen penting dalam pembangunan, hal ini terkait perencanaan, sasaran, dan capaian target kinerja pembangunan. Karakteristik sosial budaya masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat tradisional yang masih memegang teguh budaya luhur warisan nenek moyang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah berupaya untuk mengadopsi karakteristik sosial budaya agar dapat berimprovisasi dengan kultur masyarakat yang ada. Masyarakat Kabupaten Gunungkidul secara umum menggunakan bahasa lokal (bahasa jawa) dalam berkomunikasi, sementara bahasa nasional (bahasa Indonesia) secara resmi dipakai dalam lingkungan formal (kantor, pendidikan, fasilitas umum, dan lain-lain). Organisasi kesenian sebagai budaya yang terus dipupuk dan dilestarikan oleh masyarakat berjumlah 1.878 organisasi, dengan tokoh pemangku adat berjumlah 144 orang. Sementara itu desa budaya yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sebanyak 10 desa budaya, cagar budaya yang dimiliki sebanyak 5 buah serta benda cagar budaya sejumlah 692 buah yang tersebar di wilayah Kabupaten Gunungkidul
(60)
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data
Dalam mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul, ada beberapa rasio yang dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam pembahasan sebagai berikut:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian keuangan daerah atau yang sering disebut sebagai otonomi fiskal menunjukkan kemampuan daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2011)
a. Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2009
= x 100%
= 5,869 %
(61)
= x 100%
= 5,882 %
c. Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2011
= x 100%
= 6,162 %
d. Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2012
= x 100%
(62)
Tabel 1. Hasil Perhitungan Target dan Realisasi Tahun Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2009-2012
2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi a. Rasio Efektivitas
1) Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2009
Keterangan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Target
Penerimaan PAD
36.236.874.500,80 40.963.061.130,00 47.953.224.512,30 68.065.973.303,33
Realisasi Penerimaan PAD
38.455.406.172,11 42.542.031.388,61 54.462.418.772,18 67.050.781.893,09
Biaya Pemungutan PAD
(63)
106,122 %
2) Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2010
103,854 %
3) Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2011
113,57 %
4) Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2012
(64)
Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik rasio efektivitas tersebut perlu disandingkan dengan rasio efisiensi.
b. Rasio Efisiensi
Nilai efesiensi yang diperoleh dari perbandingan tersebut diatas, kemudian diukur dengan kriteria kinerjanya, kemudian dibandingkan dari tahun ke tahun. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. (Halim 2011)
1) Rasio Efisiensi Tahun 2009
(65)
2) Rasio Efisiensi Tahun 2010
2,242 %
3) Rasio Efisiensi Tahun 2011
2,242 %
4) Rasio Efisiensi Tahun 2012
2,858 %
3. Rasio Aktivitas
(66)
1) Rasio Belanja Rutin Tahun 2009
80,28 %
2) Rasio Belanja Rutin Tahun 2010
88,16 %
3) Rasio Belanja Rutin Tahun 2011
83,29 %
4) Rasio Belanja Rutin Tahun 2012
(67)
b. Rasio belanja Pembangunan / Langsung adalah :
1) Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2009
14,45 %
2) Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2010
6,14 %
3) Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2011
11,82 %
(68)
15,31 %
Menurut Halim, ( 2008:236 ) semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin/tidak langsung berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan)/langsung yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2008:235). Karena pemerintah harus membelanjakan kegiatan rutinnya untuk pelayanan dan gaji pegawai, maka alokasi belanja pembangunan dan belanja rutin harus disesuaikan dengan total pendapatannya berdasarkan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
4. Rasio Pertumbuhan
Keterangan :
Xt = Data variabel X pada tahun t X(t-1) = Data variabel X pada tahun t-1
Untuk mengukur rasio pertumbuhan suatu daerah dapat dilihat dari :
- Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Total Pendapatan Daerah
(69)
- Belanja Rutin Daerah
- Belanja Pembangunan Daerah
Pertumbuhan sumber pendapatan dan pengeluaran tahun berjalan dikurangi dengan tahun sebelumnya dan dibandingkan dengan pendapatan dan pengeluaran tahun sebelumnya agar diketahui seberapa besar pertumbuhannya. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan sumber pendapatan dan pengeluaran suatu daerah selama beberapa periode tahun anggaran, maka data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui bagian-bagian atau potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah daerah. Sehingga pemerintah daerah tersebut dapat memperbaiki kinerjanya menjadi lebih baik untuk kedepanya (Halim, 2008:241).
a. Rasio Pertumbuhan Tahun 2009-2010
1)
10,626 %
(70)
12,12 % 3)
21,037 %
4)
-49,917 %
b. Rasio Pertumbuhan Tahun 2010-2011 1)
(71)
2)
20,993 % 3)
15,19% 4)
136,21 %
c. Analisis Rasio Pertumbuhan Tahun 2011-2012 1)
(72)
2)
11,459 % 3)
9,899 % 4)
(73)
Tabel 2. Ringkasan Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2012
Keterangan Tahun
2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012 Rasio Kemandirian 5,869% 5,882% 6,162% 6.733% Rasio Efektivitas 106,122% 103,854% 113,57% 98,51% Rasio Efisiensi 2,279% 2,242% 2,242% 2,858% Rasio Belanja Rutin 80,28% 88,16% 83,29% 80,08% Rasio Belanja Pembangunan 14,45% 6,14% 11,82% 15,31%
Tabel 3. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD, Total PAD, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Daerah Tahun 2009-2012
Keterangan Tahun
2009-2010
Tahun 2010-2011
Tahun 2011-2012 Rasio Pertumbuhan PAD 10,626% 28,02% 23,113% Rasio Pertumbuhan Total PAD 12,12% 20,993% 11,459% Rasio Pertumbuhan Belanja Rutin Daerah 21,037% 15,19% 9,899% Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan
Daerah
(74)
B. Evaluasi Kinerja Keuangan Dearah Kabupaten Gunungkidul 1. Rasio Kemandirian Daerah
Tabel 4. Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1. Rasio Kemandirian Daerah
5,869% 5,882% 6,162% 6,733%
Sumber: Data diolah
Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Gunungkidul setiap tahunnya mengalami peningkatan. Diawali tahun anggaran 2009 dimana jumlah presentasenya 5,869% yang kemudian tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 5,882% dan kemudian pada tahun anggaran 2011 naik lagi sebesar 0,28% menjadi 6,162% hingga pada tahun 2012 juga mengalami kenaikan menjadi 6,733%. Berdasarkan pengertian kemandirian keuangan daerah bahwa semakin tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern terutama pemerintah pusat dan pemerintah provinsi semakin rendah begitupun sebaliknya. Menurut Mahmudi (2011), apabila presentase rasio setiap tahunnya 0,00-10,00% maka tingkat kemampuan kemandirian keuangan daerah masih sangat kurang, 10,01-20,00% tingkat kemandirin masih kurang, 20,01-30,00% tingkat kemandirian sedang, 30,01-40,00% tingkat kemandirian cukup, 40,01-50,00% tingkat kemandirian baik dan untuk presentasi lebih dari 50% tingkat
(75)
kemandirian sangat baik. Dari kriteria penilaian tersebut, rata-rata presentase rasio kemandirian keuangan kabupaten Gunungkidul selama tahun 2009-2012 masih bearada di bawah 10%, ini berarti tingkat kemandirian keuangan daerah dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat masih sangat kurang. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintahan pusat dan provinsi), baik melalui pengoptimalan sumber pendapatan asli daerah khusunya pada pendapatan lain-lain PAD yang sah. Selain itu, rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen pendapatan asli daerah. Semakin tinggi kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan juga semakin tinggi.
2.Rasio Efektifitas dan Efisiensi
Tabel 5. Hasil Perhitungan Rasio Evektifitas dan Efisiensi Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012
No. Uraian 2009 2010 2011 2012
1. Rasio Efektifitas
106,122% 103,854% 113,57% 98,51%
2 Rasio Efisiensi
2,279% 2,242% 2,42 % 2,858 %
(76)
Berdasarkan hasil perhitungan rasio efektivitas dan efisiensi pada tabel 5 diatas dapat dilihat presentase rasio efektifitas Pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2009 sebesar 106,122% kemudian pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 103,854% lalu pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 113,57% dan kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan drastis dibawah 100% yaitu menjadi 98,51%.
Menurut Mahmudi (2011) kriteria penilaian tingkat efektifitas PAD diatas 100% maka tingkat efektifitasnya sangat efektif, 100% tingkat efektifitasnya sudah efektif, 90%-99% cukup efektif, 75%-89% kurang efektif dan kurang dari 75% tidak efektif. Dilihat dari analisis data diatas, rata-rata presentase rasio efektifitas kabupaten Gunungkidul berada pada tingkat diatas 100%. Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah sudah sangat efektif dalam melaksanakan tugasnya untuk merealisasikan sumber pendapatan asli daerah khususnya dalam melakukan pemungutan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Hanya saja, pada tahun 2012 rasio efektivitas memang mengalami penurunan yang begitu terlihat dibawah 100% yaitu 98,51%. Berarti di tahun 2012, jumlah anggaran PADlebih besar dibandingkan realisasi PAD. Hal ini disebabkan karena jumlah realisasi pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah anggarannya.
Kriteria penilaian tingkat efisiensi menurut Mahmudi (2011) apabila presentase efisien kurang dari 5% maka tingkat efisiensi sudah sangat efisien, 5%-10% efisien, 11%-20% cukup efisien, 21%-30% kurang efisien dan lebih dari
(77)
30% tidak efisien. Dari perhitungan rasio efisiensi diatas kinerja Pemerintahan Daerah Kabupaten Gunungkidul dapat dikatakan sangat efisien karena perhitungan rasio tahun 2009 sebesar 2,279%, 2010 sebesar 2,242%, tahun 2011 sebesar 2,242% dan 2012 sebesar 2,858%. Sesuai kriteria penilaian tingkat efisiensi diatas, kinerja pemerintah daerah selama 4 tahun terakhir ini sudah tergolong dalam tingkatan yang efisien.
3. Rasio Aktivitas
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rasio Aktivitas Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Rasio Belanja Rutin (belanja operasi)
80,28% 88,16% 83,29% 80,08%
2 Rasio belanja pembangunan (belanja modal)
14,45% 6,14% 11,82% 15,31%
Sumber : Data diolah
Dalam analisis keserasian belanja, rasio belanja operasi dan belanja modal menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin (belanja operasi) dan belanja pembangunan (belanja modal)
(78)
rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya rasio belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. Namun, pada umumnya proporsi belanja operasi mendominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90 persen sedangkan proporsi belanja modal sekitar 5-20 persen.
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul masih diprioritaskan untuk pemenuhan belanja rutin, sehingga rasio belanja pembangunan terhadap APBD masih relatif kecil. Pada tahun anggaran 2009 persentase rasio belanja rutin terhadap APBD sebesar 80,28%, tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 88,16%, kemudian tahun 2011 turun menjadi 83,29% dan mengalami penurunan lagi menjadi 80,08% pada tahun 2012.
Jika dilihat, rata-rata rasio belanja rutin (belannja operasi) berada pada angka 80%, hanya saja pada tahun anggaran 2010 persentase rasio belanja rutin terhadap APBD naik sebesar 7,88% dari tahun anggaran 2009 menjadi 88,16%. Realisasi belanja operasi pada tahun anggaran 2010 sebersar Rp 674.652.588.500,50 atau 96,33% dari anggaran sebesar Rp 700.360.826.568,30, meningkat sebesar Rp 117.260.354.705,18 dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran 2009 sebesar Rp 557.392.233.795,32. Kenaikan rasio belanja operasi yang terjadi pada tahun 2010 ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan
(79)
pendanaan terhadap belanja pembangunan, sehingga rasio belanja pembangunan pada tahun 2010 turun menjadi 6,14%. Penurunan yang terjadi ini disebabkan oleh penurunan jumlah realisasi belanja gedung dan bangunan serta realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan. Pada tahun 2009 realisasi belanja gedung dan bangunan sebesar Rp 58.775.210.219,52 yang kemudian pada tahun 2010 turun sebesar Rp 47.971.647.119,52 menjadi Rp 10.803.563.100,00. Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan pada tahun 2010 sebesar Rp 18.984.331.235,00 atau turun sebesar Rp 3.874.695.627,00 dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran 2009 sebesar Rp 22.859.026.862,00.
Realisasi belanja operasi tahun anggaran 2011 sebesar Rp 782.057.033.944,23 atau 95,39% dari anggarannya sebesar Rp 819.852.075.712,41, meningkat sebesar Rp 107.404.445.443,73 dibandingkan realisasi tahun anggaran 2010 sebesar Rp 674.652.588.500,50. Pada tahun anggaran 2011 persentase rasio belanja rutin terhadap APBD turun menjadi 83,29% dan persentase rasio pembangunan terhadap APBD mengalami kenaikan menjadi 11,82%. Kenaikan rasio pembangunan ini dipengaruhi karena adanya kenaikan pada realisasi belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja asset tetap lainnya dan belanja asset lainnya.
Realisasi belanja daerah tahun anggaran 2012 sebesar Rp 1.073.158.313.435,78 meningkat sebesar Rp 134.908.295.818,06 dibandingkan realisasi tahun anggaran 2011 sebesar Rp 938.850.017.617,72. Realisasi belanja operasi tahun anggaran 2012 sebesar Rp 859.474.327.831,61 meningkat sebesar
(80)
Rp 77.417.293.887,38 dibandingkan tahun anggaran 2011. Pada tahun anggaran 2012 persentase rasio belanja rutin mengalami penurunan kembali menjadi 80,08% dari rasio belanja rutin tahun 2011, dan rasio belanja pembangunan mengalami kenaikan 3,49% dari rasio belanja pembangunan tahun sebelumnya menjadi 15,31%. Peningkatan rasio belanja dipengaruhi selama tahun 2012 ini dipengaruhi karena adanya peningkatan juga terhadap realisasi belanja modal pada belanja gedung dan bangunan, serta peningkatan realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan. Peningkatan jumlah realisasi belanja pembangunan yang terjadi selama tahun 2011 dan 2012 ini membuktikan bahwa permerintah daerah Kabupaten Gunungkidul sudah mengambil tindakan untuk sedikit demi sedikit meningkatkan pembangunan daerah.
Dari analisis yang telah dilakukan, APBD pemerintah Kabupaten Gunungkidul masih didominasi oleh belanja operasi (belanja rutin). Bahkan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan pada jumlah realisasi belanja operasi. Pemerintah daerah belum sepenuhnya mengalihkan fokus aktivitas wilayah pemerintahannya agar mengarah kepada belanja pembangunan yang tentunya ini akan memberikan dampak kepada usaha peningkatan pendapatan daerah dari segi pembangunan daerah. Aktivitas wilayah merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dari pengembangan dan pembangunan wilayah dan merupakan suatu pengembangan yang terpadu dengan memanfaatkan saling keterkaitan antar sektor yang membentuk struktur ruang wilayah. Wilayah sebagai wadah kegiatan ekonomi memiliki peran penting bagi wilayahnya sendiri maupun daerah disekitar wilayah. Memahami sistem aktivitas wilayah, pola perilaku manusia merupakan
(81)
faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah, yaitu sistem kegiatan yang menyangkut hubungan yang lebih kompleks (cross relationship) dengan berbagai sistem kegiatan yang lain baik dengan perorangan, kelompok dan lembaga.
4. Rasio Pertumbuhan
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
PAD - 10,626% 28,02 % 23,113 % Total
Pendapatan Daerah
- 12,12% 20,993 % 11,459 %
Belanja Operasi - 21,037% 15,19% 9,899 % Belanja Modal - -49,917% 136,21 % 48,044 % Sumber : Data diolah
Analisis rasio pertumbuhan (Growth Ratio) mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode keperiode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat
(82)
perhatian lebih. Rasio belanja pembangunan pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul mengalami trend yang negatif pada tahun 2010 sebesar (49,917%). Hal ini disebabkan karena jumlah belanja modal pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2010. Berarti pemerintah daerah belum mengoptimalkan pembangunan daerah dan cenderung mengalokasikan pendanaannya pada belanja operasi. Namun pada tahun 2011 rasio pertumbuhan belanja pembangunan mulai menunjukkan kenaikan menjadi 136,21%, dan ditahun 2012 mengalami penurunan menjadi 48,044% masih berada pada trend positif. Realisasi rasio pertumbuhan pendapatan dari tahun 2009-2012 membawa trend yang positif.
Disisi lain, rasio pertumbuhan pendapatan pada tahun 2010 berada dibawah rasio pertumbuhan belanja rutin sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 yang hasilnya berada sedikit diatas dari rasio pertumbuhan belanja rutin menunjukkan bahwa belanja rutin yang dikeluarkan dari tahun 2011-2012 cenderung tidak begitu besar. Sebab pada saat ini pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul secara bertahap, mulai memprioritaskan belanja pembangunan untuk perbaikan infrastruktur daerah. Berdasarkan hasil perhitungan, pertumbuhan kinerja pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul sudah menunjukkan perkembangan yang begitu baik karena setelah sempat pada tahun 2010 rasio belanja pembangunan mengalami trend negatif, namun pada tahun 2011 dan 2012 mulai terlihat trend positif. Pertumbuhan suatu daerah dapat dikatakan baik karena pemerintah daerah dapat mengefisienkan biaya yang dikeluarkan untuk belanja rutin dan lebih mengefektifkan
(83)
penggunaan pendapatan yang diperoleh daerah untuk sector pembangunan yang dapat mendukung peningkatan penerimaan PAD. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul optimis untuk terus menaikkan pertumbuhan ekonomi, terutama diharapkan dari sumbangan beberapa sektor dominan seperti sektor pariwisata, pertanian serta perdagangan dan jasa, yang dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini menjadi komitmen pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul yang sangat kuat untuk menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif dan terbuka, sehingga menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Gunungkidul.
(84)
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Gunungkidul dari tahun 2009-2012 masih sangat kurang. Artinya ketergantungan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul pada Pemerintah Pusat masih sangat tinggi, terutama terhadap penerimaan dari bantuan pemerintah pusat berupa DAU (Dana Alokasi Umum) /DAK (Dana Alokasi Khusus).
2. Realisasi penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Gunungkidul sudah bisa dikatakan proporsional karena presentase untuk rasio efektifitas sudah berada diatas 100% atau dalam kategori sangat efektif, walaupun pada tahun 2012 sempat mengalami penurunan.
3. Kinerja pemerintah didalam memungut PAD (dalam hal ini pajak daerah) sudah efisien yang ditandai dengan trend rasio dibawah 5%.
4. Didalam pengukuran terhadap rasio aktivitas dapat diketahui bahwa sebagian besar dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul masih diprioritaskan untuk pemenuhan belanja rutin terutama belanja pegawai, sehingga rasio belanja pembangunan publik terhadap APBD masih relatif kecil.
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI