Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Komitmen Kerja Guru Di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor
ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP
KOMITMEN KERJA GURU DI
SDIT UMMUL QURO’
KOTA
BOGOR
ARIFAH RIZQIANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
(2)
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Komitmen Kerja Guru Di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Arifah Rizqiani
NIM H251110364
(3)
RINGKASAN
ARIFAH RIZQIANI. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Komitmen Kerja Guru Di SDIT Ummul Quro’ Kota
Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan SUKISWO
DIRDJOSUPARTO.
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional harus memperhatikan komponen pendidikan khususnya sumber daya manusia (sdm) yang mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak yang melakukan proses pembelajaran di sekolah, maka kualitas guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang (Tjandralila. A, 2004).
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan cara penguatan komitmen kerja guru dengan memperhatikan faktor kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Komitmen adalah keadaan dimana karyawan memihak kepada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Motivasi akan timbul dalam diri guru apabila ada perhatian, kesesuaian,kepercayaan dan kepuasan yang diberikan kepala sekolah kepada guru.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru
pada SDIT Ummul Quro’ di kota Bogor. Penelitian ini dilakukan di SDIT Ummul Quro’
Kota Bogor, dengan jumlah 49 responden. Metode pengujian instrumen menggunakan
sofware SPSS 16.00, adapun pengujian hipotesis menggunakan structural Equation Model (SEM) dengan software Smart PLS. Pengukuran variabel kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari 4 Indikator kepemimpinan Kepala Sekolah, yaitu penentu arah program sekolah, melaksanakan program supervisi, menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan, dan melaksanakan motivasi bagi personel. Sedangkan motivasi kerja guru diukur melalui motivasi dari dalam diri (instrinsik) maupun motivasi dari luar diri (ekstrinsik). Adapun untuk variabel komitmen diukur dari komitmen afektif, komitmen normatif, dan komitmen kontinuan.
Hasil distribusi frekuensi data dari instrumen yang diisi pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang baik (setuju) pada instrumen kepemimpinan sekolah, motivasi kerja guru dan komitmen kerja guru. Berdasarkan hasil pengujian one way Anova dan hasil pengolahan descriptives bahwa tidak ada perbedaan pada komitmen kerja guru terhadap jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan dan lama bekerja. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Susanty (2012) bahwa profil demografi responden tidak memiliki perbedaan dengan komitmen kerja guru.
Hasil analisa R-Square pada Model 1 (model tidak langsung) sebesar 0.3488 untuk variabel komitmen kerja guru dipengaruhi secara positif oleh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Artinya, kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru sebesar 34.88%, sedangkan sisanya 65.12 % dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun untuk Model 2 (model langsung), nilai R-Square untuk variabel komitmen kerja guru dipengaruhi secara positif oleh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru sebesar 0.4897. Artinya, kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap
(4)
komitmen kerja guru pada Model 2 sebesar 48.97%, sedangkan sisanya 51.03 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan hasil analisa hipotesis menggunakan SEM dengan pendekatan PLS (Part Least Square) diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen kerja guru, baik secara langsung atau melalui perantara motivasi kerja guru. Selanjutnya, dalam Model 1 (variabel kepemimpinan berpengaruh secara tidak langsung terhadap komitmen kerja guru) variabel kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru dan motivasi kerja guru pada akhirnya berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen kerja guru. Pada Model 2 dapat diketahui bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru pun berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap komitmen kerja guru terjadi baik pada Model 1 maupun Model 2. Komitmen guru dalam suatu sekolah sangatlah diperlukan karena dapat mempengaruhi tingkat produktivitas guru dan kualitas suatu sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru berpengaruh signifikan secara positif terhadap komitmen kerja guru di SDIT
Ummul Quro’. Dengan demikian, dua hal tersebut menjadi bagian penting dari
peningkatan mutu sekolah.
Kata Kunci : kepemimpinan kepala sekolah, komitmen kerja guru, motivasi kerja guru, SEM PLS.
(5)
SUMMARY
ARIFAH RIZQIANI. The Influence Analysis of Principal Leadership And Teacher Work Motivation To Teacher Work Commitment In SDIT Ummul Quro’ Kota
Bogor. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and SUKISWO
DIRDJOSUPARTO.
The success of national education goals in particular should pay attention to the educational component of human resources (HR) has a very important role in determining the success of the school. This is because the teacher is spearheading the learning process in schools, the quality of teachers needs to be improved and developed according to the needs of present and future (Tjandralila. A, 2004).
One effort to improve the quality of schools is done by strengthening teachers' work commitment with account the principal's leadership and teachers work motivation. Commitment is a state where employees are partial to a particular organization and its goals, and intends to maintain membership in the organization. Motivation will arise within the teacher if there is attention, relevance, confidence and satisfaction given to the school head teacher.
The purpose of this study was to determine and analyze effect of principal leadership and work motivation of teachers to teacher work commitment in SDIT
Ummul Quro’. This research was conducted in SDIT Ummul Quro’with 49 respondents. Instrument testing methods using SPSS software 16.00 and the hypothesis testing using structural equation model (SEM) with Smart PLS software. Measurement of principal leadership variable consists of 4 indicators, deciding the direction of the school program, carry out supervision programs, demonstrate leadership qualities, and implement motivation for personnel. While the teacher work motivation is measured through self-motivation of the (intrinsic) and external self self-motivation (extrinsic). As for the variables measured commitment from affective commitment, normative commitment, and commitment continuants.
The results of the frequency distribution of data from instruments that filled in this study showed that the majority of respondents have a good perception (agree) on the instrument the principal leadership, teacher work motivation and teacher work commitments. Based on the test results of one-way ANOVA and the processing of descriptives that there was no difference in the teacher work commitment for gender, age, education level, marital status and duration of work. The results of this study support the research Susanty (2012) that the demographic profile of the respondents do not have a difference with the teacher work commitment.
The results of the analysis of R-Square of 0.3488 for Model 1 variables of teacher commitment is positively influenced by the principal leadership and work motivation of teachers. That is, the contribution of the principal leadership and work motivation of teachers to teacher job commitment was 34.88%, while the remaining 65.12% is influenced by other factors. As for Model 2, the R-square values for the variables of teacher commitment is positively influenced by the principal's leadership and work motivation of teachers for 0.4897. That is, the contribution of the principal's leadership and work motivation of teachers to work commitment of teachers in Model 2 was 48.97%, while the remaining 51.03% is influenced by other factors.
Based on analysis of hypotheses using SEM with PLS approach (Part Least Square) that the principal leadership significantly affect to the teacher work
(6)
commitment, either directly or through intermediaries teacher work motivation. Furthermore, in Model 1 (variable indirect effect of leadership on teachers' job commitment) principal leadership variables significantly influence to the work motivation of teachers and teachers' work motivation ultimately significantly affect teachers' work commitments. In Model 2 can be seen that the variables of principal leadership and teacher work motivation. It can be concluded that the variables of school leadership and teacher work motivation significantly influence work commitment of teachers.
The commitment of teachers in a school is necessary because it can affect the level of productivity and quality of a school teacher. The results of this study indicate that school leadership and teachers 'motivation to work in a positive significant effect on the commitment of teachers working in Umm SDIT Quro'. Thus, two things are becoming an important part of improving the quality of the school.
Keywords: Principal leadership, SEM partial least squares (PLS), Teacher work commitment, Teacher work motivation.
(7)
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
(8)
ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP
KOMITMEN KERJA GURU DI
SDIT UMMUL QURO’
KOTA
BOGOR
ARIFAH RIZQIANI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
(9)
(10)
Judul Penelitian : Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Komitmen Kerja Guru
Di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor
Nama : Arifah Rizqiani
NIM : H251110364
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Dr Drs Sukiswo Dirdjosuparto Ketua Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Manajemen
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :
(11)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai Desember 2013 ini adalah Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Komitmen Kerja Guru Di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan Dr Drs Sukiswo Dirdjosuparto selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, serta Ibu Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas arahan, bantuan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Eman Sulaeman, S. Sos.I selaku
kepala sekolah SDIT Ummul Quro’ yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SDIT Ummul Quro’ dan guru-guru di SDIT Ummul Quro’ yang telah membantu dalam mengisi kuisoner. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
(12)
2
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
Kepemimpinan ... 4
Motivasi ... 7
Komitmen Organisasi ... 8
Analisis Data Structural Equation Modelling (SEM) ... 9
Penelitian Terdahulu ... 13
3 METODE PENELITIAN ... 14
Kerangka Pemikiran Penelitian 14
Waktu dan Tempat Penelitian 15
Data dan Sumber Data 15
Metode Pengumpulan Data 15
Teknik Pengolahan Data 16
Pengujian Kuisoner 17
Hasil Pengujian Kuisoner 20
4HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Gambaran Umum SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor 21
Karakteristik Responden 22
Hasil Analisis PLS (Partial Least Square) 23
Pembahasan Hasil Penelitian 33
Implikasi Manajerial 34
5SIMPULAN DAN SARAN 34
(13)
3
DAFTAR ISI (lanjutan)
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 50
DAFTAR TABEL
1 Perbedaan SEM LISREL dan SEM PLS 10
2 Ringkasan penelitian terdahulu 13
3 Skor skala likert 16
4 Hasil uji validitas 20
5 Hasil uji reliabilitas 21
6 Pembagian karakteristik responden 23
7 Hasil pengujian One Way ANOVA pada semua karakteristik responden23
8 Uji model 25
9 Kriteria penilaian PLS (outer model) 25
10 Indikator-indikator yang didrop dari setiap variabel 26 11 Nilai interelasi terbesar dalam mereflektifkan variabel laten 28 12 Nilai Composite Reliability dan R-Square pada masing-masing model 29
13 Kriteria penilaian PLS (inner model) 30
14 Nilai Bootsrapping pada model 1 30
15 Nilai Bootsrapping pada model 2 31
DAFTAR GAMBAR
1 Langkah-langkah PLS 11
2 Kerangka pemikiran penelitian 14
3 Model pengukuran (Measurement Model) 19
4 Model pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru
terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor, secara
langsung 24
5 Model pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru
terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor, secara
tidak langsung 24
6 Indikator yang harus didrop pada model 1 26
7 Indikator yang harus didrop pada model 2 27
8 Gambar model 1 setelah didrop (PLS) 27
(14)
4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Distribusi frekuensi persepsi responden terhadap beberapa pernyataan 43 2 Nilai interelasi pada model 1 untuk semua variabel 46 3 Nilai interelasi pada model 2 untuk semua variabel 47 4 Nilai cross loading dari setiap variabel pada model 1 48 5 Nilai cross loading dari setiap variabel pada model 2 49
(15)
5
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional harus memperhatikan komponen pendidikan khususnya sumber daya manusia (sdm) yang mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak yang melakukan proses pembelajaran di sekolah, maka kualitas guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang (Tjandralila 2004).
Menurut UU RI. No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional bab XI pasal 39, dinyatakan bahwa :
1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelola, pengembang, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunujang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.
Berdasarkan UU RI tersebut, maka peran guru sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu komponen mikrosistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto dan Hisyam 2000).
Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi (Arifin 2004). Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat tergantung berperannya kepemimpinan. Demikian halnya kepemimpinan dalam sebuah organisasi sekolah, pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin akan sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan yang dibangun. Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah selayaknya mampu memobilisasi atau memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang dimiliki, terkait dengan berbagai program, proses, evaluasi, pengembangan kurikulum, pembelajaran di sekolah, pengolahan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pelayanan terhadap siswa, hubungan dengan masyarakat, sampai pada penciptaan iklim sekolah yang kondusif. Semua ini akan terlaksana manakala kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah, yaitu untuk bekerjasama dalam mewujudkan tujuan sekolah.
Menurut Mulyasa (2004) Untuk mencapai efektivitas dalam kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah harus memiliki keterampilan konseptual berkaitan dengan keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi.
(16)
6
Keterampilan manusiawi berkaitan dengan keterampilan bekerjasama, memotivasi dan memimpin. Keterampilan teknis berkaitan dengan keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik,dan perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Kemampuan seorang kepala sekolah dalam memimpin akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Apabila kepala sekolah selaku pimpinan dalam menjalankan tugasnya kurang baik, akan berakibat kurangnya motivasi kerja para guru, sehingga akan mempengaruhi efektivitas kerja guru, maka peran pemimpin sangat penting sebab pemimpin memegang peran dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan sekolah/organisasi tersebut
Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah maka perlu diketahui faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor-faktor itu meliputi Faktor-faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan Faktor-faktor eksternal yang bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan (Wahjosumidjo 2001).
Persoalan mendasar dalam sistem pendidikan nasional yang telah berlangsung separuh abad lamanya dapat ditinjau dari aspek profesi seorang guru. Kualitas pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Beberapa permasalahan tersebut berkisar pada persoalan kurang memadainya kualifikasi dan kompetensi guru, rendahnya motivasi kerja dan komitmen guru serta kurangnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru.
Menurut Yousef (2000) dan Tania (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen kerja. Oleh karenanya, Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan cara penguatan komitmen kerja guru dengan memperhatikan faktor kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Komitmen adalah keadaan dimana karyawan memihak kepada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Motivasi akan timbul dalam diri guru apabila ada perhatian, kesesuaian,kepercayaan dan kepuasan yang diberikan kepala sekolah kepada guru.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengambil data dari SDIT Ummul
Quro’ Kota Bogor. Hal ini dikarenakan SDIT Ummul Quro’ merupakan SDIT
percontohan dari sekolah islam terpadu di Indonesia dan merupakan pusat JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu). Dengan demikian diharapkan, sekolah dasar lain pun, terutama sekolah yang berbasis IT (Islam Terpadu) dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk perbaikan di sekolahnya.
Dengan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru.Adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk meningktkan komitmen kerjanya dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini.Komitmen kerja guru merupakan salah satu bagian kompetensi yang termasuk dalam dimensi kualitas pendidikan.
(17)
7 Perumusan Masalah
SDIT Ummul Quro’ merupakan sekolah swasta yang memiliki kurikulum berbasis Islam sekaligus menjadi pusat pengembangan Sekolah Islam Terpadu (SIT) di Indonesia. SDIT Ummul Quro’ juga memiliki ratusan siswa, puluhan guru
dengan fasilitas sekolah yang cukup memadai. Disisi lain, SDIT Ummul Quro’
adalah sekolah swasta yang relatif baru berdiri dengan masa periode kepemimpinan kepala sekolah yang baru (kurang dari 2 tahun ). Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas sekolah, baik dari komitmen guru, prestasi siswa maupun dari fasilitas sekolah, hal ini dikarenakan kepala sekolah adalah satuan pendidikan yang menentukan keputusan dan arah kebijakan sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menganalisa pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul Quro’. Hal tersebut dikarenakan menurut Yousef (2000) dan Tania (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen kerja guru. Peran
SDIT Ummul Quro’ sebagai pusat pengembangan sekolah islam terpadu di Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh atau acuan di sekolah lain, baik sekolah islam terpadu pada khususnya maupun sekolah dasar pada umumnya. Hal ini dikarenakan kualitas SDM sekolah (guru) baik motivasi kerja maupun komitmen kerja merupakan ujung tombak proses pembelajaran (Tjandralila 2004). Oleh karena itu, rumusan masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul
Quro’ Kota Bogor yaitu:
1. Apakah kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul
Quro’ Kota Bogor?
2. Apakah motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap komitmen kerja
guru di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor?
3. Apakah kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru berpengaruh
signifikan terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor? Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen kerja
guru pada SDIT Ummul Quro’ di kota Bogor.
2. Menganalisa pengaruh motivasi guru terhadap komitmen kerja guru pada SDIT
Ummul Quro’ di kota Bogor.
3. Menganalisa pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi guru
(18)
8
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (akademisi), secara lebih rinci penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritik
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi guru.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan serta bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber informasi bagi kepala sekolah khususnya yang bertugas di
SDIT Ummul Quro’ di kota Bogor bahwa kepemimpinannya akan
memberikan pengaruh pada motivasi guru, yang akhirnya akan dapat memberikan pengaruh pada komitmen kerja guru.
b. Sebagai bahan masukan bagi para kepala sekolah dan guru bahwa motivasi guru harus dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menguatkan terciptanya komitmen kerja guru yang baik.
c. Sebagai sumber informasi bagi para guru agar mendapatkan motivasi yang kuat sebagai upaya peningkatankomitmen kerja.
d. Sebagai bahan masukan kepada para praktisi pendidikan bahwa tujuan pendidikan nasional akan tercapai bila di dukung oleh komitmen kerja yang baik dari para tenaga kependidikan dan guru.
1
TINJAUAN PUSTAKA
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi yang relevan. Tiga variabel penting yang ada dalam semua situasi kepemimpinan adalah orang, tugas dan lingkungan.Beberapa pendekatan tentang kepemimpinan yaitu, pendekatan personal, pendekatan perilaku pemimpin dan pendekatan situasional (pendekatan kontingensi). Selain 3 pendekatan tersebut, dikenal pula pendekatan kontemporer lainnya yaitu pendekatan kharismatik, pendekatan pemimpimpin transformasional dan leader-member exchange (LMX) (Ivancevich 2006).
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji masalah ini dari aneka sisi.Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Disitasi dari Peter G. Northouse, ia membagi pendekatan kepemimpinan menjadi: Pendekatan Sifat (Trait); Pendekatan Keahlian
(19)
9 (Skill); Pendekatan Gaya (Style); Pendekatan Situasional; Pendekatan Kontijensi; Teori Path-Goal; Teori Pertukaran Leader-Member; Pendekatan Transformasional; Pendekatan Otentik; Pendekatan Tim; Pendekatan Psikodinamik.
Pendekatan sifat termasuk pendekatan kepemimpinan yang paling tua. Pendekatan sifat menganggap pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau diasah.Kepemimpinan terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya.Sebab itu, pendekatan sifat juga disebut teori kepemimpinan orang-orang besar.Lebih jauh, pendekatan ini juga membedakan antara pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif. Pendekatan ini dimulai tahun 1930-an dan hingga kini telah meliputi 300 riset.
Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan pendekatan sifat yaitu individu pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan pada karakter personal pemimpin yang bersifat given by God, maka pendekatan keahlian menekankan pada keahlian dan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin organisasi. Jika pendekatan sifat mempertanyakan siapa saja yang mampu untuk menjadi pemimpin, maka pendekatan keahlian mempertanyakan apa yang harus diketahui untuk menjadi seorang pemimpin. Definisi pendekatan keahlian adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan dan kompetensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan.Keahlian, menurut pendekatan keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin, juga berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas kajian kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak buah di dalam aneka situasi.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum : (1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku hubunganmembantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
Pendekatangaya kepemimpinan secara singkat direpresentasikan oleh tiga riset yang satu sama lain berbeda. Pertama, riset Ohio State University yang diadakan di akhir 1940-an lewat karya Stogdill, yang memberi perhatian yang lebih dari sekadar sifat dalam mengkaji kepemimpinan. Kedua, riset yang diadakan di University of Michigan yang mengeksplorasi bagaimana kepemimpinan menjalankan fungsinya di dalam kelompok kecil.Ketiga, riset yang diawali oleh Blake dan Mouton di awal 1960-an yang mengeksplorasi bagaimana manajer menggunakan perilaku kerja dan hubungannya dalam konteks organisasi.
Pendekatan situasional adalah pendekatan yang paling banyak dikenal. Pendekatan ini dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun
(20)
10
1969 berdasarkan Teori Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J. Reddin tahun 1967. Pendekatan kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri atasdimensi arahan dan dimensi dukungan.Setiap dimensi harus diterapkan secara tepat dengan memperhatikan situasi yang berkembang. Guna menentukan apa yang dibutuhkan oleh situasi khusus, pemimpin harus mengevaluasi pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten dan besar komitmen pekerja atas pekerjaan yang diberikan. Kepemimpinan situasional menyediakan empat pilihan gaya kepemimpinan. Keempat gaya tersebut melibatkan aneka kombinasi dari Perilaku Kerja dengan Perilaku Hubungan.Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan pemberitahuan pada pekerja seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya. Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang tinggi di sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.
Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah, mendengar, memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di aneka situasi.Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku kerja dan derajat tertentu perilaku hubungan, pemimpin yang efektif dapat memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia, yaitu:pemberitahu, partisipatif, penjual, dan pendelegasi.
Pendekatan Kepemimpinan Transformasional awalnya digagas oleh James Mac Gregor Burns tahun 1978. Ia membedakan 2 jenis kepemimpinan yaitu Kepemimpinan Transaksional dan lawannya, Kepemimpinan Transformasional. Pemimpin bercorak transaksional adalah mereka yang memimpin lewat pertukaran sosial. Misalnya, politisi memimpin dengan cara “menukar satu hal dengan hal lain: pekerjaan dengan suara, atau subsidi dengan kontribusi kampanye. Pemimpin bisnis bercorak transaksional menawarkan reward finansial bagi produktivitas atau tidak memberi rewardatas kurangnya produktivitas.
Pemimpin bercorak transformasional adalah mereka yang merangsang dan mengispirasikan pengikutnya, baik untuk mencapai sesuatu yang tidak biasa dan, dalam prosesnya, mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sendiri. Pemimpin transformasional membantu pengikutnya untuk berkembang dan membuat mereka jadi pemimpin baru dengan cara merespon kebutuhan-kebutuhan yang bersifat individual dari para pengikut. Mereka memberdayakan para pengikut dengan cara menselaraskan tujuan yang lebih besar individual para pengikut, pemimpin, kelompok, dan organisasi. Kepemimpinan Transformasional dapat mengubah pengikut melebihi kinerja yang diharapkan, sebagaimana mereka mampu mencapai kepuasan dan komitmen pengikut atas kelompok ataupun organisasi.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan memiliki peran yang sangat besar atas keberhasilan sekolah, sebab sekolah yang efektif ditentukan oleh kepemimpinan Kepala Sekolah yangefektif. Kepala Sekolah yang efektif yaitu: 1) mengembangkan kolaborasi dalam pemecahan masalah dan mengadakan komunikasi terbuka; 2) mengumpulkan, menganalisis dan menggunakandata
(21)
11 untukmengidentifikasi kebutuhan sekolah ;3) menggunakan dana untuk mengdentifikasi dan merencanakan perubahan yang diperlukan dalam program instruksional; 4) melakukan dan memonitor rencana perbaikan sekolah; 5) berfikir sistem dalam menetapkan fokus untuk mencapai tujuan prestasi belajar murid
Kepemimpinan Kepala Sekolah efektif berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator,supervisor, leader, innovator,dan motivator. Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok agar dapat melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tugas seorang kepala sekolah sebagai manajer yaitu merencanakan, melaksanakan dan mengawasi aktivitas sekolah yang meliputi program pengajaran, kegiatan staf, pelayanan terhadap siswa, keuangan & sumber daya, dan menjalin kerja sama dengan masyarakat.
Motivasi
Tisnawati (2005) menyatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku tertentu. Beberapa pendekatan motivasi yaitu pendekatan tradisional (berorientasi pada upah), pendekatan relasi manusi dan pendekatan sumber daya manusia. Selain ketiga pendekatan tersebut, terdapat lima perspektif kontemporer mengenai motivasi. Kelima perspektif tersebut adalah perspektif kebutuhan, perspektif keseimbangan, perspektif pengharapan, perspektif penguatan dan perspektif penyusunan tujuan.
Perspektif kebutuhan meliputi teori hierarki dari Abraham Maslow, teori ERG Clayton Alderter, teori 3 kebutuhan Atkinson dan McClelland, serta teori 2 faktor dari Frederich Herzberg. Adapun perspektif keseimbangan dan keadilan berasumsi bahwa tingkat motivasi seseorang tergantung kepada anggapan apakah dirinya mendapatkan perlakuan adil atau tidak. Tiga komponen utama dalam model pengharapan adalah pengharapan terhadap hasil, dorongan terhadap motivasi dan pengharapan akan usaha yang perlu dilakukan. Adapun perspektif penguatan motivasi menurut kerangka pikir B. F Skinner, seorang psikolog menerangkan bahwa tindakan akan sangat dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima akibat perilaku yang dilakukan di masa lalu. Perspektif penyusunan tujuan pada dasarnya beranggapan bahwa perilaku individu yang didorong oleh motivasi individu sesungguhnya dijelaskan melalui keterlibatan individu dalam penyusunan tujuan dari setiap apa yang dikerjakan atau dibebankan kepadanya. (Tisnawati 2005) Motivasi Guru
Tjandralila (2004) mengemukakan bahwa motivasi kerja guru adalah faktor-faktor yang mendorongseseorang guru untuk melakukan pekerjaannya, secara lebih bersemangatsehingga akan memperoleh prestasi yang lebih baik. Faktor-faktor tersebutadalah :
a. Faktor intrinsik, yaitu faktor-faktor yang memuaskan dan timbul dari dirinyasendiri. Indikator intrinsik yaitu keinginan untuk berprestasi, untuk maju,memiliki kehidupan pribadi.
b. Faktorekstrinsik, yaitu faktor-faktor dari luar disini seorang guru yangakan mempengaruhisemangatnya dalam bekerja. Indikator ekstrinsikyaitu
(22)
12
pekerjaan itu sendiri, status kerja, tempat pekerjaan, keamananpekerjaan, gaji, atau penghasilan yang layak, pengakuan dan penghargaankepercayaan melakukan pekerjaan, kepemimpinan yang baik dan adil,dan kebijaksanaan administrasi.
Di dalam dunia kerja peranan motivasi sangat penting, orang akan bekerjalebih giat dan tekun apabila memiliki motivasi yang tinggi dalam dirinya. Seorangpekerjamerupakan bagian komponen yang berperan penting dalam suatuorganisasi kerjanya.Organisasi kerja memberi pengaruh tinggi terhadap tinggirendahnya motivasi seseorang.Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk berbuat sesuatu.Guru yang memiliki motivasi tinggi akan berusaha untuk memberikan yangterbaik yang bisa dilakukannya, karena ia mempunyai komitmen yang tinggiterhadappanggilanprofesinya.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah untuk mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja yaitu:
1). Kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan
2). Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan tentang hasil setiap pekerjaannya.
3). Pemberian hadiah lebih baik dari ada hukuman, maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
4). Memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan penghargaan. ( Yunus 2007).
Komitmen Organisasi
Menurut Zulkarnaen (2008) inti dari definisi komitmen organisasi dari beberapa ahli mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu dalam mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi, dengan kata lain komitmen organsasi menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan atau organisasi secara aktif. Pegawai yang menunjukkan komitmen yang tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tangung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.
Robbins (2008), membedakan komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu: afektif, normatif dan kontinuan (continuance). Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan ketelibatan pegawai di dalam suatu organisasi. Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi. Komponen kontinuan adalah persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapi karyawan jika meninggalkan organisasi. Setiap komponen mewakili dasar yang berbeda-beda, pegawai dengan komponen afektif tinggi akan masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Karyawan dengan komponen kontinuan tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena karyawan tersebut membutuhkan organisasi.
(23)
13 1. Komitmen Afektif, yaitu keterikatan emosional, identifikasi dan keterlibatan dalam suatu organisasi. Dalam hal ini individu menetap dalamsuatu organisasi karena keinginannya sendiri.
2. Komitmen Kontinuan, yaitu komitmen individu yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan meninggalkan organisasi. Dalam hal ini individu memutuskan menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagai suatu pemenuhan kebutuhan.
3. Komitmen Normatif, yaitu keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Individu tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi tersebut.
Hal yang umum dari ketiga pendekatan tersebut adalah pandangan bahwa komitmen merupakan kondisi psikologis yang mencirikan hubungan antara karyawan dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi keputusan individu untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi. Namun demikian sifat dari kondisi psikologis untuk tiap bentuk komitmen sangat berbeda.
Para guru yang memiliki komitmen afektif dan normatif yang tergolong sedang akan cenderung menunjukkan ikatan emosional yang tidak terlalu kuat terhadap organisasi maupun pekerjaannya. Hal ini dikarenakan bila ada kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan yang sekarang maka individu tidak akan merasa rugi atau sulit untuk memutuskan berhenti dari organisasi. Komitmen kontinuans yang dimiliki para cukup tinggi. Hal ini menyebabkan individu mempunyai kesadaran yang tinggi untuk bertahan dalam organisasi.
Komitmen terhadap organisasi merupakan sikap yang dimiliki oleh karyawan dan tertuju pada organisasi tempat ia bekerja, berhubungan dengan kemauan menerima nilai serta tujuan dari organisasi, kesetiaan dan kemauan karyawan berkorban demi pencapaian tujuan organisasi, serta memiliki keinginan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi.Komitmen terhadap organisasi diperlukan untuk menunjang proses berjalannya suatu organisasi. Karyawan dengan komitmen kerja tinggi cenderung menetap pada organisasi untuk jangka waktu panjang dan memberikan kontribusi pada produktivitas tingkat tinggi organisasi (Tommy 2004). Spector (2000) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi, yaitu: 1) karakteristik pekerjaan (job characteristics), 2) Panghargaan (reward) yang diterima, 3) Kesempatan pekerjaan alternatif, 4) Perlakuan karyawan baru, 5) Karakter individu yang beragam juga mempengaruhi komitmen organisasi.
Analisis Data Structural Equation Modeling (SEM)
Menurut Zulkarnaen (2008 ) Model persamaan struktural atau yang dikenal dengan SEM merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan teknik-teknik statistik untuk mempelajari hubungan dan keterikatan antara variabel laten, variabel indikator (manifest variable), dan kesalahan pengukuran. SEM berguna untuk mempelajari hubungan antara variabel laten dengan variabel indikatornya, variabel laten dengan variabel laten lainnya, serta untuk mengetahui besarnya kesalahan pengukuran. SEM juga dapat digunakan untuk menganalisa hubungan dua arah. PLS merupakan metode analisis powerfull karena tidak didasarkan banyak asumsi, jumlah sampel kecil dan residul distribusi (Wiyono 2011). Adapun perbedaan antar SEM LISREL dan SEM PLS terdapat pada Tabel 1:
(24)
14
Tabel 1 Perbedaan SEM LISREL dengan SEM PLS:
No Kriteria PLS LISREL
1 Tujuan Berorientasi prediksi Berorientasi
pendugaan parameter 2 Pendekatan Berbasis varian (ragam) Berbasis varian
(peragam) 3 Hubungan antara peubah laten
dan indikator
Formatif atau reflektif Reflektif
4 Peubah Laten Setiap peubah laten
merupakan kombinasi linear dari indikator
Peubah laten diduga oleh seluruh peubah
manifest/indikator 5 Kompleksitas Model Sampai kompleksitas besar
100 laten atau 1000 indikator
Sampai kompleksitas sedang (kurang dari 100)
6 Ukuran contoh Rekomendasi sekitar 30 – 100 Rekomendasi sekitar 200 -800
7 Pensyaratan teori Fleksibel, bebas seabaran Asumsi kuat, sebaran normal
8 Perlakuan missing data Algoritma NIPALS Model kemungkinan maksimum
9 Identifikasi Dalam model rekursif selalu teridentifikasi
Bergantung kepada model idealnya, lebih dari 4manifest per laten
10 Implikasi Optimal untuk ketepatan prediksi.
Optimal untuk ketepatan parameter
(25)
15 Langkah-langkah menggunakan metode PLS menurut Susanty (2012) yakni seperti
Gambar 1 berikut:
1. Merancang model struktural atau inner model. Inner model merupakan model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten atau dapat dikatakan Inner model
menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan substantive theory. 2. Merancang model pengukuran atau outer model. Outer model merupakan model
yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya atau dapat dikatakan bahwa Outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya.
3. Mengkonstruksi diagram jalur dari tiap variabelnya. 4. Mengkonversi diagram jalur ke persamaan.
5. Pendugaan parameter yakni :
a. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten.
b. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten (koefisien jalur) dan antara variabel laten dengan indikatornya (loading).
1. Merancang Model Struktural (Inner model)
2. Merancang Model Pengukuran (outerr model)
3. Mengkonstruksi Diagram Jalur
4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan
5. Estimasi : Koefisisen Jalur, Loading dan
Weight
6. Evaluasi Goodness of Fit
7. pengujian Hipotessis Gambar 1 Langkah-langkah PLS
(26)
16
c. Berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.
d. Metode estimasi PLS : OLS dengan teknik iterasi e. Interaction variabel
Pengukuran untuk variabel moderator, dengan teknik menstandarkan skor indikator dari variabel laten yang dimoderasi dan yang memoderasi, kemudian membuat variabel laten interaksi dengan cara mengalikan nilai standar indikator yang dimoderasi dengan yang memoderasi.
6. Goodness of Fit yakni:
1) Outer model refleksif dievaluasi dengan convergent validity dan discriminant validity dar indikatornya. .
2) Outer model formatiif. 3) Evaluasi Inner model
7. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis statistik untuk outer model:
H0 : λi = 0 lawan H1 : λi ≠ 0
b. Hipotesis statistik untuk inner model:variabel laten eksogen terhadap endogen :
H0 : i = 0 lawan H1 : i ≠ 0
c. Hipotesis statistik untuk inner model:variabel laten endogen terhadap endogen :
H0 : i = 0 lawan H1 : i ≠ 0
d. Statistik uji: t-test; p-value ≤ 0,05 ( α 5% ); signifikan
e. Outer model signifikan : indikator bersifat valid. f. Inner model signifikan : terdapat pengaruh signifikan
g. PLS tidak mengasumsikan data berdistribusi normal: menggunakan teknik
(27)
17 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini berdasarkan topik, variabel danmetode analisis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Ringkasan penelitian terdahulu
Judul/Peneliti/Tahun Variabel Metode
Analisis
Hasil Penelitian
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah Dan sarana prasarana terhadap kinerja guru
SMP Negeri Kota
Semarang /Eko
Djatmiko/2006.
Kepemimpinan, Sarana Prasarana, Kinerja
Dua model
analisis regresi yaitu regresi sederhana dan regresi ganda
Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap
Kinerja guru smp negeri kota semarang
sebesar 58,4 %. Pengaruh komitmen
keorganisasian dan kepuasan kerja terhadap
kinerja tenaga
edukatif/Achmad Sudiro/2012
Komitmen keorganisasian, kinerja.
Metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan SPSS 13,0
Komitmen keorganisasian secara simultan mempengaruhi kinerja kerja. Kepemimpinan
Transformasional dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan atasKualitas Kehidupan Kerja, Komitmen Organisasi,dan Perilaku Ekstra Peran: Studi pada Guru-Guru
SMU di Kota
Surabaya/ThomasStefanus Kaihatu/2007
Kepemimpinan transformasional, perilaku ekstra peran, kualitas kehidupan kerja, dan komitmen
Organisasi.
Metode Analisis Jalur (Path Analysis Method) atau analisis lintas atau sidik lintas.
Kepemimpinan transformasional tidak signifikan mempunyai pengaruh melalui komitmen organisasi terhadap
perilaku ekstra peran
Leadership behaviors of school principals in relation to teacher job satisfaction in north Cyprus/Mine Sancar/2009 School Principals; leadership, behavior,con sideration, initiation of structure, job satisfaction
Analisis Regresi
Adanya hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan tingkat kepuasan kerja guru.
Principal Leadership and Teacher Motivation under High-Stakes
Accountability
Policies/ Kara s. Finnigan/2012 Principal leadership, teacher motivation. Analisis Regresi
Kepemimpinan dan dukungan untuk perubahan
berhubungan dengan harapan guru.
(28)
18
2
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Komitmen SDM dalam bekerja di sebuah lembaga sangat mempengaruhi proses dalam pencapaian visi, misi dan tujuan suatu lembaga. Komitmen kerja guru sendiri dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah akan mendorong tumbuhnya motivasi kerja guru. Motivasi kerja guru yang tinggi akan meningkatkan komitmen kerja guru yang tinggi. Kerangka pemikiran penelitian ini adalah visi, misi dan tujuan perusahaan akan mempengaruhi guru sebagai penggerak lembaga dan sebagai guru yang handal dan unggul. Kerangka analisis pengaruh variabel indikator-indikator tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru, baik dari komitmen afektif, normatif ataupun kontinuan.
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
SEM dengan PLS
Tingkat komitmen, penilaian kepemimpinan, penilaian motivasi kerja berdasarkan karakteristik (Gender, umur, tingkat pendidikan dan lama pendidikan)
Deskriptif
Implikasi Manajerial
Analisis kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru.
Motivasi Kerja Guru
Komitmen KerjaGuru Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Motivasi Internal
Motivasi Eksternal
Komitmen afektif
Komitmen Normatif
Komitmen Kontinuan Program
Sekolah
Program Supervisi
Sifat
Kepemimpinan
Motivasi Bagi Personel
(29)
19
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Ummul Quro’ Kota bogor. Waktu
penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan Desember 2013.
Data dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada kepala
sekolah, terkait sejarah dan kondisi SDIT Ummul Quro’ dan pengisian kuisoner
yang dilakukan oleh kepala sekolah dan seluruh guru SDIT Ummul Quro’ kota
Bogor. Adapun data sekunder digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari data internal sekolah yang berhubungan dengan penelitian dan data eksternal perusahaan yang bersumber dari jurnal-jurnal, buku-buku yang sesuai dengan topik penelitian, serta penelitian terdahulu.
Jenis penelitian ini memiliki dua variabel prediktor yaitu kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2), adapun variabel tolok atau kriterium
yaitu komitmen kerja guru (Y). Dari variabel-variabel tersebut yang dilihat adalah ada tidaknya hubungan antara variabel prediktor dengan variabel kriterium, baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama.
Metode Pengumpulan Data
Di dalam penelitianini angket/kuisoner merupakan alat (instrumen) pengumpulan datayang utama.Terlebih dahulu, angket atau instrumen penelitian diuji coba validitas maupun reliabilitasnya.Angket-angket tersebut yaituterdiri dari angket variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), angket variabel motivasi kerja
(X2),dan angket variabel komitmen kerja guru (Y).Survei dilakukan dengan
menggunakan angket. Angket yang berisi daftarpertanyaan dari variableX1; X2 dan
(30)
20
Populasi penelitian ini adalahseluruh guru SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor (Metode Sensus).Teknik daninstrumen pengumpulan data yang akandigunakan untuk menjaring data variabel kepemimpinankepala Sekolah, motivasi kerja guru dan komitmen kerja guru adalah teknik angket skala Likert dengan.lima pilihan.Penelitian ini menggunakananalisis data kuantitatif.
Teknik Pengolahan Data
Data primer dalam penelitian ini tergolong data kualitatif yang tidak memiliki nominal, sehingga dibutuhkan proses pengkuantitatifan data yang berasal dari data kualitatif. Hal ini dilakukan dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi perseorangan atau kelompok mengenai fenomena sosial (Zulkarnaen 2008). Skala likert dalam penelitian ini terdiri dari atas lima pilihan sikap alternatif, seperti dalam Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Skor Skala Likert
Pendapat responden Skor skala likert
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Ragu-ragu (RR) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
Penggunaan skala likert sebanyak lima pilihan alternatif atau berjumlah ganjil dimaksudkan agar dapat menampung kategori yang netral. Sedangkan alasan menggunakan lima pilihan alternatif, bukan tujuh atau sembilan atau seterusnya dikarenakan penggunaan kategori yang terlalu banyak sering membingungkan responden. Untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, maka data yang diperoleh selanjutnya akan diolah sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk kepentingan pembahasan, data diolah dan dipaparkan berdasarkan prinsip-prinsip statistik deskriptif, sedangkan untuk kepentingan analisis dan pengujian hipotesis digunakan pendekatan statistik inferensial (Tobing, 2009).
Pada penelitian ini untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menilai model yang disusun, teknik analisis yang akan digunakan adalah Sturctural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan pendekatan paket program Smart PLS (Part Least Square) dengan model indikator refleksif. Hal ini dikarenakan PLS memiliki keunggulan tersendiri diantaranya: data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus besar.
(31)
21 Pengujian Kuisoner
Uji kuisoner yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Hal ini dilakukan agar kuisoner yang digunakan memang akurat dan layak untuk disebarkan kepada responden. Pengolahan analisis data dilakukan dengan bantuan program statistical product and service solution (SPSS) versi 21. a. Uji validitasdigunakan untuk menguji tentang kemampuan suatu kuisioner
sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Riduwan 2012). Untuk menguji validitas alat ukur, dicari dahulu harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu:
...(1) Dimana :
r
hitung : Koefisien korelasi Xi : Jumlah Skor itemYi : Jumlah Skor Total n : jumlah responden Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus :
...(2) Dimana
t = nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil
r
hitungN : jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2). Kaidah keputusan : jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya jika t hitung < t tabel maka tidak
valid. Jika instrumen tersebut valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :
Antara 0,800 – 1,000 : Sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : Tinggi Antara 0,400 – 0,599 : Cukup Antara 0,200 – 0,399 : Rendah
Antara 0,000 – 0,199 : Sangat Rendah (tidak valid)
b. Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keandalan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Metode mencari reliabilitas yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan pada penelitian ini yaitu cronbach’s alpha.
(32)
22
...(3) Dimana :
α = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan Sr2 = Ragam total
Σ Si2b = Jumlah ragam butir
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat.[3] Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
Jika alpha rendah, kemungkinansatu atau beberapa item tidak reliabel: Segera identifikasi dengan prosedur analisis per item. Item Analysis adalah kelanjutan dari tes Aplha sebelumnya guna melihat item-item tertentu yang tidak reliabel. Lewat ItemAnalysis ini maka satu atau beberapa item yang tidak reliabel dapat dibuang sehingga Alpha dapat lebih tinggi lagi nilainya.Reliabilitas item diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis dengan SPSS ver. 21.0 for Windows. Akan dilihat nilai Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu variabel. Agar lebih teliti, dengan menggunakan SPSS, juga akan dilihat kolom Corrected Item Total Correlation.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru.Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan softwarePLS (Part Least Square), kemudian hasilnya digunakan dalam analisis pembahasan dan implikasi manajerial bagi lembaga. Berdasarkan model tersebut dapat disusun persamaan sebagai berikut :
a. Model Struktural(inner model)
Y = 0 + Y + ΓX + ζ ...(4) Yj = ji Yi + Σi ji Xb + ζj...(5) b. Model Struktural (Outer model)
X = Λx X + εx ...(6) Y = Λy Y + εy ...(7) c. Bobot (Weight Relation)
Xb = Σkb Wkb X kb ...(8) Yi = Σki Wki Y ki ...(9) Dimana :
X : Peubah indikator X pembentuk peubah laten bebas eksogen.
Y : Peubah indikator Y pembentuk peubah laten bebas endogen ji dan ji : Koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan
variabel eksogen (X dan Y).
ζ : Tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan peubah endogen .
(33)
23
Λx dan Λy :Matriks loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya.
εx :Tingkat kesalahan pengukuran yang terjadi pada perhitungan x.
εy :Tingkat kesalahan pengukuran yang terjadi pada perhitungan y. Wkb dan Wki : Bobot yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten Xb
dan Yi
Penggunaan SEM dapat dideskripsikan sebagai suatu analisis yang menggabungkan pendekatan analisis faktor(factor analysis), model struktural (structural model) dan analisis jalur (path analysis). Dengan demikian, didalam analisis permodelan persamaan struktural (SEM) dapat dilakukan 3 macam kegiatan secara serentak, yaitu pengecekan validitas dan reabilitas instrumen (berkaitan dengan analisis konfirmatori), pengujian model antar variabel, berkaitan dengan analisis jalur dan kegiatan untuk mendapatkan suatu model yang cocok untuk prediksi (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model struktural). Untuk lebih lanjut dapat memahami keterkaitan ketiga kegiatan dalm analisi SEM, dapat dilihat ilustrasi yang tampak pada Gambar 3 berikut :
Gambar 3 Model pengukuran (Measurement Model) Keterangan:
1. Gambar segi empat menunjukkan variabel manifes (observed variable) 2. Gambar oval menunjukkan variabel laten (construct variable)
(34)
24
3. Parameter X1 menunjukkan galat pengukuran variabel manifes untuk
eksogen.
4. Parameter X2 menunjukkan galat pengukuran variabel manifes untuk
eksogen.
5. Parameter Y menunjukkan galat pengukuran variabel manifes untuk endogen.
Hasil Pengujian Kuisoner
Uji Validitas
Tahap uji coba kuisoner sebelum diberikan kepada seluruh responden adalah dengan mengvalidasi kuisoner tersebut. Adapun tujuan validasi kuisoner sendiri adalah untuk untuk menguji tentang kemampuan suatu kuisioner sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Riduwan 2007). Pengujian validasi kuisoner ini dilakukan kepada sekelompok responden yang diambil
secara acak di SDIT Ummul Quro’ kota Bogor dan dianalisis menggunakan
SPSS versi 16.00. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat memperoleh data serta konstruk yang diteliti secara tepat (Pujiwati 2012).
Uji validitas menghasilkan nilai r kritis (product moment) dari jumlah responden sebanyak 22 sample responden adalah 0,423 pada selang
kepercayaan 95% (α=0,05) atau 0,5γ9 pada selang kepercayaan 90% (α=0,01).
Sementara itu nilai rataan corrected item-total correction dari seluruh pernyataan pada setiap variabel adalah 0,6, adapun nilai rataan dari setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden dalam daftar kuisoner adalah valid (0,6 > 0,423). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan dalam tahap uji coba adalah valid, responden dapat mengerti maksud dari setiap pernyataan yang diajukan oleh peneliti dan kuisoner tersebut layak untuk diberikan kepada seluruh responden. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil uji validitas
Variabel Laten Corrected Item-Total Correction
Keterangan
Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,585 Valid
Motivasi Kerja Guru 0,520 Valid
Komitmen Kerja Guru 0,728 Valid
(Sumber : Data Primer yang Diolah SPSS 16.00, 2013)
Uji Reliabilitas
Tahap uji kuisoner selanjutnya adalah dengan menguji reliabilitas dari kuisoner tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keandalan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Metode mencari reliabilitas yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan pada penelitian ini yaitu cronbach’s alpha. Pengujian
(35)
25 reliabilitas kuisoner ini dilakukan kepada sekelompok responden yang diambil
secara acak di SDIT Ummul Quro’ kota Bogor dan dianalisis menggunakan SPSS
versi 16.00.
Metode cronbach’s alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala ordinal. Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis
product moment atau lebih besar dari 0,423. Hasil rataan uji reliabilitas dari semua variabel laten diperoleh cronbach’s alpha sebesar 0,828, nilai tersebut menunjukkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden dalam daftar kuisoner adalah reliabel (0,828 > 0,423). Nilai hasil rataan reliabilitas setiap variabel laten dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji reliabilitas
Variabel Laten Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,789 Reliable
Motivasi Kerja Guru 0,814 Reliable
Komitmen Kerja Guru 0,883 Reliable
(Sumber : Data Primer yang Diolah SPSS 16.00, 2013)
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor Sejarah SDIT Ummul Quro’
Sekolah Dasar Islam Terpadu Ummul Quro’ Bogor pertama kali berdiri pada
tahun 1993 dengan nama Sholahuddin dengan jumlah siswa 17 orang dengan fasilitas yang masih sangat terbatas. Pada tahun 1997 memperoleh kemudahan dengan menempati sebidang tanah wakaf. Sejak tahun 1998 hingga sekarang,
berkat kepercayaan orang tua Ummul Quro’ mampu membebaskan lahan dan membangun dua gedung permanen 3 lantai dengan luas lahan sekitar 6000 m2. Visi dan Misi :
Visi : “Pelopor Sekolah Islam Terpadu Bagi Terbentuknya Generasi Qur’ani”
Misi :
- Mewujudkan kultur sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai sekolah - Menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengaplikasikan nilai-nilai islam
dalam kehidupan sehari-hari
- Menguatkan proses pembinaan dalam pembentukan pribadi muslim - Menumbuhkan semangat membaca dan menghafal al-qur’an
- Melakukan standarisasi penyelenggaraan sekolah yang efektif dan efisien - Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap
(36)
26
- Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki - Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah Tujuan :
1. Tujuan lembaga
- Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik , baik berupa pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan serta sikap yang dapat digunakan mereka dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
- Mengintegrasikan kemampuan, ketrampilan dan sikap yang islami kepada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan berkembang potensi fitrahnya ke arah terbentuknya insan yang bertaqwa dalam arti yang luas.
- Membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang sholeh, aqidah yang benar, akhlaq yang mulia, akhlaq yang cerdas,
fisik yang sehat dan kuat serta dekat dan cinta kepada Al Qur’an.
2. Tujuan Operasional
Melatih dan mengajarkan kemampuan dasar baca tulis hitung, pemahaman
dasar agama (aqidah, akhlaq, fiqh, sirah, Al Qur’an dan hadist), pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan di SLTP.
Kurikulum yang digunakan di SDIT Ummul Quro’ disusun untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai tingkat sekolah yang diselenggarakan, yang merupakan rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di setiap tingkatan sekolah dan berlaku secara nasional.Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagai suatu sekolah yang mempunyai ciri khas dapat melakukan penjabaran dan penambahan bahan kajian dari mata pelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah.Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Nasional (kurikulum sekolah/ktsp) dengan diperkaya dengan kurikulum lokal SDIT Ummul Quro, meliputi kurikulum al-qur’an dan diniyah : belajar membaca dan menghafal
Al-qur’an metode “Nuri” (Cahayaku), bimbingan shalat berjama’ah dan shalat dhuha, serta hafalan do’a-do’a harian. Adapun kurikulum keterampilan yang digunakan adalah pembelajaran bahasa Inggris dan tarjamah, komputer, pandu sit ( latihan kecakapan, team building, out bound&kemah siswa), pembinaan keputrian (memasak dll ) serta kurikulum pembinaan siswa: character building, pembinaan keputrian (fikih wanita), mentoring (pembinaan keislaman), ekstrakurikuler, pramuka (pembentukan karakter), ibadah praktis, keterampilan khusus.
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah para guru dan staff pegawai di SDIT
Ummul Quro’ Kota Bogor. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini
sebanyak 49 responden, yang selanjutnya semua responden di bagi berdasarkan jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, status pernikahan dan masa kerja.
(37)
27 Lima aspek tersebut mempunyai peran penting untuk mencari informasi mengenai kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dan komitmen kerja guru.
Karakteristik responden di SDIT Ummul Quro didominasi oleh responden berjenis kelamin perempuan (82%), berstatus menikah (96%), berlatar belakang pendidikan S1 (73%), berusia 30-39 tahun (70%) dan memiliki masa bekerja 8-15tahun (61%). Adapun untuk rincian lebih lengkap dari masing-masing karakateristik terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Pembagian karakteristik responden
Jenis Karakteristik Pembagian Karakteristik
Jenis Kelamin Laki-laki 18% (9 orang) Perempuan82% (40 orang) Status Pernikahan Sudah Menikah 96 % (47 orang) Belum Menikah 4% (2 orang) Tingkat Pendidikan Sarjana (73%) Diploma
(20%)
SMA (5%)
SMP (0%) SD (2%)
Usia < 30 tahun (12%) 30-39 tahun
(70%)
> 40 tahun (18%) Masa Bekerja < 7 tahun (31%) 8-15 tahun (61%) ≥ 16 tahun (8%)
Hasil pengujian One Way Anova pada semua karakteristik responden (jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, usia dan masa bekerja) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap tingkat komitmen kerja guru. Artinya, baik reponden tersebut laki-laki maupun perempuan, sudah menikah atau belum menikah, tingkat pendidikannya tinggi atau rendah, tua atau muda dan guru baru atau guru lama tidak memiliki perbedaaan persepsi terhadap komitmen kerja. Hasil pengujian One Way Anova lebih detail dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil pengujian one way anova pada semua karakteristik responden Jenis Karakteristik F
hitung
Sig Selang
Kepercayaan
Hasil
Jenis Kelamin 0.450 0.506 5% (0.05) Tidak Berbeda Status Pernikahan 0.420 0.520 5% (0.05) Tidak Berbeda Tingkat Pendidikan 0.626 0.602 5% (0.05) Tidak Berbeda
Usia 0.364 0.697 5% (0.05) Tidak Berbeda
Masa Bekerja 0.768 0.470 5% (0.05) Tidak Berbeda
Hasil Analisis PLS (Partial Least Square)
Bentuk hubungan antar variabel dalam penelitian ini hanya terdapat konstruk first order dan indikator-indikatornya yang terbentuk menjadi hubungan reflektif. Adapun variabel endogen pada penelitian ini berupa komitmen kerja guru yang memiliki 9 indikator sedangkan variabel eksogen pada penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah (memiliki 10 indikator) dan variabel eksogen motivasi kerja (memiliki 16 indikator).
Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan 2 model pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru dan komitmen kerja guru, yaitu : pengaruh kepala sekolah yang tidak langsung mempengaruhi komitmen kerja guru (Model 1) dan pengaruh kepala sekolah yang secara langsung
(38)
28
(melalui motivasi kerja guru) terhadap komitmen kerja guru (Model 2). Model dua gambar tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4 Model pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor, secara langsung (Sumber : data primer yang diolah smart PLS, 2013)
Gambar 5 Model pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap komitmen kerja guru di SDIT Ummul Quro’ Kota Bogor secara tidak langsung (melalui motivasi kerja guru). (Sumber : data primer yang diolah
smart PLS, 2013).
Tahapan awal dalam proses analisis menggunakan Smart PLS adalah dengan cara membentuk model menggunakan software smart PLS sekaligus menginput data dari masing-masing variabel ke model tersebut. Tahapan setelah pembentukan model yaitu dengan cara menguji kelayakan model yang dilakukan terhadap outer model
dan inner model. Menurut Wiyono (2011) menyatakan bahwa uji model pada PLS melalui outer model dan inner model. Model pengukuran (outer model) pada prinsipnya adalah menguji indikator terhadap variabel laten atau dengan kata lain mengukur seberapa besar indikator tersebut dapat menjelaskan variael latennya.
(39)
29 Indikator reflektif diuji dengan convergent validity, discriminant validity, average variance extraced (AVE), dan composite reliability.
Sedangkan model struktural (inner model) ) pada prinsipnya adalah menguji antar variabel laten dengan variabel laten yang lain, baik eksogen maupun endogen. Pengujian inner model juga dapat dikatakan sebagai pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan melihat persentase varian yang dijelaskan yaitu R2 untuk variabel laten dependen (endogen) yang dimodelkan mendapatkan pengaruh dari variabel independen (eksogen). Stabilitas dari estimasi ini diuji dengan menggunakan uji t-statistik yang diperoleh melalui prosedur bootsraping. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Uji model
Uji Model Output PLS
Outer Model (uji indikator) Convergent validity, discriminant validity, average variance extraced
(AVE), dan composite reliability.
Inner Model (uji hipotesis) Koefisien Determinasi (R2), Koefisien Parameter, dan T-statistik.
Sumber :Wiyono (2011)
Evaluasi Outer model pada konstruk variabel laten dengan indikatornya Evaluasi indikator pada setiap konstruk dilakukan dengan menggunakan tiga kriteria yang telah disebutkan sebelumnya. Kriteria dan standarisasi evaluasi outer-model dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Kriteria Penilaian PLS (outer model)
Uji Model Output Kriteria
Outer Model
(uji indikator)
a.convergent validity b.discriminant validity
c.composite reliability
a. Nilai loading factor 0.5-0.6 sudah dianggap cukup.
b. Nilai korelasi cross loading
dengan variabel latennya harus lebih besar dibandingkan dengan korelasi terhadap variabel laten yang lain.
c. Nilai composite reliability yang baik apabila memiliki nilai ≥ 0.7
Sumber : Wiyono (2011)
Convergent Validity (Reliabilitas Indikator)
Reliabilitas indikator dicerminkan dari nilai loading factor yang merefleksikan kekuatan interelasi antara konstruk dengan indikator-indikatornya. Pada Gambar 6 (Sebelum didrop) baik pada model 1 maupun model 2 terdapat beberapa nilai indikator yang memiliki factor loading < 0.5. Nilai-nilai indikator tersebut tidak memenuhi kriteria, sehingga nilai indikator yang memiliki factor loading < 0.5 harus di drop, dapat dilihat pada Gambar 7 (model 1 dan 2 setelah di drop). Setelah dilakukan analisis ulang, maka nilai factor loading keseluruhan indikator dari model 1 dan model 2 memenuhi kriteria convergent validity. Indikator yang harus di drop
(40)
30
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa untuk model kepemimpinan kepala sekolah yang mempengaruhi secara tidak langsung (Model 1) memiliki jumlah indikator yang lebih sedikit dibandingkan model kepemimpinan kepala sekolah yang mempengaruhi secara langsung (Model 2), begitu pula pada variabel motivasi kerja guru. Berdasarkan hasil analisa PLS pada kriteria convergent validity, terdapat beberapa indikator yang harus di drop (dihapuskan).
Tabel 10 Indikator-indikator yang didrop dari setiap variabel
Variabel Jumlah Indikator
Model 1 (Tidak langsung) Model 2 ( Langsung) Kepemimpinan Kepala
Sekolah
X1.03, X1.07, X1.08, X1.09 X1.07, X1.08, X1.09 Motivasi Kerja Guru X2.02, X2.06, X2.07, X2.08,
X2.09, X2.11, X2.12, X2.13, X2.14, X2.15, X2.16
X2.02, X2.06, X2.07, X2.08, X2.09, X2.11, X2.12, X2.13, X2.14, X2.15.
Komitmen Kerja Guru Y01 Y01
Sumber : data primer yang diolah smart PLS, 2013
Hasil penghapusan indikator pada Model 1 memiliki 6 indikator untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah, 5 indikator untuk variabel motivasi kerja guru dan 8 indikator untuk variabel komitmen kerja guru . Sedangkan untuk Model 2, 7 indikator untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah, 6 indikator untuk variabel motivasi kerja guru dan 8 indikator untuk variabel komitmen kerja guru.
Gambar 6 Indikator yang harus didrop pada model 1 (Sumber : data primer yang diolah smart PLS, 2013)
(41)
31
Gambar 7 Indikator yang harus didrop pada model 2 (Sumber : data primer yang diolah smart PLS, 2013)
Gambar 8 Model 1 Setelah didrop (PLS) (Sumber : data primer yang diolah
(1)
49 Lampiran 1. Distribusi frekuensi persepsi responden terhadap beberapa pernyataan
komitmen kerja guru
No PERNYATAAN Alternatif Jawaban RATAAN
STS TS Ragu2 S SS
Komitmen Afektif
1 Saya benar-benar merasakan bahwa permasalahan di sekolah ini adalah masalah
saya. 4,08 4,08 12,24 75,51 4,08 4,20
2 Saya merasa puas dengan hasil pekerjaan saya dan mendapat pengakuan dari
orang lain. 2,04 4,08 20,41 59,18 14,29 4,22
3 Saya selalu mengambil inisiatif untuk terlibat dalam kegiatan guna memajukan
perusahaan.. 0,00 2,04 14,29 65,31 18,37 4,31
Komitmen Normatif 4 Sangat berat bagi saya untuk
meninggalkan sekolah ini dan
bersikap tidak loyal. 0,00 6,12 8,16 55,10 30,61 4,53
5 Saya merasa bahwa loyalitas yang saya tunjukkan kepada sekolah adalah sebuah
kewajiban bagi saya. 0,00 0,00 2,04 71,43 26,53 4,49
6 Saya akan tetap bertahan di SDIT Ummul Quro’ karena saya memiliki kewajiban dengan orang yang berada di
SDIT Ummul Quro’ 0,00 4,08 26,53 57,14 12,24 4,14 Komitmen Kontinuans
7 Saya tidak akan meninggalkan sekolah saya saat ini karena sekolah memberikan banyak
keuntungan bagi saya. 2,04 2,04 20,41 57,14 18,37 4,24
8 Saya akan menolak penawaran
bekerja di
perusahaan/lembaga lain,
meskipun hal itu
menguntungkan bagi saya. 0,00 4,08 24,49 63,27 8,16 4,12 9 Saya akan mengalami banyak
kerugian apabila saya berhenti
(2)
50
Lampiran 2. Nilai Interelasi pada model 1 untuk semua variabel
Indikator Kepemimpinan Komitmen Kerja
Guru
Motivasi Kerja Guru
X1.01 0,7154
0,0000
0,0000
X1.02 0,6486
0,0000
0,0000
X1.04 0,7122
0,0000
0,0000
X1.05 0,7011
0,0000
0,0000
X1.06 0,5892
0,0000
0,0000
X1.10 0,6536
0,0000
0,0000
X2.01 0,0000
0,0000
0,7045
X2.03 0,0000
0,0000
0,7025
X2.04 0,0000
0,0000
0,7341
X2.05 0,0000
0,0000
0,7535
X2.10 0,0000
0,0000
0,7348
Y02 0,0000
0,7904
0,0000
Y03 0,0000
0,6255
0,0000
Y04 0,0000
0,8317
0,0000
Y05 0,0000
0,6942
0,0000
Y06 0,0000
0,7674
0,0000
Y07 0,0000 0,7869 0,0000
Y08 0,0000
0,7119
0,0000
Y09 0,0000
0,6875
0,0000
(3)
51 Lampiran 3. Nilai Interelasi pada Model 2 (Langsung) untuk Semua Variabel
Indikator Kepemimpinan Komitmen Kerja Guru
Motivasi Kerja Guru
X1.01 0,7396
0,0000
0,0000
X1.02 0,7715
0,0000
0,0000
X1.03 0,5615
0,0000
0,0000
X1.04 0,6614
0,0000
0,0000
X1.05 0,5601
0,0000
0,0000
X1.06 0,5228
0,0000
0,0000
X1.10 0,6666
0,0000
0,0000
X2.01 0,0000
0,0000
0,7071
X2.03 0,0000
0,0000
0,7166
X2.04 0,0000
0,0000
0,6667
X2.05 0,0000
0,0000
0,6961
X2.10 0,0000
0,0000
0,6739
X2.16 0,0000
0,0000
0,5408
Y02 0,0000
0,7889
0,0000
Y03 0,0000
0,6324
0,0000
Y04 0,0000
0,8353
0,0000
Y05 0,0000
0,7078
0,0000
Y06 0,0000
0,7657
0,0000
Y07 0,0000
0,7880
0,0000
Y08 0,0000 0,6996 0,0000
(4)
52
Lampiran 4. Nilai cross loading dari setiap variabel pada Model 1 KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH KOMITMEN KERJA GURU MOTIVASI KERJA GURU X1.01 0,7154 0,1361 0,1401 X1.02 0,6486 0,3760 0,1797 X1.04 0,7122 0,4163 0,4654 X1.05 0,7011 0,1043 0,3673 X1.06 0,5892 0,1813 0,3483 X1.10 0,6536 0,3854 0,3310 X2.01 0,3179 0,3443 0,7045 X2.03 0,3433 0,2794 0,7025 X2.04 0,3600 0,3008 0,7341 X2.05 0,4381 0,5906 0,7535 X2.10 0,3208 0,4016 0,7348 Y02 0,3995 0,7904 0,4955 Y03 0,2874 0,6255 0,2882 Y04 0,3075 0,8317 0,5090 Y05 0,2310 0,6942 0,3461 Y06 0,3094 0,7674 0,3961 Y07 0,4769 0,7869 0,4390 Y08 0,3371 0,7119 0,4498 Y09 0,2338 0,6875 0,2800
(5)
53 Lampiran 5. Nilai cross loading dari setiap variabel pada model 2
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH KOMITMEN KERJA GURU MOTIVASI KERJA GURU X1.01 0,7396 0,1363 0,1334 X1.02 0,7715 0,3768 0,1972 X1.03 0,5615 0,1714 0,0316 X1.04 0,6614 0,4154 0,4288 X1.05 0,5601 0,0995 0,2864 X1.06 0,5228 0,1793 0,3206 X1.10 0,6666 0,3837 0,3633 X2.01 0,2766 0,3444 0,7071 X2.03 0,2839 0,2808 0,7166 X2.04 0,3337 0,2981 0,6667 X2.05 0,4012 0,5868 0,6961 X2.10 0,2667 0,4020 0,6739 X2.16 0,1404 0,5352 0,5408 Y02 0,4279 0,7889 0,5752 Y03 0,3390 0,6324 0,3538 Y04 0,3329 0,8353 0,6164 Y05 0,2670 0,7078 0,4821 Y06 0,2843 0,7657 0,4920 Y07 0,5276 0,7880 0,5420
(6)
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batang, 19 November 1989, sebagai putri kedua dari pasangan ayahanda Drs. Ali Mustofa dan ibunda Dra. Nur Hayati. Tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), dengan memilih mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan, minor Ilmu Manajemen dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2011. Pada tahun 2011, Penulis diterima di Program Studi Ilmu Manajemen. Penulis memulai pengalaman bekerja pada lembaga Beastudi Etos sebagai supervisor dan menjadi salah satu staff guru di SDIT Al Kautsar.Karya ilmiah berjudul Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Komitmen Kerja guru telah diterbitkan pada Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 12 No.1 Bulan Maret Tahun 2014. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari Program S-2 penulis.