Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap profesionalisme guru dan kinerja guru.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PROFESIONALISME

GURU DAN KINERJA GURU

Maria Tri Isnawati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: (1) pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru; (2) pengaruh motivasi kerja terhadap profesionalisme guru; (3) pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru; (4) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru; (5) pengaruh profesionalisme guru terhadap kinerja guru; dan (6) pengaruh mediasi profesionalisme guru hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian sebanyak 145 orang yaitu guru-guru SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten. Sampel penelitian sebanyak 106 orang. Sampel diambil dengan teknik sampelaksidental. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda dan analisis jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpian transformasional

kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru; (2) motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru; (3) kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru; (4) motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

guru; (5) profesionalisme guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru; dan (6) profesionalisme guru tidak memediasi hubungan kepemimpinan

transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Uji F menunjukkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja dan profesionalisme guru mampu menjadi prediktor kinerja guru.

Kata kunci: kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, profesionalisme guru, kinerja guru


(2)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF HEADMASTER’S TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP TEACHER’S WORK MOTIVATION AND PROFESSIONALISM TOWARD TEACHER’S PERFORMANCE

Maria Tri Isnawati Universitas Sanata Dharma

2016

This research wasessentially correlational. It was intended to examine and analyze: (1) the effects of headmaster’s transformational leadership toward teacher professionalism, (2) the effectsof teachers’ work motivation toward their professionalisms; (3) the effects of headmaster’s transformational leadership toward teacher performance; (4) the effectsof teachers’ work motivation toward their performance; (5) the effects of teacher profesionalism toward their performance; and (6) the effects of teacher profesionalism as a mediating variable toward the relationship between the transformational leadership of headmaster and teachers’ work motivation and their perfomance.

This research was conducted in May 2016. The population were 145 teachers of Public Senior High School in Klaten District. The samples were 106 High School teachers of Klaten District who were selected by accidental samplingtechnique. The data gathering technique was that of questionnaire and the data analysis was done by using multiple regression and path analysis.

The results showed that: (1) the headmaster’s transformational leadership had significant effects toward teacher professionalism; (2) the motivation work had significant effect toward teacher professionalism; (3) the headmaster’s transformational leadership had significant effects toward teacher performance; (4) the teachers’ work motivation had significant effects toward their performance; (5) the teacher professionalism had significant effects toward their perfomance; and (6) there was no effect of teacher profesionalism as a mediating variable toward the relationship between the transformational leadership of headmaster and teachers’ work motivation and their performance. The F test showed that transformational leadership of headmaster, the teachers’ work motivation and their professionalism can bepredictorsof their perfomance.

Keyword: transformational leadership of headmaster, work motivation, teacher profesionalism, teacher perfomance


(3)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP

PROFESIONALISME GURU DAN KINERJA GURU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Maria Tri Isnawati NIM: 111324031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan hasil karyaku ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, aku percaya Engkau selalu menuntun setiap langkahku dimanapun aku berada. Thank’s God.

Bapak dan ibu terkasih Yohanes Pujo Waryanto dan Christina Wartini. Terimakasih atas bimbingan, dukungan dan doanya selama ini.

Kakakku Yustinus Krisdiyanto dan Antonius Krisna Widhiyanto. Terima kasih atas dukungannya dan telah mewarnai hidupku.

Suami ku tercinta Albertus David Arief Ryanto dan anakku tersayang Elisabhet Chelsi. Terimakasih atas semangatnya memotivasiku, mendoakan,

mendengarkan keluh kesahku.

Sahabat dan saudara-saudara ku Mas Dedi, April, Anggi, Sisil, Pak dhe mbokdhe adi, lek Jinik, Tanti , Narsih, cipluk,hesti dan teman-teman angkatan 2011. Terimakasih atas semangat, dukungan dan doanya.

Terimakasih pula untuk dosen pembimbing yang telah sabar membimbing saya selama menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

v

MOTTO

“Seberat apapun tatangan hidupmu lakukanlah dengan iklhas hati dan

kesabaran”

Kata Yesus kepadanya: “ Akulah Jalan dan Kebenaran Hidup. Tidak ada

seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PROFESIONALISME

GURU DAN KINERJA GURU

Maria Tri Isnawati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: (1) pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru; (2) pengaruh motivasi kerja terhadap profesionalisme guru; (3) pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru; (4) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru; (5) pengaruh profesionalisme guru terhadap kinerja guru; dan (6) pengaruh mediasi profesionalisme guru hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian sebanyak 145 orang yaitu guru-guru SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten. Sampel penelitian sebanyak 106 orang. Sampel diambil dengan teknik sampelaksidental. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda dan analisis jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpian transformasional

kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru; (2) motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru; (3) kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru; (4) motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

guru; (5) profesionalisme guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru; dan (6) profesionalisme guru tidak memediasi hubungan kepemimpinan

transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Uji F menunjukkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja dan profesionalisme guru mampu menjadi prediktor kinerja guru.

Kata kunci: kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, profesionalisme guru, kinerja guru


(11)

ix ABSTRACT

THE EFFECTS OF HEADMASTER’S TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP TEACHER’S WORK MOTIVATION AND PROFESSIONALISM TOWARD TEACHER’S PERFORMANCE

Maria Tri Isnawati Universitas Sanata Dharma

2016

This research wasessentially correlational. It was intended to examine and analyze: (1) the effects of headmaster’s transformational leadership toward teacher professionalism, (2) the effectsof teachers’ work motivation toward their professionalisms; (3) the effects of headmaster’s transformational leadership toward teacher performance; (4) the effectsof teachers’ work motivation toward their performance; (5) the effects of teacher profesionalism toward their performance; and (6) the effects of teacher profesionalism as a mediating variable toward the relationship between the transformational leadership of headmaster and teachers’ work motivation and their perfomance.

This research was conducted in May 2016. The population were 145 teachers of Public Senior High School in Klaten District. The samples were 106 High School teachers of Klaten District who were selected by accidental samplingtechnique. The data gathering technique was that of questionnaire and the data analysis was done by using multiple regression and path analysis.

The results showed that: (1) the headmaster’s transformational leadership had significant effects toward teacher professionalism; (2) the motivation work had significant effect toward teacher professionalism; (3) the headmaster’s transformational leadership had significant effects toward teacher performance; (4) the teachers’ work motivation had significant effects toward their performance; (5) the teacher professionalism had significant effects toward their perfomance; and (6) there was no effect of teacher profesionalism as a mediating variable toward the relationship between the transformational leadership of headmaster and teachers’ work motivation and their performance. The F test showed that transformational leadership of headmaster, the teachers’ work motivation and their professionalism can bepredictorsof their perfomance.

Keyword: transformational leadership of headmaster, work motivation, teacher profesionalism, teacher perfomance


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ku haturkan kepada Tuhas Yesus atas berkat dan rahmat-Nya yang telah membantu penulis dalam menyelasikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja

Terhadap Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru. Skipsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, saran, dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. sebgai Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar membimbing dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh Bapak Ibu Dosen program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah membagi ilmunya selama proses perkuliahan.

6. Seluruh bapak ibu guru SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten yang telah meluangkan waktu untuk partisipasinya.


(13)

xi

7. Bapak Yohanes Pujo Wayanto dan Ibu Christina Wartini yang telah sabar membimbing, memberikan dorongan dan selalu mendoakan,dan selalu mendukung apa yang saya lakukan sampai saya berhasil menyelesaikan skripsi.

8. Kakakku Yustinus Krisdianto dan Antonius Krisna Widhiyanto yang telah membantu, mendukung dan memberikan masukan-masukan untuk saya. 9. Albertus David Arif Ryanto dan Elisabhet Chelsi yang selalu sabar dan

menyemangati saya dalam memngerjakan skripsi.

10. Sahabat dan saudara-saudara Pakdhe Mbokdhe Adi, Lek Jinik, Mbak Kutik, Mbak Narsih, Mas Dedi, Anggi, Sisil, April, Cipluk, Hesti dan semuanya. 11. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi 2011. Terimakasih atas dukungan dan

semangat dalam menyelesaikan skripsi.

12. Bapak Ibu guru SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten. Terimaksih atas partisipasinya dalam mengisi kuesioner.

Penulis, Agustus 2016


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ..i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9


(15)

xiii BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan ... 12

1. Pengertian Kepemimpinan ... 12

2. Fungsi Kepemimpinan ... 14

3. Bentuk/Gaya Kepemimpinan ... 14

B. Kepemimpinan Transformasional ... 18

1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ... 18

2. Dimensi Kepemimpinan Transformasional ... 19

3. Prinsip Kepemimpinan Transformasional ... 20

4. Dampak Kepemimpinan Transformasional ... 24

C. Motivasi Kerja ... 25

1. Pengertian Motivasi Kerja ... 25

2. Faktor Motivasi ... 27

3. Jenis Motivasi ... 28

4. Dimensi Kepemimpinan Transformasional ... 29

D. Profesionalisme Guru ... 30

1. Pengertian Profesionalisme Guru ... 31

2. Ciri Profesionalisme Guru ... 31

3. Karakteristik Profesionalisme Guru ... 34

4. Dampak Profesionalisme Guru ... 35

E. Kinerja Guru ... 36

1. Pengertian Kinerja Guru ... 36

2. Faktor Kinerja Guru ... 37


(16)

xiv

4. Arti Penting Kinerja ... 42

F. Penelitian Terdahulu ... 42

G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 44

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 54

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 54

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 55

E. Operasionalisasi Variabel ... 56

F. Data yang Diperlukan ... 62

1. Data Primer ... 62

2. Data Sekunder ... 63

G. Teknik Pengumpulan Data ... 63

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 63

1. Validitas ... 63

2. Reliabilitas ... 69

I. Teknik Analisis Data ... 70

1. Analisis Deskriptif ... 70

2. Teknik Pengujian Hipotesis ... 75

a. Uji Prasyarat ... 75

b. Uji Asumsi Klasik ... 77

3. Uji Hipotesis ... 78

a. Hipotesis pertama dan kedua ... 78


(17)

xv

c. Hipotesis kelima ... 81

d. Uji Path Analysis ... 82

e. Uji F ... 85

BAB IV. GAMBARAN UMUM A. SMA N 1 KLATEN ... 87

B. SMA N 2 KLATEN ... 91

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 95

1. Demografi Responden ... 95

a. Tingkat Pendidikan ... 96

b. Status Pekerjaan ... 96

c. Masa Kerja ... 97

d. Hasil deskripsi per variabel ... 98

2. Analisis Data ... 99

a. Uji Prasyarat ... 99

b. Uji Asumsi Klasik ... 101

c. UjiHipotesis ... 103

3. Uji F ... 111

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 112

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Keterbatasan Penelitian ... 119

C. Saran ... 119

Daftar Pustaka ... 121 Lampiran


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

III.1 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kepemimpinan Transformasional ... 58

III.2 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Motivasi Kerja ... 59

III.3 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Profesionalisme Guru ... 61

III.4 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kinerja Guru... 62

III.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 64

III.6 Uji Validitas Motivasi Kerja ... 66

III.7 Uji Validitas Profesionalisme Guru ... 77

III.8 Uji Validitas Kinerja Guru ... 68

III.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 70

III.10 Kategori Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 72

III.11 Kategori Motivasi Kerja ... 73

III.12 Kategori Profesionalisme Guru ... 74

III.13 Kategori Kinerja Guru ... 75

V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 92

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 93

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 93

V.4 Hasil Kategori Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 94

V.5 Hasil Kategori Motivasi Kerja ... 94

V.6 Hasil Kategori Profesionalisme Guru ... 94

V.7 Hasil Kategori Kinerja Guru ... 95


(19)

xvii

V.9 Hasil Uji Linearitas ... 96

V.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 97

V.11 Uji Multikolinearitas ... 98

V.12 Uji Regresi Linear Berganda ... 99

V.13 Uji Regresi Linear Berganda ... 99

V.14 Uji Regresi Linear Sederhana ... 100

V.15 Uji Analisis Jalur (Path Analysis) ... 102


(20)

xviii

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

II.14 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Dan Motivasi Kerja Terhadap Profesionalisme Guru dan


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Kuesioner ... 120

Lampiran 2 Data Mentah ... 130

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 139

Lampiran 4 Uji Normalitas dan Linearitas ... 144

Lampiran 5 Uji Heterokedasitas dan Uji Multikolenieritas ... 148

Lampiran 6 Uji Hipotesis Pertama dan Kedua ... 152

Lampiran 6 Uji Hipotesis Ketiga, Keempat dan Kelima ... 153

Lampiran 6 Uji F ...154

Lampiran 7 Daftar Guru ... 155


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini masalah pendidikan telah menjadi topik pembicaraan yang cukup mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat. Data yang dirilis oleh UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat 64 dari 120 negara berdasarkan penilaian Education Devolopment Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Data lain yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2013 melaporkan bahwa rata-rata nasional angka putus sekolah usia 7–12 tahun 182.773 anak (0,67%); usia 13–15 tahun sebanyak 209.976 anak ( 2,21%); dan usia 16–18 tahun semakin tinggi hingga 223.676 anak (3,4%). Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih cukup rendah.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas sumber dayamanusia yang pada akhirnya menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur pendidikan formal, informal maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa, bahwa pengembangan sistem pendidikan yang berkualita perlu lebih ditentukan karena berbagai indikator menunjukan bahawa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Guru


(23)

merupakan sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah karena guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan siswa. Guru merupakan unsur penting di sekolah karena kinerja guru menentukan keberhasilan belajar siswa dan pada akhirnya menentukan kualitas sekolah.

Akhir-akhir ini masalah kinerja guru sangat dirasakan oleh siswa dan orang tua siswa. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk kinerja guru. Saat ini kinerja guru menjadi perhatian semua pihak, karena anggaran pendidikan sudah lebih dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 20%.

Kinerja guru di sekolah merujuk kepada perilaku guru dalam melaksanakan pekerjaan keguruan yaitu mengajar. Kinerja guru berkaitan erat dengan apa yang guru lakukan di dalam kelas dan bagaimana hal itu berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Kinerja guru merupakan seluruh usaha guru untuk mengantarkan proses pembelajaran mencapai tujuan pendidikan. Adapun kinerja guru meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut tugas profesionalnya sebagai guru dan tugas pengembangan pribadi guru.

Tugas profesional guru mencakup kegiatan berantai dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan, mengevaluasi sampai dengan tindak lanjut evaluasi. Seorang guru yang memiliki profesionalitas yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Guru akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional.


(24)

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen). Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Glickman (Darmansiah, 2008) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan kinerja. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara professional bila memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Seorang guru dapat dikatakan profesional bila memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment)(Sumarno, 2009: 2).

Kemampuan profesional guru adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas, yang dibekali dengan kompetensi (kemampuan dasar). Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas (2003) kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang guru ialah kemampuan penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, dan penguasaan bahan kajian akademik. Kemampuan profesi adalah salah satu unsur penunjang bagi guru dalam mewujudkan prestasi kerja (kinerja).


(25)

Tanggung jawab guru dalam proses belajar mengajar di sekolah ditandai dengan upaya tidak segera puas atas hasil yang dicapainya, selalu mencoba mencari cara-cara baru guna mengatasi setiap hambatan yang ada dan mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan cara melaksanakan tugas sehingga menjadi lebih baik, dan merasa malu apabila ternyata kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu gagal tidak dapat dilakukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa guru tersebut mempunyai tingkat profesionalitas yang tinggi dalam proses belajar mengajar tersebut. Profesionalitas yang tinggi ini akan menyebabkan ia mempunyai kinerja yang tinggi pula dalam proses belajar mengajar tersebut.

Faktor lain yang mepengaruhi kinerja seorang guru adalah motivasi kerja seorang guru. Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya terdapat motivasi yang tinggi. Guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energikkarena ada motif-motif atau tujuan tertentu yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong yang memberi kekuatan kepada guru, sehingga ia mau dan rela bekerja keras.

Pemberian motivasi yang tepat akan mendorong guru merubah perilakunya untuk tumbuh dan berkembang mencapai keberhasilannya dalam bekerja. Untuk mengoptimalkan pencapaian prestasi yang dimiliki pegawai perlu dukungan pemimpin dalam pelaksanaannya, salah satunya dengan pemberian motivasi kepada guru, agar guru dapat meningkatkan kemampuan sesuai dengan yang dikehendaki pemimpin, sehingga kinerjanya pun akan meningkat, sesuai dengan tujuan dari organisasi.


(26)

Berbicara mengenai motivasi kerja, penelitian yang dilakukan oleh Zunaidah, dkk (2014) menyimpulkan bahwa motivasi kerja seperti memberi semangat kerja, inisiatif, kreatifitas dan rasa tanggungjawab berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dengan motivasi yang tepat guru akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena menyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi sekolah mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, kepentingan-kepentingannya pribadi para guru tersebut akan terpelihara juga. Meskipun pada dasarnya motivasi kerja sudah dimiliki oleh

setiap pegawai, bukan berarti pemimpin “bebas tugas”. Artinya, pemimpin juga berperan secara profesional dalam merangsang motivasi kerja mereka agar grafiknya tidak menurun. Upaya pemimpin ini menjadi penting, terutama bagi guru dengan motivasikerja rendah. Dengan demikian motivasi kerja adalah dorongan atau penggerak agar bawahannya agar dapat bekerja keras untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pendidikan di sekolah di pengaruhi oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga pendidik yang ada disekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berhubungan dalam meningkatkan profesionalitas guru dan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa, 2004). Peran kepala sekolah ini menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas


(27)

kepala sekolah, yang menghendaki dukungan motivasi kerja dan kinerja yang semakin efektif dan efisien.

Kartono (Anwar, 2003: 67) bahwa fungsi kepemimpinan kepala sekolah adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik sehingga akan mampu membawa para pengikutnya kepada tujuan yang telah direncanakan. Oleh karena itu, keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya dapat dilihat melalui kemampuannya dalam menciptakan iklim belajar mengajar, mempengaruhi dan mengajak serta mendorong guru, pegawai, dan peserta didik untuk menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya.

Jadi seorang kepala sekolah harus memberi dorongan kepada guru-guru, supaya mereka senantiasa berusaha untuk mengembangkan dirinya secara terus menerus. Namun perkembangan ke arah yang lebih baik, diharapkan tidak hanya pada para guru saja tetapi juga kepala sekolah itu sendiri. Kepemimpinan seorang kepala sekolah sedikit banyak dapat mempengaruhi pendidikan di lingkungan sekolah. Sekolah juga membutuhkan figur seorang pemimpin yang siap bekerja keras untuk dapat memajukan sekolah dan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.

Salah satu bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi pandangan baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional yang digambarkan sebagai kepemimpinan yang membangkitkan atau memotivasi


(28)

bawahannya untuk dapat berkembang dan mencapai kinerja atau tingkat yang lebih tinggi lagi sehingga mampu mencapai lebih dari yang mereka perkirakan sebelumnya (beyond expectation).

Kepemimpinan penting karena secara teoritis kepemimpinan diposisikan sebagai faktor sentral yang mendinamisasi, menggerakkan, mengarahkan, dan mengkoordinasikan berbagai faktor lain dalam organisasi (Gana, 2004). Pemimpin transformasional juga berarti seseorang (pemimpin) yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap pegawai dan membuat mereka melihat bahwa tujuan yang akan dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.

Di Indonesia tipe kepemimpinan transformasional mulai mengemuka seiring dengan perubahan arah kebijakan dari sentralisasi ke desentralisasi, di mana sekolah memiliki peranan yang signifikan dalam menentukan kebijakannya sendiri berbasis sekolah adalah agar kepala sekolah dapat mengimplementesikan Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah model manajemen upaya-upaya pembaharuan dalam kependidikan. Tanpa disertai kepemimpinan kepala sekolah yang aspiratif terhadap perubahan, upaya pembaharuan pendidikan seideal apa pun yang dirancang nampaknya tidak akan membawa hasil optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bermaksud mengungkap Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja


(29)

Terhadap Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru di SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memofokuskan pada Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Motivasi Guru terhadap Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten. Dimana penulis membatasi tempat untuk melakukan penelitian karena diharapkan penelitian ini dapat lebih fokus dan memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan penulis dan menjadi sebuah karya ilmiah yang baik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru?

2. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap profesionalisme guru?

3. Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru?

4. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru?

5. Bagaimana pengaruh profesionalisme guru berpengaruh terhadap kinerja guru? 6. Bagaimana pengaruh mediasi profesionalisme guru hubungan kepemimpinan


(30)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengujidan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruhmotivasi kerja terhadap profesionalisme guru.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru.

4. Untuk menguji dan menganalisis motivasi kerja terhadap kinerja guru.

5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profesionalisme guru terhadap kinerja guru.

6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh mediasi profesionalisme guru hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru?

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, khususnya dalam bidang manajemen pendidikan yang berkaitan dengan kepemimpinan transformasional kepala sekolah motivasi kerja terhadap profesionalisme guru dan kinerja guru.


(31)

2. Manfaat Praktis 1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi sekolah akan pentingnya kepemimpian transformasional kepala sekolah yang sesuai dengan keinginan para guru sehingga dapat mengkaitkan motivasi kerja, tingkat profesionalisme guru serta dapat meningkatkan kinerja guru.

2. Bagi Kepala sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah untuk lebih meningkatkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah karena motivasi kerja guru dan profesionalisme guru sangat berpengaruh terhadap kinerja guru sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapan.

3. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan guru lebih semangat dan mempunyai motivasi tiggi dalam menjalanan tugasnya sebagai guru yang profesional sehingga guru dapat meningkatkan kinerjanya.

F. Definisi Operasional

1. Kepemimpinan transformasional kepaala sekolah dalah kepemimpinan yang memperhatian bawahan, dapat mengubah bawahan akan visi dan tujuan organisasi (menekankan pentingnya rasa memiliki misi bersama) dan memberikan inspirasi untuk bawahan untuk melampaui kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok serta mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikutnya.


(32)

2. Motivasi kerja adalah dorongan, upaya, dan keinginan yang di dalam dirri untuk meningkatkan prestasi, mencintai pekerjaanya, yang didukung tempat kerja dan suasana kerja yang nyaman, dan gaji yang besar sehingga bawahan menjadi aktif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam lingkup pekerjaan.

3. Profesionalisme guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan (guru). 4. Kinerja guru adalah persepsi guru atas tanggungjawab, kepercayaan diri,

kompetensi, kemampuan berkomunikasi dan kondisi sekolah yang memungkinkan prestasi seorang guru melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kewenangan dan kemamuan yang dimiliki.


(33)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan sangat diperlukan dalam sebuah organisasi, seperti halnya organisasi sekolah. Sekolah disebut sebagai suatu organisasi karena didalam sekolah terdapat unsur kelompok manusia yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yakni tujuan pendidikan. Unsur kelompok manusia yang bekerja sama dalam organisasi sekolah itu meliputi kepala sekolah, kelompok guru, kelompok karyawan, dan kelompok siswa.

Wahjosumidjo (2001: 134) mengatakan seorang atau mereka yang bertanggungjawab atau diberi tugas untuk memimpin, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Dengan demikian kepemimpinan disekolah terjadi karena

adanya hubungan, yakni “antara kepala sekolah sebagai orang yang

bertanggungjawab untuk memimpin dengan kelompok-kelompok guru, tenaga administratif, orang tua siswa dan para siswa, kelompok yang

dipimpin” (Wahjosumidjo, 2001: 135). Untuk memperjelas makna kepemimpinan kepala sekolah, akan diuraikan mengenai pengertian, teori, proses, dan tipe kepemimpinan.

Menurut Stogdill (Wahjosumidjo, 2001: 17) menyimpulkan bahwa

“kepemimpinan diterjemahkan kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antar


(34)

peran, dari suatu jabatan administratif, proses, dan persepsi dari lainnya

tentang legitimasi pengaruh”. Kepemimpinan adalah “suatu usaha yang

menggunakan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi dan tidak memaksa

dalam memotivasi individu untuk mencapai tujuan” Gibson, 1996 (Syahroni, 2007).

Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian kepemimpinan adalah: 1) seni dalam mempengaruhi orang lain sehingga mau bekerja secara sukarela dan penuh antusias kearah mencapai tujuan kelompok, dan oleh karenanya itu dibutuhkan adanya kualitas pemimpin yang ditandai oleh sifat-sifat kepribadian yang kuat, memiliki kewibawaan, dan mampu menggunakan perilaku dan gaya kepemimpinan dengan tepat dalam mempengaruhi orang lain; 2) kepemimpinan merupakan hubungan interaksi antara dua orang atau lebih yang melibatkan adanya seorang pemimpin dengan orang-orang yang dipimpin, oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya mempunyai jiwa dan kemampuan kepemimpinan sehingga mampu menjelaskan fungsi dan tugasnya untuk menggerakan, meyakinkan, dan memotivasi bawahan dalam mencapai tujuan; dan 3) kepemimpinan merupakan proses pengorganisasian dalam arti keseluruhan untuk mencapai tujuan, dengan demikian dapat dikatakan

bahwa “proses kepemimpinan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pemimpin,

pengikut, dan faktor situasi” Indriyo. Dalam penelitian ini pengertian kepemimpinan ditekankan pada fungsi dan tugas sorang pemimpin (dalam hal ini kepala sekolah) berdasarkan kemampuan kepemimpinannya untuk


(35)

mempengaruhi dan menggerakan orang-orang yang dipimpin (guru) dalam mencapai tujuan sekolah.

b. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Rivai (2001) fungsi kepemimpinan yang cocok dengan visi kepemimpinan dengan berbagai rasa yaitu menciptakan visi dan rasa komunitas, membantu mengembangkan komitmen daripada sekedar memenuhinya, menginspirasi kepercayaan, mengintregasikan pandangan yang berlainan, mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog, membantu menggunakan pengaruh mereka, kepemimpinan melalui berbagai rasa, memfasilitasi, memberi semangat pada yang lain, menopang tim, dan bertindak sebagai model.

c. Bentuk/Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan memiliki banyak gaya kepemimpinan dan jenisnya semua tergantung dari seorang pemimpin itu sendiri, menurut beberapa ahligaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a) Kepemimpinan Otokratis

Dalam gaya otokratis, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari pemimpin. Semuanya langsung dilakukan dan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, tanpa masukan dari siapapun.

b) Kepemimpinan Birokrasi

Ini adalah gaya kepemimpinan dalam organisasi yang dilakukan perusahaan, tepatnya mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Ini adalah tugas pemimpin untuk memastikan


(36)

bahwa semua aturan dipatuhi oleh karyawan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi ini efektif jika karyawan melakukan tugas-tugas rutin sehari-hari. Namun, tidak ada ruang untuk kreatifitas atau pemecahan masalah yang inovatif dalam gaya kepemimpinan birokrasi.

c) Kepemimpinan Partisipasif

Gaya partisipatif mengarah kepengembangan kepercayaan dan loyalitas para bawahan kepada pemimpin, karena pemimpin membawa mereka ke dalam pertimbangan penuh, menggunakan ketrampilan dan pengetahuan mereka dan mengambil masukan mereka, sebelum tiba pada suatu keputusan. Gaya partisipastif bekerja dengan sangat baik dimana pemimpin baru saja bergabung dalm organisasi.

d) Kepemimpinan Laissez-faire

Dalam hal ini, para bawahan diberikan kebebasan mutlak oleh pemimpin untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan cara-cara untuk mencapainya. Gaya ini sedikit didasarkan pada prinsip interferensi. Hal ini dapat menjadi sukses besar jika bawahannya berpengalaman dan terampil, namun bisa menjadi bumerang jika mereka tidak dapat dipercaya.

e) Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan ini bekerja pada prinsip bahwa mereka mendatangani kontrak untuk berpartisipasi dalam proyek tertentu, mereka mengikuti semua kepetusan pemimpin mereka sebagai otoritas tertinggi. Jika kinerja bawahan baik, mereka akan dihargai dan jika kinerja mereka di


(37)

bawah standar yang diharapkan, mereka akan terkena sanksi sesuai kontrak tertulis.

f) Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin menjual visinya kepada bawahannya, dengan cara yang paling menarik dalam kepemimpinan dalam organisasi yang bersifat transformasional memotivasi bawahannyan dalam bekerja untuk tugas yang diberikan dengan antusiasme yang besar. Pemimpin benar-benar peduli untuk kesejahteraan anak buahnya dan ingin mereka untuk mempelajari hal-hal yang baru dan sesuai visinya.

g) Kepemimpinan Melayani

Pemimpin bertindak sebagai seseorang yang membantu orang lain untuk tumbuh. Dengan bertindak sebagai pemimpin yang melayani, pemimpin memberikan bawahannya kebebasan untuk tumbuh, memelihara semangat mereka dan juga komitmen secara keseluruhan.

h) Kepemimpinan Karismatik

Seorang pemimpin karismatik, dengan menggunakan pesona dan kemampuannya untuk membuat orang lain merasa penting, menggunakan kata-kata cerdas untuk mengatasi masalah, dan mampu mengumpulkan banyak pengagum. Orang-orang tertarik kearahnya dan dengan demikian ingin bekerja untuknya.


(38)

i) Kepemimpinan Situasional

Hal ini diadopsi oleh seorang pemimpin sesuai dengan situasi yang berlaku. Beberapa faktor penentu seperti jenis kerjasama yang ada antara anggota tim dan bebagai sumber daya yang tersedia dan lain-lain.

j) Kepemimpinan Tenang

Ini adalah kebalikan dari gaya kepemimpinan kharismatik. Dalam hal ini, pemimpin memotivasi timnya melalui tindakannya, bukan kata-kata.

Dari berbagai bentuk atau gaya kepemimpinan dalam organisasi, maka dalam penelitian yang digunakan peneliti adalah kepemimpinan transformasional. Kepemimpian transformasional menurut Avolio (1990) mengatakan temuan-temuan penelitian mendukung sejumlah generalisasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang membentuk kepemimpinan transformasional. Dalam penelitian Kusumah (2014) menyimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Kepemimpinan transformasional berarti kepemimpinan yang menumbuhkan ekspektasi akan performa yang tinggi, bukan semata-mata hanya mengahabiskan waktu dalam beraktivitas namun menggerakkan pengikutnya. Demikian pula, Bass (1998) menyimpulkan bahwa bukti penelitian lebih jelas memperlihatkan bahwa kepemimpinan transformasional bisa menggerakkkan para pengikutnya agar melampui performa yang diharapkan. Kepemimpinan transformasional memunculkan upaya, komitmen, dan kepuasan bawahannya yang lebih besar.


(39)

2. Kepemimpinan Transformasional

a. Pengertian Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional menurut para ahli didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan yang mendorong semua unsur atau elemen sekolah (guru, siswa, pegawai/staf, orangtua siswa, masyarakat sekitar dan lainnya) untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah tersebut bersedia untuk berpartisipatif secara optimal dalam mencapai visi sekolah (Firman:2008).

Kepemimpinan transformasional merupakan upaya memotivasi pegawai untuk bekerja demi tercapai sasaran organisasi dan memuaskan kebutuhan mereka pada tingkat yanglebih tinggi. Adalah suatu hal yang manusiawi, jika seseorang yang telah bekerja pada bidang dan periode waktu kerja tertentu mendapatkan keuntungan dan/ atau pendapatan yang layak. Menurut Danim (2005:56) dengan melalui model kepemimpinan transformasional, segala potensi organisasi pembelajaran dapat ditransformasikan menjadi aktual dalam rangka mencapai tujuan lembaga. Di sisi lain hal ini akan menjadi berbahaya, jika ia bekerja semata-mata karena keinginan untuk memperoleh keuntungan atau setiappekerjaan yang akan maupun yang sedang dilakukan dilihat dari aspek untung ruginya saja. Pemimpin transformasional cenderung memanusiakan manusia melalui berbagai cara seperti memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran


(40)

karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang nyata (Wutun,2001: 351).

Jadi dari berbagai pengertian kepemimipinan transformasional di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimipinan transformasional adalah membangun kesadaran bawahannya akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bermasa termasuk kepentingan pribadi. Pemimipin transformasional berupaya melakukan transforming of visionary menjadi isi bersama sehingga mereka (bawahan dan pemimpin) bekerja agar isi menjadi kenyataan. Kepemimpinan transformasional dapat digunakan bila pemimpin perlu meningkatkan kinerja seseorang secara drastis. Kepemimpinan transformasional dapat menjadi gaya kepemimpinan yang melelahkan. Pemimpin bertanggung jawab untuk visi dan cara-cara mencapai visi tersebut. Pemimpin transformasional hingga tingkat tertentu bagaikan seorang penjudi yang mempertaruhkan visinya sebagai visi yang benar.

b. Dimensi-Dimensi Kepemimpinan Transformasional

Bass (Murnianita, 2012) mengatakan ada 4 dimensi kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

1) Pengaruh Idealis (Iidealized influence) atau dikenal dengan kepemimpinan Kharismatik, seorang pemimpin transformasional berperilaku sebagai seorang panutan, dihormati, dikagumi dan dipercaya. Pemimpin tersebut mau mengambil resiko, dapat di andalkan, serta


(41)

bermoral dan beretika baik. Pengaruh idealis juga dapat diartikan pemimpinan yang dapat memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, saling menghormati dan saling percaya (Robbin & Judge, 2007). Pada dimensi ini terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Idealized influence attributed (Antonakis, et al., 2003 dalam McCann, 2008), merupakan karisma sosial seorang pemimpin yang dipersepsikan sebagai seorang pemimpin yang berkuasa dan percaya diri, serta fokus pada tujuan. Pemimpin ini seperti menunjukan kebanggaan, rasa hormat dan kepercayaan bagi bawahannya (Mehmoood &Arif, 2011).

b) Idealized influence behavior (Antonakis, et al., 2003 dalam McCann, 2008) merupakan tindakan karismatik dari seorang pemimpin yang mengacu pada misi, nilai-nilai dan keyakinan. Pemimpin memiliki prinsip-prinsip etika dan moral, mendorong dan menuntut keterikatakan yang tinggi, serta mengkomunikasikan nilai dan tujuan organisasi secara menyakinkan (Mehmoood &Arif, 2011).

2) Inspirasi motivasi (inspirational motivation), pemimpin seperti ini menunjukkan antusiasme dan optimisme, serta menciptakan suasana kerja yang berkomitmen mencapai tujuan dan visi organisasi. Selain itu pemimpin yang memiliki karakteristik inspirasi motivasi adalah pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan-harapan tinggi, fokus terhadap usaha/upaya dan mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana (Robbin & Judge, 2007).


(42)

3) Stimulasi intelektual (intellectual stimulation), pemimpin transformasional mendorong kreativitas pengikutnya dan mendorong adanya terobosan terbaru dalam penyelesaian masalah.

4) Pertimbangan individual (individualized consideration) maksudnya adalah pemimpin transformasional berperan sebagai pelatih sekaligus mentor, serta menghargai kebutuhan dan keinginan individu. Pemimpin seperti ini adalah pendengar dan memiliki interaksi yang baik dengan individu lain. Umumnya para pengikutnya berkembang menjadi invidu berpotensi tinggi.

b. Prinsip-prinsip Kepemimpinan Transformasional

Ress (2001) menyatakan paradigma baru kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh pronsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis yang terdiri dari simplifikasi, motivasi, fasilitasi, inovasi, mobilitas, siap siaga dan tekad.

Penjelasan tujuh prinsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis adalah sebagai berikut:

1) Simplifikasi

Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta ketrampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas dan praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab, “Ke mana kita akan


(43)

2) Motivasi

Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergisitas di dalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat mengoptimalkan, memotivasi, dan memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya, dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul-betul menatang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif, baik dalam hal yang memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam pemecahan masalah sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka.

3) Fasilitasi

Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalam. 4) Inovasi

Kemampuan untuk secara berani dan bertanggungjawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlakukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantasipasi perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus siap untuk merespon


(44)

perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.

5) Mobilitas

Pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujaun. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggungjawab.

6) Siap siaga

Kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.

7) Tekad

Tekad yang bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu tentu perlu pula didukung oleh pengembangan displin spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.

Pemimpin dalam mendorong bawahannya untuk dapat melakukan perubahan memerlukan berbagai model yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam instansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a) Mengacu pada nilai-nilai agama yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi sekolah


(45)

b) Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi sekolah

c) Menggali budaya yang ada dalam organisasi

d) Karena sistem pendidikan merupakan suatu sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem negara.

c. Dampak dari Kepemimpinan Transformasional

Menurut Martani (2011) gaya kepemimpinan transformasional dapat berdampak pada OCB (Organizational citizenship behavior). Martani secara khusus membahas Hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang bersifat spontan, sukarela, dan berada diluar deskripsi peran dan tugasnya serta tidak mendapat kompensasi secara formal dalam sistem reward yang memiliki kontribusi dalam efektivitas organisasi. Peneliti menemukan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap OCB, dalam hal ini semakin baik persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah, maka karyawan (guru) itu akan mempunyai tingkat OCB yang tinggi, sehingga akan memberikan manfaat bagi para guru untuk lebih dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh Nguni, Sleegers, dan Denessen (Given, 2008) mendapatkan hasil bahwa pemimpinan transformasional


(46)

memberikan dampak pada organisasi seperti Organizational Citizenship Behavior, komitmen kerja, kepuasan kerja dan kinerja.

Yukl (1999) menambahkan bahwa kepemimpinn transformasional dapat menghasilkan efek atau dampak yang negatif bagi pengikut dan organisasi. Jika anggota organisasi dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpin dengan visi yang berbeda, hasilnya akan meningkatkan ambiguitas peran dan konflik peran. Selain itu adanya persaingan diantara subunit dapat mengakibatkan penurunan efektivitas organisasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat memberikan dampak positif pada perilaku seseorang, organisasi, kepuasan kerja, kepercayaan pimpinan, dan motivasi kerja. Selain berdampak positif, gaya kepemimpinan juga membawa dampak negatif pada bawahannya dan organisasi yaitu guru dapat mengalami stres dan efektivitas organisasi menurun.

3. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi

Ada banyak ahli yang merumuskan mengenai motivasi. Menurut Mitchell (Winardi 2001: 1), motivasi mewakili proses-proses psikologika, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadi pesistensi kegiatan-kegiatan suka rela (volunte) yang diarahkan ketujuan tertentu.

Sudarmo dan Sudito (Gusti, 2012) mengatakan bahwa motivasi adalah faktor-faktor yang ada pada diri sesorang yang menggerakan perilakunya


(47)

untuk memenuhi berbagai tujuan tertentu. Mc Donald (Gusti, 2012) menyatakan bahwa motivasi adalalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseoang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi merupakan unsur psikologis bagi seorang guru dalam rangka mencapai keberhasilan dalam mengajar. Guru tidak punya motivasi mengajar maka ia tidak akan berhasil dalam mengajar. Guru mempunyai motivasi karena kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi oleh akibat timbulnya hubungan dengan organisasi. Senada dengan pendapat Buchari Zainun menjelaskan bahwa beraneka ragam kebutuhan timbul akibat adanya beberapa macam hubungan dengan organisasi. Dari beberapa pengertian motivasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan atau penggerak agar karyawan dapat bekerja keras untuk mencapai tujuan dari organisasi pendidikan.

Guru yang mempunyai motivasi mengajar yang baik dan bertanggungjawab yang tinggi untuk bekerja dengan antusias dan sebaiknya mengerahkan segenap kemampuan dan ketrampilan guna untuk mencapai prestasi yang optimal. Kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti keinginan terpenuhi, tingkah laku baik, tujuan dan umpan balik.

Selain itu dengan adanya motivasi juga mempunyai fungsi penting bagi kepemimpinan, organisasi dan para individu anggota organisasi. Fungsi tersebut antara lain adalah:


(48)

1) Mendorong para anggota organisasi untuk bekerja dan bertindak. 2) Meningkatkan level efisiensi para anggota dan organisasi.

3) Stabilitas tenaga kerja.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor ini dapat muncul dari dalam diri (intrinsik) maupun dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Wahjosumidjo (2001: 42), faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.Sedangkan menurut Siagian (2006: 294) motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal yang mempengaruhi motivasi anatara lain persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri , harapan pribadi, kebutuhan, keinginan kepuasan kerja prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan fakor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang antara lain jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang bergabung , organisasi tempat orang bekerja, situasi lingkungan kerja, gaji.

c. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Hasibuan (2006: 150) jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:


(49)

a) Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

b) Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum.

Pengunaan kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan kepada siapa dan kapan agar dapat berjalan efektif merangsang gairah bawahan dalam bekerja.

d. Tujuan Pemberian Motivasi

Menurut Hasibuan (2001: 221) tujuan dilakukan pemberian motivasi adalah sebagai berikut mendorong gairah dan semangat kerja karyawan, meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan, meningkatkan produktivitas kerja karyawan, mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan, meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan, mengefektifkan pengadaan karyawan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan, meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan, mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap tugas-tugasnya, meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.


(50)

e. Dampak Motivasi Kerja

Salah satu tanda keberhasilan suatu organisasi adalah meningkatnya produktivitas. Produktivitas kerja yang tinggi merupakan salah satu keunggulan kompetitif suatu organisasi. Produktivitas sangat tergantung pada motivasi dan akan tercapai bila terdapat motivasi yang tinggi dan moral yang baik dari sumber daya manusianya. Motivasi ini akan tercemin dalam etos kerja yang akan mempengaruhi produktivitas suatu organisasi secara keseluruhan.

Hamali (2013) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap produktivitas kerja. Dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa motivasi karyawan digolongkan menjadi dua motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, secara keseluruhan motivasi kerja karyawan sudah baik namun pada dimensi motivasi ekstrinsik masih dibawah rata-rata variabel motivasi sehingga produktivitas kerja karyawan rendah. Rendahnya motivasi disebabkan karena pimpinan kurang memotivasi bawahan sehingga tugas-tugas kurang sesuai dengan harapan. Sedangkan produktivitas kerja karyawan rendah disebabkan oleh sikap mental yang rendah dan kurangnya pengalaman karyawan. Sedangkan Merlianti (2006) menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerja karyawan sudah baik karena pimpinan yang memberikan dorongan atau motivasi yang kuat terhadap bawahannya dan besarnya gaji karyawan yang sudah baik sehingga karyawan tidak ingin


(51)

pindah ke pekerjaan yang lain. Selain itu kepuasan kerja yang sudah baik yang mana karyawan mmpu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan mempunyai pengalaman kerja yang baik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dapat memberikan dampak yang positif terhadap produktivitas kerja karyawan dan kepuasan kerja dalam suatu organisasi. Selain berdampak positif, motivasi juga akan memberikan dampak negatif bagi bawahannya yaitu semangat kerja dan hasil kerja yang menurun.

4. Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesionalisme guru

Profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu profesionalisme dan guru. Profesi juga diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insentif. Pengertian profesionalisme adalah pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui keahlian khusus. Jadi profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Menurut Sudjana (1989: 13) pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus


(52)

dipersiapkan untuk itu, bukan untuk pekerjaan lain. Profesionalisme menunjukan kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan, sesuai dengan profesinya. Guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran.

Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya (Samana,1994: 32). Atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.

b. Ciri Guru Profesional

Untuk menjadi seorang guru atau tenaga pendidik yang profesional seorang guru perlu ada proses ke arah kesadaran profesi. Tanpa adanya kesadaran terhadap profesi sebagai seorang guru atau tenaga pendidik hanya akan menjadi mesin pendidikan dan hanya sebagai tenaga pengajar bidang studi, tanpa memiliki intregritas kepribadian yang dapat mendukung


(53)

terhadap pembangunan proses pembelajaran. Untuk membina kesadaran profesi terhdap guru atau pendidik perlu diketahui ciri-ciri guru seperti apa yang dapat disebut professional. Menurut Jurnal Manajemen Pendidikan Educational Leadership Edisi Maret 1993 (Supriadi 1998) untuk menjadi guru yang profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:

1) Guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa.

2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagai guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

3) Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannnya, dan belajar dari pengalamanya. Artinya ia harus belajar menyediakan waktu untuk mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.

5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan organisasi profesinya.

Selain lima kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, guru juga mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar dalam perkembangan dunia pendidikan. Tugas dan tanggungjawab guru menurut Peters seperti


(54)

yang dikutip oleh Sudjana (1989: 15) yaitu: a) guru sebagai pengajar, yaitu dimana guru dituntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknik mengajar, b) guru sebagai pendamping, yaitu guru memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah, c) guru sebagai administrasi kelas, tugas guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan umum.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas dapat dikaitan dengan kompetensi profesional, menurut Samana (1994) seorang guru atau dosen dalam meniti dan mengembangkan kariernya hendaknya memiliki sepuluh kompetensi atau kemampuan dasar guru yang meliputi menguasai bahan ajar, mampu mengelola program belajar mengajar, mampu mengelola kelas, mampu menggunakan media dan sumber pengajaran, menguasai landasan kependidikan, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah, memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah sikap seorang guru profesional yang meliputi:(1) menguasai kurikulum; (2) mengusai materi setiap mata plajaran;(3) menguasai metode dan evaluasi belajar; (4) setia terhadap tugas;


(55)

dan (5) displin dalam arti luas, kompetensi kepribadian, kompetensi social serta kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. c. Karakteristik Profesionalisme Guru

Guru adalah salah satu pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional pada dasarnya merupakan panggilan jiwa, tanggungjawab moral, tanggungjawab sosial dan tanggungjawab keilmuan. Oleh karena itu, terkadang guru lebih mengutamakan panggilan dan tanggungjawab dari pada gaji/upah yang diterima. Maka dari itu, guru berhak mendapat penghargaan yang layak sesuai dengan keprofesionalan yang ditujukkan dalam bekerja mendermakan pengabdiannya terhadap lingkungan atau pengguna pendidikan. Mukthar (Darmansiah, 2008) memperinci lima karakteristik profesi, yaitu: a) mempunyai basis sistematik teori, b) terwujud dan dapat menjadi jaminan untuk praktik dan bekerja dilapangan, di mana dilengkapi dengan fakta-fakta lapangan yang dapat dilihat dan ditujukan kepada publik sebagai suatu jaminan pengaturan serta dapat digambarkan sebagai profesi; c) karakteristik diidentifikasikan sebagai adanya suatu sanksi komunitas dan institusi atas pelanggaran profesi yang dilakukan; d) kode etik; dan e) budaya dari berbagai profesi.

Menurut Mukthar (Darmansiah, 2008) ada beberapa karakteristik guru yang profesional, yaitu: a) komitmen yang kuat terhadap profesi/karier; b) bertanggungjawab; c) terbuka menerima ide-ide baru; d) komitmen terbaru pekerjaan; e) konsisten terhadap setiap orang; f) berperilaku pamong; g) reward; dan i) memilki kode etik. Disamping itu mereka adalah


(56)

pribadi yang memiliki sejumlah kemampuan dan kreativitas untuk: a) mengembangkan norma kolaborasi; b) mampu bekerja sama dalam

masyarakat; c) mampu berdiskusi tentang strategi baru; d) mampu menyelesaikan masalah; e) mampu mengajar; f) mampu mengumpulkan masalah; g) mampu mencari dan melihat masalah sekaligus meningkatkan kemampuan pribadi untuk menanganinya; h) mampu menghadapi setiap manusia yang berbedda; i) mampu meningkatkan strategi pengendalian resiko diantara seprofesi; j) mampu melihat problem; k) mampu saling mendorong dan sekaligus memberikan bantuan pada setiap penyelesaian masalah; l) memiliki tanggungjawab moral; m) memiliki tanggungjawab keilmuan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik/dimensi keprofesionalan guru meliputi: komitmen/konsistensi, tanggungjawab, keterbukaan, orientasi, reward/pushiment, dan kemampuan/kreativitas.

d. Dampak Profesionalisme Guru

Seorang guru yang dikatakan sebagai guru professional adalah guru yang mampu menumbuh mentalsiswa dalam belajar. Menurut ahli psikologi bahwa kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar disebut sebagai motivasi belajar, sehingga guru harus mampu menunjukkan kebutuhan dasar (tujuan) dari belajar yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam mencapai keinginan dan cita-cita, yakni meningkatkan kualitas pendidikan.


(57)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2012) menemukan bahwa ada pengaruh secara positif antara profesionalisme guru dalam hal strata akademik dan kompetensi profesionalisme terhadap prestasi belajar matematik peserta didik dan variabel yang paling dominan yang mempengaruhi prestasi belajar matematika adalah strata akademik. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yanuari (2011) menemukan bahwa guru-guru ini sudah cukup professional terutama dalam neningkatkan motivasi belajar siswa, baik motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru dampat memberikan dampak yang positif terhadap mental siswa dalam arti prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Selain berdampak positif, profesionalisme juga akan berdampak negatif yaitu siswa menjadi beban siswa karena didorong untuk memahami materi yang kurang dikuasai sehingga prestasi belajar dan semangat belajar menjadi menurun.

5. Kinerja guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru. Kinerja seseorang perlu dinilai secara berkesinambungan. Dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin,


(58)

hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian (Kusmianto,1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan

bahwa: “Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam

menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru”.

Menurut Mulyasa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja dalam hal ini prestasi guru adalah merupakan perilaku guru yang mempunyai: (1) kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang tugasmu dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya,(2) ketrampilan yang sangat baik dalam melaksanakan tugasnya,(3) Pengalaman yang luas dibidang tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya, (4) selalu bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan tugasnya, (5) kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani yang baik, (6) selalu melaksanakan tugas secara berdayaguna dan berhasil guna. (7) hasil


(59)

kerjanya jauh melebihi hasil kerja rata-rata yang ditentukan, baik dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang membahas tentang kinerja guru dapat ditunjukan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi yang dipasyaratkan dipenuhi. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah: ”kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional”.

Kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru.Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessmen instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans andmaterials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembembelajaran yaitu pelaksaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh guru


(60)

berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswa.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan, kepribadian dan minat kerja. Kemampuan merupakan kecakapan seseorang, seperti kecerdasan dan ketrampilan. Kemampuan pekerja dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara. Misalnya dalam cara pengambilan keputusan dalam suatu organisasi, cara menginterprestasikan tugas dan cara penyelesaian tugas. Kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap yang dipengaruhi oleh keturunan dan faktor sosial, kebudayaan dan lingkungan. Sedangkan minat merupakan suatu valensi atau sikap.

2) Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peran seseorang pekerja, yang merupakantaraf pengertian dan penerimaan seseorang individu atas tugas yang dibebankan kepadanya. Makin jelas pengertianpekerja mengenai persyaratan dan sasaran pekerjaannya, maka makin banyak energi yang dapat dikerahkan untuk kegiatan kearah tujuan.

3) Tingkat motivasi pekerja, motivasi adalah daya energi yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku.


(61)

Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007:227) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, bukan faktor internal atau eksternal. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas, perhargaan terhadap tugas, peluang untuk berkembang, perhatian kepala sekolah, hubungan interpersonal dengan semua guru, MGMP dan KKG, kelompok diskusi bimbangan, kayananan perpustakaan.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukan di atas, faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja guru dapat disimpulkan yaitu: (1) tingkat penghargaan (reward system), (2) lingkungan kerja, (3) jabatan guru, (4) motivasi atau semangat kerja, (5) hubungan interpersonal dengan semua guru, (6) keterampila, (7) karakter pribadi, (8) struktur kepemimpinanan

c. Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 35 tahun 2010 tentan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.Pengukuran terhadap kinerja penting dilakukan untuk mengukur tingkat produktivitas dan prestasi kerjanya sesuai dengan tugas sebagai guru. Menurut Silberman (2001), kinerja atau performance merupakankegiatan seseorang dalam melaksanakan tugas pokoknya yang dibagi menjadi empat bagian utama yaitu commitment, confidence,


(62)

competence dan contingencies. Pendapat ini dikenal dengan teori The Four

“C”s To Achieving Peak Performance.

Berkaitan dengan pengukuran kinerja Silberman, (2001) menyatakan bahwa add up the score you gave yourself for the items partaining to each of the four performance factors: commitment, confidence, competence dan contingencies. Contingencies are subdivied into Working Conditions and Communication.Sejalan dengan teori The Four “C”s To Achieving Peak Performance, unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam penilaian kinerja guru menurut Silberman (2001), meliputi: 1) commitment atau tanggungjawab guru dalam mencapai tujuan bersama, 2) confidence yaitu rasa percaya diri yang menyangkut tumbuh dan berkembangnya motivasi internal dalam melaksanakan pekerjaan, 3) competence, yaitu kompetensi dalam melaksanakan tugasnya, 4) contingencies yang menyangkut situasi dan kondisi sekolah yang memungkinkan guru dapat meningkatkan prestasi kerja, dan 5) comunication, yaitu adanya hubungan yang harmonis antara sesama warga sekolah.

d. Arti Penting Kinerja

Arti penting dari kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Sedarmayanti 2007: 260).


(63)

Unit sumber daya manusia dalam suatu organisasi seharusnya berperan untuk menganalisis dan membantu memperbaiki masalah-masalah dalam pencapaian kinerja.Sumber daya manusia menjadi peranan dalam suatu organisasi ini seharusnya tergantung pada apa yang diharapkan manajemen tingkat atas,seperti fungsi manajemen manapun, kegiatan manajemen sumber daya manusia harus dievaluasi dan direkayasa sedemikian sehingga mereka dapat memberikan kontribusi untuk kinerja yang kompetitif dari organisasi dan individu pada pekerjaan (Robbins 2003: 82).

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan juga haruslah dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perusahaan yang dilihat dari segi kualitas yang dirasakan oleh perusahaan dan sangat besar manfaatnya dimasa yang akandatang.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu mengenai kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah, budaya organisasi, dan ketrampilan guru terhadap kinerja guru SD di UPT Dinas Pendidikan Kecammatan Sukorejo yang dilakukan oleh Widhiastuti (2013) menemukan bahwa besarnya kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah memiliki kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 96.5%. Ada kontribusi secara simultan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah, budaya organisasi, dan keterampilan guru terhadap kinerja guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sukorejo. Adapun besarnya kontribusi ketiga variabel


(64)

independen terhadap kinerja guru sebesar 98.9%.Adapun implikasinya adalah: (a) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah yang tidak membangun komunikasi harmonis menyebabkan rendahnya dukungan guru pada visi dan misi menujunu ke arah perubahan yang lebih baik pada layanan pendidikan di sekolah, (b) Guru yang tidak kreatif dan inovatif serta tidak mandiri sulit mengikuti perkembangan kemajuan bidang pendidikan sehingga kualitas kinerja rendah, (c) Guru yang kurang terampil dalam melaksanakan tugas utamanya pada proses pembelajaran dapat mengakibatkan pencapaian tujuan kurang efektif dan efisien, dan (d) Guru yang malas membangun kesadaran dan kemauan untuk selalu melakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme, sehingga akan memberi dampak negatif pada peningkatan proses dan hasil pendidikan.

Selain itu, penelitian Uswanti (2010) menemukan bahwa selain itu, kompetensi profesional guru dapat dipengaruhi berbagai faktor, yang meliputi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kompetensi profesional guru SMK YPE Kroya baik secara simultan maupun parsial. Variabel yang diteliti yaitu kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1), motivasi kerja guru (X2),dan kompetensi profesional guru (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis regresi ganda. Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru


(65)

terhadap kompetensi profesional guru SMK YPE Kroya baik secara simultan maupun parsial.

Hasil penelitian terdahulu yang selanjutnya dari Beta Kumalasari (2009) menemukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan kuat terhadap motivasi kerja guru dengan kategori kepemimpinan transformasional baik dan motivasi kerja yang tinggi. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif signifikan dan kuat terhadap motivasi kerja dengan kontribusi sebesar 41,8%, sedangkan sisanya 58,23% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian. Prensentase untuk setiap indicator kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut: 1) idealized influencesebesar 72,00%, 2) inspiration motivation sebesar 70,69%, 3) intellectual stimulation sebesar 69,07%, 4) individualized consideration sebesar 80,33%.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh kepemimipinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, terhadap profesionalisme guru dan kinerja guru di SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten.

1. Pengaruh Kepemimipinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Profesionalisme Guru

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahan guna tercapainya tujuan sekolah. Sedangkan profesionalisme guru adalah suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru dapat


(66)

menjalankan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru.

Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan komponen-komponen yang ada disekolah. Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru dituntut secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggungjawab atas tercapainya tujuandan menjamin mutu pendidikan di sekolah. Dengan demikian tujuan sekolah dapat tercapai, apabila kepala sekolah memiliki kapasitas yang memadai sebagai seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas serta fungsinya dengan baik. Dalam hal ini kepemimpinan transformasional mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru. Kepemimpinan transformasional yang baik, mampu mempengaruhi, menggerakkan dan membawa perubahan pada bawahan guna meningkatkan profesionalismenya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh positif signifikan kepemimpinan transformaional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru

Ha: Ada pengaruh positif signifikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru


(1)

20 Sudirman, S.Pd. Bahasa Inggris 21 Arief Damayanti Bahasa Inggris 22 Agus Suranto Penjaskes 23 Drs. Nur Cahyo B.J. Penjaskes 24 Sugimo, S.Pd. Penjaskes 25 Drs. Wahdjo Matematika 26 Dra. Pudyastuti Matematika 27 Drs. Didit Handoyo T.H. Matematika 28 Dra. Tatik Sugiarti Matematika 29 Drs. Riyanto Matematika 30 Agus Purnama, S.Pd. Matematika 31 Drs. Rohmadi Fisika 32 Drs. Agus Suwarno Endro Fisika 33 Supoyo, S.Pd Fisika 34 Netty Sukatmi, S.Pd Fisika 35 Dra. Ratna Darmayanti Biologi 36 Sudartati, S.Pd Biologi 37 Harjanti, S.Pd Biologi

38 Dianita Hastiningrum Biologi Lingkungan 39 Dra. Tri Suwarni Kimia


(2)

161

44 Rahayu, S.Pd Ekonomi 45 R. Nunuk Indrastuti Ekonomi

46 Dra. Yarti S. Ekonomi/Akuntasi 47 Nurul Faizah, S.Pd Ekonomi

48 Sri Atut Mawarni, S.Pd. Geografi

49 Sri Wahyuni, S.Pd Geografi/Sosiologi 50 Dra. Rini Sulistyawati Sosiologi

51 Drs. Jaka Hadi S. Geografi/Sosiologi 52 Dra. Wahyuni Seni Tari

53 Drs. Suwardhi Seni Lukis 54 Drs. Sumardi Bahasa Jerman 55 Dra. Siti Sundari Bahasa Perancis 56 Drs. Sutar Bahasa Jawa/BK 57 Niken Rudatin S.T., S.Pd. Bahasa Jawa

58 Rabin TIK

59 Hapsari Widya Kirana, S.Pd. TIK 60 Drs. Sihono BK 61 Drs. Djurnal BK 62 Dra. Sadar I. BK 63 Supardi, S.Pd. BK 64 Sri Supadmiyanti, S.Pd. BK


(3)

LAMPIRAN VII


(4)

163 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

165 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA GURU.

0 2 2

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 2 12

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 3 17

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Batik 1 Surakarta 2013/2014.

0 2 17

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Batik 1 Surakarta 2013/2014.

0 2 14

TESIS Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.

0 3 9

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, KEPUASAN KERJA GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP KOTA SIBOLGA.

1 3 42

PENGARUH MOTIVASI GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP KINERJA GURU KEJURUAN.

0 1 57

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK YPE KROYA.

0 0 2