Kondisi Dan Dampak Penangkapan Hiu Kejen (Carcharhinus Falciformis) Terhadap Ekosistem Kasus Perikanan Hiu Di Muncar

KONDISI DAN DAMPAK PENANGKAPAN
HIU KEJEN (Carcharhinus falciformis) TERHADAP
EKOSISTEM : KASUS PERIKANAN HIU DI MUNCAR

BENAYA MEITASARI SIMEON

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Kondisi dan Dampak
Penangkapan Hiu Kejen (Carcharhinus Falciformis) terhadap Ekosistem : Kasus
Perikanan Hiu di Muncar” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Benaya Meitasari Simeon
NRP C451130071

RINGKASAN
BENAYA MEITASARI SIMEON. Kondisi dan Dampak Penangkapan Hiu Kejen
(Carcharhinus falciformis) terhadap Ekosistem : Kasus Perikanan Hiu di Muncar.
Dibimbing oleh MULYONO S.BASKORO dan AM AZBAS TAURUSMAN.
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memanfaatkan sumber daya
ikan bertulang rawan (hiu dan pari) terbesar di dunia. Penangkapan hiu telah
mendapat sorotan dari dunia internasional, dan beberapa jenis hiu telah masuk ke
dalam daftar CITES dan IUCN, namun kenyataannya di Indonesia kajian
mengenai penangkapan hiu. Kondisi perairan Indonesia dengan biodiversitas yang
tinggi dan kegiatan penangkapan semua jenis ikan di setiap tingkat trofik tentunya
berbeda dengan perairan di daerah subtropis. Penangkapan terhadap hiu yang
selama ini terjadi memiliki dampak terhadap ekosistem secara luas, sehingga perlu
kajian lebih lanjut, apakah aktivitas penangkapan hiu kejen bersifat ramah
lingkungan.
PPP Muncar, Banyuwangi telah berkembang menjadi salah satu pusat

pendaratan hiu di Indonesia. Hiu yang tertangkap didominasi oleh hiu kejen
(Carcharhinus falciformis). Status perlindungan hiu kejen saat ini oleh IUCN
diklasifikasikan dalam “near threated” (rawan terancam). Saat ini hiu kejen
menjadi salah satu ikan target bagi nelayan Muncar. Terjadi perubahan preferensi
tangkapan hiu dari sebelumnya sebagai by catch menjadi target.
Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan perikanan hiu kejen di
Muncar; 2. Menganalisis kebiasaan makan hiu kejen dan posisinya dalam jaring
makanan; 3. Menganalisis dampak ekologis dan ekonomis penangkapan hiu
kejen; dan 4. Menghasilkan rekomendasi pengelolaan perikanan hiu kejen yang
bertanggung jawab
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus alat penangkapan hiu yang
memiliki pangkalan armada (fishing base) di PPP Muncar Banyuwangi, Jawa
Timur. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Mei 2014 hingga April
2015. Metode pengambilan data yang digunakan adalah survei sampel dan
observasi langsung berstruktur. Analisis yang digunakan terdiri dari: 1. Analisis
deskriptif untuk mengidentifikasi perikanan hiu kejen; 2. Analisis kebiasaan
makan hiu kejen; 3. Analisis dampak ekologis dan ekonomis; dan 4. Analisis
keberlanjutan perikanan hiu kejen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hiu kejen (Carcharhinus falciformis) yang
didaratkan di PPP Muncar adalah target utama dari armada pancing rawai hiu.

Pancing rawai memiliki modifikasi tembaga diantara tali cabang dan mata
pancing dan modifikasi kedalaman berdasar ukuran target. Target yang berukuran
panjang di bawah 200 cm ditangkap menggunakan rawai permukaan, sedangkan
yang berukuran di atas 200 cm ditangkap menggunakan rawai kolom air.
Makanan utama hiu kejen adalah kerapu, dan makanan pelengkap adalah cumi,
layur, dan lemuru. Makanan pelengkap ditemukan lebih dari 50% dari indeks
relatif penting sehingga makanan pelengkap sangat diperlukan hiu kejen. Hiu
kejen diketahui berada di puncak trofik level dengan makanan beragam sesuai
dengan kelimpahan, sehingga hiu kejen selektif dalam memilih mangsa.

Penangkapan hiu kejen telah berdampak secara ekologis dan ekonomis,
dimana berdasarkan kedua aspek tersebut penangkapan hiu membawa kerugian
bagi nelayan. Hiu sebagai predator yang ditangkap secara intensif mengakibatkan
ketidakseimbangan ekosistem. Secara ekonomis harga hiu yang terus menurun
akan mengurangi keuntungan nelayan penangkap hiu.
Rawai hiu di Selat Makassar memiliki hook rate 2,5 % yang diklasifikasikan
sebagai cukup baik. Rawai hiu di Selat Bali memiliki hook rate 0.7 %yang
diklasifikasikan sebagai kurang baik. Rekomendasi pengelolaan, operasi
penangkapan yang tidak disarankan adalah pada bulan Juni dan Juli karena hiu
kejen banyak ditemukan dalam ukuran kecil, dan pada November karena hiu

kejen berada dalam kondisi siap melahirkan anakan (bunting).
Katakunci: dampak penangkapan, hiu kejen, Muncar, rawai

SUMMARY
BENAYA MEITASARI SIMEON. Condition and Shark Fishing Impact of Silky
Shark (Carcharhinus falciformis) : Shark Fisheries Case in Muncar. Supervised
by MULYONO S.BASKORO and AM AZBAS TAURUSMAN.

Indonesia is one of the largest countries which utilizing cartilaginous fish
(sharks and rays) in the world. Shark fishing has been received attention of
international community, and some species of sharks have entered list of CITES
and IUCN. Unfortunately, study of shark in Indonesia has not been conducted
well. Indonesia waters have high biodiversity and multi species fishing in each
different trophic level, it would be a different condition of subtropics waters.
Shark fishing had occurred would bring some impacts. That needs to be studied
further based on its fishing activities, whether the shark fishing classifiable as
sustainable fishing activities
Muncar Coastal Fishing Port, Banyuwangi has been considered as Indonesia
shark fishing center in East Java Province. Silky shark (Carcharhinus falciformis)
has been dominant shark species caught by fishermen. IUCN has classified the

status of silky shark as "near threated" species. Presently, the silky shark has been
one of main target fish by Muncar fishers. In this area, there were preferences
changes of shark fishing from by catch to main target. It needs required studies for
sustainable management.
The objectives of this study are: 1. To describe the condition of silky sharks
fishery in Muncar; 2. To analyze feeding habits and trophic level of the silky
sharks; 3. To analyze the ecological and economics impact of shark fishing; and 4.
To get recommendation for sustainable management of shark fisheries.
This field study was conducted in Muncar Coastal Fishing Port (PPP Muncar),
Banyuwangi, East Java from Mei 2014 until April 2015. The biology and fishing
data were collected from samples of shark landed in PPP Muncar by enumeration
sampling technique and direct observation in the fishing ground during the fishing
trip. Data were analyses by means of : 1. Descriptive analysis, to identify silky
shark fisheries; 2. Feeding habit analysis; 3. Ecological and economics impacts
analysis; 4. Sustainable fisheries analysis.
This study showed that the silky sharks (Carcharhinus falciformis) which
landed in PPP Muncar were the main target of shark longline fleet. Longline has
been modified by copper line between branch line and hook, and the difference
setting depth according to size of the shark target. For the shark size under 200
cm length were caught by surface longline, while for 200 cm length were caught

by midwater longline.
Based on stomach contents analysis, the main food of the silky sharks was
grouper fish, and the complementary foods were squid, beltfish, and sardinella.
Complementary foods was found more than 50% of index of preponderance. It
was showed that complementary food was indispensable. Silky shark could be
classified as a top predator on the trophic level with variation of food according to
abundance of prey.

Silky shark fishing activity has ecological and economic impact in this area,
which is based both these aspects shark fishing brought losses for fishers. As
predator, intensive catch of the silky shark has potentially ecosystem impact on
the foodweb balance. Economically, declining trend of shark prices would reduce
the benefit of shark fishermen. While the impact of shark fishing technology was
a modification of fishing gear and the difference setting depth by the size of target
sharks.
Hook rate of shark longline in Makassar Strait was 2.5 %. It could be
classified as “quite good” condition. Hook rate of shark longline in Bali Strait was
0.7 %, classified as “not good” condition. For sustainable management of shark
fishery in this area, this study suggest that fishing operations should not done in
June and July, because during these months the silky sharks were found in small

size, and also in November because silky sharks were in pregnant condition.
Keywords: fishing impact, silky shark, Muncar, longline

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KONDISI DAN DAMPAK PENANGKAPAN
HIU KEJEN (Carcharhinus falciformis) TERHADAP
EKOSISTEM : KASUS PERIKANAN HIU DI MUNCAR

BENAYA MEITASARI SIMEON
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ronny I.Wahju, M.Phil.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya
ilmiah ini berjudul “Dampak Penangkapan Hiu Kejen (Calcharhinus falciformis)
Menggunakan Pancing Rawai: Studi Kasus Pendaratan Hiu Di PPP Muncar
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur”
Sejak awal penelitian hingga karya ilmiah ini selesai penulis telah
mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :

1.
Prof. Dr. Ir. Mulyono S.Baskoro, M.Sc. dan Dr. rer. nat. Am Azbas
Taurusman, S.Pi, M.Sc., selaku tim pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dalam penulisan.
2.
WWF-Indonesia sebagai sponsor utama dalam penelitian ini
3.
Keluarga yang selalu mendukung dalam doa, bapak saya yang terkasih
Paulus Pitono,M.Mar.Eng., ibu Slamet Riyanti Am.Keb., kakak saya
Andhini Kartika Simeon, S.S., dan adik saya Citra Andrayani Simeon,
Am.Keb., S.Psi.
4.
Keluarga di Banyuwangi yang membantu dalam pengambilan data, Mas
Dana dan keluarga, Bapak Dugel dan keluarga, serta Abah dan Umi Kasim.
5.
Tim hiu yang selalu mendukung: Ariyoga Gautama, Ranny Yuneni, Hastuti
Sabrang, Andini, dan Marsela.
6.
Keluarga Ikatan Keluarga Alumni Universitas Diponegoro,
7.

Teman-teman saya yang terkasih di Bogor: Keluarga Departemen PSP,
Laboratorium Metode Observasi Bawah Air, Keluarga TPL 2013,
Oktavianto Prasetyo, Dwi Putra Yuwandana, Moh Ali Hamdan, Wildy
Kamali, Soraya Gigentika, Yuningsih, dan pihak-pihak yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu
Demikian karya ilmiah ini dibuat, semoga karya ilmiah ini dapat menjadi
berkat dan bermanfaat.

Bogor, April 2016
Benaya Meitasari Simeon

DAFTAR ISI
RINGKASAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data Penelitian
Metode Pengambilan Data
Analisis Data
3 HASIL
PPP Muncar
Produksi Hiu di PPP Muncar
Unit Penangkapan Ikan
Hook Rate
Hiu yang Didaratkan di PPP Muncar
Daerah Penangkapan Ikan
Indeks Musim Penangkapan Hiu Kejen
Isi Lambung
4 PEMBAHASAN
Sumberdaya Hiu Kejen
Tingkah Laku Hiu Kejen dan Alat Penangkapan Ikan
Analisis Isi Lambung
Dampak Penangkapan Hiu Kejen
Pengelolaan Perikanan Hiu Kejen yang Berkelanjutan
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

iv
xiii
xiv
xiv
xiv
1
1
3
3
4
4
4
6
6
6
7
7
9
10
15
15
15
16
20
20
22
23
24
25
25
27
30
32
35
39
39
39
40
44
48

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Bahan yang digunakan pada penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian
Parameter data primer biologi, teknis, dan ekonomi pada penelitian
Penggolongan musim penangkapan ikan berdasarkan nilai Indeks Musim
Penangkapan (IMP)
5 Armada penangkapan hiu di PPP Muncar
6 Musim penangkapan hiu kejen dan musim di perairan Indonesia.
7 Harga sirip hiu berdasarkan ukuran

6
6
7
12
16
25
33

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Lokasi penelitian di PPP Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
3 Sistem input dan output perikanan tangkap
4 Tren Penangkapan Hiu Tahunan di PPP Muncar, Kab. Banyuwangi, Jawa
Timur.
5 Rawai hiu kejen
6 Mata pancing (hook) rawai hiu
7 Hubungan CPUE dan produksi hasil tangkapan hiu kejen
8 Sebaran ukuran hiu kejen yang didaratkan di PPP Muncar
9 Sebaran ukuran hiu kejen berdasarkan bulan
10 Komposisi ukuran hiu kejen berdasarkan daerah penangkapan ikan
11 Plotting lokasi sampling daerah penangkapan hiu nelayan PPP Muncar
12 Indeks musim penangkapan ikan hiu kejen
13 Indeks relatif penting berdasarkan analisis isi lambung
hiu kejen
(C.falciformis)

5
7
13
15
18
18
20
20
21
21
22
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Produksi dan CPUE
Indeks Musim Penangkapan
Isi Lambung dan Indeks Relatif Penting
Dokumentasi

43
43
45
45

1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan hiu atau nama lokal sering disebut ikan cucut merupakan spesies yang
menjadi isu perikanan tangkap dunia saat ini. Perikanan skala kecil di dunia saat
ini mengalami suatu dilema untuk tidak melepaskan hiu yang merupakan by-catch
karena dianggap memiliki nilai ekonomis. Kegiatan penangkapan yang intensif
terjadi karena harga sirip ikan hiu yang tinggi dan disukai untuk konsumsi pasar.
Bagi nelayan artisanal di beberapa daerah yang memiliki kapasitas armada kecil,
ikan hiu ditangkap hanya untuk diambil siripnya, setelah itu tubuh ikan dibuang
ke laut karena menghasilkan amoniak yang menimbulkan bau pesing. Berbeda
dengan kapal penangkapan yang memiliki palka cukup besar, tubuh hiu hasil
tangkapan tetap dibawa dan didaratkan untuk dijual dengan harga yang relatif
murah (Fahmi dan Dharmadi 2013).
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memanfaatkan sumber daya
ikan bertulang rawan (hiu dan pari) terbesar di dunia, sejak tahun 1996 dilaporkan
100.000 ton hiu tertangkap di Indonesia (Stevens et al. 2000) dan hasil tangkapan
sebesar 103.245 ton pada tahun 2011 dan 105.230 ton pada tahun (Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap 2012). Perikanan hiu dan pari terdiri dari beragam
jenis ikan (multi species) dan ditangkap oleh berbagai alat tangkap (multi gear) di
perairan Indonesia. Kegiatan pemanfaatan (penangkapan) sumberdaya hiu dan
pari (Elasmobrancii) di perairan Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1970
(Rahardjo 2009).
Sebagai hasil tangkapan sampingan dari berbagai alat tangkap, namun
tingkat pemanfaatan hiu sangat intensif. Hal ini terlihat dari laju hasil tangkapan
per unit kapal, dan penurunan produksi (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
2012). Selain itu, telah terjadi penurunan keanekaragaman sumberdaya yang
ditandai dengan hilangnya jenis Pristidae (Rahardjo 2009).
Penangkapan hiu telah mendapat sorotan dari dunia internasional, dan
beberapa jenis hiu telah masuk ke dalam daftar IUCN, namun kenyataannya di
Indonesia kajian mengenai hiu belum banyak dilakukan terkait dengan aktivitas
penangkapannya. Kondisi laut Indonesia dengan biodiversitas yang tinggi dan
kegiatan penangkapan semua jenis ikan di setiap level trofik tentunya menjadi
suatu yang berbeda dengan keadaan laut di daerah subtropis. Tekanan tangkap
terhadap hiu yang selama ini terjadi tentunya memiliki dampak. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dikaji lebih lanjut berdasar aktivitas penangkapannya, apakah
aktivitas penangkapan hiu terklasifikasikan sebagai kegiatan penangkapan yang
ramah lingkungan.
Aspek ekologis yang diketahui tentang hiu kebanyakan adalah mengenai
fekunditas dan pertumbuhannya yang memerlukan waktu lebih lama dibanding
ikan lainnya, sehingga ikan hiu harus dilindungi keberadaannya. Tingkah laku
ikan yang diteliti umumnya adalah tingkah laku individu spesies tanpa
menyertakan fungsi kebiasaannya dalam lingkup ekosistem. Penelitian yang
mendetail mengenai aspek yang mengkomparasikan aspek teknis penangkapan
dan kebiasaan hidup hiu sangat diperlukan untuk keberlanjutan perikanan hiu dan
keseimbangan ekosistem laut.

2
Secara umum, hiu merupakan predator tingkat pertama yang menempati
posisi puncak dalam rantai makanan di laut. Sebagai predator puncak, hiu
memangsa hewanhewan yang berada pada tingkat tropik di bawahnya. Jejaring
makanan merupakan penghubung keterkaitan antar organismeorganisme yang
hidup di suatu ekosistem yang di dalamnya terdapat rantai-rantai makanan yang
saling berhubungan. Terputusnya rantai makanan yang ada di puncak dapat
merusak jejaring makanan yang sudah terbentuk dan seimbang sehingga
mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem Dengan demikian,
mempertahankan keseimbangan di dalam ekosistem sangatlah penting karena
semua organisme yang hidup di dalamnya saling membutuhkan dan saling
ketergantungan satu sama lain (Paine 1996; Myers & Worms 2005; Ferretti et al.
2010 dalam Fahmi dan Dharmadi 2013).
Dalam mempertahankan dirinya agar tetap dalam suatu jaring makanan, hiu
kejen tentunya memiliki adaptasi tingkah laku dalam skala ekosistem. Tingkah
laku ikan terhadap ekosistem erat kaitannya dengan kegiatan penangkapan
(Baskoro dan Taurusman 2011), dimana dalam hal ini hiu memiliki tekanan
penangkapan yang relatif tinggi dalam kurun waktu beberapa tahun akhir. Selama
ini penelitian tingkah laku ikan secara terhadap alat tangkap telah banyak
dilakukan. Salah satu cara metode untuk mengkaji tingkah laku ikan dalam
lingkup ekosistem adalah dengan mengetahui posisi trofik level ikan tersebut
dalam ekosistem (Martin dan Bateson 2010). Melihat perkembangan perikanan
Indonesia yang menuju pada pendekatan ekosistem (Ecosystem Approach
Fisheries Management), maka perlu dilakukan juga banyak kajian tingkah laku
ikan dalam lingkup ekosistem.
Upaya untuk mengetahui hubungan antara kegiatan penangkapan dan
kebiasaan hidup hiu dalam ekosistem adalah dengan mengkaji tingkah laku makan
hiu. Kebiasaan makanan ikan adalah jenis, kuantitas, dan kualitas makanan yang
dimakan ikan. Sedangkan kebiasaan cara makan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan waktu, tempat, dan cara mendapatkan makanan tersebut. Ketersediaan
makanan di perairan dipengaruhi oleh kondisi biotik dan kondisi abiotik
lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang, dan luas permukaan (Effendie 1997).
Besarnya populasi ikan di suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia.
Berdasarkan tingkah laku makan hiu, dapat diketahui posisi hiu dalam level
trofik dan fungsi keberadaan hiu dalam ekosistem laut Indonesia yang memiliki
biodiversitas tinggi. Analisis tingkah laku makan berdasar isi perut juga akan
mengetahui makanan hiu dalam perairan Indonesia. Analisis tingkah laku
kebiasaan makan sulit dilakukan dengan longline sebagai alat sampling, sehingga
digunakan gillnet sebagai alat tangkap hiu.
Menurut Fahmi dan Dharmadi (2013) keragaman tertinggi ikan hiu di
Indonesia berada di daerah paparan benua, mulai dari perairan pantai hingga
tepian benua (kedalaman hingga 150 m). Wilayah paparan benua di Indonesia
meliputi perairan-perairan di sekitar pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa, yang
merupakan bagian dari paparan benua Asia, sedangkan Pulau Irian merupakan
bagian dari paparan benua Australia. Salah satu hiu yang dominan tertangkap
adalah hiu kejen (Carcharhinus falciformis).
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar merupakan salah satu sentra pendaratan
hiu di Indonesia. Penduduk setempat menyatakan bahwa penangkapan hiu telah
dilakukan turun temurun, namun selama ini sedikit penelitian mengenai hiu di

3
daerah tersebut. Data statistik menujukkan penangkapan hiu yang didominasi oleh
hiu kejen mencapai lebih dari 700 ton tiap tahunnya dari tahun 2007 hingga tahun
2013 (PPP Muncar 2014).
Penangkapan hiu oleh nelayan Muncar telah mengalami perubahan preferensi.
Hiu yang awalnya merupakan by-catch telah menjadi salah satu komoditas
ekonomi penting bagi nelayan Muncar. Harga sirip hiu yang tinggi mengundang
minat nelayan untuk menjadikannya sebagai target utama. Selain pemanfaatan
sirip, hiu yang ditangkap juga dimanfaatkan baik kulit, daging, hingga isi perutnya.
Kulit digunakan sebagai bahan tas, daging untuk konsumsi, da nisi perut untuk
bahan baku tepung ikan.
Unit penangkapan hiu terdiri dari nelayan, kapal, dan alat penangkap hiu.
Nelayan umumnya menggunakan kapal dengan dimensi kecil untuk menangkap
hiu. Armada kapal penangkap ikan berukuran 20GT. Alat tangkap yang
digunakan adalah longline, dimana hiu adalah hasil tangkapan sampingan dengan
harga yang cukup tinggi dibanding hasil tangkapan utama.
Pemanfaatan hiu kejen yang telah dilakukan oleh nelayan Muncar selama
bertahun-tahun tidak memiliki pola. Penelitian mengenai perikanan hiu di Muncar
dapat menjadi sumber kajian mengenai perikanan hiu kejen di Indonesia. Kajian
tersebut berupa informasi unit penangkapan ikan dan tingkah laku hiu kejen
terhadap alat tangkap.
Perumusan Masalah
1.
2.

3.

4.

Permasalahan yang ditemui adalah :
Hasil tangkapan hiu di Indonesia mengalami peningkatan tertinggi di dunia
selama dekade terakhir;
Terjadinya perubahan preferensi nelayan menjadikan hiu sebagai target
utama di Banyuwangi dan berkembangnya lokasi tersebut menjadi salah satu
sentra perikanan hiu di Indonesia;
Kajian mengenai dampak penangkapan hiu di Indonesia masih terbatas,
sementara itu penangkapan hiu berpotensi merusak keseimbangan ekosistem
sumberdaya ikan dan perlindungan hiu telah menjadi perhatian global; dan
Informasi terkait perikanan hiu dan dampak penangkapannya diperlukan
sebagai landasan pengambilan keputusan.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mendeskripsikan perikanan hiu yang didaratkan di PPP Muncar, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur;
Menganalisis kebiasaan makan hiu kejen dan posisinya dalam jaring
makanan;
Menganalisis dampak ekologis dan ekonomis penangkapan hiu kejen; dan
Menghasilkan pola pengelolaan perikanan hiu kejen yang bertanggung jawab

4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan tangkap. Pengembangan teknologi
tersebut diharapkan berguna untuk memberikan informasi mengenai perikanan
hiu di PPP Muncar Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur sebagai dasar
pengambilan keputusan pengelolaan hiu yang berkelanjutan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi aspek teknologi, ekologis, dan
ekonomis. Aspek teknis terdiri dari analisis alat tangkap yang digunakan di
lapangan. Aspek ekologis terdiri dari analisis tingkah laku makan ikan hiu, lapisan
renang, dan sebaran ukuran hasil tangkapan. Aspek ekonomis merupakan
deskripsi dari tren harga jual hiu kejen. Penelitian dilakukan dengan metode
survey sampel di pendaratan ikan dan observasi berstruktur di daerah
penangkapan ikan hiu nelayan PPP Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kerangka Pemikiran
Ekosistem laut yang sehat memerlukan peranan setiap biota laut termasuk
hiu dalam keseimbangan ekosistem. Penangkapan dan pemanfaatan hiu dianalisis
berdasakan aspek teknologi ,ekologis, dan ekonomis. Aspek-aspek tersebut
dianalisis secara lanjut dengan analisis keberlanjutan guna mengetahui dampak
penangkapan hiu pada ekosistem. Informasi ini berguna sebagai dasar pengelolaan
dan penangkapan hiu yang bertanggung jawab (Gambar 1).
Aktivitas penangkapan hiu kejen sangat dipengaruhi oleh unit penangkapan
ikan dan tingkah laku hiu kejen. Berdasarkan observasi langsung dari kegiatan
penangkapan hiu kejen, dapat diketahui secara langsung unit penangkapan yang
digunakan. Tingkah laku hiu kejen yang dapat diamati dari observasi langsung
adalah kebiasaan makan, lapisan renang, dan habitat.
Setelah hiu kejen tertangkap dan didaratkan, dilakukan wawancara dengan
nelayan terkait harga jual. Harga jual hiu akan menentukan berapa besar
keuntungan yang akan didapatkan nelayan. Setelah ikan hiu kejen yang didaratkan,
dilakukan beberapa pengambilan data, yaitu jumlah hiu, ukuran panjang dan berat,
identifikasi jenis kelamin, dan pencatatan habitat berdasarkan tempat
tertangkapnya hiu.
Seluruh data tersebut digabungkan, dilakukan identifikasi dampak
penangkapan baik secara ekonomis maupun ekologis. Selanjutnya dilakukan
analisis keberlanjutan, kemudian hasil secara deskriptif disimpulkan untuk
mengetahui penangkapan hiu kejen yang bertanggung jawab untuk ekosistem laut.

5

Gambar 1 Kerangka pemikiran dampak penangkapan hiu terhadap ekosistem

6

2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan studi
kasus. Deskriptif merupakan jenis penelitian yang memberikan gambaran atau
uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek
yang diteliti (Kountur 2007). Menurut Nazir (2003), metode studi kasus bertujuan
mendapatkan keterangan mengenai fase spesifik baik latar belakang, sifat, dan
karakter dari objek penelitian.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Bahan yang digunakan pada penelitian
No
1.

Bahan
Perahu