Pengaruh pemangkasan pohon dan letak benih dalam buah terhadap peningkatan produksi dan mutu benih pepaya (Carica papaya L)

PENGARUH PEMANGKASAN POHON DAN LETAK BENIH
DALAM BUAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN
MUTU BENIH PEPAYA (Caricapapaya L.)

LUIS MANUEL BRANCO

PROGRAM STUD1 AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis pengaruh pemangkasan pohon
dan letak benih dalam buah terhadap peningkatkan produksi dan mutu benih
pepaya, belu~n diajukka~l dala~n bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Su~nberinformasi dan yang berasal dari atau dikutip dari karya yang
diterbitkan lnaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalain daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Luis Manuel Branco
A351050061

RINGKASAN TESIS
LUIS MANUEL BRANCO. Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih
daliun Buah terhadap Pcningkatan Produksi dan Mutu Benih Pepaya
(Carica papaya L.). Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO dan
ENDANG MURNIATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan pollon
dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih pepaya dan mengetahui
pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benih
pepaya. Penelitian ini terdiri dari dua tallap percobaan yaitu: percobaan I: untuk
mengetahui pengaruh pe~nangkasanpohon dan let& benih dalam buah terhadap
kualitas benih pepaya dan terdiri dari dua faktor yang meliputi: Faktor I yaitu
pemangkasan pohon (P) yang terdiri dari dua taraf yaitu: pohon tidak dipangkas
(PI) dan pohon dipangkas (P2); dan faktor I1 adalah letak benih dalam buah
pepaya (A) terdiri dari tiga taraf yaitu benih dari pangkal buah (A1),tengah (A2),
ujung buah (A3). Percobaan I1 bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak buah

pada cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benih pepaya d m
merupakan faktor tunggal yang terdiri dari satu perlakuan dengan enam taraf
yaitu: letak buah pada pohon tunggal (PI), letak buah pada cabang primer pada
pohon dengan dua cabang (Pz), letak buah pada cabang sekunder pada pol1011
dengan dua cabang (P3), letak buah pada cabang primer pada pohon dengan tiga
cabang (P4), letak buah pada cabang sekunder pada pohon dengan tiga cabang
(Ps) dan letak buah pada cabang tersier pada pohon dengan tiga cabang (P6).
Hasil penelitian pada percobaan I menunjukkan bahwa Viabilitas potensial
berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB) dan viabilitas total berdasarkan
tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) benih yang berasal dari buah pada
pohon yang tidak dipangkas (PI) memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada benih
yang berasal dari buah pada pohon yang dipangkas (P2). Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 50% total kecarnbah normal (TS0) pada hasil penelitian ini
menunj~kkannilai yang tidak berbeda nyata, sedangkan pada kecepatan tumbuh
(KcT) dan kecepatan perkecambahan (KcP) benih yang dihasilkan dari buah pada
pohon yang dipangkas memiliki vigor kekuatan tumbuh yang lebih tinggi. Benih
yang terletak di bagian pangkal buah (A1) memiliki kecepatan tumbuh (KcT) dan
kecepatan perkecambahan (KCp)yang lebih tinggi dari pada benill yang letaknya
di bagian tengah (A2) dan ujung buah (A3). TsOmenunjukkan tidak berbeda nyata,
meskipun kandungan unsur hara NPK di bagian ujung buah pada hasil penelitian

ini iebih tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah benih per
bagian buah menunjukkan benih yang letaknya di bagian tengah (A2) dan ujung
buah (A3) Pada tolok ukur junlah benih yang dihasilkan dari bagian tengah buah
(A2) dan ujung buah (A3) lebih banyak dibandingkan dengan bagian pangkal buah
(AI). Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pohon yang tidak
dipangkas (PI) memiliki kandungan unsur nitrogen yang lebih rendah
dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam benih pada pohon yang
dipangkas (P2) baik pangkal (At), tengah (A2) maupun ujung buah (A3),
sedangkan pada pohon yang dipangkas (P2) kandungan unsur nitrogen dalam
benih yang terletak di bagian ujung buah (A3) lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian pangkal (Al) dan tengah buah (A2). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh

kandungan unsur kalium dalam benih. Pada bagian ujung buah (A3), baik pohon
yang tidak dipangkas (PI) maupun pohon yang dipangkas (P2) menunjukkan
kandtmgan fosfor yang tidak berbeda nyata.
Hasil percobaan I1 menunjukkan bahwa viabilitas potensial benih
berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB) umumnya tidak berbeda nyata,
kecuali pada cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3) menunjukkan daya
berkecambah (DB) yang lebih rendah dari pohon yang tidak bercabang (PI).
Kecepatan tumbuh (Kcr) benih yang berasal dari buah pada pohon tidak

bercabang (PI), cabang primer pada pohon dua cabang (P2) dan cabang tersier
pada pohon tiga cabang (P6) tidak menunjukka~perbedaan yang nyata. Pada
kecepatan tumbul~benih dari cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3) dan
cabang primer dan sekunder pada pohon tiga cabang (P4 dan Ps) menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan pohon yang tidak bercabang (PI). Fenomena ini
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah cabang tidak mempengaruhi viabilitas
potensial maupun vigor kekuatan tumbuh benih berdasarkan tolok ukur daya
berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh (KCT).Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai 50% total kecambah normal (TSo)menunjukkan bahwa benih dari buah
yang berasal dari pohon tidak bercabang (PI) dan benih yang berasal dari cabang
primer pada pohon dua cabang (P2) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata,
selanjutnya T s ~pada cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3), cabang
primer, cabang sekunder dan cabang tersier pada pohon tiga cabang (P4, PS dan
Pg) menunjukkan perbedaan yang nyata. Seiring dengan peningkatan jumlah
cabang, vigor kekuatan tumbuh benih berdasarkan tolok ukur Tso semakin
inenunm. Kandungan P fitin dalam benih pepaya pada penelitian ini secara umum
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, kecuali benih dari buah pada cabang
primer pohon dua cabang (P2) menunjukkan berbeda nyata dengan kandungan P
fitin dari benih yang berasal dari buah pada pohon yang tidak bercabang (PI)
Fruit sel yang dihasilkan pada pohon tidak bercabang (PI) dan cabang

primer pada pohon dua cabang (Pz) lebih tinggi dibandingkan dengan fvuil sef
pada cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3), cabang primer, cabang
sekunder dan cabang tersier pada pohon tiga cabang (P4, P5 dan PG).Peningkatan
jumlah cabang cenderung menurunkan fruit set. Pembentukan benih (seed set)
menunjukkan tidak terjadi perbedaan nyata antara pohon yang tidak bercabang
(PI) dengan cabang primer pada pohon dua cabang (P2) dan cabang primer pada
pohon tiga cabang (P4) serta cabang tersier pada pohon tiga cabang (PG).Pada
cabang sekunder baik pada pohon dua cabang (P3) maupun pohon tiga cabalg (Ps)
menunjukkan seed set yang lebih rendah dari pada pohon yang tidak bercabang
(PI). Tidak terlihat adanya hubungan antara seed sel dengan jumlah cabang pada
tanaman pepaya, sedangkan pada tolok ukur jumlah benih per buah semakin
banyak jumlah cabang jumlah benih yang dihasilkan semakin sedikit.

ABSTRACT
The objectives of this research are study the effect of pruning and seed
position inside the fruit on papaya seeds quality and study the effect of fruits
location in difference branches on papaya seeds production and quality. The
research where consist of two experiment, the first experiment the influence of
tree pruning and seed location in the fruit to seeds quality of papaya and the
second, relation of fruit location on different papaya tree branches to seeds

production and quality. Using papaya seeds (IPB-2) harvested from Center for
Tropical Fruits Studies orchard in Bogor. The first experiment was arranged
factorial random group two factors with four replications. The other band
experiment was arranged single factor group with three replications. The results
showed the single brunch has high prodnction of the seed and seeds from primary
branches have high vigor and high nitrogen, phosphor, and potassium content in
seeds.

Key words: Pruning, papaya, seed, NPK conten1 and Ppkytate contenl

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi undang-undang

I . Dilarang mengut@ sebagian atau seluruh karya tztlis ini tampa
ntencanttmikan atau nienyebutkan sutnber
a. Pengutipan hanya untztk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak irzerugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengul~zumkandun ntemperbanyak sebagian atau seltrruh

karya tzllis dalani bentuk apapun tanpa seizin IPB

PENGARUH PEMANGKASAN POHON DAN LETAK BENIH
DALAM BUAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN
MUTU BENIH PEPAYA (Carica papaya L.)

LUIS MANUEL BRANCO

Tesis
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi Agronorni

PROGRAM STUD1 AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis


:

Nanla

:

Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih terhadap
Peningkatkan Produksi dan Mutu Benih Pepaya
(Carica papaya L.)
Luis Manuel Branco

NRP

:

A351050061

Program Studi :


Agronomi

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbiug

Ketua

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Agronomi

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Tanggal Ujian: 24 Agustus 2007

Tanggal Lulus: ..............................

0 3 SEP 2007


PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Adapun judul
dari laporan penelitian ini adalah "Pengarnh Pemangkasan Pohon dan Letak
Benih dalam Buah terhadap Peningkatkan Produksi dan Mutu Benih Pepaya
(Carica papaya L.)."
Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan teri~nakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Ir M. Rahmad Suhartanto, MS. Selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
penelitian ini dengan baik .

2. Dr Ir Endang Murniati, MS. Selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah

meluangkm


waktunya untuk

membimbing penulis

dalam

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik.
3. Dr Ir Endah Retno Palupi, M.Sc yang telah bersedia menjadi penguji luar

Komisi Pembimbing dan n~enlberikannlotivasi serta semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
4. Dr Ir Sobir, MS. Selaku Direktur PKBT (Pusat Kajian Buah-Buahan
Tropika) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
lnelaksanakan penelitian di kebun perbocaan PKBT Pasir Kuda Ciomas
Bogor.

5. Dr Ir Satriyas Ilyas, MS. Selaku Ketua Progran~Studi Agrononli Fakultas
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

6. Dr Arsenio, selaku Direktur DAAD Jerman dan seluruh staf SEAEOSEARCA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai
penerima beasiswa untuk melanjutkan Pendidikan Progranl Magister
Sains, di Institut Pertanian Bogor.

7. Pemerintah Republik Demoktratik Timor Leste (RDTL) yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Program
Magister Sains di Institut Pei-tanian Bogor Jawa Barat Indonesia.

8. Prof Dr Ir Sri Setyati Haryadi, M.Sc, yang telah memberikan nasehat dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini
dengan baik.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa moril maupun materi
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil
penelitian ini dengan baik.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi upaya peningkatan
produksi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani pepaya serta dapat
menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Peuulis dilahirkan di Desa Barikafa Kecamatan Luro-Kabupaten Lautem
Timor Leste, pada tanggal 14 Oktober 1975, sebagai anak ke-6 dari enam
bersaudara dari pasangan Ayahanda Maumotto (Alm.) dan Ibunda Dibiray
(Almh.). Tamat dari SD Negeri 14 Aimutin Comoro Dili tahun 1989, dilanjutkan
ke SMP Negeri 2 Dili dan lulus tahun 1992. Setelah lulus dari SMA Negeri 1
Becora Dili tahun 1995, penulis langsung melanjutkan kuliah di Akademi Analis
Farmasi dan Makanan (DIII) lulus tahun 1998 dan selesai Sarjana Pertanian di
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Kadiri di Kediri
Jawa Timur tahun 2002.
Penulis sempat bekerja sebagai Guru SMU Negeri 1 Becora Dili Timur
pada tahun 1999 dan SMU Katholik SZo Pedro Paroki Comoro Dili Barat dari
tahun 1999- 2000, dan kembali mengajar di SMU yang sama pada tahun 20022004. Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai staf pengajar tidak tetap pada
Jurusan Peternakan di Universidade Nacional de Timor Lorosae (UNTL) dari
Tahun 2002-2005. Penulis menjadi staf pengajar di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universidade de Dili mulai 2003- sekarang.
Pada tahun 2005 penulis menikah dengan Aida Maria Xavier dan telah
dikaruniai seorang putra: Ronaldo Nazario De Lima Branco (Ronnie). Pada tahun
2005 dengan biaya dari DAAD-SEAMEO SEARCA penulis melanjutkan studi S2
pada Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sejak SMA hingga saat ini Penulis banyak aktif di organisasi kepemudaan antara
lain di gereja, sebagai Ketua Mudika Stasi Pantai Kelapa, di Akademi Analis
Farmasi dan Makanan sebagai Ketua BPM selama dua periode, sebagai Ketua 11
Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Asal Timor-Timur (IMMPETILORS)
selama dua periode, dan di Universitas Kadiri sebagai Ketua seksi Kerohanian
Perk~rmpulanMahasiswa Katholik.

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................
..
Tujuan Penelltlan ...............................................................................
Hipotesis ...........................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Pepaya ..............................................................................
Pembentukan Bunga dan Benih ........................................................
Pemangkasan Pohon dan Produksi Benih Berlnutu ..........................
Berbagai Indikasi Fisiologi dan Biokimiawi Vigor Benih ...............
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................
Bahan dan Alal .................................................................................
..
Metode Penehtlan .............................................................................
..
Pelaksanaan Penelltlan .................................................................
Pengamatan ..................................................................................
Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian ...............................................
IWSIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan I: Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak
Benih Dalam Buah Terhadap Mutu Benih Pepaya ...........................
Percobaan 11: Hubungan Letak Buah Pada Cabang yang Berbeda
Terhadap Produksi dan Mutu Benih Pepaya .....................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................

17
19
23

26

31
36
36
37
43

DAFTAR TABEL

Rekapitulasi hasil analisis raganl pengaruh pemangkasan pohon (P)
26
dan letak benih (A) terhadap semua tolok ukur yang dianlati .............
Pengaruh pemangkasan pohon (P) terhadap viabilitas potensial,
viabilitas total dan vigor kekuatan tumbuh berdasarkan tolok ukur
DB, PTM, KCT,KCPdan T50 benih pepaya (Carica papaya L.) .......... 27
Pengaruh letak benih dalam buah (A) terhadap kecepatan tumbuh
KC^), kecepatan perkecambahan (KcP), TSOdan jumlah benih per
28
bagian buah pepaya (Caricapapaya L.) ...............................................
Pengaruh intreaksi perlakuan pemangkasan pohon (P) dan letak benih
(A) terhadap konsentrasi unsur NPK dalam benih pepaya
29
(Carica papaya L.) ..............................................................................
Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh letak buah pada cabang
yang berbeda (P) terhadap produksi benih berdasarkan tolok ukur
fruit set, seed set dab jumlah benih per buah pepaya
(Carica papaya L.) ..............................................................................
31
Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh letak buah pada cabang
yang berbeda (P) terhadap viabilitas dan vigor benih pepaya
(Carica papaya L.) ..............................................................................
Pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda (P) terhadap
beberapa tolok ukur viabilitas potensial dan vigor kekuatan tumbuh
seria konsentrasi P fitin dalam benib pepaya (Caricapapaya L.) .......
Pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda (P) terhadap produksi
benih berdasarkan tolok ukurfruit set, seed set, dan jumlah benih per
buah pada tanaman pepaya (Caricapapaya L.) ..................................

32

33
35

DAFTAR GAMBAR

I-Ialarnan
1 Struktur Molekul Asam Fitat ...................................................................

11

2 Pohon Pepaya tidak Bercabang, Bercabang Dua dan Bercabang

16

Tiga

.........................................................................................................

3 Metode Pernilahan Benih Berdasarkan Letak Benih Dalam Buah ..........

..

18

4 Bagan Alir Penelltian ..............................................................................

25

5 Lay Out Posisi Pohon di Dalam Kebun Penelitian ................................

49

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Penentuan NPK-Total (Cara Semi Mikro Kjeldahl) ...........................

44

Deskripsi Tanaman Pepaya ..................................................................

46

Gambar Buah Pepaya Genotipe IPB-2 ................................................

46

Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pemangkasan Pohon dan Letak
Benih dalam Buah Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih
Pepaya ..............................................................................................
Analisis Ragam Penganth Perlakuan Pemangkasan Pohon dan Letak
Benih lerhadap Vigor dengan Kandungan N, P, dan K dalam Benih
Pepaya ..................................................................................................

47

48

Analisis Ragam Kontras Ortogonal Pengaruh Jumlah Cabang
Terhadap Produksi Benih Pepaya .......................................................

48

Analisis Ragam Kontras Ortogonal Pengaruh Jurnlah Cabang
Terhadap Mutu Benih Pepaya .............................................................

50

Analisis Ragarn Kontras Ortogonal Pengaruh Junllah Cabang
Terhadap Kandungan P Fitin dalam Benih Pepaya ............................

50

10 Gambar Lay Out Posisi Pohon di Kebun Penelitian

............................

51

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu buah-buahan tropika
yang menjanjikan di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Pasar buah pepaya
secara lokal dan regional terus meningkat. Dalam perdagangan dunia, buah
pepaya telah menjadi komoditi ekspor beberapa negara produsen di kawasan Asia
seperti Malaysia, Thailand, Philippina dan Indonesia. Negara pengimpor pepaya
masih didominasi oleh Singapura dan Ausralia. Indonesia merupakan negara
penghasil buah pepaya ke-8 terbesar di dunia. Permintaan pasar dunia terus
meningkat dari beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Perancis, Belanda
dan Swedia (Purba 2005). Pengembangan budidaya pepaya secara intensif dan
komersial memiliki prospek yang cerah.
Produksi buah pepaya dari tahun 1994-2001 mengalami peningkatan.
Peningkatan produksi ini ditandai dengan tahun 2001 sebesar 470 ribu ton
dibandingkan tahun 1994 yang hanya 371.41 1 ton (FA0 2001). Seiring dengan
peningkatan produksi buah pepaya, terjadi perubahan selera masyarakat terhadap
buah pepaya. Masyarakat Indonesia saat ini lebih menginginkan buah pepaya
yang berukuran kecil (PKBT 2004).
Peningkatan produksi pepaya perlu diikuti dengan ketersedian benih
varietas unggul. Upaya untuk mencapai produksi yang tinggi adalah melalui
teknik budidaya tananlan dengan penggunaan benih bermutu. Pemangkasan pada
tanaman pepaya rnerupaltan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi buah
pepaya. Produktivitas dan potensi panen buah pepaya dari cabang primer dan
sekunder serta tersier dari hasil pemangkasan pohon tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (Sudaryati 2006).
Pengaruh pemangkasan pepaya untuk meningkatkan produksi benih
belum pernah dilakukan. Diharapkan pemangkasan yang bertujuan untuk
menghasilkan percabangan dapat meningkatkan produksi benih dan tetap
mempertahankan nlutu benih yang dihasilkan. Penggunaan benih bermutu tinggi
baik secara genetik, fisik maupun fisiologis mutlak diperl~kandalam produksi

benih. Produksi benih bermutu diperoleh dari teknik budidaya yang tepat d m
penggunaan sumber benih yang baik.
Cara lain untuk memperoleh benih pepaya be~mutu adalah dengan
melakukan pemilahan berdasarkan letak benih dalam buah. Diduga letak benih
rnempengaruhi vigor benih yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada varietas pepaya Cibinong dan Dampit benih yang berasal dari bagian tengah
cenderung memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang
berasal dari bagian ujung maupun pangkal buah (Maisyaroh dan Suwarno 1988).
Selanjutnya dilaporkan Sulistyowati (2004) bahwa benih yang berasal dari bagian
ujung buah pepaya memiliki viabilitas yang lebih baik.
Penelitian

tentang pengaruh

pemangkasan

pohon

pepaya untuk

meningkatkan produksi dan mutu benih perlu dilakukan. Begitu juga dengan
bubungan pemangkasan pohon dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih
khususnya pada tanaman pepaya.
Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pengaruh pemangkasan
pohon dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih pepaya, (2) mengetabui
pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benib
pepaya.
Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) peningkatan jumlah cabang pada pohon pepaya dapat meningkatkan produksi
dan mutu benih pepaya dan (2) benih yang berasal dari buah pada cabang primer
memiliki n ~ u t uyang lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah berupa herba
dari kelas Dicofyledonae, Ordo Caricales, familia Caricaceae, dan genus

Caricn Tanaman pepaya merupakan tanaman yang beraneka ragam tipe
(Wills et al. 1990). El Moussaoui el al. (2001) melaporkan bahwa buah pepaya
biasanya dikonsumsi sebagai buah segar juga dapat diolah menjadi berbagai
bentuk makanan dan minuman yang diminati oleh pasar domestik dan
mancanegara. Olahan pure, pasta pepaya, sari buah pepaya, manisan kering dan
manisan basah, serta saus, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan
kulit, bahan untuk kosmetik dan sebagainya. Menurut Nakasone dan Paul1 (1998)
biji pepaya dapat diolah menjadi minyak dan tepung. Minyak biji pepaya yang
berwama kuning, mengandung asam oleat (71,60%), asam palmitat (15,13%),
asam linoleat (7,68%), asam stearat (3,60%), dan asam lemak lainnya dalam
persentase yang kecil.
Buah pepaya sangat berair dan mengandung vitamin A dan C, serta
mengandung 4-10% gula. Kandungan gizi dalam buah serta daun pepaya adalah
sebagai berikut: Protein 0.50 g, karbohidrat 12.20 g, kalsium 23.00 g, fosfor 12.00
g, zat besi 1.70 g, vitamin A 365 .OO ST, vitamin B1 0.04 mg, vitamin C 78.00 mg,
air 87.70 g, kalori 46.00 kkal (Verheij dan Coronel 1997).
Pepaya termasuk tanaman tropis yang sangat peka terhadap suhu dingin,
suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi antara 21-33

OC

dan curah hujan

minimum 100 mmlbulan akan mendorong pertumbuhan dengan baik tanpa
tambahan penyiraman. Pepaya dapat tumbuh pada tipe tanah yang bervariasi,
namuu dengan drainase yang baik (Elder et al. 2000).
Pembentukan Bunga dan Benih

Tanaman pepaya dikenal memiliki dua tipe pohon yaitu pohon bertipe
dioecious dan gynodioecious. Tanaman pepaya tipe dioecious memiliki bunga
jantan dan betina pada tanaman yang terpisah sedangkan gynodioecious adalah

.

bunga jantan dan betina berada pada satu tanaman atau disebut juga sebagai
hermaprodit (biseksual), tetapi umunlnya tanaman dioecious yang akan
menghasilkan buah. Tipe yang dioecious direkomendasikan untuk dikembangkan,
karena tipe ini dapat berproduksi tinggi. Jenis pepaya dapat dibedakan sampai
pada fase generatif yaitu pada saat munculnya bunga, hanya bunga betina dan
bunga hermaprodit saja yang dapat memproduksi buah dan akan dipanen setelah
sembilan sampai dua belas bulan setelah tanam (Drew ef aal. 1998; OECD 2003).
Bunga pepaya umumnya muncul dalam ketiak daun, bunga betina
memiliki panjang 33-5 cm dan kelopaknya berbentuk cawan panjangnya 3-4 mm,
daun mahkota tersusun lima yang saling lepas dan berbentuk lanset serta melilit
serla tebal, buah berbentuk bulat sampai lonjong memiliki rongga tengah yang
berisi calon biji, kepala putiknya lima berbentuk kipas dan bertangkai serta terdiri
dari lima karpel. Bunga hermaprodit berkelompok biasanya bertangkai pendek,
daun mahkota menyatu dan berbenang sari 10 utas yang tersusun dalam dua seri,
bakal buah memanjang dan kesepuluh benang sari tersusun melingkar pada bakal
buah. Lima buah benang sari bertangkai pendek dan lainnya bertangkai panjang
(Khan et al. 2002; Kalie 2005).
Pada tanaman pepaya terjadi penyerbukan silang, penyerbukan sendiri dan
secara partenokarpi (pembentukan buah tanpa melalui fertilisasi) tergantung pada
tipe tanaman tersebut (Louw 2000). Rodrigues-Pastor el al. (1990) melaporkan
bahwa saat penyerbukan silang pada pepaya Sunrise Solo dan Kapoho Solo
akan menghasilkan 90-94,7% buah. Buah yang terbentuk berasal dari bunga
hermaprodit. Bentuk buah pepaya tergantung varietas dan jenis pohon (betina atau
hermaprodit). Bentuk buah dari pohon betina adalah sperikal dan hermaprodit
menunjukkan bermacam-macam bentuk tergantung pada modifikasi faktor yang
mempengaruhi morfologi bunga selama penyerbukan. Ukuran buah 0,255 kg
sampai 6,8 kg dengan ketebalan daging buah 1,O-1,5 cm tergantung varietas.
Karpel buah normal terdiri dari lima, sebagai pusat rongga yang berisi biji.
Buah merupakan hasil perkembangan bakal buah yang berfungsi sebagai
tempat berkembangnya bakal biji. Buah berfungsi untuk melindungi benih dan
membantu penyebarannya serta terkadang merupakan faktor yang menentukan
perkecambahan benih.

Pembungaan merupakan peristiwa-perisliwa reprodukiif yang terjadi pada
tanaman dan diikuti dengan penyerbukan untuk menghasilkan buah dan biji,
melalui sejumlah proses adaptasi, termasuk adaptasi terhadap suhu rendah seperti
vernalisasi dan kepekaan terhadap panjang hari dan intensitas cahaya matahari
yang diterima oleh tanaman. Proses pembungaan tanaman dibagi menjadi empat
stadia yaitu: (1) induksi bunga, inisiasi, atau evokasi, (2) defferensiasi bunga,
(3) pendewasaan bagian-bagian bunga, dan (4) antesis. Pada stadia induksi terjadi,
apeks vegetatif diselubungi oleh suatu selaput bunga, terbentuknya kubah
apikal merupakan indikasi bahwa tunas berubah dari vegetatif ke reproduktif
(Ryugo 1988).
Keberhasilan tanaman bertransisi ke fase reproduktif tergantung atas
kemampuan tanaman menginduksi bunga (Koshita et al. 1999). Induksi
pembungaan menurut Krajawski dan Rabe (1995) merupakan suatu proses dimana
terjadi rangsangan dari luar menuju ke titik tumbuh (shoot apex) dan ha1 tersebut
yang menginduksi terjadinya inisiasi bunga. Pada prinsipnya terdapat tiga konsep
pokok tentang induksi pembungaan: (1) adanya l~ormonpembungaan (florigen)
atau stimulus pembungaan pada daun yang mengalilkan pertumbuhan vegetatif ke
pertumbuhan reproduktif, (2) adanya kondisi nutrisi optimum bersamaan dengan
perubahan di dalam apeks, (3) terjadi perubahan pada apeks yang mengubah dan
mengkonversi nutrisi sehingga terjadi induksi pembungaan. Induksi pembungaan
berkaitan dengan hubungan karbohidrat dan nitrogen atau nisbah C/N pada
tanaman. Jika nisbah C/N lebih tinggi maka tanaman menginduksi bunga.
Sebaliknya jika nisbah C/N rendah maka tanaman dipacu lebih kearah
pertumbuhan vegetatif (Hampel et al. 2000).
Proses pembentukan bunga sangat menentukan dalam produksi benih,
karena kapasitas pada suatu tanaman akan menentukan banyaknya buah maupun
benih yang terbentuk. Dalam buah pepaya terdapat banyak benih yang
menunjukkan bahwa dalanl bakal buah terdapat banyak ovul-ovul yang harus
dibualli. Klein et al. (2003) melaporkan bahwa produksi benih tergantung pada
jumlah serbuk sari yang dihasilkan oleh tanaman tersebut dan faktor-faktor yang
dapat mendukung terjadinya proses penyerbukan. Jahns el a1.(1997) mengatakan
bahwa yang mendukung penyerbukan adalah faktor genetik tanaman terdiri dari

posisi dan letak bunga, waktu berbunga, kemampuan putik menerima serbuk sari
dan turunnya serbuk sari ke kepala putik.
Fotosintesis berperan penting dalam pembungaan karena berhubungan
dengan kandungan karbohidrat yang dibutulkan sebagai sumber energi bagi
induksi pembungaan, differensiasi dan inisiasi bunga. Peranan penting fotosintesis
antara lain dalam penyediaan ATP dan kerangka karbon dalam lintasan respirasi.
Meningkatnya kebntuhan fotosjntat selama inisiasi dan perkembangan bunga
menyebabkan meningkatnya laju fotosintesis dam-daun pada pohon yang
mendukung perkembangan bunga tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
kekuatan sink (sink s ~ e n g t hdengan
)
adanya organ reproduksi pada bagian pohon
iersebut (Shivashankara dan Mathai 1999).
Pembentukan benih pada tanaman pepaya tergantung pada proses
reproduksi seksual yang terjadi di dalam bunga. Jadi benih berkembang dari
bunga, tetapi tidak setiap bunga berkembang menjadi buah dan benih yang
matang. Menurut Mugnisjah dan Setiawan (1990) bahwa perkembangan struktur
reproduksi tanaman dalam pembentukan benih melalui tahap berikut:
(a) pembentukan benang sari dan putik dalanl kuncup bunga, (b) pembukaan
bunga,

menandakan

organ

reproduksi

telah

matang

secara

seksual,

(c) penyerbukan, yang terdiri dari pemindahan serbuk sari dari benang sari ke
kepala putik, perkecambaban serbuk sari dan pembentukan tabung sari,
(d) pembuahan sel telur dan inti kutub oleh inti spenna dari tabung serbuk sari,
(e) pertumbuhan telur yang teIah dibuahi dan differensiasi menjadi embrio dan
selaput benih,

(q pemasakan benih yang ditandai dengan

akumulasi cadangan

makanan ke dalam benih.
Perkembangan kuncup menjadi bunga dan bakal benih sangat tergantung
dari pasokan air, hara mineral, dan cahaya. Untuk itu selalu ada kompetisi antar
organ pada tanaman. Jika terdapat keterbatasan faktor-faktor tadi, maka tanaman
akan mengugurkan sebagian dari bagian organnya untuk menjaga keseimbangan
pertumbuhannya. Menurut Weber el al. (1998) bahwa akumulasi pati, protein dan
lemak dalam benih tergantung pada spesies tanaman. Produk yang disintesis di
dalam organ penyimpanan umumnya berdasarkan pada sukrosa dan asam amino
yang diimpor kedalam benih.

Sumber dan translokasi asimilat yang dipasok bagi benih yang
berkembang pada suatu tanaman, pasokan karbohidrat seperti gula, pati, dan
polisakarida lain mencapai konsentrasi maksimum dalam bagian-bagian vegetatif
tanaman induk pada waktu bunga antesis dan setelah itu konsentrasinya mulai
menurun. Sebagian besar karbohidrat yang disimpan ini akan ditranslokasikan
ke dalam benih yang sedang tumbuh dan berkembang (Mugnisjah dan
Setiawan 1990).
Pemangkasan Pohon dan Produksi Benih Bermutu

Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang bertujuan untuk
pembentukan tajuk tananlan yang efektif dan efisien dalam memproduksi buah.
Hal ini merupakan upaya idealisasi tajuk secara agronomis. Pemangkasan
bertujuan untuk menghentikan pengangkutan fotosintesis ke mahkota bunga atau
kuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat terakumulasi sehingga diperoleh
produksi buah dan benih yang bermutu tinggi. Selain itu pemangkasan juga dapat
meningkatkan jurnlah tunas; mengatur bentuk tanaman, meningkatkan jumlah
bunga, dan mengatur waktu pembungaan, inengurangi kerusakan yang disebabkan
oleh angin (Widodo 1995).
Pemangkasan pohon pepaya dilakukan pada batang atas dengan
ketinggian 10-15 cm dari permukaan tanah. Menurut hasil penelitian VicenteChandler et al. dnlam Napitupulu (1980) pada tanaman kudzu pemangkasan pada
posisi yang lebih tinggi akan meningkatkan bahan kering total dan kadar protein
pada bagian batang dibandingkan di posisi lebih rendah selain itu pemangkasan
pada posisi lebih tinggi tidak akan mengganggu ketersediaan makanan pada akar
dan perkembangan akar pada tanaman.
Menurut Harjadi (1989) beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum
pemangkasan adalah (1) waktu saat tunas berdeferensiasi dalam kaitannya dengan
pembungaan; (2) umur batang yang menghasilkan tunas yang paling banyak tunas
dengan lnutu yang paling bagus. Pohon yang di bentuk dan dipangkas dengan
sempuma akan sehat, berbunga dan berbuah serentak dan meughasilkan
buab yang bermuh~ dan memudahkan pemeliharaan pohon. Selanjutnya
Purwanto (2000) inengatakan bahwa pemangkasan yang tepat perlu dilakukan
agar diperoleh ikliin makm yang sehat dan produktivitas yang tinggi.

Pemangkasan yang tepat berarti hasil bersih fotosintesis yang diperoleh
maksimum dan efisiensi yang tinggi dalam pembagian asimilat. Melalui
percabangan diperoleh hasil produksi buah yang banyak meskipun ukurannya
nlenjadi lebih kecil.
Menurut Warisno (2003) bahwa pemangkasan tauaman pepaya sebaiknya
dilakukan saat musim kemarau dan dengan cara sebagai berikut: (a) batang
pepaya yang sudah tua dipotong dengan menggunakan gergaji atau sabit tajam
beberapa centimeter di atas permukaan tanah; (b) lubang di dalam batang bekas
dipotong harus ditutup

dengan plastik; (c) bersamaan dengan pemotongan

dilakukan juga pemupukan tanaman; (d) setelah kurang lebih 15 hari akan muncul
tunas-tunas baru. Dipilih tunas baru yang sehat dan kuat, yang tumbuh pada
batang pohon dengan arah yang berlawanan. Tunas lain selain yang tidak dipilih
sebaiknya dibuang; (e) tunas baru yang dipilih dipelihara dan akan menghasilkan
buah pepaya lagi setelah enam sampai tujuh bulan setelah pemotongan.
Pemangkasan pada tanaman pepaya akan membentuk cabang-cabang, dan
cabang-tersebut tersebut aka11 menghasilkan jurnlah daun yang banyak
dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas. Hal ini akan mempengaruhi
produksi asimilat yang dihasilkan oleh daun dari hasil fotosintesis. Hasil
fotosintesis yang tersedia untuk pertumbuhan dan beberapa metabolisme dalam
buah dan benih, sangat tergantung pada nisbah luas daun per jumlah buah dan
aktivitas daun. Peningkatan ketersediaan asimilat akan meningkatkan akumulasi
fraksi karbobidrat tertentu di seluruh sistem, seperti pati di daun dan bahan kering
di dalam buah dan biji (Harjadi 1989; French 1999). FIubungan pemangkasan
pohon pepaya dengan produksi buah dilaporkan oleh Sudaryati (2006) bahwa
produktivitas dan potensi panen pada pollon yang dipangkas maupun lid&
dipangkas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Berbagai Indikasi Fisiologi dan Biokimiawi Vigor Benih
Vigor benih merupakan sifat benih yang inengindikasikan peitumbul~an
dan perkernbangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang beragam. Lot benih mempunyai vigor yang tinggi akan mampu
menghasilkan tanaman normal pada kondisi lapang yang suboptimum

(Perry 1973; Ching 1973; Sadjad 1983; Sutopo 2002). Vigor benih menurut
AOSA (2001) adalah suatu indikator yang dapat menunjukkan bagaimana benih
tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan gabungan antara
umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui
kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian stress atau melalui analisis biokimia.
Selanjutnya menurut ISTA (2006) adalah sekumpulan sifat yang dimiliki
benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan performa benih atau
lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Performa tersebut
adalah (1) proses dan reaksi biokimia selama perkecambahan seperti reaksi enzim
dan aktivitas respirasi, (2) rata-rata dan keseragaman perkecambahan benih dan
pertumbuhan kecambah, (3) rata-rata dan keseragaman munculnya kecambah dan
pertumbuhannya di lapang dan (4) kemampuan rnunculnya kecambah pada
kondisi lingkungan yang sub optimum.
Penggunaan benih bervigor tinggi dari varietas unggul merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi karena dengan benih bervigor tinggi akan
mampu tumbuh pada kondisi lahan yang suboptimum dan menghasilkan produksi
yang tinggi. Status benih yang bervigor tinggi sangat ditentukan oleh komposisi
kimiawi benih (Copeland 1976). Menurut Heydecker (1972) ciri benih bervigor
tinggi sebagai berikut: (1) tahan simpan, (2) berkecambah cepat, (3) bebas dari
penyakit terbawa benih, (4) tahan terhadap gangguan berbagai mikroorganismne,

(5) bibit tumbuh kuat baik ditanah basah maupun tanah kering, (6) bibit dapat
memanfaatkan

bahan

makanan

dalam

benih

semaksimal

mungkin,

(7) menghasilkan tanaman yang berproduksi tinggi dalam waktu tertentu.
Ching (1973) menyatakan bahwa vigor benih ditinjau dari beberapa aspek:
(1) efisiensi kepulihan dan reaktivasi keseluruhan sistem pada benih, semakin
kompeten awal pembentukan sistem-sistem dari membran, enzim, protein, asam
nukleat dan organel-organel sel maka semakin tinggi vigor benih; (2) sintesis yang
cepat dan cukup bagi enzim-enzirn dan organel untuk degradasi cadangan
makanan dalam nlensuplai substrat untuk pertumbuhan bibit; (3) kecepatan
penyampaian informasi genetik dalam transkripsi dan translasi mRNA untuk
enzim-enzim anabolik dan protein struktural tRNA untuk sintesis protein dari
organ yang berbeda, rRNA untuk ribosom dan replikasi DNA untuk sel-sel baru;

(4) adanya lingkungan mikro biosintesis yang optimum khusus substrat, energi,
koenzim, kofaktor, aktifator, pH, air, suhu, dan oksigen.
Komposisi kimiawi benih yang merupakan salah satu indikator vigor
benih adalah kandungan unsur hara makro yaitu: N, P dan K. Unsur N dalam
tanaman berperan sebagai penyusun setiap sel hidup enzim, asam amino, protein
dan klorofil. Unsur nitrogen banyak dijumpai pada jaringan muda dan
terakumulasi dalarn daun dan benih. Dilaporkan oleh Novizan (2001) bahwa unsur
nitrogen dibutuhkan tanaman untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil,
asam nukleat dan enzim. Karena itu nitrogen biasanya dibutuhkan dalam jumlah
yang relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada
perturnbuhan vegetatif. Schenk (1996) mengatakan nitrogen diserap tanaman
dalam bentuk NO? dan N H ~ Kebutuhan
.
tanaman akan nitrogen diambil dalam
bentuk N03.. Pengambilan ion oleh akar sangat tergantung pada proses
metabolisme, sedangkan laju pengangkutannya tergantung pada permukaan akar
tanaman tersebut.
Setelah nitrat diserap oleh tanaman umumnya tidak langsung digunakan
dalam proses sintesis asam amino. Bentuk nitrat harus diubah dalam bentuk
ammonium oleh enzim nitrat reduktase dan nitrit reduktase. Reduksi nitrat dapat
terjadi diakar dan tajuk tanaman (Dubey dan Pessakli 1995). Nitrat sangat
berpengaruh pada perkembangan tanaman dipengaruhi oleh waktu dan cara
pemupukan, kombinasi efek osmotik pada pengambilan air dan hara dan sintesis
protein (Mclntyre 1997).
Salah satu unsur hara makro lain yang berperan dalam vigor benih adalah
unsur fosfor (P). Peranan P sangat penting bagi pertumbuhan tanaman mulai dari
awal perkecambahail sampai tumbuh dan berkembang menghasilkan benih lagi.
IJnsur P dalam benih sebagai cadangan makanan dalam benih yang biasanya
disimpan dalam bentuk P fitin sebagai bentuk utama P total dalam benih yang
sangat menentukan status vigor benih karena senyawa ini berfungsi sebagai
cadangan fosfor sebagai penghasil energi bersama dengan unsur N saat benih
mengalami fase perkecambahan ( Sadjad 1983; Raboy 2000).
Kandungan P yang tinggi dalam benih akan mempengaruhi viabilitas dan
vigor benih, karena fosfor akan mendorong pembentukan akar, mempercepat

perkembangan dan pemasakan benih. Pemupukan P juga dapat meningkatkan
produksi dan mutu benih. Senyawa P total benih sebagian besar dalam bentuk
senyawa fitin, sedangkan sisanya dalam bentuk P anorganik, fosfolipida,
fosfoprotein dan asam nukleat (Bewley dan Black 1985; Suwarno 1991;
Wilcox et al. 2000).
on

OW

I
.a-p0-J-O.

-*
a
I

A.

0.

& o+J-o.

OI H

Gambar 1 Strzrktur Molekul Asarn Fitat (rnyo-Ir~ositol-1,2,3,4,5,6hemphosphate (Sunlber: WikzpediaEncyclbpedia, 2006)

Senyawa P dalam benih sebagian besar dalam bentuk organik, sedangkan
dalam bentuk anorganik dalam jumlah sedikit. Senyawa P disimpan dalam
bentuk fitin yaitu dalam bentuk garam (Ca, Mg) dari asam fitat (myo-inositol
heksafosfat). Fitin dalam benih biasanya disimpan dalam bentuk kristal globoid
protein. Dalam benih kedelai konvensional mengandung 4,3 g/kg fitin

dan

0,7g/kg P anorganik. Unsur P dalam benih merupakan salah satu indikator
biokimia vigor benih dan unsur P diperlukan untuk biosintesis makromolekular,
antara lain fosfolipid, gula fosfat, nukleotida dan koenzim. Asam fitat
merupakan sumber P bagi proses metabolisme selama perkecambahan (Mayer dan
Mayber 1982; Suwarno 1995; Wilcox et al. 2000).
Fitin sebagai bentuk utama P total dalam benih sangat menentukan status
vigor benih dan bei-fungsi sebagai cadangan fosfor yang berperan untuk
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Kandungan fitin
yang lebih tinggi akan mempengaruhi vigor benih, sehingga mampu turnbuh dan
berkembang pada kondisi lingkungan yang optimum maupun suboptimum. Benih
yang bewigor tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan perkembangan
akar yang cepat sehingga menghasilkan tanaman yang mampu tumbuh dalam
berbagai kondisi lingkungan tumbuh dan akan menghasilkan produksi yang tinggi
(Sadjad 1993).

Menurut Willams dalanz Widajati (1999) menyatakan bahwa akuinulasi
asam fitat selama perkembangan benih sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tumbuh tanaman induk. Pada kondisi cekaman kecepatan akurnulasi
~naksilnum asam fitat pada aleuron benih gandum terjadi pada hari ke-23,
sedangkan pada kondisi normal terjadi pada hari ke-28. Dilanjutkan oleh
Duff et al. (1989) bahwa fungsi dari P dalam benih antara lain: (1) pembelahan
sel; (2) pembentukan lemak dan albumin; (3) pembentukan bunga; (4) buah dan
biji; (5) mempercepat kematangan biji; (6) perkenlbangan akar; (7) peningkatan
ketahanan terl~adappenyakit. Sedangkan senyawa fitin menurut Copeland (1976)
berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi dalam benih,
sebab dapat bergabung dengan nukleutida ADP menjadi ATP.
Biosintesis fitin dalam benih jagung dilaporkan oleh Djamaluddin, (1986)
terjadi selama periode reproduktif, yaitu pada minggu kedua sainpai keempat
sesudah polinasi, sedangkan aka11meningkat kembali pada saat terjadi kemasakan
benih. Menurut Murniati (1990) bahwa fosfor dapat inembantu pembentukan biji,
mempercepat kematangan biji serta membantu pengangkutan asimilat dari bagian
lain ke biji sehingga menjadi padat dan berisi.
Menurut Pollock dan Ross (1972) Kandungan fitin yang lebih tinggi akan
mempengaruhi vigor benih, sehingga rnampu turnbull dan berkembang pada
kondisi lingkungan yang optimuin mauptln suboptimum. Dilanjutkan ole11
Sadjad (1983) Bahwa benih yang kandungan fitin rendah akan memiliki vigor
yang rendah pula, benih yang bewigor tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat
dengan perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan tanaman yang
inantap dalam berbagai kondisi lingkungan tumbuh dan menghasilkan produksi
yang tinggi.
Menurut Maschener (1995) unsur K diperlukan untuk pembentukan
bunga, mengatur respirasi, transpirasi, dan translokasi nitrogen dan fosfat. Jensen,
Andersen dan Losch (1992) menyatakan bahwa pengaruh penggunaan K adalah
untuk meningkatkan konsentrasi kadar air daun dan ~nenurunkan potensial
osmotik, karena fungsi utama K adalah mengatur potensial osmotik. Dala~n
perkecambahan, benih akan melakukan proses respirasi untuk menghasilkan ATP
untuk suplai energi (Pranoto el aZ. 1990).

Menurut Ahnadi et al. (1994) bahwa kekurangan K akan menghambat
proses fotosintesis, metabolisme dan translokasi karbohidrat dari daun ke biji,
akibatnya produksi bahan kering menurun serta menyebabkan terjadinya penyakit
fisiologi, kehamnpaan biji tinggi.
Untuk mendapatkan produksi benih dengan vigor tinggi harus
mengupayakan faktor lingkungan tumbuh tanaman harus n~enunjangantara lain:
(1) kondisi yang mempengdu pembentukan bunga dan biji; (2) iklim; (3)
kesuburan tanall dan (4) bahan kimia untuk proteksi, tolok ukur yang digunakan
menilai vigor benih lnasih memerlukan perhatian seksatna untuk menentukan
vigor benih. Benih bewigor tinggi selain tahan bersaing dalam pertumbuhan juga
dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit karena kemarnpuan turnbuhnya
yang tinggi. Dengan demikian laju tumnb~thbibit lebih cepat pada keadaan lapang
secara umum (Ching 1973; Sadjad 1983).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan awal bulan Oktober 2006 sampai
Juni 2007. Percobaan lapang dilakukan di kebun Percobaan Pusat Kajian BuahBuahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, Pasir Kuda Ciomas, Bogor.
Lokasi kebun terletak pada ketinggian 250 m di atas pemukaan laut (dpl) dengan
curah hujan sebesar 300 rnm per bulan dengan kelembaban relatif 82,6%.
Analisis pengujian mutu benih &an dilakukan di Laboratorium Teknologi
Benih Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan pengujian N, P, K total
dilakukan di Laboratoriuin Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Faperta IPB,
sedangkan analisis P Fitin dilakukan di Laboratorium Biokimia Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Cimanggu Bogor.
Bahan dan Aiat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dan benih dari buah
pepaya genotipe IPB-2, yang berasal dari kebun percobaan Pasir Kuda CiomasBogor melalui PKBT (Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika) Institut Pertanian
Bogor. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, KC1, SP-36 sebagai pupuk
dasar dan pupuk susulan, pasir, KN03 15%.
Alat yang digunakan untuk uji viabilitas dan vigor benih di green house
adalah: kipas angin, box perkecambahan, dalam analisis laboratorium untuk
kandungan unsur N, P, K dan P fitin alat yang digunakan adalah tanur listrik,
neraca anlitik, oven, Spektrofotometri UV-VIS, dan alat HPLC.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu :
Percobaan 1 : Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih dalam Buah
terhadap Kualitas Benih Pepaya (Carica papaya L.)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan pohon
dan

letak benih dalam buah terhadap mutu benih pepaya. Percobaan ini

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Percobaan terdiri dari

dua faktor. Faktor I yaitu pemangkasan pohon (P) yang terdiri dari dua taraf yaitu:
pohon tidak dipangkas (PI) dan pohon dipangkas (PI); dan faktor 11 adalah letak
benih pepaya (A) terdiri dari tiga taraf yaitu benih dari pangkal buah (Al),
Tengah (A& ujung buah (A3), selungga dalam percobaan ini diperoleh enam
koinbinasi perlakuan, untuk setiap kombinasi perlakuan diulang empat kali.
Sehingga diperoleh 24 satuan percobaan serta setiap satuan percobaan digunakan
25 butir benih pepaya. Jumlah benih pepaya yang dibutuhkan adalah sebanyak
600 butir benih untuk setiap peubah pengamatan. Peubah yang diamati: jumlah
benih per buah, bobot 1000 butir, analisis kandungan N, P, K, daya berkecambah,
potensi turnbuh maksimum, kecepatan tumbuh, indeks vigor dan Tso. Untuk
mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang dilakukan terhadap peubah respon
yang diamati dilakukan analisis ragam (uji-F). Persamaan model linier yang
digunakan yaitu:

Y ~k- = p + a i +

p, + (apij) + pk +

eijk

Keterangan:
Yijk

=

Pengamatan pada perlakuan ke-i, perlakuan ke- j dan kelompok
ke-k

F

=

Rataan umum

=

Pengaruh perlakuan ke-i

13,

=

Pengaruh perlakuan ke-j

(ap)ij

=

Pengaruh interaksi antara perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j

pk

=

Pengaruh ulangan ke-k

eijk

=

Galat perlakuan ke-i, dan Perlakuan ke-j dan kelompok ke-k

a

i

Data hasil pengunatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis
ragam (ANOVA) jika diantara perlakuan ada yang berpengaruh nyata, maka
dilakukan analisis lanjutan dengan DMRT (Duncan's Multiple Range Test) pada
taraf nyata 5% (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Percobaan 11: Pengaruh Letak Buah pada cabang yang berbeda terhadap
prodnksi dan kualitas Benih Pepaya

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak buah pada
cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benih pepaya. Percobaan ini

inenggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yang terdiri dari
satu perlakuan dengan enam taraf yaitu: Letak buah pada pohon tunggal (PI), letak
buah pada cabang primer pada pohon dua cabang (P2), letak buah pada cabang
sekunder pada pohon dua cabang (P3), letak buah pada cabang primer pada pohon
tiga cabang (P4), letak buah pada cabang sekunder pada pohon tiga cabang (P5)
dan letak buah pada cabang tersier pada pohon tiga cabang (P6).
Cara untuk menentukan cabang primer, sek~mderdan tersier untuk setiap
perlakuan berdasarkan letak tunas atau cabang terhadap mata pangkasan, bahwa
cabang yang letaknya paling dekat dengan titik pangkasan dinamakan cabang
primer, cabang sekunder yaitu cabang yang letaknya di bawah cabang primer dan
sedangkan cabang tersier adalah cabang yang letaknya di bawah cabang tersier.

Gambar 2 Pohon pepaya tidak bercabang, bercabang dua dan tiga
Dengan demikian dapat diperoleh 6 perlakuan. Setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga kali. Sehingga diperoleh 18 satuan percobaan untuk setiap peubah.
Jumlah benib yang dipakai dalam persatuan percobaan 25 butir benih.