Penggunaan Sari Buah Pepaya ( Carica papaya L.) Dalam Sediaan Krim Pelembab

(1)

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.)

DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

SKRIPSI

OLEH: TETI FERIDA NIM 091524052

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UVIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA ( Carica papaya L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

OLEH: TETI FERIDA

091524052

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Juni 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, NIP195107031977102001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP195107031977102001 Dra. Saodah, M.Sc., Apt.

NIP 194901131976032001 Drs. Suryanto, M.Si., Apt.

NIP 196106191991031001

Dra. Juanita tanuwijaya, Apt. NIP 195111021977102001

Dekan Fakultas Farmasi,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih tidak terhingga kepada Ayahanda K. Maha dan Ibuda O. R. Ujung, Abang Charles, bang Iwan, kakak Ruspina, adinda Tika dan Sari, serta Fitri, Yulia dan Silvia yang memberikan do’a dan dorongan demi suksesnya penulis.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama melakukan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Ibu Dra. Siti Nurbaya, Apt., selaku penasehat akademi yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

3. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Farmasi yang telah banyak membimbing penulis selama masa pendidikan.


(4)

5. Teman-teman penulis, Rika, Ika Acut, Dara, Srik, Anna, Hartik, Safrina, Ain, K’Nda, K’ Memel, K’Lel, Hetty dan rekan-rekan Farmasi Ekstensi angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah memberikan bantuan, saran, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritikan dan saran yang membangun dari kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2011 Penulis,

Teti Ferida NIM 091524052


(5)

ABSTRAK

Buah pepaya (Carica papaya L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Pepaya kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, pepaya juga mengandung mineral seperti kalsium, forfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Kandungan gula dalam pepaya masak antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa.

Berdasarkan kandungannya, dicoba untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sari buah papaya yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Sari pepaya diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.

Telah dilakukan penelitian terhadap sari buah pepaya (Carica papaya L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari buah pepaya 2,5% dan 5% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari buah pepaya dengan konsentrasi 7,5% dan 10% mengalami perubahan warna pada penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,63-6,10, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(6)

ABSTRACT

Papaya (Carica Papaya L.) is one of sample natural material can be as moisturizing skin. Papaya contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Papaya was rich of vitamin A, B1, and C. which very important to ward free radical. Beside vitamin, papaya also has mineral as calcium. Phosphor, potassium, iron, carbohidrat, protein and lipid. Containing of sugar in ripe papaya among sucrose, glucose and fructose.

Based on the contains can be tried to do a research by papaya extract to made be hand cream. Preparations papaya extract was formulated in a type of cream O/W to made prepatations used to moisturizer.

A research has been done to the papaya extract (Carica papaya L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of papaya extract used were 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blank preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with papaya extract concentration of 2,5% and 7,5% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of papaya extract with a concentration of 7,5% and 10% experienced changes color in the storage of 12 weeks. Having a pH of 5,63 – 6,10 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of papaya extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesa ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian tanaman pepaya ... 5

2.1.1 Pepaya ... 5

2.1.2 Taksonomi Pepaya ... 5

2.1.3 Kandaungan dan Manfaat Pepaya ... 6

2.2 Kulit ... 7

2.2.1 Fungsi Kulit ... 7

2.2.2 Struktu Kulit ... 9


(8)

2.3 Emulsi ... 11

2.4 Krim ... 13

2.5 Kosmetik Untuk Kulit... 14

2.5.1 Kosmetik Pelembab ... 14

2.5.2 Alasan Kulit Dilembabkan ... 15

2.5.3 Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit ... 15

2.5.4 Macam-macam Kosmetik Pelembab ... 15

2.6. Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Alat-alat... 19

3.2 Bahan-bahan ... 19

2.2.1 Teknik pengambilan Sampel ... 19

3.3 Sukarelawan ... 19

3.4 Prosedur kerja ... 20

3.4.1 Pembuatan sari buah pepaya ... 20

3.4.2 Formula standar handcream... 20

3.4.3 Pembuatan Dasar krim ... 20

3.4.4 Pembuatan sediaan krim ... 21

2.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 22

2.5.1. Uji homogenitas ... 22

2.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 22

2.5.3. Penentuan pH sediaan ... 22

2.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 23


(9)

2.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 25

4.1.1 Uji homogenitas ... 25

4.1.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25

4.1.3. Penentuan pH sediaan ... 27

4.1.4 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 29

4.1.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 30

4.1.6 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Formula Dasar Krim yang Dibuat... .. 20 Tabel 2. Formula Sediaan Krim yang Dibuat...21 Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat

Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25 Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan ... 27 Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu...28 Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 29 Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 30 Tabel 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 31


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Formula sediaan krim ... 36

Gambar 2. Pepaya .. ... 36

Gambar 3. Uji tipe emulsi ...37

Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37

Gambar 5. Gambar sari papaya yang telah di freezee dryer………...38

Gambar 6. Alat freezee dryer... ...39

Gambar 7. pH meter...40

Gambar 8. Rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 41


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan formula krim dari sari buah pepaya...36

Lampiran 2. Gambar pepaya... 36

Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi ...37

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37

Lampiran 5. Gambar sari papaya yang telah di freezee dryer………...38

Lampiran 6. Alat freezee dryer... ...39

Lampiran 7. pH meter... ...40

Lampiran 8. Rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 41

Lampiran 9. Perhitungan... ... ....42

Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan ... 43


(13)

ABSTRAK

Buah pepaya (Carica papaya L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Pepaya kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, pepaya juga mengandung mineral seperti kalsium, forfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Kandungan gula dalam pepaya masak antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa.

Berdasarkan kandungannya, dicoba untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sari buah papaya yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Sari pepaya diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.

Telah dilakukan penelitian terhadap sari buah pepaya (Carica papaya L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari buah pepaya 2,5% dan 5% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari buah pepaya dengan konsentrasi 7,5% dan 10% mengalami perubahan warna pada penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,63-6,10, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(14)

ABSTRACT

Papaya (Carica Papaya L.) is one of sample natural material can be as moisturizing skin. Papaya contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Papaya was rich of vitamin A, B1, and C. which very important to ward free radical. Beside vitamin, papaya also has mineral as calcium. Phosphor, potassium, iron, carbohidrat, protein and lipid. Containing of sugar in ripe papaya among sucrose, glucose and fructose.

Based on the contains can be tried to do a research by papaya extract to made be hand cream. Preparations papaya extract was formulated in a type of cream O/W to made prepatations used to moisturizer.

A research has been done to the papaya extract (Carica papaya L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of papaya extract used were 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blank preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with papaya extract concentration of 2,5% and 7,5% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of papaya extract with a concentration of 7,5% and 10% experienced changes color in the storage of 12 weeks. Having a pH of 5,63 – 6,10 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of papaya extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta indrustrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik

(cosmeceuticals) (Tranggono. R.I.S dan Latifah.F, 2007).

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga tergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2007).


(16)

Kulit merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di permukaan tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan fungsi ini tidak sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya yang ada di permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena pengaruh tidak menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga kesehatan kulit sama pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering.

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.


(17)

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Pepaya kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, pepaya juga mengandung mineral seperti kalsium, forfor, kalium,zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Kandungan gula dalam pepaya masak antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa (anonim, 2010).

Berdasarkan zat yang dikandungnya peneliti ingin melakukan penelitian sari pepaya yang dibuat menjadi sediaan krim pelembab.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah sari buah pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah sari buah pepaya (Carica papaya L.) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.


(18)

2. Sari buah papaya (Carica papaya L.) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat sediaan krim tipe m/a dengan penambahan sari buah pepaya.

2. Untuk mengetahui kemampuan sari buah papaya (Carica papaya L.) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari sari buah pepaya (Carica papaya L.).


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Pepaya

2.1.1 Pepaya (Carica papaya L.)

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang

dan berlubang di bagian tengah. Bentuk

ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah

buah berongga. Biji

lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan.

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan. Buah pepaya merupakan buah bermutu dan bergizi tinggi (Rukmana. R, 1995)

2.1.2 Taksonomi pepaya (Carica papaya L.)

Menurut Rukmana,R (1995) dalam taksonomi tumbuhan, pepaya diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae


(20)

Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Violales

Famili : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

2.1.3 Kandungan dan manfaat pepaya (Carica papaya L.)

Buah papaya matang mengandung sejumlah zat gizi penting terutama vitamin A. dalam setiap 0,5 kg buah papaya terkandung nutrisi: protein (2,5 gram), karbohidrat (46 gram), lemak (0,5 gram), vitamin A (10.000 SI), vitamin C (300 mg), thiamin (0,30 mg), riboflavin (0,27 mg), niasin (1,75 mg), kalsium (0,15 gram), magnesium (0,25 gram), potassium (1,15 gram), belerang (0,15 gram), fosfor (0,47 gram), zat besi (0,02 gram), silicon (0,02 gram), klorin (0,12 gram), sodium (0,2 gram), dan air (399 gram).

Selain baik untuk kesehatan tubuh, di antara manfaat penting buah papaya yaitu berkaitan dengan perawatan kulit. Seperti telah diketahui, penduduk di kepulauan Karibia biasa memanfaatkan buah papaya matang sebagai sabun untuk kulit. Demikian juga dengan jus papaya yang matang dipakai untuk menghilangkan kulit berkerut karena faktor usia dan terpaan sinar matahari. Papaya dapat mencegah kerut-kerut pada kulit karena mengandung zat yang dapat meremajakan kolagen.

Selain itu, jus buah papaya yang matang dan berwarna merah juga baik untuk kesehatan mata. Sementara untuk buah yang muda bisa dimanfaatkan air getahnya untuk menghilangkan kapal dan menyembuhkan kaki yang pecah-pecah (Jealani, 2009).


(21)

2.2 Kulit

Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif, mengatur diri sendiri yang melindungi sistem kita. Kulit tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak (Anief, 1997).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dai luar.

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas


(22)

atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.

Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelnjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0-6,5.

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut: − Kulit sebagai filter dan pelindung.

Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik, sinar matahari, panas dan dingin.

− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh.

Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak daya ikat terhadap air akan berkurang.

− Kulit mengatur suhu tubuh.

Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang


(23)

merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga tubuh akan tertahan.

− Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis (subkutan).

a. Lapisan Epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki. − Lapisan butir (stratum granulosum)


(24)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

− Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.

b. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas


(25)

tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian : 1. Kulit Normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.


(26)

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase

intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985). Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit 2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut


(27)

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, 1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).


(28)

2.5. Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan

tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut.

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.

2.5.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).


(29)

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.5.2. Alasan kulit dilembabkan

Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi yang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan sisa mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya.

2.5.3. Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit

Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat, yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika lapisan lemak tipi situ diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit


(30)

yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya, demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.

2.5.4. Macam-macam kosmetik pelembab

Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.

Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk, dari krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang kaya lemak, sampai emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80%.

2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.

Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit Nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono R.I.S dan Latifah. F, 2007).

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).


(31)

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997). f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari


(32)

parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman, 1994).


(33)

METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik , pH meter , mikroskop, freezee dryer , juicer, lumpang , stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling, nipagin, natrium metabisulfit, oleum rosae, sari buah pepaya.

3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah pepaya masak yang segar.

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985) :

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang di uji.


(34)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan sari buah pepaya

Buah pepaya yang sudah masak dengan berat 3,6 kg dikupas kulitnya dan bijinya dibuang, dicuci bersih, diperoleh daging buah sebanyak 2,4 kg, kemudian daging buah pepaya dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer, lalu dihasilkan sari sebanyak 1,6 kg dan dikeringkan dengan freezee dryer sampai diperoleh ekstrak pepaya hampir kering sebanyak 93,7 gram.

3.4.2 Formula Standar Handcream (Young, 1972)

Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g Air suling 78,2 ml

3.4.3 Pembuatan Dasar Krim

Formula dasar krim yang dibuat adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Formula Dasar Krim yang Dibuat

Komposisi Jumlah untuk 600 gram

Asam stearat (g) 72

Setil alkohol (g) 3

Trietanolamin (g) 6

Nipagin (g) 0,6

Natrium Metabisulfit(g) 1,2


(35)

Cara Pembuatan:

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Natrium metabisulfit dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan trietanolamin dan dikocok sampai larut (massa II)). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim.

3.4.4 Pembuatan Sediaan Krim

Konsentrasi sari buah pepaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 %, 5 %, 7,5 % dan 10 % dan gliserin 2 %. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Formula Sediaan Krim yang Dibuat

Komposisi

Formula

A B C D E F

Sari buah pepaya (g) - 2,5 5 7,5 10 -

Gliserin (g) - - - 2

Dasar krim (g) 100 97,5 95 92,5 90 98

Oleum rosae (tetes) 3 3 3 3 3 3

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5 % Formula C : Konsentrasi pepaya 5 % Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5 % Formula E : Konsentrasi pepaya 10 %

Formula F : Formula krim dengan konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding)


(36)

Cara Pembuatan:

Sari buah pepaya digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan

Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, permisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,


(37)

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. (Rawlins, 2003).

3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).

3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai seperti pada lampiran 8, halaman 26

Cara :

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup


(38)

pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa diolesi sediaan.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1. Homogenitas Sedíaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula A dan F, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.

4.1.2. Stabilitas Sediaan

Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan

Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu

No Formula

Pengamatan setelah Selesai

dibuat

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu

x y z x y z x y z x y z x y z

1 A - - - -

2 B - - - -

3 C - - - -

4 D - - - √ - -

5 E - - - - - √ - -

6 F - - - -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%


(40)

Formula C : Konsentrasi pepaya 5% Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5% Formula E : Konsentrasi pepaya 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi

- : Tidak ada perubahan √ : Terjadi perubahan

Menurut Ansel (1989) suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik, apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukan massa krim keatas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.

Dari data di atas di dapat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 2%,dan krim sari pepaya konsentrasi 2,5% dan 5% stabil pada penyimpanan selama 12 minggu, sedangkan pada sediaan krim sari pepaya pada konsentrasi 7,5% dan 10% mengalami perubahan warna pada penyimpanan 12 minggu, hal ini disebabkan oleh karena pepaya mengandung beta karoten yang mudah teroksidasi. Perubahan yang terjadi adalah perubahan warna krim dengan warna semakin


(41)

memudar. Kemungkinan ini terjadi karena sediaan krim di simpan pada wadah yang transparan sehingga terjadi oksidasi langsung karena terkena cahaya.

4.1.3. pH Sedíaan

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 5,9 6,1 6,3 6,10

2 B 5,9 6,0 5,8 5,90

3 C 5,9 5,8 5,8 5,83

4 D 5,7 5,8 5,6 5,70

5 E 5,6 5,7 5,6 5,63


(42)

Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%

Formula C : Konsentrasi pepaya 5% Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5% Formula E : Konsentrasi pepaya 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,10 ; formula B: 5,90 ; formula C: 5,83 ; formula D: 5,70 ; formula E: 5,63 ; formula F: 6,10.

Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,03 ; formula B: 5,87 ; formula C: 5,80 ; formula D: 5,73 ; formula E: 5,67 ; formula F: 6,06. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim tangan dan badan adalah 5-8, sehingga formula diatas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan tidak mengiritasi kulit.

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 6,0 6,0 6,1 6,03

2 B 5,9 5,8 5,9 5,87

3 C 5,8 5,8 5,8 5,80

4 D 5,7 5,7 5,8 5,73

5 E 5,5 5,7 5,8 5,67


(43)

4.1.4. Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil adalah:

Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1 A √ -

2 B √ -

3 C √ -

4 D √ -

5 E √ -

6 F √ -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%

Formula C : Konsentrasi pepaya 5% Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5% Formula E : Konsentrasi pepaya 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula krim dengan konsentrasi papaya 2,5%, 5%, 7,5%, 10% , gliserin 2% dan blanko


(44)

menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

4.1.5. Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

N o

Pernyata an

Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 Iritasi

pada kulit

- - - -

2 Gatal pada kulit

- - - -

3 Kulit menjadi

kasar

- - - -

Keterangan :

+ : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.


(45)

4.1.6. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-25 tahun yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Masing-masing Formula

A B C D E F

1 I 10,00% 25,00% 35,00% 45,00% 50,00% 40,00%

2 II 10,00% 25,00% 30,00% 40,00% 45,00% 35,00%

3 III 8,00% 12,00% 28,00% 52,00% 56,00% 48,00%

4 IV 5,26% 10,53% 26,32% 36,84% 52,63% 42,10%

5 V 10,00% 20,00% 25,00% 30,00% 45,00% 40,00%

6 VI 9,50% 14,28% 19,05% 28,57% 38,09% 33,33%

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi pepaya 2,5%

Formula C : Konsentrasi pepaya 5% Formula D : Konsentrasi pepaya 7,5% Formula E : Konsentrasi pepaya 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari pepaya dengan konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 10,53% sampai 25,00%, untuk konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 19,05% sampai 35,00%, untuk konsentrasi 7,5% mampu mengurangi


(46)

penguapan air sebesar 28,57% sampai 52,00% sedangkan untuk konsentrasi 10% mampu mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 38,09% sampai 56,00%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin konsentrasi 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 33,33% hingga 48,00% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 5,26% hingga 10,00%

Dari data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari pepaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit. Apabila dibandingkan dengan persentase kemampuan sediaan pembanding yaitu sediaan gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit yaitu sediaan dengan konsentrasi pepaya 7,5%.

Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat pengujian dan tiap individu menghasilkan keringat yang tidak sama banyaknya karena tiap sukarelawan melakukan aktivitas yang berbeda-beda sehingga hasil uji dari tiap sukarelawan juga berbeda-beda.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sari pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam bentuk

sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, tapi sediaan dengan konsentrasi sari 7,5% dan 10% setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan warna, selain itu untuk sediaan krim blanko, sediaan dengan konsentrasi sari 2,5%, 5% dan gliserin konsentrasi 2% stabil pada penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,63-6,10, serta tidak mengiritasi kulit.

2. Penambahan sari pepaya dalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air pada kulit, bahwa semakin tinggi konsentrasi sari pepaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.

5.2. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meningkatkan antioksidan ataupun mengganti dengan antioksidan lain yang lebih cocok agar tidak tejadi perubahan warna saat penyimpanan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (1997). Formulasi Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 1-15.

Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.

Anonim, (2010). Buah Pepaya (Carica papaya). Online. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 6.

Jealani, (2009). Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Bandung: penerbit Pustaka populer Obor. Hal. 111-112.

Lachman, L., Liberman, A. H, Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 1118.

Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia di Balik Buah dan Sayur. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. Hal. 36.

Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Rukmana, R. (1995). Bertanam Pepaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 15-16, 25-36.

Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.

Tranggono, R. I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.


(49)

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.

Wasitaatmadja, S. M. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3.

Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal. 40.


(50)

LAMPIRAN Lampiran 1. Sediaan krim

Gambar 1. Gambar sediaan krim

Lampiran 2. Gambar pepaya

ss

Gambar 2. Gambar pepaya


(51)

Gambar 3. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu

Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpana selama 12 minggu


(52)

Gambar 5 : Gambar sari papaya yang telah di freeze dryer


(53)

Lampiran 6. Gambar alat freeze dryer


(54)

Lampiran 7. Gambar pH meter

Gambar 7. pH meter


(55)

Penguapan Air Dari Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik

Gambar 8. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit


(56)

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,14 g Pertambahan berat = 130 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg Pertambahan berat sediaan = 130 mg Persentase pengurangan penguapan = 35 %

Lampiran 10. Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari

kulit 1. Sukarelawan 1

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,20 200 0,00

2 A 10,00 10,18 180 10,00

3 B 10,01 10,16 150 25,00

4 C 10,01 10,14 130 35,00

5 D 10,00 10,11 110 45,00

pertambahan berat sediaan


(57)

6 E 10,02 10,12 100 50,00

7 F 10,01 10,13 120 40,00

2. Sukarelawan 2

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,20 200 0,00

2 A 10,01 10,19 180 10,00

3 B 10,00 10,15 150 25,00

4 C 10,01 10,15 140 30,00

5 D 10,00 10,12 120 40,00

6 E 10,01 10,12 110 45,00

7 F 10,00 10,13 130 35,00

3. Sukarelawan 3

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,25 250 0,00

2 A 10,01 10,24 230 8,00

3 B 10,02 10,24 220 12,00

4 C 10,01 10,19 180 28,00

5 D 10,00 10,12 120 52,00

6 E 10,00 10,11 110 56,00

7 F 10,01 10,14 130 48,00

4. Sukarelawan 4

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,01 10,20 190 0,00

2 A 10,02 10,20 180 5,26

3 B 10,01 10,17 160 10,53

4 C 10,03 10,17 150 26,32

5 D 10,01 10,13 120 36,84

6 E 10,02 10,11 90 52,63

7 F 10,01 10,12 110 42,10

5. Sukarelawan 5


(58)

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,02 10,22 200 0,00

2 A 10,02 10,20 180 10,00

3 B 10,00 10,16 160 20,00

4 C 10,00 10,15 150 25,00

5 D 10,01 10,15 140 30,00

6 E 10,00 10,11 110 45,00

7 F 10,02 10,14 120 40,00

6. Sukarelawan 6

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,01 10,22 210 0,00

2 A 10,03 10,22 190 9,50

3 B 10,00 10,18 180 14,28

4 C 10,01 10,18 170 19,05

5 D 10,01 10,16 150 28,57

6 E 10,02 10,15 130 38,09


(1)

Lampiran 6. Gambar alat freeze dryer


(2)

Lampiran 7. Gambar pH meter

Gambar 7. pH meter


(3)

Penguapan Air Dari Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik

Gambar 8. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit


(4)

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,14 g Pertambahan berat = 130 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg Pertambahan berat sediaan = 130 mg Persentase pengurangan penguapan = 35 %

Lampiran 10. Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

1. Sukarelawan 1

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa

sediaan

10,00 10,20 200 0,00

2 A 10,00 10,18 180 10,00

3 B 10,01 10,16 150 25,00

4 C 10,01 10,14 130 35,00

5 D 10,00 10,11 110 45,00

pertambahan berat sediaan


(5)

6 E 10,02 10,12 100 50,00

7 F 10,01 10,13 120 40,00

2. Sukarelawan 2

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa

sediaan

10,00 10,20 200 0,00

2 A 10,01 10,19 180 10,00

3 B 10,00 10,15 150 25,00

4 C 10,01 10,15 140 30,00

5 D 10,00 10,12 120 40,00

6 E 10,01 10,12 110 45,00

7 F 10,00 10,13 130 35,00

3. Sukarelawan 3

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan 1 Tanpa

sediaan

10,00 10,25 250 0,00

2 A 10,01 10,24 230 8,00

3 B 10,02 10,24 220 12,00

4 C 10,01 10,19 180 28,00

5 D 10,00 10,12 120 52,00

6 E 10,00 10,11 110 56,00

7 F 10,01 10,14 130 48,00

4. Sukarelawan 4

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan

penguapan 1 Tanpa

sediaan

10,01 10,20 190 0,00

2 A 10,02 10,20 180 5,26

3 B 10,01 10,17 160 10,53

4 C 10,03 10,17 150 26,32

5 D 10,01 10,13 120 36,84

6 E 10,02 10,11 90 52,63


(6)

penguapan 1 Tanpa

sediaan

10,02 10,22 200 0,00

2 A 10,02 10,20 180 10,00

3 B 10,00 10,16 160 20,00

4 C 10,00 10,15 150 25,00

5 D 10,01 10,15 140 30,00

6 E 10,00 10,11 110 45,00

7 F 10,02 10,14 120 40,00

6. Sukarelawan 6

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan

penguapan 1 Tanpa

sediaan

10,01 10,22 210 0,00

2 A 10,03 10,22 190 9,50

3 B 10,00 10,18 180 14,28

4 C 10,01 10,18 170 19,05

5 D 10,01 10,16 150 28,57

6 E 10,02 10,15 130 38,09