Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Air, Etanol, dan N- heksana Sayur Hitam (Asystasia sp.) Asal Kabupaten Dogiyai-Papua.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK
AIR, ETANOL DAN N-HEKSANA TANAMAN SAYUR HITAM
(Asystasia sp.) ASAL KABUPATEN DOGIYAI-PAPUA

ROBERT DESE BOBII
G84080085

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antibakteri
dan Antioksidan Ekstrak Air, Etanol, dan N-heksana Tanaman Sayur Hitam
(Asystasia sp.) Asal Kabupaten Dogiyai-Papua adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Robert Dese Bobii
NIM G84080085

ABSTRAK
ROBERT DESE BOBII. Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Air,
Etanol, dan N-heksana Tanaman Sayur Hitam (Asystasia sp.) Asal Kabupaten
Dogiyai Provinsi Papua. Dibimbing oleh Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, M.Si
dan Dr.Syamsul Falah, S.Hut, M.Si.
Tanaman sayur hitam (Asystasia sp.) telah digunakan oleh masyarakat di Papua
sebagai sayuran dan telah diketahui dapat menyembuhkan luka. Tujuan penelitian
ini untuk mengidentifikasi kandungan fitokimia, antibakteri dan antioksidan dari
sayur hitam. Sayur hitam diekstrak dengan pelarut air, etanol 70%, dan n-heksana.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH sedangkan uji
antibakteri menggunakan metode kertas cakram terhadap bakteri Escherichia coli

(Gram negatif) dan Staphylococcus aureus (Gram positif). Hasil uji fitokimia
dapat diketahui bahwa ekstrak air, etanol 70% dan n-heksana sayur hitam
mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Hasil penelitian antibakteri
menunjukkan bahwa setiap ekstrak tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap
E.coli dan S. aureus. Analisis aktivitas antioksidan menunjukkan nilai IC50 ekstrak
perebusan (air), pemanasan (air), n-heksana, tanpa pemanasan (air) dan etanol 70
% berturut-turut sebesar 1286.894 ppm, 3391.667 ppm, 1098.667 ppm, 228.842
dan 263.117 ppm. Kesimpulannya, bahwa sayur hitam tidak bersifat antibakteri
dan memiliki aktivitas antioksidan yang lemah.
Kata Kunci: antibakteri, antioksidan, E. coli, sayur hitam, S. aureus,

ABSTRACT
ROBERT DESE BOBII. The Activity Antibacterial and Antioxidant Extract
Water, Ethanol, and N-hexane Vegetable Black (Asystasia sp.) Origin Dogiyai
Regency of Papua province. Supervised by Drs. Edy Djauhari Purwakusumah,
M.Si and Dr.Syamsul Falah, S.Hut, M.Si.
The black vegetable (Asystasia sp.) plants has been used by people in Papuan as
vegetable and has been known to heal wounds. The purpose of this study was to
identify the content of phytochemicals, antibacterial and antioxidant from black
vegetable. The black vegetable extracted with water, 70% ethanol, and n-hexane

solvent. Antioxidant activity of black vegetable extracts were determined by
DPPH method and antibacterial activity tested by paper disc method against
Escherichia coli (Gram negative) and Staphylococcus aureus (Gram positive).
The result phytochemicals showed that the black vegetable by water, ethanol 70%
and n-hexane extracts contained flavonoid, saponin, tannin and steroids.
Antibacterial test results showed that the extract do not have any antibacterial
activity against E.coli and S. aureus. The analysis of antioxidant activity showed
that the IC50 value of boiling (water), heating (water), n-hexane, without heating
(water) and ethanol 70%, respectively for 1286.894 ppm, 3391.667 ppm,
1098.667 ppm, 228 842 ppm and 263.117 ppm. The conclusion, black vegetable is
do not have antibacterial activity and has a weak antioxidant activity.
Keywords: antibacterial, antioxidant, black vegetable, E. coli. S. aureus

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK
AIR, ETANOL DAN N-HEKSANA TANAMAN SAYUR HITAM
(Asystasia sp.) ASAL KABUPATEN DOGIYAI-PAPUA

ROBERT DESE BOBII

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana sains
Pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul : Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Air, Etanol, dan Nheksana Sayur Hitam (Asystasia sp.) Asal Kabupaten Dogiyai-Papua.
Nama : Robert Dese Bobii
NIM : G84080085

Disetujui
Komisi Pembimbing

Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, M.Si
Ketua


Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si
Anggota

Diketahui
Ketua Departemen Biokimia

Dr.Ir. I Made Artika, M.App., Sc
NIP 19630117 198903 1 000

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala hikmat dan karunia yang diberikan sehingga penelitian yang berjudul uji
antibakteri dan antioksidan ekstrak air, etanol, dan n-heksana sayur hitam asal
kabupaten Dogiyai provinsi Papua telah selesai. Penelitian ini telah dilaksanakan
di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, mulai dari bulan November 2013 hingga
Februari 2014.
Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan kepada

Bapak Drs. Edy Djauhari, M.Si selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr.
Syamsul Falah, S.Hut.,M.Si selaku pembimbing kedua atas bimbingan,
pengarahan, dan saran-saran yang diberikan selama melaksanakan penelitian
maupun dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Pusat Studi Biofarmaka IPB yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat melakukan penelitian. Terlebih khusus kepada bapak Edy Djauhari
yang membantu penulis memfasilitasi tempat penelitian sehingga penelitian dapat
berjalan lancar. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Mba
Nunuk, Mba Ina, mas Endi serta Antonio atas semua bantuannya di laboratorium.
Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan banyak terimakasih
buat Ayahanda Andreas Bobii (alm) dan Ibunda Martha Mote tercinta serta kaka
Yosina Bobii (alm) dan om Demianus Mote (alm) yang selalu mendoakan untuk
keberhasilan penulis. Khusus buat nenek Hana Agapa dan adik-adikku Jek Bobii,
Melkias Bobii dan Elias Pigome tersayang, dengan sepenuh hati penulis haturkan
terimakasih atas bantuan, doa, motivasi, kesabaran dan pengertiannya selama ini.
Spesial kepada Adelina Warbandido, terimakasih atas doa, motivasi, dan
pengertian yang diberikan selama ini. Kiranya Tuhan akan membalas semua
kebaikannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang biokimia.
Bogor, Juni 2014


Robert Dese Bobii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

viii
viii
viii

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN

2


Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian

2
2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

6

Pembahasan

8

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

14
14
15
17
28

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Rendemen ekstrak sayur hitam
Hasil analisis fitokimia
Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sayur hitam
Inhibition Consentration (IC50)

6

7
7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Hasil uji antibakteri S. aureus (a) dan E.coli (b)
2 Foto tanaman sayur hitam (Asystasia sp.)
3 Reaksi antioksidan dan radikal DPPH

8
9
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

7
8
9

Alur penelitian
Surat determinasi tanaman sayur hitam
Perhitungan kadar air sayur hitam
Perhitungan rendemen ekstrak sayur hitam
Aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus
Aktivitas antibakteri Eschericia coli
Contoh data absorbansi ektrak tanpa pemanasan dan etanol 70%
Hubungan antara % penghambatan dan konsentrasi
Perhitungan inhibition consentration (IC50)

18
19
20
20
21
23
25
26
27

1

PENDAHULUAN
Papua merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di ufuk
timur nusantara dengan hutannya yang begitu luas dan memiliki keanekaragaman
hayati yang sangat beragam dan khas. Provinsi Papua terdiri dari 29 kabupaten.
Salah satu diantaranya adalah kabupaten Dogiyai. Kabupaten Dogiyai merupakan
salah satu kabupaten yang terletak di pegunungan tengah Papua. Kabupaten
Dogiyai memiliki topografi yang bervariasi mulai dari dataran bergelombang,
berbukit, dan pegunungan. Hampir 85% daerah kabupaten Dogiyai didominasi
oleh pegunungan yang dipenuhi oleh hutan alami. Hal ini menggambarkan bahwa
kabupaten Dogiyai memiliki sumberdaya hayati yang sangat beragam dan masih
belum tersentuh oleh tangan manusia. Berbagai tanaman fenomenal pun tumbuh
subur di daerah ini, seperti buah merah yang telah dikenal dan digunakan sebagai
obat antikanker payudara. Demikian juga dengan sarang semut yang tidak kalah
populernya sebagai sang raja herbal (Depkes, 2007).
Sekitar tiga ribu jenis tanaman di Papua telah dimanfaatkan secara turun
temurun oleh masyarakat sekitar sebagai obat sejak berabad-abad yang lalu. Hal
ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan
modern menyentuh masyarakat (Deptan, 2007). Pengetahuan tentang khasiat
tanaman obat ini merupakan warisan budaya masyarakat Papua yang telah
dilakukan secara turun-temurun. Seiring perkembangan zaman, banyak obat-obat
sintesis masuk ke kabupaten dogiyai. Namun, pengobatan menggunakan obat
sintesis ini belum tersentuh oleh masyarakat yang berada di daerah yang terpencil.
Bahkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil hampir tidak ada. Jarak yang
cukup jauh dan medan yang sulit menjadi kendala yang sangat berarti. Selain itu,
untuk mendapatkan obat harus dibeli dengan harga yang cukup tinggi.
Kendala tersebut diatas sangatlah berarti karena masyarakat di daerah
terpencil biasanya lebih memilih untuk mengobati penyakitnya dengan
pengetahuan tradisional sehingga kasus kematian masyarakat akibat bakteri
patogen terus meningkat terutama di daerah-daerah yang sulit di jangkau seperti di
pedalaman Papua. Disamping itu, kebiasaan masyarakat pegunungan Papua yang
pada umumnya adalah perokok juga dapat meningkatkan produksi radikal bebas
di dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan penyakit degeneratif dan penuaan
dini (Hariyatimi, 2004). Mengingat kendala yang telah dipaparkan diatas, maka
perlu dilakukan strategi agar dapat meminimalisir hal tersebut. Salah satunya
adalah dengan kembali memanfaatkan potensi tanaman obat sesuai slogan “back
to nature” agar pangan dan produk kesehatan aman dikonsumsi (Deptan, 2007).
Penggunaan tanaman obat secara tradisional selama ini belum sepenuhnya aman
sehingga dilakukan penelitian yang memadai agar efektivitas, efisien dan
keamanan obat tradisional terjamin (Depkes, 2007).
Salah satu tanaman berkhasiat obat yang telah lama digunakan oleh
masyarakat di daerah pegunungan tengah Papua adalah tanaman sayur hitam
(Asystasia sp). Penelitian tentang tanaman sayur hitam baru pertama kali
dilakukan. Tanaman ini telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk
mengobati luka, menurunkan batuk dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu,
sayur hitam juga dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebagai sayuran.
Mengingat besarnya potensi sayur hitam dan khasiat yang dikandungnya maka

2

besar kemungkinan sayur hitam memiliki senyawa aktif sebagai antibakteri dan
antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia, aktivitas
antibakteri dan aktivitas antioksidan yang terdapat di dalam tanaman sayur hitam.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi lokal Papua
sehingga kelak tanaman sayur hitam menjadi salah satu alternatif dalam
pengobatan. Pada penelitian ini diharapkan pelarut air, etanol 70%, dan n-heksana
mampu mengekstrak senyawa aktif dari tanaman sayur hitam yang diduga
memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Manfaat penelitian ini ialah
memberikan informasi awal mengenai kandungan tanaman sayur hitam sebagai
antibakteri dan antioksidan alami sehingga dapat meningkatkan nilai guna
tanaman ini.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari
tanaman sayur hitam. Bakteri yang digunakan pada pengujian antibakteri adalah
Staphylococcus aureus (Gram positif) dan Escherichia coli (Gram negatif). Media
untuk uji antibakteri menggunakan Media Tryptic Soy Agar (TSA), Tryptic Soy
Broth (TSB), Nutrient Agar (NA), dan Nutrient Broth (NB), kontrol positif yang
digunakan pada uji antibakteri adalah tetrasiklin, sedangkan aquades steril sebagai
kontrol negatif. Bahan lain yang digunakan adalah HCl 1-2% dan pekat, reagen
Dragendorf, reagen Mayer, reagen Wagner, methanol 50%, Mg, etanol 96 %, nheksana, kloroform, kertas saring, asam asetat anhidrad, H2SO4 pekat, NH3 10%,
FeCl3, DPPH, kapas, sarung tangan, kertas cakram, dimetil sulfoksida (DMSO).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, alat
penguap vakum putar (rotary evaporator), kulkas, blender, eksikator, oven,
autoklaf, inkubator, spektrofometer ELISA reader EPOCH, vortex, pipet, tabung
Eppendorf, mikro pipet, mikro plate, jangka sorong dan kamera.
Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan meliputi penyiapan sampel,
pengumpulan, pembuatan simplisia, determinasi, pembuatan ekstrak, penapisan
fitokimia, pemeriksaan aktivitas antibakteri dan aktivitas antioksidan.
Determinasi Sayur Hitam
Tanaman yang dideterminasi adalah sayur hitam. Tanaman ini diperoleh
dari Kecamatan Moanemani, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua. Bagian
tanaman yang digunakan dalam proses determinasi adalah bagian batang dan
daun. Bagian tersebut telah dikeringkan dibawah sinar matahari selama tiga hari di
Kecamatan Moanemani. Selanjutnya tanaman tersebut dikirim lalu dideterminasi
dalam bentuk simplisia di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Cibinong Kabupaten Bogor.

3

Pembuatan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak (Handa et al. 2008)
Bahan tanaman yang diuji adalah daun tanaman sayur hitam yang telah
dibersihkan dan dikeringkan di bawah terik matahari selama tiga hari. Simplisia
sayur hitam digiling menggunakan alat penggiling (blender) sampai menjadi
serbuk lalu di saring. Selanjutnya, serbuk sayur hitam diekstrak menggunakan
metode maserasi, pemanasan, dan perebusan.
Ekstrak maserasi dilakukan menggunakan pelarut air, etanol 70%, dan nheksana dengan perbandingan 1:10 (b/v). Sebanyak 50 gram serbuk simplisia
sayur hitam dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi 500 mL air.
Selanjutnya, dimaserasi selama 24 jam dengan shaker pada kecepatan 98 rpm.
Hasil maserasi disaring dengan menggunakan kertas saring lalu filtratnya
ditampung dalam labu Erlenmeyer 1 L. Perlakuan maserasi diulang hingga dua
kali menggunakan sampel daun bekas maserasi sebelumnya. Hasil maserasi
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapat ekstrak yang kering. Ekstrak
kemudian ditimbang berat bersihnya.
Ekstrak dengan perebusan dilakukan menggunakan pelarut air dengan
perbandingan 1:10 (b/v). Sebanyak 50 gram serbuk simplisia sayur hitam
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi 500 mL air lalu dipanaskan
pada suhu 90 0C selama beberapa menit. Selanjutnya hasil perebusan disaring
dengan mengunakan kertas saring dan filtratnya ditampung dalam labu
Erlenmeyer 1 L. Kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapat
ekstrak yang kering. Ekstrak kemudian ditimbang berat bersihnya.
Perhitungan randemen ekstrak menggunakan rumus:
Rendemen =

� � �

100%

� �

Penentuan Kadar Air (Harborne 1996)
Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit lalu didinginkan
dalam eksikator. Setelah dingin, cawan diambil dengan penjepit dan ditimbang
untuk mengetahui bobot kosong cawan. Setelah itu, simplisia ditimbang sebanyak
2 gram dan dimasukkan dalam cawan tersebut. Lalu dikeringkan di dalam oven
pada suhu 105 0C selama 3 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan
ditimbang untuk mengetahui bobot kering. Ulangi penimbangan hingga diperoleh
bobot tetap/konstan.
Kadar air dihitung dengan rumus:
=



� �

−(



� �



Uji Komponen Fitokimia (Vinod et al. 2010)



)

� 100%

Fraksi-fraksi yang digunakan untuk penapisan fitokimia adalah fraksi nheksana, etanol, dan air. Metode skrining yang digunakan untuk mengetahui
kandungan bahan metabolit sekunder dilakukan dengan:
Identifikasi Alkaloid. Sebanyak 1 gram ekstrak sayur hitam ditambahkan
3 tetes NH3 dan 5 ml CHCl3 lalu disaring. Selanjutnya filtrat ditambahkan H2SO4
2 M dan dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan yang tidak berwarna
dipindahkan ke dalam 3 tabung. Masing-masing tabung diuji dengan reagen

4

Dragendorf, Mayer, dan Wagner. Jika pengujian berturut-turut menghasilkan
endapan berwarna jingga, putih, dan coklat maka daun sayur hitam positif
mengandung alkaloid.
Identifikasi Flavonoid. Sebanyak 1 gram ekstrak sayur hitam dilarutkan
dalam 2 ml akuades dan dipanaskan selama 5 menit. Setelah itu, disaring dan
diambil filtratnya lalu ditambahkan serbuk Mg dan 5 tetes HCl:EtOH (1:1).
Selanjutnya tambahkan juga larutan amil alkohol. Larutan berwarna merah atau
jingga yang terbentuk menunjukkan adanya flavonoid.
Identifikasi Steroid dan Triterpenoid. Sampel ekstrak sayur hitam
sebanyak 1 gram dilarutkan dalam etanol panas lalu disaring, kemudian filtrat
yang dihasilkan dipanaskan hingga kering. Selanjutnya ditambahkan dengan 1 ml
etil eter dan 1 ml asam asetat anhidrat. Campuran ini ditambahkan dengan H2SO4
pekat sebanyak 1 tetes melalui dinding tabung. Jika hasil yang diperoleh berupa
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut maka menunjukkan
adanya triterpenoid, sedangkan munculnya warna hijau kebiruan menunjukkan
adanya steroid.
Identifikasi Tanin. Sebanyak 1 gram ekstrak sayur hitam dilarutkan
dalam 2 ml akuades dan dipanaskan selama 5 menit. Setelah itu disaring dan
diambil filtratnya lalu ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 10%, timbulnya warna
hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa tannin.
Identifikasi Saponin. Ekstrak sayur hitam dalam tabung reaksi ditambah
air (1:1) sambil dikocok selama 5 menit. Adanya busa yang dapat bertahan
selama 5 menit menunjukkan adanya senyawa saponin.
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Kertas Cakram (Purbowatiningrum, 2010)
Pembuatan Medium Pertumbuhan dan Pengujian. Bubuk TSA, TSB,
NB, dan NA dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer masing-masing sebanyak 10
gram, 7.5 gram, 2 gram dan 5 gram lalu masing-masing dilarutkan dalam 250 ml
aquades. Kemudian dipanaskan agar media homogen. Setelah itu medium di
sterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C dengan tekanan 1 atm selama
15 menit.
Pembuatan Medium Agar Miring. Bubuk NA dan TSA masing-masing
sebanyak 0.2 gram dan 0.4 gram dilarutkan dalam 10 ml aquades menggunakan
labu Erlenmeyer. Setelah itu dihomogenkan diatas penangas air sampai mendidih.
Sebanyak 5 ml dituangkan masing-masing pada 1 tabung reaksi steril dan ditutup
dengan kapas. Media tersebut disterilkan dalam outoklaf pada suhu 121 oC selama
15 menit, kemudian dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit sampai
media memadat pada kemiringan 30o. Media Agar miring digunakan untuk
inokulasi bakteri (Lay, 1994).
Peremajaan Bakteri. Biakan bakteri E. coli dan S. aureus sebanyak satu
ose diinokulasikan ke dalam medium agar miring NA dan TSA yang telah dibuat
sebelumnya secara aseptis dengan meletakkan jarum ose yang mengandung
biakan pada dasar kemiringan agar dan ditarik dengan gerakan zig-zag. Bakteri E.
coli diinokulasi dalam medium NA dan S. aureus diinokulasi pada media TSA.
Pengujian Aktivitas Antibakteri. Uji aktivitas antibakteri dilakukan
terhadap dua jenis bakteri yaitu bakteri E. coli dan S. aureus. Sebanyak dua ose
bakteri uji dari hasil peremajaan diatas diinokulasikan ke dalam medium TSB dan

5

NB yang terpisah. Selanjutnya masing-masing diinkubasi pada suhu 37 °C selama
30 menit. Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode kertas cakram. Terlebih
dahulu sampel sayur hitam ekstrak maserasi, pemanasan, perebusan, etanol 70%,
dan n-heksana masing-masing dilarutkan dalam aquades steril dengan konsentrasi
20%, 10%, 5%, 2.5%. Selanjutnya media TSA dan NA yang telah dibuat tersebut
di tuangkan ke dalam cawan Petri. Setelah media memadat, bakteri uji yang telah
diremajakan diambil 1 mL dengan pipet lalu diinokulasikan kedalam medium
TSA dan NA setengah padat lalu diaduk agar tercampur secara merata. Lalu
media setengah padat ini dituangkan ke dalam cawan yang berisi TSA dan NA
secara merata. Selanjutnya dimasukkan kertas cakram 6 mm dan ditetesi dengan
larutan ekstrak dengan konsentrasi 20%, 10%, 5%, 2.5% sebanyak 10 L. Setelah
itu di simpan selama 24 jam pada suhu 37 oC di ukur diameter hambatan yang
terbentuk zona bening menggunakan jangka sorong.
Penetapan Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Setelah
diketahui bahwa ekstrak memiliki aktivitas antibakteri selanjutnya dilakukan
penetapan konsentrasi hambat minimum dari ekstrak tersebut. Tujuannya untuk
mengetahui kadar terendah dari sampel ekstrak yang masih memberikan aktivitas
antibakteri terhadap bakteri uji. Metode penetapan yang dilakukan adalah dengan
metode agar padat. Sampel ekstrak dibuat dengan berbagai konsentrasi mulai dari
yang besar hingga yang kecil lalu di uji aktivitas antibakterinya.
Uji Antioksidan 1,1 diphenyl-2-picryl-hydrazil (DPPH) (Modifikasi Bendra,
2012).
Pembuatan Larutan DPPH. Potensi antioksidan dari sayur hitam
dilakukan dengan metode DPPH. stok larutan DPPH dilakukan dengan
menimbang sebanyak 10 mg DPPH dan dilarutkan dengan etanol di dalam labu
sampai 100 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0.25 mM.
Pembuatan Larutan Ekstrak Uji. Larutan stok sampel dibuat dengan
cara menimbang ekstrak perebusan, pemanasan, etanol, dan n-heksana masingmasing sebanyak 10 mg, kemudian dilarutkan dengan 1ml DMSO dalam tabung
Eppendorf sehingga didapatkan konsentrasi 10000 ppm. Sampel dalam DMSO
diambil sebanyak 4µL dan dilarutkan dalam 196 µL etanol 96%. Selanjutnya
dilakukan pengenceran sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi akhir 1000,
500, 250, 125, dan 62,5 ppm pada mikroplate. Larutan standar yang digunakan
adalah vitamin C (asam askorbat). Larutan standar dibuat dengan menimbang 10
mg vitamin C lalu dilarutkan dalam 1 mL DMSO, kocok hingga larutan dan
homogen. Larutan blanko yang digunakan sebanyak 100 µL etanol dan 100 µL
DPPH.
Penentuan Aktivitas Antioksidan. Penentuan aktivitas antioksidan
dilakukan dengan cara 100 µL DPPH 0.25 mM dimasukkan ke dalam setiap
lubang mikroplate yang berisi sampel dengan konsentrasi 1000, 500, 250, 125,
dan 62.5 ppm. lalu diinkubasi selama 30 menit di dalam ruang gelap. Nilai
absorbansinya diukur pada panjang gelombang 517 nm dengan menggunakan
ELISA reader EPOCH. Sebagai pembanding digunakan asam askorbat (vitamin
C) kosentransi 20, 10, 5, 2.5 ppm dengan perlakuan yang sama dengan sampel uji.
Larutan blanko menggunakan 100 µL etanol dan 100 µL DPPH 0.25 mM.

6

Penentuan Persentase Penghambatan. Persen penghambatan dihitung
dengan menggunakan rumus:
=

1− 2
1

100%

A1 = absorbansi kontrol
A2 = absorbansi sampel
Nilai IC50 (Inhibition Consentration 50) merupakan bilangan yang menunjukkan
konsentrasi sampel uji yang memberikan peredaman sebesar 50% (mampu
menghambat atau meredam proses oksidasi sebesar 50%). Nilai IC50 ditentukan
dengan cara dibuat kurva linear dan kurva logaritma antara konsentrasi larutan uji
(sumbu x) dan % penghambatan (sumbu y).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Determinasi Tanaman Sayur Hitam
Determinasi tanaman sayur hitam dilakukan karena tanaman ini
merupakan salah satu tanaman endemik pertama kali diteliti. Hasil determinasi
diketahui bahwa tanaman sayur hitam termasuk dalam bangsa Scrophulariales,
suku Acanthaceae, marga Asystasia, dan jenis Asystasia sp. Penyebutan nama
sayur hitam dalam bahasa daerah suku Mee disebut dengan “digiyo naapo” atau
“ugubo”, sedangkan suku dani menyebutnya dengan “mbuna”.
Kadar Air dan Rendemen
Penentuan kadar air dilakukan agar dapat menentukan masa penyimpanan
simplisia. Hasil uji kadar air simplisia sayur hitam menunjukkan bahwa persentase
kadar air rerata sebesar 15.84% (Lampiran 3). Kadar air simplisia sayur hitam
sebesar 15.84% dapat dikatakan kurang baik dan tidak dapat disimpan dalam
waktu yang lama karena kadar air yang lebih dari 3-7 % rentan terhadap
pencemaran mikroorganisme (Winarno, 1997). Rendemen ekstrak merupakan
bioaktif sayur hitam yang terekstrak pada pelarut yang digunakan. Sampel sayur
hitam masing-masing sebanyak 50 dicampurkan dengan pelarut dengan
perbandingan 1:10 untuk pelarut air, etanol, dan n-heksana. Hasilnya, rendemen
terbesar diperoleh dari ekstrak etanol 70 % sebanyak 23.064 %, sedangkan ekstrak
terendah diperoleh dari ekstrak pelarut n-heksana sebesar 3.2848 % ( Tabel 1).
Tabel 1 Rendemen ekstrak sayur hitam
No Jenis Ekstrak
Randemen (%)
1
Tanpa Pemanasan
15.1665
2
Pemanasan
16.6841
3
Perebusan
16.8589
4
Etanol 70%
23.0648
5
N-Heksana
3.2848

Rendemen terkoreksi (%)
0.180
0.198
0.200
0.274
0.039

7

Komponen Fitokimia
Berdasarkan hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa dari sayur hitam
sayur hitam tidak mengandung senyawa bioaktif alkaloid. Senyawa bioaktif
seperti flavonoid, saponin, dan tanin terdapat pada ekstrak air dan etanol 70 %.
Sedangkan senyawa bioaktif terpenoid terdeteksi pada ekstrak n-heksana.
Perlakuan pemanasan membuat senyawa saponin berkurang, bahkan pada
perebusan tidak terdeteksi adanya senyawa saponin ( Tabel 2 ).
Tabel 2 Hasil analisis fitokimia
Uji

Alkaloid
flavonoid
Saponin
Tanin
Steroid
Terpenoid

Tanpa
Pemanasan
(air)
+
+
+
+

Pemanasan
(air)

Perebusan
(air)

Etanol
70%

n-heksana

+
+
+
+
-

+
+
-

+
+
+
-

+
-

+ : terdapat senyawa bioaktif, - : tidak ada senyawa bioaktif

Aktivitas Antibakteri
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tetrasiklin.
Diameter zona bening yang dihasilkan oleh tetrasiklin dapat diukur dengan jangka
sorong. Pada gambar 1, terlihat jelas zona bening yang dihasilkan oleh kontrol
positif ini. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tetrasiklin merupakan antibakteri
berspektrum luas karena dapat menghambat bakteri E.coli (Gram negatif) dan S.
aureus (Gram positif). Sementara, kontrol negatif yang digunakan adalah akuades
yang telah disterilkan. Hasil uji antibakteri dengan menggunakan metode kertas
cakram dengan konsentrasi sampel berturut-turut sebesar 20 %, 10 %, 5 %, dan
2.5 % (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil Pengamatan zona hambat ekstrak sayur hitam.
Jenis
Bakteri
E. coli

S. aureus

Sampel
Ekstrak
Tanpa pemanasan
Pemanasan
Perebusan
Etanol 70%
N-heksana
Tanpa pemanasan
Pemanasan
Perebusan
Etanol 70%
N-heksana

tetrasiklin
33.04
26.55
32.20
34.31
27.95
32.82
24.61
26.20
29.72
32.74

Zona hambat
20% 10% 5% 2.5% akuades
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Hasil uji ekstrak sayur hitam terhadap bakteri E. coli dan S. aureus
menunjukkan hasil yang negatif. Hasil tersebut ketahui setelah mengamati zona
bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram yang telah dicampurkan dengan

8

sampel. Contoh sampel ekstrak air dengan perlakuan pemanasan dan perebusan
tidak terdapat zona hambat atau zona bening (Gambar 1).

Gambar 1 Hasil uji antibakteri terhadap bakteri S. aureus (a) dan E.coli (b)
Aktivitas Antioksidan
Pada uji aktivitas antioksidan digunakan vitamin C sebagai kontrol positif.
Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan nilai IC50 sebesar 12.346 ppm
(Tabel 4). Nilai ini menjelaskan bahwa vitamin C sebagai senyawa yang memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat karena nilai IC50 dibawah 200 ppm (Hanani et al,
2005). Hasil pengujian sampel sayur hitam menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak
perebusan (air), pemanasan (air), n-heksana, tanpa pemanasan (air) dan etanol 70
% berturut-turut sebesar 1286.894 ppm, 3391.667 ppm, 1098.667 ppm, 228.842
dan 263.117 ppm. Nilai IC50 sampel diatas apabila dibandingkan dengan vitamin
C (kontrol positif) maka nilai IC50 sampel sayur hitam memiliki nilai IC50 yang
lebih tinggi sehingga dapat diketahui bahwa nilai IC50 vitamin C lebih efektif
dalam menangkal radikal DPPH karena semakin kecil nilai IC50 menunjukkan
kemampuan antioksidan yang lebih baik dalam menangkal radikal bebas
(Molyneux, 2003). Data persentase penghambatan dapat di lihat pada lampiran 8.
Tabel 4 Konsentrasi Penghambatan (IC 50)
Sampel
Perebusan (air)
Pemanasan (air)
n-heksana
Tanpa Pemanasan (air)
Ekstrak Etanol 70 %
Vitamin C

IC50 rerata (ppm)
1286.894
3391.667
1098.667
228.842
263.117
12.346

Pembahasan
Determinasi Tanaman Sayur Hitam
Tanaman sayur hitam merupakan salah satu tanaman endemik Papua.
Tanaman ini tumbuh subur di daerah perbukitan, terutama dibawah pohon yang
rindang dan sedikit terkena sinar matahari seperti di lereng gunung atau di tepi
aliran air. Tanaman jenis Asystasia sp. merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi

9

oleh masyarakat setempat dengan cara direbus. Selain itu, tanaman ini digunakan
untuk mengobati luka dalam, luka luar, dan dapat mengobati batuk.

Gambar 2 Foto tanaman sayur hitam (Dokumentasi pribadi)
Secara sistematis, tanaman sayur hitam termasuk dalam family
Acanthaceae, genus Asystasia sp. (Lampiran 2). Penyebutan nama sayur ini pun
berbeda-beda tiap sukunya, misalnya suku Mee (Ekagi) menyebutnya dengan
nama digiyo naapo atau ugubo, sedangkan suku dani menyebutnya mbuna dan
masih banyak penyebutan lainnya. Tanaman ini berkembang biak dengan tunas.
Dipanen dengan cara dipetik bagian daun yang masih muda. Ciri batangnya
berbuku-buku seperti bambu, tumbuh tegak dengan ketinggian 10 sampai 15 cm
dari batang akar. Daunnya tumbuh secara simetris di setiap buku-bukunya, daun
mudah berwarna hijau mudah sedangkan yang tua berwarna hijau tua.
Kadar Air dan Rendemen
Penentuan kadar air di dalam sayur hitam sangat diperlukan untuk
mengetahui berat kering dari sayur hitam sehingga mempertahankan mutu selama
penyimpanan. Bagian tanaman yang digunakan untuk menentukan kadar air
adalah bagian daun dari sayur hitam (Asystasia sp.). Tanaman sayur hitam yang
diuji kadar air, terlebih dahulu telah dikeringkan dari daerah asal yaitu
Moanemani selama tiga hari. Penentuan kada air dilakukan untuk mengetahui
ketahanan suatu bahan dalam penyimpanan (Harjadi, 1993). Oleh karena itu,
terlebih dahulu sampel sayur hitam dilakukan pengujian kadar air. Pada penelitian
ini, kandungan air pada sampel dihilangkan dengan cara pemanasan fisik
menggunakan oven pada suhu 105 oC. Pemanasan ini bertujuan untuk
menghilangkan air yang terikat secara fisik di dalam sampel sayur hitam. Persen
kadar air juga digunakan untuk mengetahui persen bahan kering dan sebagai
faktor koreksi suatu sampel, jika sampel yang digunakan memiliki lingkungan
agrobiofisik yang berbeda, sehingga dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah
bahan yang dibutuhkan jika ingin mengekstraksi bahan langsung dalam keadaan
basah sehingga dapat digunakan sebagai rendemen terkoreksi pada proses
ekstraksi (Ichsan, 2011).
Persentase kadar air rerata yang terkandung di dalam simplisia sayur hitam
adalah sebesar 15.84%. Persentase kadar air rerata tersebut lebih tinggi dari syarat
menurut Wirarno (1997), yang menyatakan bahwa jumlah kadar air yang baik
adalah sekitar 3-7 %. Pada konsentrasi kadar tersebut sampel dapat disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kemungkinan rusak terkena jamur

10

atau bakteri saat penyimpanan sangat kecil. Oleh sebab itu, sebaiknya simplisia
sayur hitam langsung digunakan agar tidak terjadi penyimpangan atau dikeringkan
kembali untuk menghindari aktivitas mikroba.
Sebelum di ekstraksi, simplisia sayur hitam terlebih dahulu digiling
dengan menggunakan alat penggiling (blender) agar halus. Penghalusan simplisia
dilakukan untuk mempermudah proses ekstraksi sehingga proses ekstraksi dapat
berjalan secara optimal dan interaksi antara pelarut dengan komponen bioaktif
dalam simplisia semakin besar. Perbandingan sampel dan pelarut (1:10) di shaker
dengan tujuan agar pelarut yang memiliki nilai perbandingan lebih tinggi dapat
mengekstrak senyawa bioaktif secara optimal. Ampas (sisa) simplisia kembali
dilarutkan dengan menggunakan pelarut yang sama dan dilakukan dengan
prosedur yang sama seperti sebelumnya. Penggantian pelarut dilakukan agar dapat
menarik atau melisis senyawa bioaktif yang terdapat di dalam simplisia sayur
hitam secara maksimal. Total filtrat yang didapatkan kemudian dipekatkan dengan
rotary evaporator lalu dihitung rendemennya.
Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat
ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal dikalikan 100%. Rendemen hasil
ekstrak menunjukkan hasil ekstrak yang berbeda-beda sesuai dengan jenis pelarut
yang digunakan. Rendemen terbesar diperoleh dari ekstrak etanol 70%, sedangkan
ekstrak terendah diperoleh dari ekstrak pelarut n-heksana. Hasil ini
menginformasikan bahwa komponen-komponen bioaktif yang terdapat di dalam
tanaman sayur hitam lebih bersifat polar karena banyak senyawa bioaktif yang
terekstrak pada pelarut polar seperti etanol 70 % dan air.
Metode yang digunakan dalam mengekstrak simplisia adalah maserasi
pemanasan dan perebusan. Ekstrak daun sayur hitam (Asystasia sp.) menggunakan
metode maserasi karena metode ini sangat sederhana dan baik untuk mengekstrak
senyawa yang bersifat tidak tahan panas. Pada prinsipnya, metode maserasi
dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut sehingga mengakibatkan
dinding sel tanaman sayur hitam mengalami lisis dan mengakibatkan senyawa
bioaktif dalam bahan uji keluar dan terlarut dalam pelarut yang digunakan (Tiwari
et al, 2011).
Ekstrak pemanasan dan perebusan menggunakan pelarut air. Penggunaan
pelarut air didasarkan atas kebiasaan masyarakat di daerah pedalaman Papua saat
memasak sayur hitam. Pelarut etanol 70% digunakan karena dapat melarutkan
senyawa fitokimia lebih maksimal sebab etanol 70% masih mengandung air yang
cukup banyak (30%) yang membantu proses ekstrak sehingga sebagian senyawa
tersebut ada yang dapat tertarik dalam etanol dan ada pula yang tertarik dalam air
(Sani et al. 2014). Disamping itu, pelarut etanol juga mudah menembus dinding
sel tanaman dengan cara menonaktifkan enzim oksidase polifenol sehingga dapat
mengekstrak senyawa organik yang ada di dalam intrasel (Tiwari et al, 2011).
Sedangkan pelarut n-heksana dilakukan untuk mengekstrak senyawa yang tidak
larut di dalam air dan etanol.
Pelarut yang digunakan dalam ekstrak tanaman sayur hitam memiliki
tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu air dan etanol 70 % bersifat polar,
sedangkan n-heksana bersifat nonpolar. Penggunaan pelarut dengan perbedaan
kepolaran diatas adalah untuk menentukan kemampuan pelarut dalam
mengekstrak senyawa bioaktif yang terdapat di dalam simplisia uji karena
menurut Tiwari (2011), keberhasilan dalam menarik senyawa bioaktif tergantung

11

pada jenis pelarut yang digunakan. Metode maserasi digunakan untuk mengektrak
sayur hitam dengan menggunakan pelarut etanol 70%, air, dan n-heksana,
sedangkan metode pemanasan dan perebusan hanya menggunakan pelarut air.
Komponen Fitokimia
Pada tahapan ini dilakukan penelitian tentang komponen fitokimia agar
dapat mengetahui komponen bioaktif yang terdapat di dalam tanaman sayur
hitam. Teknik penelitian yang digunakan tahapan ini adalah menggunakan teknik
penapisan fitokimia. Penapisan fitokimia merupakan suatu langkah penelitian
untuk mengetahui kandungan senyawa kimia secara kualitatif terhadap senyawasenyawa bioaktif yang terdapat dalam simplisia tumbuhan. Senyawa-senyawa
tersebut merupakam senyawa organik, oleh karena itu skrining terutama ditujukan
terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloid, glikosida flavonoid, tanin,
saponin, triterpenoid, dan steroid. Teknik penapisan dapat membantu langkah
fitofarmakologi melalui seleksi awal pemeriksaan tumbuhan untuk membuktikan
ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut (Fernworth, 1966).
Uji fitokimia dilakukan terhadap simplisia ekstrak air, etanol 70 %, dan nheksana. Senyawa metabolit sekunder yang diuji meliputi alkaloid, flavonoid,
tanin, saponin, steroid, dan triterpenoid. Hasil uji fitokimia (Tabel 2)
menunjukkan bahwa sayur hitam mengandung plavonoid, saponin, tanin, steroid
dan terpenoid. Senyawa flavonoid, saponin dan tanin terekstrak pada pelarut polar
dalam jumlah yang banyak. Namun, jumlah saponin pada perlakuan pemanasan
lebih sedikit dibandingkan tanpa pemanasan, bahkan pada perlakuan perebusan
tidak terdeteksi adanya senyawa saponin sehingga dapat diketahui bahwa senyawa
saponin yang terdapat di dalam sayur hitam bersifat tidak tahan terhadap panas
(volatil). Pada Hasil uji fitokimia juga terdeteksi adanya kandungan steroid pada
tanaman sayur hitam ekstrak pelarut nonpolar.
Perbedaan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstrak memberikan
hasil yang berbeda terhadap senyawa fitokimia yang terdapat pada tanaman sayur
hitam (Asystasia sp). Berdasarkan hasil uji fitokimia dapat dilihat senyawasenyawa yang bersifat nonpolar seperti triterpenoid dan steroid terekstrak ke
dalam pelarut yang bersifat nonpolar (n-heksana) walaupun masih bisa terekstrak
ke dalam pelarut polar seperti air. Sama halnya dengan senyawa fitokimia yang
bersifat polar seperti flavonoid, saponin dan tanin yang sebagian besar terekstrak
ke dalam pelarut yang bersifat polar (air dan etanol 70%) (Tiwari et al, 2011).
Kepolaran senyawa flavonoid dan tanin disebabkan oleh adanya gugus hidroksil
pada senyawa tersebut. Banyaknya senyawa fitokimia yang terekstrak diharapkan
berkorelasi positif terhadap aktivitas farmakologi yang ditimbulkan oleh ekstrak
tanaman sayur hitam.
Senyawa bioaktif yang bersifat antibakteri seperti saponin, tanin dan
flavonoid. Sifat antibakteri dari saponin, tanin dan flavonoid ini diketahui setelah
menelusuri pustaka seperti pada tanaman katsuri, senyawa saponin berperan
sebagai antibakteri (Roshyida et al. 2010). Selain itu, pada tanaman akway
diketahui memiliki aktivitas antibakteri dari senyawa bioaktif tanin (Situmorang,
2010) dan flavonoid (Parubak, 2013). Berdasarkan pustaka tersebut maka dapat
dijadikan acuan awal untuk menguji aktivitas antibakteri. Selain sebagai
antibakteri, senyawa flavonoid juga telah diketahui dapat menetralisir senyawa

12

radikal bebas sehingga dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian tentang
antioksidan (Rahmawati,2012).
Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara aseptik dengan menggunakan
metode cakram. Terbentuknya zona bening di sekitar cakram menunjukkan bahwa
ekstrak sayur hitam memiliki senyawa aktif yang bersifat antibakteri. Semakin
besar zona bening maka semakin sensitif suatu senyawa antibakteri. Media yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri uji, antara lain Tryptic Soy Agar (TSA),
Tryptic Soy Broth (TSB), Nutrient Broth (NA), dan Nutrient Broth (NB). Media
TSA dan NA merupakan media padat yang masing-masing digunakan untuk
menguji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli sedangkan TSB dan NB
adalah media cair yang digunakan untuk menumbuhkan kedua jenis bakteri uji
tersebut diatas.
Sampel yang di uji antibakteri adalah bagian daun dari sayur hitam yang
terlebih dahulu telah diekstrak dengan pelarut air (maserasi, pemanasan dan
perebusan), etanol 70%, dan n-heksana. Masing-masing ekstrak sayur hitam
dilarutkan dengan konsentrasi 20%, 10%, 5%, 2.5%. Hasil uji ekstrak sayur hitam
yang diujikan terhadap bakteri E.coli dan S. aureus menunjukkan hasil yang
negatif. Hasil tersebut ketahui setelah mengamati zona bening yang terbentuk di
sekitar kertas cakram yang telah dicampurkan dengan sampel. Sampel ekstrak air
dengan perlakuan pemanasan dan perebusan serta tidak terdapat zona hambat atau
zona bening. Pada sampel ekstrak maserasi etanol 70% juga tidak terdapat zona
bening di sekitar kertas cakram dan hal yang sama juga berlaku pada eksktrak nheksana.
Pada penelitian antibakteri ini digunakan aquades steril sebagai kontrol
negatif dan antibiotik tetrasiklin sebagai kontrol positif karena tetrasiklin termasuk
antibiotik berspektrum luas yang dapat menghambat pertumbuhan Gram positif
maupun Gram negatif dengan cara menghambat sintesis protein (Pelczar dan
Chan,1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik tetrasiklin yang
digunakan tergolong sensitif terhadap E.coli dan S. aureus. Kesensitifan antibiotik
tetrasiklin dapat di lihat dari zona hambat yang terbentuk di dalam cawan Petri
konsentrasi 10.000 ppm sehingga dapat membentuk zona hambatan (Lampiran 6
dan 7).
Hasil uji fitokimia (Tabel 2) telah mengkonfirmasikan bahwa di dalam
ekstrak sayur hitam terdapat senyawa metabolit sekunder seperti saponin, tanin,
dan flavonoid yang berpotensi menjadi antibakteri. Menurut teori yang telah
diutarakan oleh Robinson (1995), bahwa mekanisme kerja saponin sebagai
antibakteri adalah dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga
mengakibatkan naiknya permeabilitas sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler
keluar, sedangkan tanin dapat bersifat antibakteri dengan menghambat reverse
transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk.
Lalu, mekanisme kerja flavonoid bekerja dengan membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel
bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler.
Berdasarkan teori diatas maka dapat diketahui bahwa senyawa bioktif
saponin, tanin, dan flavonoid bersifat antibakteri. Namun, hasil uji antibakteri
menggunakan metode cakram tidak menunjukkan aktivitas antibakteri sehingga

13

dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak daun sayur hitam tidak
memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli dan S. Aureus (Lampiran 6 dan 7).
Tidak terbentuknya daerah zona hambat berupa zona bening pada media dapat
disebabkan karena jenis antibakteri yang terdapat dalam ekstrak sayur hitam tidak
cukup potensial untuk kedua bakteri uji tersebut (Tabel 3).
Bakteri E.coli dan S. aureus digunakan sebagai bakteri uji karena bakteri
tersebut banyak ditemukan di sekitar lingkungan sekitar manusia. Selain itu,
kedua bakteri ini juga telah diketahui bersifat pathogen sehingga dapat
menimbulkan penyakit yang berbahaya terdahadap kesehatan manusia. Bakteri
E.coli dapat menyebabkan penyakit diare terutama di daerah yang tingkat sanitasi
yang rendah (Suriawiria, 1996). Sedangkan bakteri S. aureus merupakan bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia terutama bila terdapat luka
dengan permukaan terbuka (Warsa, 1994). Faktor patogenesitas dari kedua bakteri
tersebut memberikan penjelasan yang sesuai sehingga penulis menggunakannya
sebagai bakteri uji. Hal ini berkaitan dengan tingkat sanitasi dan pengobatan yang
rendah seperti di daerah terpencil di Papua.
Aktivitas Antioksidan
Uji antioksidan dilakukan dengan metode DPPH untuk mengetahui
aktivitas antioksidan dari ekstrak air, etanol 70% dan n-heksana dengan melihat
nilai IC50, yaitu konsentrasi antioksidan yang mampu menghambat 50% radikal
bebas. Pengamatan terhadap radikal DPPH dengan spektofotometer uv-vis pada
panjang gelombang ( ) 517 nm karena DPPH memberikan serapan yang kuat pada
panjang gelombang tersebut (Saklani, 2011). Prinsip pengukuran secara
spektrofotometri visibel adalah mengukur besarnya absorbansi pemucatan warna
larutan DPPH. Dari berbagai konsentrasi larutan uji diukur persen (%)
penghambatannya. Nilai penghambatan 0% berarti larutan uji tidak mempunyai
daya penghambatan radikal bebas, sebaliknya nilai 100% berarti penghambatan
total (Haryoto et al, 2007).
Kemampuan penghambatan radikal bebas DPPH oleh suatu antioksidan
dinyatakan dengan nilai persentase dan konsentrasi dinyatakan dalam parts per
million (ppm). Penghambatan radikal bebas dapat diketahui melalui nilai
IC50.Nilai tersebut dapat memberikan konsentrasi penghambatan radikal bebas
sebanyak 50 % melalui persamaan garis. Data persentase penghambatan ekstrak
sayur hitam menunjukkan bahwa setiap ekstrak memiliki aktivitas antioksidan
karena setelah ditambahkan DPPH ke dalam setiap ekstrak yang telah dibuat
dengan kosentrasi 1000, 500, 250, 125, dan 62.5 ppm menunjukkan perubahan
warna dari ungu menjadi warna kuning. Sampel sayur hitam ekstrak air dengan
perlakuan pemanasan dan n-heksana memiliki persentase penghambatan di bawah
50% sehingga tidak dilanjutkan untuk menghitung inhibition contentration (IC50).
Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah vitamin C
(askorbat). Vitamin ini merupakan antioksidan larut air yang baik untuk kesehatan
tubuh manusia karena berperan melindungi sel dari degradasi oksidatif akibat
radikal bebas. Vitamin C memiliki kemampuan untuk mengurangi radikal bebas
menjadi metabolit yang tidak berbahaya dengan memberikan gugus hidrogennya
(Astuti, 2008). Oleh karena itu, vitamin C dapat digunakan sebagai pembanding
dalam pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH.

14

Nilai IC50 (Inhibition Consentration) ekstrak perebusan (air), pemanasan
(air), n-heksana, tanpa pemanasan (air) dan etanol 70 % berturut-turut sebesar
1286.894 ppm, 3391.667 ppm, 1098.667 ppm, 228.842 dan 263.117 ppm
sedangkan kontrol positif vitamin C memiliki IC50 sebesar 12.346 ppm. Hasil
tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas antioksidan sayur hitam tergolong lemah
dibandingkan vitamin C karena vitamin C memiliki nilai IC50 pada konsentrasi
yang lebih rendah (Tabel 4).
Hasil penelitian Reddy ( 2010) menginformasikan bahwa nilai IC50ekstrak
methanol (179.6 ppm) tanaman Asystasia gangetica lebih rendah dari vitamin C
yang digunakan sebagai kontrol positif (0.65 ppm). Apabila dibandingkan dengan
penelitian ini maka dapat diketahui bahwa tanaman Asystasia sp. juga memiliki
nilai yang lebih rendah dari vitamin C yang digunakan sebagai pembanding
(kontrol positif). Namun, nilai IC50 ekstrak tanpa pemanasan dan etanol 70%
Asystasia sp. memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan tanaman Asystasia
gangetica. Artinya bahwa tanaman sayur hitam memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih rendah daripada tanaman pembanding diatas.
Pada penelitian ini menggunakan radikal bebas DPPH karena merupakan
radikal bebas yang stabil dan mudah dilarutkan tanpa dilarutkan dengan senyawasenyawa lainnya. Dalam bentuk kering dan kondisi penyimpanan yang baik,
senyawa radikal ini dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Prinsip metode
uji antioksidan dengan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan atom hidrogen
oleh DPPH (reduksi DPPH) dari senyawa antioksidan. Reagen DPPH berperan
sebagai radikal bebas yang diredam oleh senyawa antioksidan yang terkandung
dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi senyawa diphenyl picryl
hydrazine (DPPH-H). Reduksi DPPH menjadi DPPH-H menyebabkan perubahan
warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning (Lupea, et al. 2006).

1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil
(Radikal bebas)

1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazin
(nonradikal)

Gambar 5 Reaksi antioksidan dengan radikal bebas DPPH (Molineux, 2004)

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sampel uji yang digunakan adalah bagian daun sayur hitam yang diekstrak
dengan dengan air, etanol 70%, dan n-heksana. Analisis fitokimia menunjukkan
bahwa senyawa saponin, tanin, flavonoid, dan steroid terdapat di dalam tanaman
sayur hitam. Hasil yang didapatkan setelah melakukan uji antibakteri dengan
metode cakram menunjukkan hasil yang negatif untuk semua ekstrak uji.
Berdasarkan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Nilai IC50 (Inhibition

15

Consentration) ekstrak perebusan (air), pemanasan (air), n-heksana, tanpa
pemanasan (air) dan etanol 70 % berturut-turut sebesar 1286.894 ppm, 3391.667
ppm, 1098.667 ppm, 228.842 dan 263.117 ppm sedangkan kontrol positif vitamin
C memiliki IC50 sebesar 12.346 ppm. Selain itu, ekstrak air dengan perlakuan
pemanasan dan ekstrak n-heksana tidak menunjukkan aktivitas IC50. Berdasarkan
hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sayur hitam tidak bersifat antibakteri
dan sayur hitam memiliki aktivitas antioksidan yang lemah.
Saran
Tanaman sayur hitam (Asystasia sp.) merupakan tanaman yang baru
pertama kali diteliti sehingga perlu dilakukan uji antibakteri dengan menggunakan
menggunakan metode dan jenis bakteri yang berbeda serta menggunakan metode
ekstrak yang berbeda pula. Begitu juga dengan antioksidan, perlu dilakukan uji
dengan menggunakan metode lain. Hasil Penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa sampel sayur hitam tidak memiliki aktivitas antibakteri. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang uji aktivitas quorum sensing, uji
antiinflamasi dan fungsi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti E.P. 2008. Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat Vitamin C Sebagai
Antioksidan dan Lama Simpan Terhadap Ketengikan Bungkil Kacang Tanah
[Skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya Malang.
Bendra A. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna obligata
Mig.dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari
Fraksi Teraktif. [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional.
Direk. Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan.Jakarta (ID).Depkes.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Tanaman Obat. Badan Penlit & Peng. Pertanian. Jakarta Selatan
(ID). Deptan.
Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam
spons Callyspongia sp dari kepulauan seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian.
2(3):127-133.
Handa SS, Khanuja SPS, Longo G, Rakesh DD. 2008.Extraction Technology for
Medicinal and Aromatic Plants. Trieste: United Nations Industrial
Development Organization and the International Centre for Science and
High Technology.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuahan, Edisi kedua. Kosasih P. dan Iwang S.,Penerjemah. Bandung
(ID).ITB Press.
Hariyatimi.2004. Kemampuan Vitamin E Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal
Bebas Pada Lanjut Usia. Jurnal MIPA. Univ. Muhhamadiah Surakarta.
Vol.14: 52-60.

16

Haryoto. Santoso B. dan Nugroho H. 2007. Aktivitas Antioksidan Fraksi Polar
Ekstrak Metanol dari Kulit Batang Shorea Acuminatissima Metode
DPPH.Jurnal Ilmu Dasar. 8(2):158-164.
Icshan SA. 2011. Aktivitas Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona sinensis Merr)
sebagai Antioksidan dan Antidiabetes [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Per