Analisis Mutu dan Kriteria Kelayakan Dokumen AMDAL di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor

ANALISIS MUTU DAN KRITERIA KELAYAKAN
DOKUMEN AMDAL
DI KABUPATEN BOGOR DAN KOTA BOGOR

RACHMA VENITA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini, saya menyatakan bahwa disertas berjudul Analisis Mutu dan
Kriteria Kelayakan Dokumen AMDAL di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Rachma Venita
NIM P 052137634

RINGKASAN
RACHMA VENITA. 2015. Analisis Mutu dan Kriteria Kelayakan Dokumen
AMDAL di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Dibimbing oleh HEFNI
EFFENDI dan HARI WIJAYANTO.
Pesatnya kegiatan pembangunan yang terjadi di Indonesia berpotensi
memberikan tekanan terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu diperlukan
upaya pembangunan yang berwawasan lingkungan yang salah satu instrumennya
melalui analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Seiring dengan
perkembangan dan penyesuaian kondisi lingkungan, kebijakan AMDAL telah
mengalami beberapa perubahan. Dengan perubahan kebijakan AMDAL, maka
evaluasi kinerja AMDAL perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengevaluasi kinerja penilai mutu dokumen dan kriteria kelayakan lingkungan
pada 15 dokumen AMDAL yang telah disetujui oleh Kabupaten dan Kota Bogor

tahun 2012 sampai dengan 2014. Tujuan penelitian adalah menganalisis mutu
dokumen AMDAL dan klasifikasi dokumen berdasarkan jenis industrinya,
menganalisis pemenuhan kriteria kelayakan lingkungan, menganalisis
implementasi penggunaan pedoman penilaian PerMenLH nomor 08 Tahun 2013
tentang tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup serta
penerbitan izin lingkungan berdasarkan dua responden penilai yang telah memiliki
sertifikat penilai, serta mengidentifikasi persepsi mutu dokumen dan kriteria
kelayakan lingkungan para pelaku AMDAL (perusahaan, konsultan, pemerintah,
ahli dan masyarakat).
Metode analisis yang digunakan adalah analisis mutu dokumen AMDAL yang
difokuskan pada uji mutu aspek konsistensi, keharusan, relevansi dan analisis
kriteria kelayakan lingkungan dengan pembobotan. Analisis korelasi Pearson dari
dua responden penilai yang bersertifikat untuk menunjukkan metode kesamaan
prosedur penilaian. Analisis deskriptif untuk kuisioner yang disebar kepada 50
pelaku AMDAL untuk identifikasi persepsi mutu dokumen dan kriteria kelayakan
lingkungan.
Mutu dokumen yang paling baik dilihat dari dokumen AMDAL dengan
kategori kegiatan sarana akomodasi wisata dengan nilai skor 81. Analisis kriteria
kelayakan menunjukkan 3 dari 15 dokumen tidak layak lingkungan dilihat dari
pembahasan tolok ukur kelayakan lingkungan dalam dokumen AMDAL.

Implementasi penggunaan pedoman PerMenLH 08 Tahun 2013 menunjukkan
korelasi positif antara dua penilai yaitu 0.681. Uji kualitas dokumen dan kriteria
kelayakan telah dilakukan oleh sebagian responden namun hasilnya masih belum
sempurna dan diperlukan sosialisasi dan pendalaman materi lebih lanjut.

Kata kunci: mutu dokumen, kriteria kelayakan, bogor, AMDAL

SUMMARY
RACHMA VENITA. 2015. Analysis of Quality and Feasibility Criteria of
AMDAL Document in Bogor District and Bogor City. Under Advisory
Committee of HEFNI EFFENDI and HARI WIJAYANTO.
The rapid development activities that occurred in Indonesia has the potential to
put pressure on the environment. Therefore it requires sustainable development
efforts with one of environment instrument by through Environmental Impact
Assessment (EIA). Along with the development and environmental conditions
adjustment, EIA policy has undergone several changes. With EIA policy changes,
evaluation on EIA performance needs to be done. In this research the performance
evaluation conducted on 15 EIA document issued by the District and City of
Bogor in 2012 through 2014. The purpose of this research is to analyze the EIA
document quality and classification based on the type of industry, the fulfillment

of environment eligibility criteria on EIA documents, the implementation of
ministerial regulation no 08 year 2013 assessment guidelines procedures by the
two certified EIA verifiers respondents and identify the perceptions of EIA actors
(companies, consultants, government, experts and the public) about the EIA
document quality dan environmental eligibility criteria.
The analysis methods in this research are the analysis of the document quality
criteria that focused on consistency aspect quality test, necessity aspect, relevancy
aspect and environment feasibility analysis with weighting criteria, Pearson
correlation analysis of the two certified verifier to show the similarity assessment
method procedure and descriptive analysis of 50 EIA respondents distributed
questionnaire to identify perceived quality of documents and environmental
eligibility criteria.
From the analysis, the documents are best seen from the EIA documents with
tourist accommodation facilities categories by score of 81. Also from the
eligibility criteria analysis resulted that three from fifteen analized documents are
not feasible with the benchmark in EIA environment feasibility document. The
implementation of ministerial regulation 08 of 2013 guidance carried out by both
EIA certified verifier respondents shows a positive correlation results by 0.681.
The EIA document quality and eligibility criteria assesment have been made by
some of EIA respondents but the results are still need further research and more

socialization.
Keywords: quality document, eligibility criteria, bogor, EIA

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

ANALISIS MUTU DAN KRITERIA KELAYAKAN
DOKUMEN AMDAL
DI KABUPATEN BOGOR DAN KOTA BOGOR

RACHMA VENITA


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr.Ir. Arief Sabdo Yuwono, MSc

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Analisis Mutu dan Kriteria Kelayakan Dokumen AMDAL di
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor

Nama
: Rachma Venita
NIM
: P052137634
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si
Anggota

Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil
Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 17 Juni 2015

Tanggal Lulus:

iv
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah melimpahkan nikmat sehat, iman serta ilmu sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam Tesis ini adalah “Analisis Mutu
dan Kriteria Kelayakan Dokumen AMDAL di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor”
sebagai salah satu syarat untuk pascasarjana di Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Kementerian Lingkugan Hidup dan
Kehutanan yang telah membiayai penelitian ini dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi,
M.Phil dan Bapak Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si selaku pembimbing serta semua

pihak yang telah membantu dalam proses pengumpulan data sehingga penulis
berhasil menyelesaikan Tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, suami, anak serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih
sayang dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bogor, Juni 2015

Rachma Venita

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Analisis
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Proses AMDAL
Kualitas Dokumen AMDAL
Kriteria Kelayakan Lingkungan
3 METODE
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan
Metode Analisis
Analisis Mutu Dokumen AMDAL
Analisis Kriteria Kelayakan Lingkungan
Analisis Penggunaan Pedoman Penilaian PerMenLH Nomor 08 Tahun 2013
Analisis Persepsi Mutu Dokumen dan Kriteria Kelayakan Lingkungan Para
Pelaku AMDAL
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Mutu Dokumen AMDAL
Hasil

Analisis Kriteria Kelayakan Lingkungan
Analisis Penggunaan Pedoman Penilaian PerMenLH Nomor 08 Tahun 2013
Analisis Persepsi Mutu Dokumen dan Kriteria Kelayakan Lingkungan Para
Pelaku AMDAL
5 SINTESIS
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

1
1
4
4
4
5
5
5
8
12
15
16
16
16
16
17
19
20
20
21
24
26
30
31
32
35
36
36
37
38
40

vi
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Informasi sampel dokumen
Hasil uji konsistensi
Konsistensi dampak penting hipotetik per dokumen
Hasil uji relevansi
Hasil skor penilaian dokumen responden 1 (R1) dan responden 2 (R2)
Hasil kuisioner kriteria kelayaka dan mutu dokumen

18
26
27
29
30
33

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kerangka pemikiran
Proses penyusunan dan penilaian AMDAL serta penerbitan SKKL dan
Kriteria dan jenjang uji
Bagan alir metode analisis penelitian
Proses AMDAL di Kabupaten Bogor
Proses AMDAL di kota Bogor
Hasil uji keharusan
Hasil uji kriteria kelayakan
Hasil perbandingan penilaian R1 dan R2
Asal instansi responden
Prosedur penyampaian form uji

3
9
14
17
22
24
28
31
31
32
36

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Formulir uji mutu dokumen
Formulir pembobotan mutu dokumen Kabupaten Bogor
Formulir pembobotan mutu dokumen Kota Bogor
Formulir pembobotan kriteria kelayakan Kabupaten Bogor
Formulir pembobotan kriteria kelayakan Kota Bogor
Sertifikat AMDAL Penilai Responden 1
Sertifikat AMDAL Penilai Responden 2
Lembar Kuisioner Penelitiab

41
113
116
119
126
133
134
135

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesatnya kegiatan pembangunan yang terjadi di Indonesia berpotensi
memberikan tekanan terhadap kelestarian lingkungan. Program pembangunan
yang hanya ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tanpa
memperhatikan daya dukung (carying capacity) lingkungan akan mengakibatkan
tidak terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam, yang pada akhirnya dapat
merusak lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya alam yang konsumtif tanpa
mempergunakan prinsip konservasi menyebabkan terkurasnya sumberdaya alam
dan terganggunya jenis baik flora maupun fauna (Fandeli 2001).
Dalam rangka meminimalkan kerusakan lingkungan akibat kegiatan
pembangunan diperlukan upaya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan. Pembangunan berkelanjutan merupakan upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan (Undang-undang nomor 32 tahun 2009, tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup).
Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup ruang lingkup UU 32 Tahun 2009 meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakkan hukum dan salah satu
instrumen/perangkat pengelolaan untuk mencapai pem bangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup tersebut adalah analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL).
AMDAL merupakan perangkat pengelolaan yang bersifat preventif yaitu
tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan keputusan dan perencanaan
yang harus dipertanggungjwabkan. AMDAL merupakan studi/kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
penyelenggaraan usaha atau kegiatan serta dokumen pengelolaan dan pemantauan
yang cukup efektif (Wahyono et al 2012).
Kebijakan AMDAL dimulai sejak Peraturan Pemerintah (PP) nomor 29 tahun
1986, tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan telah mengalami tiga kali
perubahan sampai dengan dikeluarkan kebijakan terakhir yaitu PP Nomor 27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Faktor-faktor pendorong perubahan
peraturan AMDAL di Negara berkembang adalah tidak tercapainya hasil yang
maksimal dan kinerja AMDAL yang lemah serta penyesuaian kondisi lingkungan
dan pengalaman untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja AMDAL (Kolhoff et
al 2013).
Di Afrika Selatan perubahan undang-undang terbukti memiliki dampak
terhadap penurunan kualitas dokumen AMDAL (Sandham et al 2013), kondisi
tersebut juga berpotensi terjadi di Indonesia dimana dinamika kebijakan AMDAL
berimplikasi terhadap kualitas dokumen. Salah satu faktor yang memberikan
pengaruh terhadap kualitas dokumen AMDAL adalah pemberlakuan otonomi
1

2
daerah melalui PP nomor 38 tahun 2007, tentang pembagian urusan pemerintahan
antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota (KLH 2008).
Hasil evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap 106
dokumen AMDAL dari propinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa kualitas dokumen AMDAL masih banyak yang
bernilai buruk, yaitu 97 dokumen AMDAL (91.5 %) dan sedikit yang bernilai
bagus, yaitu sebanyak 9 dokumen (8.5 %).
Bogor sebagai salah satu barometer pembangunan di Jawa Barat mengalami
perkembangan industri yang pesat dan beragam jenisnya. Di Kota Bogor terdapat
unit usaha 1.183 pada tahun 2011 dan 1.193 pada tahun 2012, dimana terdapat
jenis industri seperti industri tekstil, industri logam dan industri alat angkut
(BAPEDA 2012). Sedangkan di Kabupaten Bogor terdapat industri kecil dan
menengah sebanyak 14.505 pada tahun 2011 dan industri besar sebanyak 473
(PUSDALISBANG 2012).
Sayangnya dari sekian banyak industri besar di Bogor tidak selalu memiliki
perencanaan pengelolaan lingkungan yang baik. Sebagai contoh pada tahun 2011
terdapat kasus pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (khususnya terkait dengan
instrumen pengelolaan lingkungan hidup AMDAL), dimana terdapat suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang sudah dilakukan kegiatan konstruksi tanpa
dilengkapi dengan dokumen AMDAL dan Izin Lingkungan. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka diperlukan evaluasi dan pengembangan terhadap
proses yang berlangsung agar efektivitas AMDAL sebagai alat pengelolaan
lingkungan terus meningkat. Salah satu aspek yang perlu dievaluasi adalah
analisis mutu dokumen AMDAL dan pemenuhan kriteria kelayakan.
Dokumen AMDAL yang bermutu memang tidak menjamin mutlak bahwa
pelaksanaan AMDAL di lapangan akan terlaksana secara efektif, namun dokumen
yang berkualitas merupakan dasar utama
pengambilan keputusan serta
pengelolaan dan pemantauan lingkungan selanjutnya. Evaluasi mutu diperlukan,
karena kualitas hasil kajian AMDAL sangat berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan kelayakan dari segi lingkungan untuk dapat dilakukan
secara cepat dan tepat bila semua informasi tersedia secara lengkap, memiliki
daya pendukung yang berkualitas dan dasar-dasar argumentasi ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan (Soemarwoto 2001).
Dokumen AMDAL yang berkualitas dan bermutu baik disusun oleh penyusun
yang kompeten dan bersertifikasi dengan mengacu pada panduan penyusunan
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PerMenLH) nomor 16 tahun 2012
tentang pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup sedangkan penilaian
dilakukan Komisi Penilai berlisensi dengan panduan penilaian dalam PerMenLH
nomor 08 tahun 2013 tentang tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup serta penerbitan izin lingkungan. Penilai berasal dari Instansi
Lingkungan Hidup Pusat dan Daerah yang memiliki latar belakang dan
pengalaman yang berbeda sehingga berpotensi menimbulkan bias kualitas
penilaian terkait mutu dokumen.
Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang berguna untuk melihat mutu
dokumen AMDAL dan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dokumen yang
telah dinilai sebagai bahan rekomendasi untuk langkah perbaikan dalam prosedur
menguji kulitas dokumen AMDAL pada masa mendatang. Penelitian mengacu
pada penelitian Catherina (2004) dengan batasan penilaian pada uji kualitas

3
(konsistensi, keharusan dan relevansi) serta penambahahan pada analisis
kelayakan lingkungan dalam metode penelitiannya. Setelah melihat hasil
klasifikasi mutu dokumen, dilakukan identifikasi persepsi para pelaku AMDAL
tentang implementasi mutu dokumen dan kriteria kelayakan yang dilakukan para
pelaku AMDAL, sehingga diperoleh saran untuk perbaikan dokumen AMDAL
dimasa mendatang. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada
Gambar 1.
Kerusakan Lingkungan
Pembangunan Berkelanjutan yang
Berwawasan Lingkungan
Dokumen AMDAL
Kualitas baik

Faktor-faktor penyebab
penurunan kualitas dokumen:
- Perubahan Kebijakan
- Otonomi daerah
- Pelanggaran peraturan
AMDAL

Analisis Mutu Dokumen dan
Kriteria Kelayakan AMDAL

10 Kriteria Kelayakan
Lingkungan

Kriteria Mutu Dokumen AMDAL
(uji mutu aspek konsistensi,
keharusan & relevansi

Klasifikasi Mutu Dokumen
AMDAL

Analisis Korelasi
Kesamaan Hasil
Penilaian oleh
2 Responden

Faktor Penyebab
Rendahnya Kualitas Mutu

Saran Perbaikan di
masa mendatang
Gambar 1 Kerangka pemikiran

Identifikasi
Persepsi dari
Pelaku AMDAL

4
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang teridentifikasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mutu dokumen AMDAL tahun 2012-2014 pada Komisi Penilai
AMDAL Kabupaten dan Kota Bogor dan klasifikasi dokumen berdasarkan
jenis industrinya.
2. Bagaimana pemenuhan kriteria kelayakan lingkungan pada dokumen
AMDAL Kabupaten dan Kota Bogor.
3. Bagaimana implementasi penggunaan pedoman penilaian PerMenLH nomor
08 Tahun 2013 penilai AMDAL yang berasal dari Komisi penilai AMDAL
pusat dan daerah yang telah memiliki sertifikat penilai AMDAL
4. Bagaimana persepsi mutu dokumen dan kriteria kelayakan lingkungan para
pelaku AMDAL (perusahaan, konsultan, pemerintah, ahli dan masyarakat).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja penilai mutu dokumen
dan kriteria kelayakan dokumen AMDAL yang telah disetujui oleh Komisi Penilai
AMDAL Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2012 sampai dengan 2014.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis mutu dokumen AMDAL 2012-2014 pada Komisi Penilai
AMDAL Kabupaten dan Kota Bogor dan klasifikasi dokumen berdasarkan
jenis industrinya.
2. Menganalisis pemenuhan kriteria kelayakan lingkungan pada dokumen
AMDAL Kabupaten dan Kota Bogor.
3. Menganalisis implementasi penggunaan pedoman penilaian PerMenLH
nomor 08 Tahun 2013 penilai AMDAL yang berasal dari Komisi penilai
AMDAL pusat dan daerah yang telah memiliki sertifikat penilai AMDAL.
4. Mengidentifikasi persepsi mutu dokumen dan kriteria kelayakan lingkungan
para pelaku AMDAL (perusahaan, konsultan, pemerintah, ahli dan
masyarakat).
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis mutu pada uji kualitas (konsistensi,
keharusan dan relevansi) serta pemenuhan kriteria kelayakan lingkungan pada
dokumen AMDAL Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2012 sampai dengan
2014. Analisis juga menunjukkan implementasi penggunaan pedoman penilaian
PerMenLH nomor 08 Tahun 2013 dari dua responden anggota Komisi Penilai
AMDAL yang telah memiliki sertifikat penilai AMDAL dengan menunjukkan
kesamaan hasil penilaian menggunakan korelasi Pearson.
Penelitian ini juga menunjukkan persepsi mutu dokumen dan krieria kelayakan
lingkungan dari para pelaku AMDAL (perusahaan, konsultan, pemerintah, ahli
dan masyarakat) dengan menyebarkan kuisioner kepada 50 responden.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Analisis
Definisi menurut Bahasa Indonesia adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkara, dan lain sebagainya). Menurut Prastowo dan
Julianty (2002) kata analisis diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa analisis
adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi, untuk mengetahui keadaan
sebenarnya dan penguraian suatu pokok atas bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri untuk memperoleh penegertian tepat. Tujuan akhir dari analisis adalah
untuk mencari langkah perbaikan di masa mendatang.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Environmental
Impact Assesment (EIA) secara formal lahir seiring dengan diundangkannya
undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat atau yang disebut
dengan NEPA yang merupakan singkatan dari “National Environment Policy Act”
(Canter 1977). NEPA lahir pada tahun 1969 dan pemberlakuannya dimulai pada
tanggal 1 Januari 1970. Kelahiran NEPA merupakan suatu reaksi terhadap
kerusakan lingkungan oleh aktivitas manusia yang semakin meningkat seperti
tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah industri dan kendaraan.
Rusaknya habitat tumbuh-tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai
estetika alam (Sumarwoto, 2001).
Dalam Pasal 102 (2) (C) NEPA, antara lain, dinyatakan bahwa semua usulan
legislasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang diperkirakan akan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan
environmental impact assesment (EIA) tentang usulan tersebut (Sumarwoto,
2001). EIA atau AMDAL ini digunakan sebagai salah satu alat atau instrumen
yang ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
perencanaan pembangunan yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan
(Canter,1977). AMDAL sebagai salah satu alat untuk merencanakan tindakan
preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh
suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan (Sumarwoto 2001).
Peranan AMDAL sebagai alat manajemen untuk perencanaan pembangunan me
Pelaksanaan AMDAL menyebar di berbagai Negara. Pelaksanaan AMDAL di
Australia dilakukan oleh Intergovernmental Agreement on the Environment
(IGAE). IGAE bertugas mulai dari menetapkan jadwal AMDAL, mengenali dan
mengetahui kebutuhan partisipasi nasional berbagai tahapan AMDAL dan
berperan mengembangan AMDAL setelah pemantauan dan pengelolaan dilakukan,
namun pada sistem AMDAL Australia pemantauan dan audit merupakan area
yang lemah dilihat dari pengambil kebijakan dan praktisi AMDAL (Ahammed

6
dan Nixon 2005). Pengelolaan lingkungan di Thailand dilaksanakan oleh The
office of the National Environmental Board (ONEB) yang dibebankan tanggung
jawab untuk mengembangkan prosedur AMDAL di Thailand melalui penyusunan
pedoman-pedoman. AMDAL dikeluarkan dalam bentuk sebuah format dokumen
yang terbagi atas the Initial Environment Examination (IEE) dan Environment
Impact Statement (EIS). IEE digunakan untuk penapisan untuk kegiatan yang
membutuhkan EIS (Muttamara 1996). Pelaksanaan AMDAL di India dimulai
pada tahun 1986 melalui undang-undang perlindungan lingkungan (EPA),
Panigrahi JK dan Amirapu S (2012) menyatakan prosedural AMDAL belum
berkembang secara memuaskan di India, terdapat kekurangan pada otoritas
persetujuan, proses pelingkupan, dan laporan AMDAL yang berkualitas buruk,
namun sistem AMDAL diperbaiki secara progressif sebagai komitmen pemerintah
India
Pelaksanaan AMDAL di Indonesia
Di Indonesia AMDAL pertama kali tertera dalam Undang-Undang (UU)
nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 29 Tahun 1986.
Peraturan ini merupakan tonggak awal peraturan AMDAL di Indonesia, kemudian
berdasarkan pengalaman dan untuk mencapai efisiensi maka PP nomor 29 Tahun
1986 disempurnakan dengan PP nomor 51 Tahun 1993. Seiring dengan
perubahan UU nomor 4 Tahun 1982 menjadi UU nomor 23 Tahun 1997 maka
peraturan pemerintah mengenai AMDAL diperbaiki kembali menjadi PP nomor
27 Tahun 1999. Saat ini peraturan pemerintah mengenai AMDAL diintegrasikan
kedalam proses izin lingkungan menjadi PP nomor 27 tahun 2012 sesuai dengan
amanah UU pengelolaan lingkungan hidup 32 Tahun 2009. Dari masing-masing
Peraturan AMDAL terdapat beberapa perbedaan mendasar sejak dari Peraturan
Pemerintah nomor 29 tahun 1986 sampai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27
tahun 2012.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986
Peraturan ini disahkan pada tanggal 5 Juni 1986 dan berlaku efektif sejak
tanggal 5 Juni 1987. Peraturan ini bukan hanya mengatur pelaksanaan AMDAL
bagi suatu rencana kegiatan, tetapi juga mengatur Studi Evaluasi Mengenai
Dampak Lingkungan (SEMDAL) bagi kegiatan yang sudah berjalan. Beberapa
macam studi yang dikenal, yaitu Penyajian Ilmu Lingkungan (PIL) atau Penyajian
Evaluasi Lingkungan (PEL), Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KAANDAL) atau Kerangka Acuan Studi Evaluasi Lingkungan (KA-SEL), Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL) atau Studi Evaluasi Lingkungan (SEL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Peraturan studi AMDAL yang berlaku saat itu hanya pendekatan studi
AMDAL tunggal. Keputusan pemberian ijin diberikan setelah adanya keputusan
persetujuan atas RKL dan RPL oleh instansi yang bertanggungjawab.
Kewenangan penilaian ada di Komisi AMDAL Daerah dan Komisi AMDAL
Pusat. Komisi Penilai AMDAL Daerah terdapat di seluruh propinsi di Indonesia
saat itu berjumlah 27 Komisi Penilai AMDAL daerah. Kewenangan Penilai
AMDAL Pusat ada di 16 Departemen/Sektor yang terkait dalam pemberian ijin.

7
Jangka waktu penilaian AMDAL sebanyak 210 hari, kadaluarsa dan gugurnya
keputusan AMDAL apabila rencana kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka
waktu 5 tahun sejak diputuskan ketetapan tersebut.
Dalam hal pembiayaan pelaksanaan kegiatan komisi pusat dan daerah
membebankan pada anggaran instansi yang bertanggungjawab dan terdapat
pengaturan pasal mengenai biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positif.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993
Peraturan ini berlaku efektif pada tanggal 23 Oktober 1993, pergantian
peraturan dimaksudkan sebagai upaya koreksi dan perbaikan penyelenggaraan
AMDAL, khususnya yang menyangkut aspek pengembangan metodologi (melalui
pengenalan beberapa pendekatan studi AMDAL), efisiensi penggolongan kriteria
dampak penting melalui sistem penapisan 1 langkah, pelibatan Lembaga Swadaya
Masyarakat(LSM) dalam proses AMDAL secara lebih eksplisit, pengintegrasian
AMDAL dengan mekanisme perijinan serta mulai memasukkan unsur kegiatan
yang mempunyai resiko tinggi untuk penapisan
Peraturan ini hanya mengatur tata cara pelaksanaan AMDAL yang meliputi
dokumen KA-ANDAL dan dokumen ANDAL, RKL, RPL. Sedangkan dokumen
SEMDAL dan PIL pada Peraturan Pemerintah ini dihapuskan. Dalam Peraturan
Pemerintah ini dikenalkan 4 (empat) pendekatan studi AMDAL yaitu: AMDAL
kegiatan tunggal, AMDAL kegiatan terpadu/multisektor, AMDAL kawasan dan
AMDAL regional.
Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 1993 masih bersifat sentralistik, hampir
semua kegiatan wajib AMDAL dinilai oleh Komisi AMDAL Pusat dan sangat
terbatas kewenangan Komisi AMDAL daerah. Terdapat 14 Komisi Penilai
AMDAL Pusat di Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Disamping kewenangan penilaian AMDAL sektor/Departemen terkait, ada juga
Komisi Penilai AMDAL Regional dan Komisi Penilai AMDAL terpadu yang
berkedudukan di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL).
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
Dalam menghadapi perkembangan dinamika sistem pemerintahan, transparasi
masyarakat dan penguatan otonomi daerah perlu diperkuat dengan melakukan
penyempurnaan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 1999 menjadi Peraturan
Pemerintah nomor 27 tahun 1999. Peraturan ini mulai berlaku tanggal 7
November 2000.
Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 disusun dengan dasar pemikiran
yaitu penyederhanaan organisasi Komisi Penilai AMDAL yang semula berada di
14 Komisi Penilai AMDAL sektor kemudian disatukan menjadi satu Komisi
Penilai AMDAL Pusat yang berkedudukan di BAPEDAL yang sekarang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Penguatan otonomi daerah
dengan memberikan lebih banyak kewenangan penilaian dokumen AMDAL
kepada Komisi Penilai AMDAL Daerah, Keterbukaan informasi dan keterlibatan
masyarakat terkena dampak sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL sebagai
upaya demokratisasi dalam proses pengambilan keputusan kelayakan lingkungan,
Penguatan integrasi dokumen AMDAL (RKL dan RPL) sebagai bagian dari
penerbitan izin melakukan usaha.

3.

8
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, keanggotaan Komisi
Penilai AMDAL tidak lagi terbagi atas anggota tetap dan anggota tidak tetap.
Semua anggota Komisi Penilai AMDAL mempunyai hak yang sama dalam
penentuan proses pengambilan keputusan AMDAL (kelayakan lingkungan)
Pendekatan studi AMDAL pada peraturan ini hanya meliputi AMDAL
kegiatan tunggal, AMDAL Terpadu dan AMDAL Kawasan. Durasi penilaian
AMDAL sekitar 180 hari kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 23 Februari 2012 dengan semangat
penyederhanaan proses AMDAL, memberikan ruang penegakan hukum atas
pelanggar AMDAL dengan skema izin lingkungan yang merupakan keputusan
Tata Usaha Negara yang memiliki konsekuensi hukum atas pelanggarnya sesuai
dengan yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2009, memperkuat akses
partisipasi masyarakat dengan pengumuman dan ruang bebas masyarakat untuk
memberikan saran, tanggapan dan pendapat yang lebih luas. Pengecualian
penyusunan AMDAL di Peraturan ini diperuntukkan bagi rencana usaha/kegiatan
yang berlokasi di daerah yang telah memiliki rencana detail tata ruang, hal ini
merupakan salah satu upaya percepatan proses AMDAL.
Untuk lamanya waktu penilaian juga lebih singkat dari Peraturan sebelumnya
pengumuman dari 30 hari menjadi 10 hari, Penilaian KA-ANDA dari waktu 75
hari menjadi 30 hari, dan penilaian ANDAL, RKL dan RPL tetap 75 hari dengan
penambahan jangka waktu penerbitan keputusan kelayakan lingkungan selama 10
hari. Total keseluruhan waktu penilaian menjadi 125 hari kerja dari 180 hari kerja
di Peraturan sebelumnya. Proses penyederhanaan juga terlihat dari jumlah
dokumen yang dinilai dari 5 dokumen menjadi 3 dokumen (KA-ANDAL,ANDAL
dan RKL-RPL).

4.

Proses AMDAL
Pada proses penyusunan AMDAL sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 (Gambar 2), dibagi dalam 3 peranan yaitu
Pemrakarsa selaku pemilik kegiatan, Sekretariat KPA, Tim Teknis dan Komisi
Penilai AMDAL dan Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota. Mekanisme proses
terdiri dari Penyusunan dan Penilaian.
1. Penyusunan AMDAL
PP 27 tahun 2012 mengatur tentang penyusunan AMDAL dan UKL-UPL,
uraian penjelasan mengenai penyusunan AMDAL adalah sebagai berikut:
a. Setiap usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki AMDAL, dan untuk kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib AMDAL (Kriteria ini diturunkan dalam PermenLH No
05 Tahun 2012) wajib memiliki UKL-UPL (Upaya Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan).
b. AMDAL disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan dan lokasinya
wajib disesuaikan dengan rencana tata ruang setempat, jika tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, maka dokumen AMDAL tidak dapat dinilai dan
dikembalikan kepada Pemrakarsa.

9
c.

d.

Dokumen AMDAL terdiri atas dokumen Kerangka Acuan, ANDAL dan
RKL-RPL. Dokumen Kerangka Acuan menjadi dasar penyusunan untuk
dokumen ANDAL dan RKL-RPL, tata cara tentang penyusunan dokumen
AMDAL diatur dalam PermenLH 16 tahun 2012.
Untuk menyusun petunjuk teknis dokumen AMDAL sesuai bidang
kegiatannya Kementerian/Lembaga pemerintah nonkementerian dapat
menyusun pedoman teknis dokumen AMDAL tersebut.
Pemrakarsa

Sekretariat KPA, Tim Teknis dan
Komisi Penilai AMDAL

1
Pengumuman dan
konsultasi publik

2
Penyusunan
KA-ANDAL

15
Pengumuman Izin
Lingkungan
3
Pengajuan
penilaian
KA

4
Penilaian
KA oleh
Sekretariat

5
Penilaian
KA oleh
tim teknis

6
Penerbitan
Persetujuan
KA oleh
ketua KPA

9
Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
Sekretariat
KPA

11
Penilaian
ANDAL
& RKL
oleh tim
teknis

12
Penilaian
ANDAL
& RKLRPL oleh
KPA

7
Penyusunan
ANDAL&
RKL-RPL
8
Pengajuan Permohonan Izin
Lingkunan dan Penilaian
ANDAL &RKL-RPL

s

Menteri,
Gubernur atau
Bupati/Walikota

10
Pengumuman
Permohonan
Izin Lingkungan

14a
Penerbitan:
1.Keputusan
Kelayakan
Ligkungan;
2.Izin
Lingkungan

14b
Keputusan
Ketidaklayakan
LH

13
Rekomendasi
KPA

Sumber: PP 27 Tahun 2012

Gambar 2. Proses penyusunan dan penilaian AMDAL serta penerbitan SKKL dan
izin lingkungan
e.

Dalam penyusunan, dokumen AMDAL dapat menggunakan pendekatan studi
tunggal, terpadu atau kawasan. Berikut masing-masing penjelasannya:
 Pendekatan studi tunggal dilakukan apabila pemrakarsa merencanakan 1
(satu) Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang kewenangan pembinaan
dan/atau pengawasannya berada di bawah 1 (satu) Kementerian, lembaga

10

f.

g.

h.

i.

j.

pemerintah non kementerian, satuan kerja pemerintah provinsi, atau
kabupaten/kota contohnya seperti AMDAL untuk Kegiatan Pembangunan
Pabrik Industri, Bangunan Gedung, Bandara.
 Pendekatan studi terpadu dilakukan apabila pemrakarsa merencanakan
untuk melakukan lebih dari 1(satu) jenis usaha dan atau kegiatan yang
perencanaan dan pengeolaannya saling terkait dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem serta pembinaan dan pengawasannya berada di lebih
dari 1 (satu) kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, satuan
kerja pemerintah provinsi, atau kabupaten/kota contohnya Pembangunan
Kegiatan pertambangan lengkap dengan Dermaganya, Pembangunan
pabrik lapangan migas dan stasiun pengumpulnya dan kegiatan lainnya
yang terintegrasi,
 Pendekatan studi kawasan dilakukan apabila pemrakarsa merencanakan
untuk melakukan lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau kegiatan yang
perencanaan dan pengelolaannya saling terkait, terletak dalam satu
kesatuan zona rencana pengembangan kawasan yang pengelolaannya
dilakukan oleh pengelola kawasan contohya kawasan industri Jababeka di
Cikarang, Kawasan Berikat Nusantara di Cakung.
Pemrakarsa dalam menyusun dokumen AMDAL wajib mengikutsertakan
masyarakat yang terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup dan yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan proses AMDAL. Pengikutseraan
masyarakat dilakukan melalui pengumuman rencana Usaha dan atau
Kegiatan dan konsultasi publik sebelum penyusunan dokumen Kerangka
Acuan. Masyarakat mempunyai waktu 10 hari kerja sejak pengumuman
untuk mengajukan saran, pendapat dan tanggapan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan. Saran, pendapat dan tanggapan disampaikan secara tertulis
kepada pemrakarsa, menteri, gubernur dan bupati/walikota. Tata cara
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan AMDAL diatur dalam
PermenLh No 17 Tahun 2012.
Dalam menyusun dokumen pemrakarsa dapat meminta bantuan kepada pihak
lain meliputi perorangan dan yang tergabung dalam lembaga penyedia jasa
penyusunan dokumen AMDAL, tata cara dan persyaratan untuk mendirikan
lembaga penyedia jasa diatur lebih lanjut pada Permenlh No 07 Tahun 2012.
Penyusunan dokumen AMDAL saat ini wajib dilakukan oleh penyusun
AMDAL yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL, sertifikat
diperoleh melalui uji kompetensi dan untuk mengikuti uji kompetensi setiap
orang harus megikuti pendidikan dan pelatihan penyusunan AMDAL yang
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan penyusunan AMDAL dan
dinyatakan lulus.
Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi penyusun AMDAL, namun dalam hal
instansi limgkungan hidup pusat,provinsi atau kabupaten/kota bertindak
sebagai pemrakarsa maka pegawai negeri sipil dapat menjadi penyusun
AMDAL.
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
yang dikecualikan dari kewajiban AMDAL apabila kegiatan tersebut
 Berlokasi di kawasan yang telah memiliki AMDAL kawasan,

11




Lokasi rencana usaha dan kegiatan yang berada pada kabupaten/kota
yang telah memiliki rencana detil tata ruang dan/atau rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten/kota,
Usaha dan/atau kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap darurat
bencana misalnya kegiatan yang dibangun setelah bencana tsunami di
Aceh,
Usaha dan/atau kegiatan dengan kriteria dimaksud diatas wajib
menyusun UKL-UPL.

2. Penilaian AMDAL
PP 27 tahun 2012 mengatur tentang penilaian dokumen Kerangka Acuan
(KA), analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup,
dan rencana pemantauan lingkungan hidup. Uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Penilaian AMDAL dimulai dari KA yang disusun pemrakarsa sebelum
penyusunan ANDAL dan RKL-RPL, kemudian diajukan kepada Komisi
Penilai AMDAL sesuai dengan kewenangannya (Menteri, Gubernur dan
Bupati/Walikota), berdasarkan pengajuan tersebut maka Komisi Penilai
AMDAL melalui sekretariatnya memberikan pernyataan tertulis mengenai
kelengkapan administrasi KA.
b. Jika telah dinyatakan lengkap maka KA dapat dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL, untuk menilai dokumen AMDAL Komisi penilai AMDAL
menugaskan tim teknis untuk dapat menyepakati KA, tim teknis dapat
mengembalikan dokumen ke pemrakarsa apabila perlu dilakukan perbaikan.
c. Jangka waktu penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL dilakukan paling lama
30 (tigapuluh) hari kerja terhitung sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap
secara administrasi, setelah KA disepakati, maka Komisi Penilai AMDAL
menerbitkan persetujuan KA.
d. KA tidak berlaku apabila perbaikan tidak disampaikan oleh pemrakarsa
paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak dikembalikannya KA kepada
pemrakarsa oleh Komisi Penilai AMDAL dan jika pemrakarsa tidak
menyusun ANDAL dan RKL-RPL dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun maka
KA dinyatakan tidak berlaku dan pemrakarsa wajib mengajukan kembali
dokumen KA.
e. Setelah diterbitkan persetujuan KA, pemrakarsa selanjutnya menyusun
ANDAL dan RKL-RPL dan diajukan kepada Komisi Penilai AMDAL sesuai
dengan kewenangannya (Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota),
berdasarkan pengajuan tersebut maka Komisi Penilai AMDAL melalui
sekretariatnya memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi ANDAL, RKL-RPL.
f. Jika telah dinyatakan lengkap maka ANDAL, RKL-RPL dapat dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL, untuk menilai dokumen AMDAL Komisi penilai
AMDAL menugaskan tim teknis.
g. Komisi Penilai AMDAL menyelenggarakan rapat Komisi Penilai AMDAL
dan menyampaikan rekomendasi hasil penilaian ANDAL, RKL-RPL kepada
Menteri, Gubernur atau Bupati sesuai kewenangannya.
h. Rekomendasi dapat berupa rekomendasi kelayakan lingkungan atau
ketidaklayakan lingkungan.
Rekomendasi
ditetapkan berdasarkan
pertimbangan paling sedikit meliputi prakiraan secara cermat mengenai

12
besaran dan sifat penting dampak, hasil evaluasi holistik terhadap dampak
penting hipotetik dan kemampuan pemrakarsa atau pihak terkait dalam
menanggulangi dampak.
i. Jangka waktu penilaian dilakukan paling lama 75 (tujuhpuluh lima) hari kerja
terhitung sejak dokumen ANDAL dan RKL-RPL dinyatakan lengkap.
j. Tata laksana penilaian dokumen diatur lebih lanjut di PermenLH Nomor 8
Tahun 2013
Penilaian AMDAL bisa dilakukan secara individu maupun kelompok,
berdasarkan penelitian Peterson (2010) yang membandingkan cara penilaian
antara individu dan kelompok, menunjukkan bahwa penilaian kelompok lebih
menghasilkan penilaian yang kritis daripada penilaian individu. Hal ini
disebabkan penilaian kelompok lebih memberikan hasil yang luas untuk keahlian
teknis dan menyeimbangkan nilai-nilai subjektif dan perspektif antara anggota
kelompok. Penilaian AMDAL di Indonesia dilakukan secara kelompok melalui
tim teknis komisi penilai.
Kualitas Dokumen AMDAL
Sebelum menganalisis mutu dokumen AMDAL, seperti yang menjadi kajian
utama dalam tesis ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa dokumen AMDAL
adalah sebuah tulisan atau kajian yang bersifat ilmiah. Karena itu, tulisan atau
kajian tersebut terikat dengan metode ilmiah, seperti harus rasional, menggunakan
bahasa yang baik dan benar, penulisannya sistematis dan terstruktur, berdasarkan
hasil penilaian yang bisa diuji dan dipertanggungjawabkan (Suriasumantri, 2000).
Evaluasi kualitas dokumen AMDAL juga telah dilakukan pada delapan negara
Uni Eropa melalui penelitian Baker A dan Wood C (1999) yang menunjukkan
bahwa delapan negara Uni Eropa (Inggris, Jerman, Spanyol, Belgia, Denmark,
Greece, Irlandia, Protugal) proporsi keseluruhan menunjukkan laporan AMDAL
meningkat dari 50 % menjadi 71 % dari tahun 1990 sampai dengan 1991, hal ini
terjadi karean adanya modifikasi prosedur EIA dan peningkatan kinerja proses
AMDAL melalui uji kualitas dokumen AMDAL.
Dalam menilai dokumen AMDAL terdapat penilaian yang dilakukan oleh tim
teknis. Penilaian dilakukan melalui beberapa tahap uji dibawah ini.
1. Uji Administrasi
Kelengkapan administrasi merupakan salah satu prasyarat yang harus
dipernuhi dalam penyusunan dokumen AMDAL. Oleh karena itu pemeriksaan
terhadap kelengkapan administrasi dilakuka terlebih dahulu sebelum memeriksa
kandungan isi dokumen.
Pada uji administrasi memeriksa apakah dokumen KA ataupun dokumen
ANDAL,RKL,RPL telah dilengkapi dengan persyaratan administrasi. Dokumen
AMDAL dinyatakan siap dan layak untuk dinilai kandungan isinya apabila telah
memenuhi persyaratan administrasi. Apabila belum lengkap maka pemrakarsa
diminta untuk melengkapi sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
2. Uji Tahap Proyek
Pada uji fase kegiatan proyek dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang yang berlaku,
kesesuaian rencana usaha dan/atau kegiatan dengan persyaratan lain sesuai

13
ketentuan peraturan perundangan dan tahapan rencana usaha dan/atau kegiatan
pada saat studi AMDAL disusun.
Persoalan yang sering dihadapi dari uji ini adalah sering tidak dilakukannya
evaluasi terhadap alternatif rencana usaha/kegiatan (alternatif lokasi, alternative
teknologi atau alternatif sumberdaya yang akan digunakan), sebagian besar studi
AMDAL dilakukan pada tahap desain rinci (atau detailed design) bahkan tidak
jarang dijumpai AMDAL disusun pada saat proyek tengah berada pada tahap
konstruksi. Akibat dari hal ini AMDAL yang berfungsi untuk mencegah timbulya
dampak penting negatif di kemudian hari, menjadi rendah efektivitasnya (KLH
2002)
3. Uji Mutu (Aspek Konsistensi)
Dokumen AMDAL merupakan dokumen ilmiah, sehingga harus memenuhi
kaedah-kaedah logis dan sistematis, serta harus ada konsistensi dalam hal
komponen atau parameter dampak penting lingkungan yang ditelaah, namun
persoalan yang dihadapi komponen atau parameter dampak penting lingkungan
yang telah ditelaah pada dokumen AMDAL. Persoalan yang sering terjadi
komponen atau parameter dampak penting yang ditelaah pada dokumen ANDAL
tidak konsisten dengan yang tertuang dalam dokumen KA. Demikian juga
komponen dampak penting yang ditelaah dalam dokumen ANDAL tidak
konsisten dengan satu sama lain (KLH 2002)
Pada uji konsistensi ada 3 (tiga) jenis konsistensi yang dinilai yaitu: konsistensi
isi kajian antara dokumen ANDAL dengan dokumen KA dan Konsistensi isi
kajian antar Bab dalam dokumen ANDAL dalam membandingkan komponen
dampak penting yang tercantum di KA dengan yang ada di dalam dokumen
ANDAL, serta membandingkan komponen dampak penting yang tercantum di
dalam Bab Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak dari dokumen ANDAL
(KLH 2013). Persoalan yang dihadapi pada uji ini adalah komponen atau
parameter dampak penting lingkungan yang ditelaah pada dokumen ANDAL
tidak konsisten dengan yang tertuang pada dokumen KA.
4. Uji Mutu (Aspek Keharusan)
Pada uji keharusan menguji apakah hasil pelingkupan dampak penting sudah
dilakukan konsultasi publik sesuai dengan Kepmenlh 17 Tahun 2012,
mencantumkan secara tegas daftar komponen atau parameter lingkungan yang
berpotensi dampak penting (disebut juga dampak penting hipotetik),
mencantumkan secara tegas isu pokok lingkungan yang merupakan pemusatan
dampak penting, menelaah sifat penting dan besar dampak yang timbul dengan
menggunakan Kepka Bapedal 56/1994 tentang Pedoman kriteria dampak penting
dan terakhir melihat apakah dilakukan kajian secara holistik terhadap berbagai
komponen dampak penting.
Persoalan yang sering dihadapi pada uji ini adalah sering dijumpai dalam
dokumen KA hanya dicantumkan daftar komponen lingkungan yang akan ditelaah
dalam studi ANDAL, masih banyak dijumpai prakiraan besar dampak lingkungan
dilakukan dengan cara membandingkan kondisi lingkungan pada saat sebelum dan
sesudah dan bukan dengan cara membandingkan kondisi lingkungan pada saat
dengan adanya proyek dan tanpa proyek (KLH 2002).

14
5. Uji Mutu (Aspek Relevansi)
Uji relevansi melihat apakah parameter lingkungan hidup yang akan dikelola
(disajikan dalam dokumen RKL) dan dipantau (disajikan dalam RPL) harus
relevan dengan yang ditelaah dalam dokumen ANDAL, namun persoalan yang
dihadapi adalah parameter lingkungan yang akan dikelola (disajikan dalam
dokumen RKL) dan dipantau (disajikan dalam dokumen RPL) sering tidak relevan
dengan yang ditelaah dalam dokumen ANDAL, oleh sebab itu, tujuan
dilakukannya uji relevansi adalah untuk melihat apakah parameter lingkungan
hidup yang akan dikelola dan dipantau relevan dengan yang ditelaah dalam
dokumen ANDAL (KLH 2013).
Persoalan yang dihadapi dalam uji ini adalah beberapa komponen dampak
penting yang dikelola (dimuat dalam dokumen RKL) yang dipantau (dimuat
dalam RPL) tidak relevan dengan yang ditelaah dalam dokumen ANDAL, semua
komponen dampak penting lingkungan yang ditelaah dalam dokumen ANDAL
dikelola dan rumusan pengelolaannya dimuat dalam dokumen RKL.
6. Uji Mutu (Aspek Kedalaman)
Studi AMDAL merupakam telaahan mendalam atas dampak penting akibat
adanya kegiatan proyek, sehingga data yang dikumpulkan memenuhi kaedah sahih
dan akuntabel, melihat dalam studi ANDAL, apakah rona lingkungan hidup,
kajian prakiraan besar dampak, sifat penting dampak dan evaluasi dampak
lingkungan dilakukan dengan metode yang sahih, realibel dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pada uji kedalaman ini diperlukan kompetensi keilmuan
tertentu yang dilakukan oleh Pakar (KLH 2013).
Enam kriteria uji tersebut sengaja disusun berjenjang (hierarkis) dengan
maksud sekaligus menunjukkan teknik penilaian yang digunakan. Pengujian
dimulai dari Uji Administratif kemudian ke tahap Uji Fase Kegiatan Proyek dan
selanjutnya tahap Uji Mutu. Uji Mutu juga diawali dari Uji Konsistensi kemudian
Uji Keharusan, Uji Relevamsi dan hingga kemudian Uji Kedalaman. Pada
Gambar 3 diilustrasikan jenjang uji yang dimaksud

Uji Administratif
Uji Fase Kegiatan Proyek

Umum,
mudah

Uji Konsistensi
Uji Keharusan
Uji Relevansi
Uji Kedalaman

Gambar 3. Kriteria dan jenjang uji

Spesifik,
Spesialis

15
Kriteria Kelayakan Lingkungan
Dokumen AMDAL maupun UKL-UPL dalam penilaiannya selalu diakhiri
dengan penentuan kelayakan/ketidaklayakan lingkungan bagi rencana
usaha/kegiatan, apakah kegiatan itu dapat terus berjalan atau tidak dapat
diteruskan. Hasil dari penentuan kelayakan/ketidaklayakan ini merupakan dasar
dari pengambil keputusan untuk dapat menerbitkan surat kelayakan lingkungan
Menteri atau Kepala Daerah.
Kementerian Lingkungan Hidup dalam panduannya yaitu; PP No. 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan, PerMenLH No. 24 Tahun 2009 tentang Panduan
Penilaian Dokumen AMDAL dan PerMenLH No 16 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan, telah membangun 10 kriteria
kelayakan lingkungan yang dijadikan acuan dalam menilai apakah suatu rencana
Usaha/Kegiatan yang dinyatakan layak lingkungan. Sepuluh kriteria kelayakan
lingkungan
1. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
2. Kebijakan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumberdaya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3. Kepentingan pertahanan keamanan.
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisikkimia, sosial, ekonomi, budaya, tataruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi
usaha dan/atau kegiatan.
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat
negatif.
6. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggungjawab dalam
menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial, dan
kelembagaan.
7. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view).
8. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
a. Entitas dan/atau spesies kunci (key species).
b. Memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance).
c. Memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance).
d. Memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
9. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau
kegiatan.
10.Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.

16
3 METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor khususnya di
Sekretariat Komisi Pen