ESTIMASI KAPASITAS TAMPUNG DAN POTENSI NILAI NUTRISI DAUN NENAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA

(1)

ABSTRAK

ESTIMASI KAPASITAS TAMPUNG DAN POTENSI NILAI NUTRISI DAUN NENAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR

SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA Oleh

Andy Ringgita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi nilai nutrisi daun nenas dan kapasitas tampung limbah daun nenas di PT. Great Pineapple Terbanggi Besar sebagai pakan ruminansia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 hingga Agustus 2013 di PT. Great Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan metode survei purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer mencakup segala informasi tentang lahan perkebunan yang menjadi obyek penelitian, misalnya luas tanam, luas panen, produksi limbah yang dihasilkan, dan pengelolaan limbah. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur yang ada, meliputi informasi tentang potensi perkebunan yang ada di Terbanggi Besar Lampung Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi bahan kering daun nenas di PT. Great Giant Pineapple adalah 105.926.400 kg/th pada lahan seluas 32.000 ha memiliki kapasitas tampung untuk ternak sapi 53.152 UT/th (pemberian daun nenas sebesar 40%) dan dengan 42.553 UT/th (pemberian daun nenas sebesar 50%).


(2)

ABSTRACT

ESTIMATES THE CAPACITIES AND THE POTENTIAL NUTRITION VALUE OF PINEAPPLE’S LEAVES IN PT. GREAT GIANT PINEAPPLE

TERBANGGI BESAR AS THE RUMINANT’S FEED By

Andy Ringgita

The aim of this research is to know the potential nutrition and the capasities of pineapple’s leaves in PT. Great Giant Pineapple Terbanggi as the ruminant’s feed. This research was held in June 2013 until August 2013 in PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Central Lampung. This research uses the ‘purposive sampling’ survey method. The data that would be used in this research consists of the primary data and secondary data. The Primary data encompasses all information about the plantations that become the object of the research, for example, the planting area, the harvested area, the production wastes that will be produced and the wastes management. The secondary data is a data that can be obtainable from the existing literature, including the information about the existing potential estates in Terbanggi Besar, Central Lampung. The results of this research shows that the total wastes of the pineapple’s leaves in PT. Great Giant Pinneapple is ± 105.926.400 kg/th in 32.000 ha area having carrying capacity for ruminant is 53.152 UT per year (40% assuming pineapple’s leaves) and with 42.553 UT per year (50% assuming pineapple’s leaves).


(3)

ESTIMASI KAPASITAS TAMPUNG DAN POTENSI NILAI NUTRISI DAUN NENAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR

SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA

Oleh

Andy Ringgita

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjang, Bandar Lampung pada 12 Januari 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rinaldhi Robinson dan Ibu Hotimah. Pendidikan yang telah ditempuh, yaitu Taman Kanak-kanak Kurnia Katibung dari 1995 sampai 1997, Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Ratu Katibung dari 1997 sampai 2003 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Katibung dari 2003 sampai 2006, Sekolah Menengah Atas Taman Siswa Teluk Betung dari 2006 sampai 2009. Pada 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Kemampuan Akademik dan Bakat. Selama kuliah penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan. Pada Januari 2012 penulis menjalani praktik umum di kandang milik PT. Central Avian Pertiwi desa Sukajaya, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan. Pada Agustus 2012 penulis menjalani kuliah kerja nyata di desa Setia Negara, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Waykanan.


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahhirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat hidayah-Nya, dan sholawat serta salam selalu

dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan

pemberi syafa’at di hari akhir.

Kupersembahkan sebuah karya dengan penuh cinta dan perjuangan

sebagai rasa sayang dan baktiku kepada kedua orang tuaku yang selalu

membimbing, menyayangi dan mendoakanku. Semoga dapat mengobati

rasa lelahnya dalam membesarkan dan mendidikku hingga akhir.

Dan terima kasih setulus hati kuucapkan kepada kakak dan adikku,

serta seluruh keluarga dan para sahabat yang senantiasa mengiringi

langkahku dengan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu sehingga

dapat menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi.

Kepada segenap para staf pengajar (guru & dosen), kuucapkan terima

kasih tak terhingga untuk segala ilmu berharga yang telah diberikan

semoga dapat berguna bagi diri sendiri, masyarakat maupun nusa dan

bangsa.

Serta almamater tercinta yang selalu kubanggakan, yang turut

mendewasakan sikap dan

pikiranku.


(8)

MOTTO

Amal yang paling disukai oleh Allah adalah amal yang terus menerus meskipun

hanya sedikit”

(Muhammad SAW)

“Orang yang beramal tanpa didasari oleh ilmu, maka amalnya akan sia

-sia belaka

kare

na tidak diterima oleh Allah SWT”

(Ibnu Ruslan)

“P

ikiran merupakan sumber dari ilmu, sedangkan ilmu itu sendiri merupakan

sumber amal”

(Wahb)

“Kerjakan apa saja yang telah menjadi hak dan kewajibanmu, karena kebahagiaan

hidupmu terletak disitu”

(Musthafa Al-Gholayani)

“Setiap manusia hendaknya memperh

atikan waktu juga sekaligus

mengutamakannya”


(9)

SANWACANA

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Selama menyusun skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P., selaku Ketua Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, atas izin, saran, nasihat, dan bimbingannya; 3. Bapak Ir. Liman, M.Si., selaku Pembimbing Utama, yang telah memberikan

petunjuk, saran, dan bimbingan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini; 4. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S., selaku Pembimbing Anggota, yang telah

memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan selama perkuliahan maupun penulisan skripsi ini;

5. Bapak Ir. Syahrio Tantalo YS, M.P., selaku Penguji Utama, yang telah memberikan nasihat, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini;


(10)

6. Ibu Ir. Khaira Nova M.P., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan selama perkuliahan;

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, atas semua ilmu pengetahuan, petunjuk, saran, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama ini;

8. Ibu Rini selaku Pembimbing Lapang di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan teman-teman tim penelitian daun nenas (echa, madi, febry dan paul), yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama penelitian dan penulisan skripsi;

9. Seluruh teman-teman angkatan 2009, atas segala bantuan, kebersamaan, kritik dan saran selama ini;

10.Bapak (Rinaldhi Robinson), Mamak (Hotimah), Kakak (Andy Narang), Adik

(Andy Lareza), serta seluruh keluarga besarku atas segala dukungan, do’a,

semangat, kasih sayang, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama ini;

11.Feby Liestya yang telah setia menemani dalam suka maupun duka, memberi dukungan serta semangat;

Semoga segala bantuan dan kerjasama yang diberikan memperoleh balasan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin…

Bandar Lampung, 08 Juli 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Deskripsi Tanaman Nenas ... 6

B. Kandungan Zat-Zat Makanan Limbah Daun Nenas ... 12

C. Kebutuhan Ruminansia akan Zat-Zat Makanan ... 13

1. Karbohidrat ... 14

2. Lemak ... 15

3. Protein ... 15

4. Air ... 16

5. Vitamin dan mineraL ... 16


(12)

xiii

E. Perhitungan Kapasitas Tampung ... 19

III. BAHAN DAN METODE ... 23

A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B.Bahan dan Alat Penelitian ... 23

1. Bahan penelitian ... 23

2. Alat penelitian ... 23

C.Peubah yang diamati ... 24

D.Metode Penelitian ... 24

E. Pengumpulan Data ... 24

F. Prosedur Penelitian ... 25

G. Analisis Pakan ... 27

H. Analisis Proksimat ... 28

1. Kadar air ... 28

2. Kadar abu ... 29

3. Kadar protein kasar ... 30

4. Kadar lemak kasar ... 33

5. Kadar serat kasar ... 34

6. Perhitungan kadar BETN ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Potensi Limbah Daun Nenas di PT. Great Giant Pineapple ... 37

B. Kapasitas Tampung Berdasarkan Produksi Daun Nenas (Smooth cayene) di PT. Great Giant Pineapple ... 41

C. Analisis Proksimat ... 43


(13)

xiv

2. Kadar abu ... 45

3. Kadar protein kasar ... 46

4. Kadar lemak kasar ... 46

5. Kadar serat kasar ... 47

6. Kadar BETN ... 48

V. SIMPULAN ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis proksimat limbah daun nenas (% bahan kering) ... 10

2. Komposisi kimia serat daun nenas (% bahan kering) ... 11

3. Kandungan bromelin dalam tanaman nenas ... 12

4. Kandungan zat-zat makanan pada berbagai hijauan ... 19

5. Produksi daun nenas (Smooth cayene) ... 41

6. Nilai konversi unit ternak (UT) pada ternak ruminansia ... 41

7. Kapasitas tampung ternak sapi dan asumsi penggunaan sebagai pakan ... 42

8. Kandungan nutrisi daun nenas (Smooth cayene) berdasarkan bahan segar, kering udara, dan bahan kering ... 44


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan zat-zat makanan menurut Metode Weende ... 18

2. Proses pengukuran lahan nenas ... 25

3. Proses pengambilan cuplikan ... 26

4. Proses pengambilan sampel ... 26

5. Proses penimbangan sampel ... 27

6. Perbedaan daun nenas (Smooth cayene) dan Sebrang (Ageve sp). 39


(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan. Hal ini didukung oleh letak strategis Provinsi Lampung yang merupakan pintu gerbang transportasi utama antara Pulau Sumatera dan Jawa yang sangat potensial sebagai jalur pemasaran produk peternakan. Selain itu, Provinsi Lampung juga memiliki berbagai macam sumber daya alam yang dapat menunjang keberhasilan usaha

peternakan, seperti ketersediaan bahan-bahan pakan yang berasal dari limbah industri pertanian (onggok, limbah sawit, limbah tebu, limbah kopi, limbah kakao, dan ampas tahu) yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik untuk digunakan sebagai pakan ternak. Bahan-bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian seperti daun jagung, daun ubi jalar, daun kobis, daun

singkong dan jerami padi merupakan sumber makanan ternak ruminansia.

Salah satu jenis ternak yang dikembangkan di Provinsi Lampung yaitu, ternak ruminansia khususnya sapi, kambing, dan domba. Upaya pengembangan populasi dan daya produksi perlu didukung dengan penyediaan makanan dan sedapat mungkin yang tidak bersaing dengan manusia. Makanan ruminansia sebagian besar (lebih dari 50%) berasal dari hijauan makanan ternak yang


(17)

2 dapat berasal dari padang pengembalaan dan tanaman hijauan yang dapat dipotong dan diangkut. Pertambahan populasi penduduk mengakibatkan lahan pertanian untuk penggembalaan atau untuk menanam pakan hijauan semakin terbatas jumlahnya. Faktor tersebut di atas, akan menyebabkan ketersediaan pakan hijauan berkurang dan akhirnya akan mengakibatkan penurunan produksi ternak khususnya ternak ruminansia.

Ketersediaan pakan hijauan akan memengaruhi kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak. Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia. Fungsi hijauan tidak hanya sebagai bulk tetapi juga sebagai sumber zat tenaga, protein, vitamin, dan mineral.

Penanggulangan masalah ketersediaan pakan hijauan harus segera diatasi agar tidak menyebabkan kerugian yang serius bagi peternak. Salah satu cara yang dapat membantu yaitu dengan menghitung produksi pakan hijauan sehingga dapat diketahui ketersediaan bahan pakan hijauan dan daya tampung terhadap ternak.

Salah satu perusahaan pengalengan nenas terbesar di Asia, yaitu PT. Great Giant Pineapple memiliki luas area perkebunan mencapai ± 80.000 ha dengan varietas nenas yang ditanam adalah Smooth cayene. Perkebunan ini selain menghasilkan buah yang melimpah juga memberikan limbah sisa tanaman nenas berupa daun dengan persentase 90%, tunas batang 9% dan batang 1%. Limbah yang persentasenya paling tinggi, yaitu daun nenas selama ini


(18)

3 perkebunannya. Namun, pemanfaatannya sebagai pupuk membutuhkan waktu yang relatif panjang dan jumlah daunnya masih berlimpah.

Menurut Suparjo (2008), dari segi nutrisi daun nenas (protein kasar 9,1%, serat kasar 23,6%, abu 4,9%, lemak kasar 1,6%, dan BETN 60,8%), daun nenas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti rumput segar dan diharapkan dapat mengatasi masalah ketersediaan pakan, khususnya di daerah Lampung Tengah. Keunggulan lainnya, daun nenas tersedia secara berkelanjutan karena

penanaman dan pemanenan buah nenas tidak bergantung pada musim. Masalah yang dihadapi pada peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia yaitu ketersediaan pakan berupa hijauan yang harus dipenuhi secara kualitas dan kuantitas serta tersedia secara kontinyu. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan

produktivittas ternak. Oleh karena itu, kualitas dan ketersediannya yang terus menerus harus terjaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia. Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang potensi nilai nutrisi daun nenas yang ada di Terbanggi BesarLampung Tengah.

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengetahui potensi nilai nutrisi daun nenas sebagai pakan ruminansia; 2. mengetahui besarnya kapasitas tampung limbah daun nenas di


(19)

4 C.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi peternak atau pihak-pihak terkait khususnya PT. Great Giant Pineapple, serta masyarakat umum mengenai potensi dan kapasitas tampung limbah daun nenas.

D.Kerangka Pemikiran

Hijauan makanan ternak (HMT) memegang peranan penting untuk mendukung tercapainya program swasembada sapi potong. Hal ini karena perkembangan ternak ruminansia perlu didukung oleh produksi hijauan makanan ternak dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Hijauan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang berfungsi tidak hanya sebagai pengenyang, tetapi juga sebagai sumber zat-zat makanan seperti protein, energi, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat diperlukan bagi tubuh ternak. Oleh karena itu, ketersediaan hijauan makanan ternak akan mempengaruhi kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan pokok dan produksi ternak.

PT. Great Giant Pineapple memiliki luas area perkebunan mencapai ± 80.000 ha dengan total yang ditanami nenas varietas Smooth cayene sebesar 32.000 ha. Produksi yang dihasilkan dari area perkebunan tersebut mencapai ± 576.000 ton/ha/th, dengan hasil produksi tersebut terdapat potensi limbah dari daun nenas yang dapat dimanfaatkan untuk sektor peternakan sebagai pakan ternak, khususnya peternakan ruminasia.


(20)

5 Pakan hijauan merupakan elemen yang sangat penting bagi ruminansia.

Penyediaan hijauan sebagai pakan ruminansia sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lahan yang digunakan sebagai media tumbuh hijauan. Saat ini, lahan yang tersedia sebagai media tanam hijauan makanan ternak semakin berkurang. Berkurangnya lahan sebagai media tanam hijauan makanan ternak terjadi akibat dari alih fungsi lahan menjadi pertokoan, perkantoran dan pemukiman. Kurangnya pakan hijauan untuk ternak ruminansia perlu ditanggulangi dengan mencari alternatif pakan baru yang melimpah dengan harga murah dan tersedia sepanjang tahun.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Tanaman Nenas

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Anenas comosus. Nenas merupakan tanaman buah berupa semak dengan daging buah berwarna kuning. Kandungan air yang dimiliki buah nenas adalah 90%. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang

Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas di kebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik (BAPPENAS, 1999).

Tanaman nenas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial). Tanaman nenas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah dan tunas-tunas. Akar nenas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang terbatas. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae).


(22)

7 Batang tanaman nenas berukuran cukup panjang 20--25 cm atau lebih, tebal dengan diameter 2,0--3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun dan tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang.

Daun nenas tumbuh memanjang sekitar 130--150 cm, lebar antara 3--5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70--80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri.

Nenas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100--200, masing-masing

berkedudukan di ketiak daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5--10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10--20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6--16 bulan.

Kerabat dekat spesies nenas cukup banyak, terutama nenas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A.


(23)

8 Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang (BAPPENAS, 1999).

Ditinjau dari produksinya, nenas merupakan salah satu buah terpenting dari daerah tropika. Indonesia termasuk produsen nenas terbesar ke-5 di dunia setelah Brazil, Thailand, Filipina, dan Cina. Bagian yang menjadi limbah dari tanaman ini dapat digolongkan menjadi dua, sisa tanaman nenas berupa daun, tangkai, buah afkir, batang dan akar; serta limbah dari pengalengan nenas berupa kulit, mahkota, pucuk, inti buah atau bonggol, dan ampas buah. Limbah yang memiliki persentase tertinggi dari total tanaman nenas adalah bagian daunnya, yaitu 90%. Tanaman nenas dewasa dapat menghasilkan 70--80 lembar atau 3--5 kg daun nenas. Dalam setiap hektar area perkebunan nenas menghasilkan ± 80 ton limbah daun nenas per tahunnya yang

dimanfaatkan kembali sebagai pupuk (Kementrian Perindustrian, 2004). Perusahaan pengalengan nenas terbesar, yaitu PT. Great Giant Pineapple yang berlokasi di Jl. Lintas Sumatra Km. 77, Terbanggi Besar, Lampung Tengah


(24)

9 merupakan perusahaan yang mengekspor produknya ke-50 negara dan

menguasai 15--20% konsumsi nenas kaleng dunia. Perusahaan ini memiliki lahan perkebunan seluas ± 80.000 ha dengan total area tanam 32.000 ha varietas cultivar nenas yang ditanam adalah Smooth cayene atau yang lebih dikenal dengan nenas Bogor. Jenis tanaman nenas ini memiliki ciri-ciri berdaun panjang, lebar, tidak berduri, berwarna hijau tua kemerahan dengan jumlah daun pada tiap tanaman antara 40--60 lembar, panjang batang antara 20--50 cm dan terselimuti daun, panjang tangkai buah antara 7,5--15 cm, bobot buahnya dapat mencapai 2,5 kg dengan mata buah yang besar, warna kulit buah hijau tua sampai kuning kemerahan, dan rasa daging buah manis. Limbah daun nenas dari PT. Great Giant Pineapple jumlahnya sekitar 2 kg daun/tanaman dengan jumlah tanaman/ha ± 4.500 tanaman, sehingga rata-rata produksi daun/ha mencapai ± 9.000 kg daun/ha. Tanaman nenas diperbanyak dengan menggunakan bibit vegetatif, seperti tunas anakan yang tumbuh pada bagian batang di bawah tanah, tunas samping yang tumbuh pada batang, tunas mahkota diatas buah dan tunas-tunas yang tumbuh di tangkai buah (slip). Bibit dari tunas anakan akan berbuah setelah berumur 12 bulan, bibit asal tunas samping 15--18 bulan, bibit asal tangkai buah 19--20 bulan, sedangkan bibit asal mahkota 22--24 bulan. Populasi tanaman berkisar antara 4.000--5.000 tanaman per ha. Biasanya bibit ditanam dalam bedengan dengan jarak tanam antara 75--90 cm (Fath, 2009).

Menurut Devendra (1980), limbah pertanian memiliki sifat sebagai berikut : 1. nilai nutrisi rendah, terutama protein dan kecernaannya;


(25)

10 2. bersifat bulky sehingga biaya angkut menjadi mahal karena membutuhkan

ruang yang lebih besar per satuan berat tertentu; 3. kelembabannya tinggi dan menyulitkan penyimpanan;

4. sering terdapat komponen yang kurang disukai ternak dan mengandung racun.

Menurut Suparjo (2008), daun nenas merupakan salah satu jenis pakan yang cukup baik bagi ternak ruminansia, pemberiannya dapat dilakukan dalam bentuk segar, kering, atau silase. Ternak ruminansia dapat mengkonsumsi 15--20 kg daun nenas segar per ekor per hari tanpa menimbulkan pengaruh negatif. Hasil analisis proksimat limbah daun nenas disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis proksimat limbah daun nenas (% bahan kering)

Komponen PK SK Abu LK BETN

Daun Segar 9,1 23,6 4,9 1.6 60,8

Daun Silase 6,0 22,8 10,0 2,9 58,3

Daun Kering 3,5 16,2 5,2 0,5 74,6

Sumber : Suparjo (2008) Keterangan :

PK : Protein kasar LK : Lemak kasar

SK : Serat kasar BETN : Bahan ekstrak tanpa nitrogen

Serat nenas terdiri atas selulosa dan non selulosa serta lignin yang terdapat di bagian tengah daun. Selain itu lignin juga terdapat pada lamela dari serat dan dinding sel serat. Serat yang diperoleh dari daun nenas muda kekuatannya relatif rendah dan seratnya lebih pendek dibanding dari daun yang sudah tua. Menurut Lubis (1963), kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun. Kadar serat yang tinggi akan menurunkan nilai TDN (Total


(26)

11 Digestible Nustrients) dari bahan makanan. Komposisi kimia serat daun nenas ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia serat daun nenas (% bahan kering) Komposisi kimia serat daun nenas Nilai

Selulosa 69,5 – 71,5 %

Pentosan 17,0 – 17,8 %

Lignin 4,4 – 4,7 %

Pektin 1,0 – 1,2 %

Lemak dan Wax 3,0 – 3,3 %

Abu 0,7 – 0,8 %

Zat-zat lain (protein, asam organik,

dll.) 4,5 – 5,3 %

Sumber : Onggo dan Jovita, (2003)

Klasifikasi tanaman nenas adalah:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup) Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromiliaceae

Genus : Anenas

Species : Anenas comosus (L) Merr Sumber :BAPPENAS (1999)

Tanaman nenas mengandung Bromelin. Bromelin merupakan salah satu jenis enzim protease sulfhidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Bromelin ini berbentuk serbuk amori dengan warna putih bening sampai kekuning-kuningan, berbau khas, larut sebagian dalam: Aseton, Eter, dan


(27)

12 CHCL3, stabil pada pH: 3,0--5,5. Suhu optimum enzim Bromelin adalah 50°C--80°C.

Enzim ini terdapat pada tangkai, kulit, daun, buah, maupun batang tanaman nenas dalam jumlah yang berbeda. Dilaporkan bahwa kandungan enzim Bromelin lebih banyak terdapat pada batang yang selama ini kurang dimanfaatkan. Distribusi Bromelin pada batang nenas tidak merata dan tergantung pada umur tanaman. Kandungan Bromelin pada jaringan yang umurnya belum tua terutama yang bergetah sangat sedikit sekali bahkan kadang-kadang tidak ada sama sekali. Sedangkan bagian tengah batang mengandung Bromelin lebih banyak dibandingkan dengan bagian tepinya (Murniati, 2006).

Tabel 3. Kandungan Bromelin dalam tanaman nenas

Bagian tanaman nenas Persentase

Buah utuh masak 0,060 – 0,080

Daging buah masak 0,080 – 0,125

Kulit buah 0,050 – 0,075

Tangkai 0,040 – 0,060

Batang 0,100 – 0,600

Buah utuh matang 0,040 – 0,060

Sumber :Murniati (2006) dalam Anja wulan sari

B.Kandungan Zat-Zat Makanan Limbah Daun Nenas

Nenas di PT. Great Giant Pineapple merupakan varietas smooth cayene yang sering disebut nenas Bogor. Bentuk fisik limbah daun nenas di

PT. Great Giant Pineapple adalah berdaun panjang, lebar, tidak berduri dengan warna hijau tua kemerahan, batang dan tangkai berdiameter besar, buah besar


(28)

13 dengan mata buah yang besar pula, warna kulit buah hijau tua sampai kuning kemerahan, dan rasa daging buah manis.

Kandungan serat kasar yang tinggi tentu membatasi penggunaan daun nenas ini sebagai pakan ternak, maka perlu dilakukan suatu pengolahan untuk

meningkatkan daya cerna daun nenas terhadap ternak ruminansia. Sebagai bahan baku industri daun nenas memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, dengan kandungan selulosa 69,5--71,5%, lignin 4,4--4,7%, pektin 1,0--1,2%, lemak dan wax 3,0--3,3%, abu 0,71--0,87%, zat-zat lain (protein, asam organik, dll) 4,5--5,3% (Onggo dan Jovita, 2003).

C.Kebutuhan Ruminansia akan Zat-Zat Makanan

Zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan dan masuk ke dalam tubuh ternak dapat digunakan untuk menunjang berfungsinya organ fisiologis dalam rangkaian proses pertumbuhan/perkembangan, reproduksi, dan aktifitas biologis lainnya. Nutrisi tersebut ialah energi berupa karbohidrat dan lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Unsur-unsur ini merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan ternak yang keberadaannya perlu diperhatikan dan disajikan dalam bentuk ransum. Ransum yang diberikan nantinya akan

digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan di dalam tubuh diantaranya kebutuhan pokok dan bereproduksi (Arora, 1995).

Menurut Tillman et al. (1989), kebutuhan hidup pokok yaitu kebutuhan

sejumlah nutrisi untuk menjamin keseimbangan dan kondisi tubuh yang normal sehingga tubuh mampu beraktivitas seperti bernafas, mencerna makanan,


(29)

14 mengatur suhu tubuh atau melakukan proses metabolisme. Jika nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok telah terpenuhi maka kelebihan nutrisi ini akan digunakan untuk pertumbuhan dan bereproduksi atau disimpan dalam tubuh ternak dalam bentuk lemak tubuh. Sebaliknya, jika ternak kekurangan nutrisi yang dibutuhkan dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama maka cadangan yang ada dalam bentuk lemak tubuh akan dimobilisasikan untuk dibakar untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok.

Berbagai kandungan zat makanan tersebut dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan fungsinya, yaitu:

a. zat tenaga, terdiri atas karbohidrat dan lemak b. zat pembangun, terdiri atas protein dan mineral c. zat pengatur, terdiri atas mineral dan air

1. Karbohidrat

Karbohidrat disebut juga hidrat arang. Karbohidrat merupakan bagian dari bahan organik yang paling banyak terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Peran karbohidrat adalah sumber energi, pembakar lemak, memperkecil penggunaan protein menjadi energi, menambah citarasa, serta memelihara kesehatan dan fungsi normal alat pencernaan (Sutardi, 1980). Karbohidrat ini terdiri atas serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.

Serat memiliki kemampuan mengikat air, selulosa dan pektin. Adanya serat dapat membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air


(30)

15 rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan

peristaltik usus besar menjadi lebih lamban (Parakkasi, 1999).

Menurut Parakkasi (1999), pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat mempersingkat proses pencernaan. Serat pakan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu relatif singkat sehingga absorbsi zat makanan berkurang. Selain itu pakan yang mengandung serat yang relatif tinggi akan memberikan rasa kenyang karena komposisi serat yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi pakan.

2. Lemak

Lemak di dalam tubuh ternak juga merupakan sumber zat tenaga dan berfungsi sebagai cadangan makanan. Jika persediaan karbohidrat dalam tubuh telah habis digunakan, maka lemak berfungsi sebagai sumber tenaga (Parakkasi, 1999). Selanjutnya menurut Sutardi (1980), fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber energi, sumber air metabolik, insulator, ikut berperan dalam mengatur suhu tubuh, sebagai bantalan untuk melindungi organ, sebagai

pembawa vitamin A, D, E, dan K, pembawa asam lemak esensial, serta sebagai bahan baku pembentukan hormon steroid.

3. Protein

Protein merupakan zat makanan yang berfungsi sebagai zat pembangun. Peran protein di dalam tubuh adalah sebagai bahan pembangun bagian tubuh yang rusak, bahan baku pembuatan enzim, hormon dan zat kekebalan (antibodi),


(31)

16 mengatur lalulintas cairan tubuh dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan keluar sel serta menyediakan energi (Sutardi, 1980)

4. Air

Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada energi, dan minum air menempati posisi nomor dua setelah bernafas. Peranan air dalam tubuh erat hubungannya dengan sifat fisik dan kimianya, yaitu sebagai pelarut zat pakan, sebagai pengangkut zat pakan, membantu kelancaran proses pencernaan, penyerapan dan pembuangan ampas metabolisme, memperlancar reaksi kimia dalam tubuh, sebagai pengatur suhu tubuh, membantu kelancaran kerja syaraf dan panca indra, sebagai bantalan yang melindungi organ dari

goncangan/trauma dari luar, serta sebagai pelicin (Sutardi, 1980).

5. Vitamin dan mineral

Setiap vitamin yang ada memiliki peranan yang berbeda-beda, oleh karena itu sedikit sulit untuk melakukan generalisasi tentang peranan vitamin. Secara umum peranan vitamin adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan sel-sel jaringan epithel, memperlancar metabolisme energi, membantu

pembentukan kolagen tenunan pengikat, membantu pembentukan tulang, sebagai antioksidan, serta membantu proses pembekuan darah (Sutardi, 1980).

Sedangkan mineral adalah zat anorganik yang dalam jumlah sedikit diperlukan oleh tubuh. Zat anorganik adalah zat yang tidak berasal dari mahluk hidup. Mineral diperoleh dari makanan sehari-hari. Mineral diperlukan untuk proses metabolisme. Peranan mineral dalam tubuh antara lain adalah memelihara


(32)

17 kondisi ionik dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, memelihara tekanan osmotik dalam tubuh, menjaga kepekaan syaraf, mengatur transport zat pakan, mengatur permeabilitas membran sel, serta sebagai

kofaktor enzim dan mengatur metabolisme (Sutardi, 1980).

D. Kandungan Zat-Zat Makanan Hijauan Lainnya

Menurut Tillman et al. (1991), pakan dapat disebut pula sebagai bahan

makanan ternak, bahan makanan ternak ini terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan terkadang pula bahan makanan ini berasal dari ternak atau hewan yang hidup di laut.

Pakan terdiri dari zat makanan berupa air, abu/mineral, protein, lemak, serat kasar, dan BETN dan disajikan pada skema Gambar 1. Metode yang digunakan untuk mengetahui zat-zat tersebut dengan menggunakan analisis proksimat (Tillman et al., 1989).


(33)

18

Gambar 1. Bagan zat-zat makanan menurut Metode Weende

Hijauan adalah bahan pakan yang berasal dari tanaman atau limbah dari perkebunan dan pertanian yang mengandung serat kasar yang tinggi. Kebutuhan akan hijauan tidak dapat dipisahkan dari ternak ruminansia. Menurut Parakkasi (1999) serat kasar berguna sebagai bahan pengenyang karena komposisi serat yang menghentikan nafsu makan. Selain itu, serat kasar juga berguna sebagai tempat bertumbuhnya mikroba pada rumen yang berperan sebagai penghasil sumber energi bagi ruminansia. Oleh karena itu, hijauan menjadi vital sekali bagi ternak ruminansia. Pada Tabel 4 disajikan kandungan zat-zat makanan beberapa hijauan pakan.


(34)

19 Tabel 4. Kandungan zat-zat makanan pada berbagai hijauan

No Bahan Protein

Kasar

Serat Kasar

Lemak Abu BETN ---(%)---

1 Rumput Gajah* 8,69 32,30 2,71 8,60 47,70

2 Rumput Lapang* 6,70 34,19 1,78 9,70 47,64

3 Jerami Padi* 4,10 29,20 1,60 21,50 43,60

4 Jerami Kacang Tanah* 16,59 25,41 2,90 7,51 47,59 5 Jerami Ketela Pohon* 3,98 33,29 1,59 49,79 11,35 6 Jerami Kacang Kedelai* 12,50 36,00 3,92 10,88 36,70 7 Jerami Sorghum* 14,20 30,30 4,70 7,20 43,60 8 Jerami Ketela Rambat* 3,90 2,10 0,40 89,30 4,30

9 Jerami Jagung* 5,56 33,58 1,25 7,28 53,32

10 Pucuk Tebu* 7,40 42,30 2,90 7,40 40,00

11 Lamtoro** 23,70 18,00 5,80 6,30 46,20

12 Biji Kacang Kapri** 26,60 7,60 1,60 3,30 60,90

13 Daun Turi** 25,20 17,80 4,30 9,20 43,50

14 Daun Kacang Panjang** 23,80 17,70 3,10 13,10 42,30 Sumber : * : Dadam (2006)

** : Hartadi (1980)

E.Perhitungan Kapasitas Tampung

Kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan dari kebun hijauan makanan ternak atau padang penggembalaan untuk kebutuhan ternak selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak per hektar. Kapasitas tampung sebidang tanah dipengaruhi oleh curah hujan, topografi, persentase hijauan yang tumbuh, jenis dan kualitas hijauan,

pengaturan jumlah ternak yang digembalakan, sistem penggembalaan, dan luas lahan (Mcllroy, 1997).

Penentuan kapasitas tampung secara cuplikan memiliki peran penting dalam pengukuran produksi hijauan. Penentuan pengambilan petak-petak cuplikan menurut Susetyo et al (1981) dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :


(35)

20 1. pengacakan, yaitu menentukan secara acak suatu lahan hijauan seluas 1 m2

atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1 m. Petak cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah ke kanan dari petak cuplikan pertama dengan luas yang sama. Kedua petak ini kemudian di sebut cluster. Cluster selanjutnya diambil pada jarak lurus 125 m dari Cluster pertama;

2. sistematik, yaitu pengambilan cuplikan dimulai dari titik yang telah ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari cuplikan pertama sehingga membentuk garis lurus yang merupakan garis terpanjang dari lahan sumber hijauan;

3. stratifikasi, yaitu pengambilan sampel cuplikan pada lahan sumber pakan hijauan dari setiap lahan sumber hijauan yang ada.

Metode pengambilan cuplikan harus dilakukan sebaik mungkin agar dapat memberikan keterangan yang obyektif tentang produksi suatu pakan hijauan ternak. Jumlah cuplikan yang diperlukan dalam penentuan letak petak-petak cuplikan tergantung dari ketidakseragaman lahan sumber hijauan, alat-alat yang digunakan, tujuan pengambilan data, tingkat ketelitian yang diinginkan, biaya, dan fasilitas yang tersedia.

Pakan hijauan yang ada dalam petak cuplikan termasuk bagian tanaman yang dapat dimakan oleh ternak, dipotong sehingga akan menghasilkan produksi hijauan segar per meter persegi. Produksi hijauan segar yang diperoleh dapat diketahui dengan menghitung produksi hijauan persatuan luas lahan yang ada. Pakan hijauan yang diperoleh tidak seluruhnya dikonsumsi oleh ternak karena


(36)

21 pada sebagaian dari bagian tanaman ada yang ditinggalkan untuk menjamin pertumbuhan kembali. Besarnya bagian tersebut harus diperhitungkan sebagai faktor yang disebut proper use.

Besarnya faktor proper use untuk hijauan yang digunakan secara ringan adalah 25--30%, sedang 40--45%, dan penggunaan yang berat 60--70% (Susetyo et a., 1981). Susetyo (1980) menyatakan bahwa taksiran daya tampung didasarkan pada jumlah hijauan yang tersedia. Pengamatan daya tampung ini sulit untuk dilakukan pada setiap bagian lahan sumber hijauan maka dilakukan

pengambilan secara cuplikan. Prosedur pengambilan cuplikan menurut Susetyo (1980) adalah sebagai berikut :

1. menentukan petak cuplikan pertama secara acak seluas 1 m2 bujur sangkar 2. petak cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah ke kanan dari

petak pertama dengan luas yang sama

3. setelah petak cuplikan ditentukan, semua hijauan yang terdapat dalam petak dipotong sedekat mungkin dengan tanah termasuk bagian tanaman yang dapat dimakan oleh ternak

4. hijauan pakan ternak tersebut dimasukkan ke dalam kantong pelastik untuk dianalisis proksimat

Berdasarkan perhitungan produksi hijauan yang tersedia dari suatu lahan per tahun maka dapat dihitung jumlah satuan ternak (ST) yang dapat ditampung oleh suatu lahan sumber hijauan. Perhitungan tersebut dengan menghitung jumlah hijauan yang tersedia pada suatu lahan selama satu tahun (kg/ha/th) dibagi dengan jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk satu satuan ternak (kg)


(37)

22 selama setahun berdasarkan bahan kering. Perhitungan tersebut akan

mengetahui kemampuan suatu lahan dalam memproduksi hijauan setiap hektarnya dalam menampung ternak (Susetyo, 1980).


(38)

III.BAHAN DAN METODE

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni—Agustus 2013 di

PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B.Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun nenas varietas Smooth cayene yang tumbuh di areal perkebunan nenas PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bingkai kotak dari bambu berukuran 1x1 m2 untuk menentukan cuplikan, sabit untuk memotong hijauan, timbangan analitik merek Oxone OX-315 dengan ketelitian 0,1 g untuk mengukur berat atau massa hijauan, tali rapia untuk menandai dan mengikat hijauan, karung untuk menampung hijauan, meteran, alat tulis dan alat hitung, kamera. Daun nenas dikeringkan menggunakan oven


(39)

24 merek Heraeus dan digiling menggunakan alat penggiling dengan ukuran 40 mash dan dilanjutkan analisis proksimat metode Weende (Fathul, 1999).

C.Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

a. kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi hijauan daun nenas. b. nilai nutrisi daun nenas varietas Smooth cayene

D.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Metode survei yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan persyaratan sampel yang dibutuhkan dan ukuran sampel tidak dipersoalkan. Metode ini memungkinkan peneliti memperoleh informasi dalam jangka waktu yang pendek dan digunakan untuk mendapatkan informasi yang bersifat kualitatif untuk menganalisis permasalahan yang ada (Sugiono, 2010).

E.Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer mencakup segala informasi tentang lahan perkebunan yang menjadi obyek


(40)

25 penelitian, misalnya luas tanam, luas panen, produksi limbah yang dihasilkan, dan pengelolaan limbah. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden di lapangan (berupa kuisioner). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur yang ada, meliputi informasi tentang potensi perkebunan yang ada di Terbanggi Besar Lampung Tengah.

F. Prosedur Penelitian

1. PT. Great Giant Pineapple memiliki lahan dengan luas tanam sebesar 32.000 ha. Oleh karena itu untuk menentukan tempat pengambilan sampel daun nenas digunakan metode purposive sampling yang merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti. Lahan yang diambil sebagai sampel adalah lahan yang buah nenasnya sudah dipanen;

2. menyiapkan peralatanpengambilan sampel daun nenas seperti, sabit, karung plastik, timbangan, meteran, tali plastik, alat tulis dan kamera;

3. melakukan pengukuran luas lahan terhadap lahan yang akan diambil sampel daun nenas, dapat dilihat pada Gambar 2;


(41)

26 4. pengambilan data dengan menggunakan bujur sangkar 1x1 m2 sebanyak 10

cuplikan dalam 5 cluster dengan luas lahan panen 2,5 ha, dapat dilhat pada Gambar 3;

Gambar 3. Proses pengambilan cuplikan

5. memotong bagian bawah atau bonggol dan mengambil bagian daunnya, dapat dilihat pada Gambar 4;


(42)

27 6. kemudian sampel di timbang berdasarkan bahan segar, dapat dilihat pada

Gambar 5;

Gambar 5. Proses penimbangan sampel 7. lalu dijemur dan di timbang kembali berdasarkan BKU;

8. kemudian digiling dan melakukan analisis proksimat di laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

9. mencatat hasil data yang diperoleh;

10. menghitung kapasitas tampung (carrying capacity) dari data yang diperoleh dengan rumus :

Kapasitas tampung = Jumlah produksi hijauan (kg/th) Kebutuhan pakan (kg/satuan ternak/th) Keterangan : konsumsi/ UT/ tahun berdasarkan bahan kering.

G. Analisis Pakan

Sampel yang telah dipisahkan tidak dapat langsung dianalisis di laboratorium. Sebelum dianalisis di laboratorium untuk mengetahui besarnya kandungan zat-zat makanannya, tanaman tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi tepung. Proses pembuatan sampel menjadi tepung tersebut diawali


(43)

28 penimbangan yang dilanjutkan dengan pemerasan sampel dan pencacahan. Setelah dicacah sampel dijemur dengan sinar matahari sampai menjadi kering. Limbah daun nenas yang telah mengering di timbang untuk memperoleh berat kering udara (BKU). Selanjutnya limbah daun nenas digiling menggunakan alat penggiling ukuran 40 mash sampai menjadi tepung. Setelah menjadi tepung sampel dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label agar tidak tertukar. Sampel yang telah diberi label siap dianalisis proksimat.

H.Analisis Proksimat 1) Kadar Air

Cara kerja analisis kadar air (Fathul, 1999) yaitu:

a. memanaskan cawan porselin yang dibersihkan ke dalam oven 1050 C selama ± 1 jam;

b. mendinginkan cawan porselin di dalam desikator selama 15 menit; c. menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);

d. memasukkan sampel analisis ke dalam cawan porselin sekitar 1 gram dan kemudian mencatat bobotnya (B);

e. memasukkan cawan porselin berisi sampel di dalam oven 1050 C selama ≥ 6 jam;

f. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

g. menimbang cawan porselin berisi sampel analisis tersebut (C); h. menghitung kadar air dengan rumus sebagai berikut;


(44)

29 Keterangan:

KA : kadar air (%)

A : bobot cawan porselin (gr)

B : bobot cawan porselin berisi sampel sebelum di oven (gr) C : bobot cawan porselin berisi sampel setelah di oven (gr)

i. melakukan analisis ini dua kali (duplo), kemudian menghitung rata-rata kadar air dengan rumus sebagai berikut:

Kadar air (%) = Keterangan:

KA1 : kadar air pada ulangan satu (%) KA2 : kadar air pada ulangan dua (%)

j. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut: BK = 100% - KA

Keterangan:

BK : kadar bahan kering (%) KA : kadar air (%)

2) Kadar Abu

Cara kerja analisis kadar abu (Fathul, 1999) yaitu:

a. memanaskan cawan porselin beserta tutupnya yang bersih ke dalam oven 1050c selama ± 1 jam;

b. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit; c. menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);


(45)

30 e. mengabukan cawan porselin berisi sampel di tanur dengan suhu 6000 C

selama 2 jam;

f. mendiamkan selama 1 jam,kemudian dinginkan di dalam desikator selama 15 menit, lalu mencatat bobotnya (C);

g. menghitung kadar abu dengan rumus: KAb =

Keterangan:

KAb : kadar abu (%)

A : bobot cawan porselen (gr)

B : bobot cawan porselen berisi sampel sebelum diabukan (gr) C : bobot cawan porselen berisi sampel sesudah diabukan (gr)

h. melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian menghitung rata-rata kadar abu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar abu (%) = Keterangan:

KAb1 : kadar abu ulangan satu (%) KAb2 : kadar abu ulangan dua (%)

3) Kadar Protein Kasar

Cara kerja analisis kadar protein kasar (Fathul, 1999) yaitu:

a. menimbang kertas saring biasa (6 x 6 cm) dan mencatat bobotnya (A); b. memasukkan sampel sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya (B); c. melipat kertas saring tersebut dan digunakan untuk membungkus sampel;


(46)

31 d. memasukkan kertas saring yang berisi sampel kedalam labu Kjeldahl dan

menambahkan 15 mL H2SO4 pekat (melakukan di ruang asam);

e. menambahkan katalis ke dalam labu Kjeldahl 0,2 gram atau secukupnya; f. menyalakan alat destruksi dan mengerjakan proses destruksi;

g. mematikan larutan destruksi apabila sampel berubah menjadi larutan jernih; h. mendiamkan sampel sampai dingin (tetap di ruang asam);

i. menambahkan 200 ml air suling ke dalam labu Kjeldahl;

j. menyiapkan 25 ml larutan H3BO32% di gelas erlenmeyer, kemudian ditetesi 2 tetes indikator metil blue red (2:1). Ujung alat kondensor dimasukkan ke dalam gelas tersebut dan harus dalam keadaan terendam;

k. mengalirkan air ke alat destilasi lalu menyalakan alat destilasi dan mengerjakan proses destilasi;

l. menambahkan 50 ml NaOH 45% ke dalam labu Kjeldahl tersebut secara cepat (sekaligus) dan hati-hati, jangan digoyang atau dikocok;

m. mengamati larutan yang terdapat di dalam gelas erlenmeyer;

n. mengangkat ujung alat kondensor yang terendam apabila larutan telah menjadi sebanyak 2/3 bagian dari gelas tersebut;

o. mematikan alat destilasi lalu mematikan kran air; p. membilas ujung alat kondensor dengan air suling;

q. menyiapkan peralatan untuk titrasi, mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 N. mengamati angka pada buret dan mencatatnya (L1);

r. melakukan titrasi dengan perlahan-lahan, mengamati larutan yang terdapat pada gelas erlenmeyer;


(47)

32 s. menghentikan titrasi bila larutan berubah dari hijau menjadi warna keunguan,

kemudian amati angka pada buret dan mencatatnya (L2); t. melakukan hal yang sama pada blanko (tanpa sampel analisis); u. menghitung presentase nitrogen dengan rumus sebagai berikut:

N =

Keterangan:

N : besarnya kandungan nitrogen (%) Lblanko : volume titran untuk blanko (ml) Lsampel : volume titrasi untuk sampel (ml) N asam : normalitas HCl sebesar 0,1 N : berat atom nitrogen sebesar 14 A : bobot kertas saring biasa (gr)

B : bobot kertas saring biasa berisi sampel (gr)

v. menghitung kadar protein kasar dengan rumus sebagai berikut: KP = N x fp

Keterangan:

KP : kadar protein kasar (%) N : kandungan nitrogen (%)

Fp : angka faktor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25

w. melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian melakukan perhitungan rata-rata kadar protein kasar menggunakan rumus berikut:

Rata-rata kadar protein kasar (%) = Keterangan:


(48)

33 KP1: kadar protein kasar ulangan 1 (%)

KP2 : kadar protein kasar ulangan 2 (%)

4) Kadar Lemak Kasar

Cara kerja analisis kadar lemak (Fathul, 1999) yaitu:

a. memanaskan kertas saring dalam oven 1050 C selama 1 jam, lalu mendinginkannya dalam desikator. Kemudian mencatat bobotnya (A); b. menambahkan sampel dalam kertas saring lalu mencatat bobotnya (B); c. melipat kertas saring tersebut dan menggunakannya untuk membungkus

sampel dan memanaskan dalam oven 1050 C selama 1 jam, lalu mendinginkan ke dalam desikator dan mencatat bobotnya (C);

d. memasukkan kertas saring yang berisi sampel ke dalam alat sochlet dan menambahkan chloroform, kemudian menghubungkan dengan labu didih dan sochlet dengan kondensor;

e. mengalirkan air kedalamnya, lalu memanaskan selama 6 jam;

f. mematikan alat pemanas dan kran air lalu mengambil kertas saring berisi residu;

g. memanaskan kertas saring berisi residu di oven 1050 C selama 6 jam dan mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu mencatat bobotnya (D);

h. menghitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut: KL =

Keterangan:


(49)

34 A : bobot kertas saring (g)

B : bobot kertas saring berisi sampel sebelum dipanaskan (g) C : bobot kertas saring berisi sampel sesudah dipanaskan (g) D : bobot kertas saring berisi residu setelah dipanaskan (g)

x. melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian menghitung rata-rata kadar lemak dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar lemak (%) = Keterangan:

KL1 : kadar lemak kasar ulangan satu (%) KL2 : kadar lemak kasar ulangan dua (%)

5) Kadar Serat Kasar

Cara kerja analisis kadar serat kasar (Fathul, 1999) yaitu:

a. menimbang kertas saring biasa (6 x 6 cm) dan mencatat bobotnya (A); b. memasukkan sampel sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya (B); c. menuang sampel dengan gelas erlenmeyer;

d. memanaskan kertas saring whatman ashless no. 541 berdiameter 12 cm dan mencatat bobotnya (C);

e. menambahkan 200 ml H2SO4 0,25 N, lalu menghubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor dan menyalakan alat pemanas selama 30 menit; f. menyaring larutan dengan kertas saring whatman ashless, lalu membilas

dengan air suling hangat;

g. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, lalu menghubungkan kembali gelas erlenmeyer dengan alat kondensor;


(50)

35 h. memanaskan selama 30 menit, lalu menyaring kembali dan melipat kertas

saring sebaik mungkin serta mencatat bobotnya (C);

i. memanaskan kertas saring berisi sampel dalam oven 1050 C selama 6 jam, lalu mendinginkan dalam desikator dan mencatat bobotnya (D);

j. meletakkan dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya (E);

k. mengabukan dalam tanur 6000 C selama 2 jam, lalu mendiamkan sekitar 1 jam dan memasukkan dalam desikator kemudian mencatat bobotnya (F);

l. menghitung kadar serat kasar dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KS =

Keterangan:

KS : kadar serat kasar (%) A : bobot kertas (g)

B : bobot kertas berisi sampel (g)

C : bobot kertas saring whatman ashless (g)

D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu (g) E : bobot cawan porselin (g)

F : bobot cawan porselin berisi abu (g)

m. melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian menghitung rata-rata kandungan serat kasar dengan rumus sebagai berikut:

Rata-rata kadar serat kasar (%) = Keterangan:

KS1 : kadar serat kasar ulangan 1 (%) KS2 : kadar serat kasar ulangan 2 (%)


(51)

36 6) Perhitungan Kadar BETN

Cara kerja perhitungan kadar BETN (Fathul, 1999) yaitu:

Kadar BETN dapat diperoleh dari hasil pengurangan antara 100% dengan jumlah dari seluruh presentase kadar yang diproleh terlebih dahulu, seperti kadar air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Kadar BETN dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BETN = 100% - (KA + KAb + KP + KL + KSK) Keterangan:

BETN : kadar BETN (%) KA : kadar air (%) KAb : kadar abu (%) KP : kadar protein (%) KL : kadar lemak (%) KSK : kadar serat kasar (%)


(52)

V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. pemanfaatan daun nenas memiliki potensi untuk dijadikan sumber pakan bagi ternak ruminansia karena dilihat dari segi nutrisi daun nenas memiliki kadar serat kasar sebesar 29,12% dan protein kasar sebesar 8,41%;

2. produksi bahan kering daun nenas di PT. Great Giant Pineapple adalah 105.926.400 kg/th pada lahan seluas 32.000 ha memiliki kapasitas

tampung untuk ternak sapi 53.152 UT/th (40% asumsi pakan) dan dengan 42.553 UT/th (50% asumsi pakan).


(53)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anja W. S. 2012. Enzim Bromelin pada Buah Nanas.

Http://anjawulansari.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 April 2013. Anonim. 2003. Buku Pegangan Fisiologi dan Reproduksi Ternak Satu dan Dua.

Jakarta

Anonim. 2009. Standar Mutu Pakan Ternak. Badan Standarisasi Indonesia. Jakarta

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 1999. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.

www.iptek.net.id. Diakses pada Kamis, 13/09/13 pukul 21:34 Blakely, J. and D. H. Bade. 1985. The Science of Animal Husbandry, 4th Ed.

Prentice Hall, Inc. A. Division of Simon and Schuster, Englewood Cliffs, New Jersey

Dadam, A. S. 2006. Integrasi Usaha Peternakan Sapi pada Perkebunan Tebu. Http://www.disnakkeswan-lampung.go.id. Diakses pada 10 Desember 2013

Devendra, C. 1977. Cassava as a Feed Source for Ruminant. In: Cassava as Animal Feed. (Eds. Nestel, B and Graham, M.) Procceding of Workshop. University of Guelph. Ottawa

Devendra, C. 1980. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Interaksi Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Malaysia Society of Animal Production. Serdang Selangor

Ensminger, 1961. Nilai Konversi AU pada Ternak Ruminansia. http://stpp-Malang.ac.id//nilai koversi AU pada Berbagai Jenis dan Umur Fisiologi Ternak. Diakses pada 24 Juni 2013


(54)

51 Estiti, B.H. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Fath, V. 2009. Nenas (Pineapple (Ingg.), Ananas cosmosus (L.).Merr.(Latin)). http://agrohort.blogspot.com. Diakses pada Jumat, 22/02/13 pukul 11:37 Fathul, F. 1999. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan dalam Bahan

Makanan Ternak. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Fathul, F., N. Purwaningsih, S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Lampung. Bandar lampung

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta

Hartadi, H., L. C. Kearl, S. Reksohadiprodjo, L. E. Harris, S. Lebdosukoyo dan A. Fillmain. 1980. Tabel—Tabel dari Komposisi bahan Makanan. Data Ilmu Makanan Ternak untuk Indonesia. The International Feedstuff Institute Utah Agricultural Experiment Station, Utah State University Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Http://ptp.2007.Wordpress.com. Diakses pada Rabu,08/07/15 pukul 09:43

Hungate, R. E. 1966. The Rumen and It’s Mikrobes. Academic Press. New York

Kementrian Perindustrian. 2004. Pemanfaatan Serat Nanas (Ananas comosus). http://www.bbt.kemenperin.go.id. Diakses pada Kamis, 13/09/13 pukul 22:21

Lubis DA. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta McIllroy, R.J. 1997. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradia

Paramita. Jakarta

NRC. 1988. Nutrient Requirements of Beef Cattle, 6th Ed. National Acad Press. Washington DC

Onggo H dan Jovita T. 2003. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksid Terhadap Rendemen dan Warna Pulp Dari Serat Nanas. LIPI. Bandung

Orskov, E. R. 1986. Starch Digestion and Utilization in Ruminants. J. Anim. Sci. Vol 5


(55)

52 Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas

Indonesia. Jakarta

Sahwan, F. M. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. Institut

Teknologi Bandung. Bandung

Santoso, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Potong. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta Bandung

Suparjo. 2008. Saponin, Peran Dan Pengaruhnya Bagi Ternak dan Manusia. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi

http://jajo66.files.wordpress.com /2008/06/saponin.pdf. Diakses 17 Agustus 2011

Susetyo, B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakutas Peternakan IPB. Bogor

Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian : Jakarta

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press. Yogyakarta

Tillman, A. D. S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosekejo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.


(1)

h. memanaskan selama 30 menit, lalu menyaring kembali dan melipat kertas saring sebaik mungkin serta mencatat bobotnya (C);

i. memanaskan kertas saring berisi sampel dalam oven 1050 C selama 6 jam, lalu mendinginkan dalam desikator dan mencatat bobotnya (D);

j. meletakkan dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya (E);

k. mengabukan dalam tanur 6000 C selama 2 jam, lalu mendiamkan sekitar 1 jam dan memasukkan dalam desikator kemudian mencatat bobotnya (F);

l. menghitung kadar serat kasar dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KS =

Keterangan:

KS : kadar serat kasar (%) A : bobot kertas (g)

B : bobot kertas berisi sampel (g)

C : bobot kertas saring whatman ashless (g)

D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu (g) E : bobot cawan porselin (g)

F : bobot cawan porselin berisi abu (g)

m. melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian menghitung rata-rata kandungan serat kasar dengan rumus sebagai berikut:

Rata-rata kadar serat kasar (%) =

Keterangan:

KS1 : kadar serat kasar ulangan 1 (%) KS2 : kadar serat kasar ulangan 2 (%)


(2)

36

6) Perhitungan Kadar BETN

Cara kerja perhitungan kadar BETN (Fathul, 1999) yaitu:

Kadar BETN dapat diperoleh dari hasil pengurangan antara 100% dengan jumlah dari seluruh presentase kadar yang diproleh terlebih dahulu, seperti kadar air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Kadar BETN dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BETN = 100% - (KA + KAb + KP + KL + KSK)

Keterangan:

BETN : kadar BETN (%) KA : kadar air (%) KAb : kadar abu (%) KP : kadar protein (%) KL : kadar lemak (%) KSK : kadar serat kasar (%)


(3)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. pemanfaatan daun nenas memiliki potensi untuk dijadikan sumber pakan bagi ternak ruminansia karena dilihat dari segi nutrisi daun nenas memiliki kadar serat kasar sebesar 29,12% dan protein kasar sebesar 8,41%;

2. produksi bahan kering daun nenas di PT. Great Giant Pineapple adalah 105.926.400 kg/th pada lahan seluas 32.000 ha memiliki kapasitas

tampung untuk ternak sapi 53.152 UT/th (40% asumsi pakan) dan dengan 42.553 UT/th (50% asumsi pakan).


(4)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anja W. S. 2012. Enzim Bromelin pada Buah Nanas.

Http://anjawulansari.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 April 2013. Anonim. 2003. Buku Pegangan Fisiologi dan Reproduksi Ternak Satu dan Dua.

Jakarta

Anonim. 2009. Standar Mutu Pakan Ternak. Badan Standarisasi Indonesia. Jakarta

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 1999. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.

www.iptek.net.id. Diakses pada Kamis, 13/09/13 pukul 21:34 Blakely, J. and D. H. Bade. 1985. The Science of Animal Husbandry, 4th Ed.

Prentice Hall, Inc. A. Division of Simon and Schuster, Englewood Cliffs, New Jersey

Dadam, A. S. 2006. Integrasi Usaha Peternakan Sapi pada Perkebunan Tebu. Http://www.disnakkeswan-lampung.go.id. Diakses pada 10 Desember 2013

Devendra, C. 1977. Cassava as a Feed Source for Ruminant. In: Cassava as Animal Feed. (Eds. Nestel, B and Graham, M.) Procceding of Workshop. University of Guelph. Ottawa

Devendra, C. 1980. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Interaksi Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Malaysia Society of Animal Production. Serdang Selangor

Ensminger, 1961. Nilai Konversi AU pada Ternak Ruminansia. http://stpp-Malang.ac.id//nilai koversi AU pada Berbagai Jenis dan Umur Fisiologi Ternak. Diakses pada 24 Juni 2013


(5)

Estiti, B.H. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Fath, V. 2009. Nenas (Pineapple (Ingg.), Ananas cosmosus (L.).Merr.(Latin)). http://agrohort.blogspot.com. Diakses pada Jumat, 22/02/13 pukul 11:37 Fathul, F. 1999. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan dalam Bahan

Makanan Ternak. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Fathul, F., N. Purwaningsih, S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Lampung. Bandar lampung

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta

Hartadi, H., L. C. Kearl, S. Reksohadiprodjo, L. E. Harris, S. Lebdosukoyo dan A. Fillmain. 1980. Tabel—Tabel dari Komposisi bahan Makanan. Data Ilmu Makanan Ternak untuk Indonesia. The International Feedstuff Institute Utah Agricultural Experiment Station, Utah State University Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Http://ptp.2007.Wordpress.com. Diakses pada Rabu,08/07/15 pukul 09:43

Hungate, R. E. 1966. The Rumen and It’s Mikrobes. Academic Press. New York

Kementrian Perindustrian. 2004. Pemanfaatan Serat Nanas (Ananas comosus). http://www.bbt.kemenperin.go.id. Diakses pada Kamis, 13/09/13 pukul 22:21

Lubis DA. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta McIllroy, R.J. 1997. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradia

Paramita. Jakarta

NRC. 1988. Nutrient Requirements of Beef Cattle, 6th Ed. National Acad Press. Washington DC

Onggo H dan Jovita T. 2003. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksid Terhadap Rendemen dan Warna Pulp Dari Serat Nanas. LIPI. Bandung

Orskov, E. R. 1986. Starch Digestion and Utilization in Ruminants. J. Anim. Sci. Vol 5


(6)

52 Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas

Indonesia. Jakarta

Sahwan, F. M. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. Institut

Teknologi Bandung. Bandung

Santoso, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Potong. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta Bandung

Suparjo. 2008. Saponin, Peran Dan Pengaruhnya Bagi Ternak dan Manusia. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi

http://jajo66.files.wordpress.com /2008/06/saponin.pdf. Diakses 17 Agustus 2011

Susetyo, B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakutas Peternakan IPB. Bogor

Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian : Jakarta

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press. Yogyakarta

Tillman, A. D. S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosekejo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.