Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan suatu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua maupun pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan anak. Lebih-lebih bila pada suatu saat dihadapkan pada masalah yang menimpa diri anak. 34 Orang tua memeggang peranan yang sangat penting terhadap perkembangan emosional anak, dimana lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak dalam mempelajari emosi. Pengalaman masa kanak-kanak dapat memberikan pengaruh bagi perkembangan otak. Oleh karenanya jika anak-anak mendapatkan pelatihan emosi yang tepat, maka kecerdasan emosinya akan meningkat, begitupun sebaliknya. Beberapa prinsip dalam mendidik dan melatih emosi anak, yaitu dengan menyadari dan mengakui emosi anak sebagai peluang kedekatan dalam mengajar, mendengar dengan penuh empati dan meneguhkan emosi anak, menentukan batas-batas emosi dan membantu anak dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. 35 34 Singgih D Sunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia, 2004, h. 3. 35 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, h. 41. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id c. Faktor belajar Faktor ini merupakan faktor yang lebih udah dikendalikan. Dengan pengendalian pra belajar lingkungan, seseorang akan mudah membina pola emosi yang positif dan menghilangkan pola emosi yang negatif sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat. Ada lima kegiatan belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi, yaitu: 1 Belajar coba dan ralat, hal ini melibatkan aspek reaksi. Anak akan belajar mencoba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk tingkah laku ketika pemuasan didapatkannya dan menolak perilaku ketika sedikit atau tidak ada pemuasan yang didapatkannya. 2 Belajar dengan cara meniru, dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, biasanya anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. 3 Belajar dengan cara mengidentifikasi, yaitu menirukan reaksi emosional orang lain. Metode ini dilakukan karena kekaguman kepada orang lain dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya serta motivasi untuk menirukan orang yang dikagumi. 4 Belajar melalui pengkondisian, berani belajar dengan cara asosiasi. Dalam metode ini obyek dan situasi pada mulanya gagal memancing reaksi emosional lalu kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 5 Pelatihan, belajar dibawah bimbingan pengawasan. Kepada anak diajarkan cara bereaksi bagaimana menerima atau menolak jika sesuatu emosi terangsang. d. Faktor dukungan sosial Dukungan sosial dapat berupa perhatian, penghargaan, pujian, nasehat, yang ada pada dasarnya memberikan kekuatan psikologis pada seseorang sehingga ia merasa kuat dan membuatnya menghadapi situasi yang sulit. Dukungan sosial dapat berupa suatu hubungan interpersonal yang didalamnya terdapat satu atau lebih bantuan dalam bentuk fisik, informasi, dan pujian. Dukungan sosial dianggap mampu mengembangkan aspek-aspek kecerdasan emosional sehingga memunculkan perasaan berharga dalam mengembangkan kepribadian dan kontak sosial. e. Faktor lingkungan sekolah Guru memegang peranan penting dalam pengembangan potensi anak didik melalui teknik, gaya kepemimpinan, dan metode mengajarnya sehingga kecerdasan emosi anak EQ dapat berkembang secara maksimal. Sistem pendidikan hendaknya tidak mengabaikan perkembangan fungsi otak kanan terutama perkembangan emosi dan kondisi seseorang. Pemberdayaan pendidikan di sekolah hendaknya mampu memelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan