INCREASING OF WRITING ABILITY THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL OF CLASS IX A SMP N 4 METRO ACADEMIC YEAR 2013/2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN

(1)

ABSTRACT

INCREASING OF WRITING ABILITY THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL OF CLASS IX A SMP N 4 METRO ACADEMIC

YEAR 2013/2014 BY

NETI HERAWATI

The lack of students writing ability in class IX truly and well,is a problem in Indonesia Language learning.To overcome this problem,it needs an exact way to increase the ability of writing,such as through Problem Based Learning Model in the learning process. The purpose of this research is to improve the planning, implementation process of learning to write, and tobdescribe the improvement of students’ writing skills through Problem Based Learning model on the students of class IX.

The Method that is used in this research is qualitative descriptive through

Classroom Action Research (CAR) by Problem Based Learning Model. The procedures of this reseacrh is conducted in three cycles . The research object

is the students of Class IX A SMP N 4 Metro In the Academic Year 2013/2014 which consist of 24 students

The result of this research shows an increasing of the students and the teacher activities in each cycle. The passing grade of writing through Problem Based Learning model in the first cycle is 66,67%, the second cycle is 72,73%, and the third cycle is 90.48%.The teacher activities in the learning process of the first cycle give score of 88,89 ,Analysis of Assessment of the Teacher Performances in the second cycle is 91,67 and in the third cycle is 95,83. The average score of students writing ability in the first cycle is 77,45;the second cycle is 81,44 and the third cycle is 88,25. The conclusion of this research is Problem Based Learning Model can improve the ability of the students writing.


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA

SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

Neti Herawati

Rendahnya keterampilan menulis yang baik dan benar siswa kelas IX menjadi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan cara yang tepat dalam meningkatkan kemampuan menulis, misalnya melalui model pembelajaran Problem Based Learning untuk digunakan dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran menulis, dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Prosedur dalam penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Objek penelitian adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 24 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dan guru pada setiap siklus. Ketuntasan nilai menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siklus satu 66,67%, siklus dua 72,73%, dan siklus tiga 90,48%. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus satu skor, yaitu 88,89, APKG siklus dua skor 91,67 dan APKG siklus tiga skor 95,83. Nilai rata-rata kemampuan menulis siswa pada siklus satu mendapat skor 77,43 , siklus dua mendapat skor 81,44 dan siklus tiga mendapat skor 88,25. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA

SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

NETI HERAWATI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 02 Januari 1971, anak pertama dari empat bersaudara, buah cinta dari Tati Sugiarti dari Sukarjo. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari TK Xaverius Metro, tamat dan berijazah tahun 1977, SD Xaverius Metro, tamat dan berijazah tahun 1983, SMP Yos Sudarso, tamat dan berijazah tahun 1986, SPG Ma’arif Metro, tamat dan berijazah tahun 1989, STKIP PGRI Metro, tamat dan berijazah tahun 1993, pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung.

Riwayat pekerjaan, pada tahun 1997 penulis diangkat menjadi PNS dan ditugaskan di SMP Negeri 2 Batanghari sampai tahun 2000 dan pada tahun 2000 hingga sekarang penulis ditugaskan di SMP Negeri 4 Metro.


(8)

MOTO

“Empat hal apabila dianugerahkan kepada seseorang berarti dia mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat, yaitu hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, tubuh yang sabar menerima musibah (cobaan), dan istri yang menjaga diri dan harta suami”. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)

“Pembelajaran tidak dicapai secara kebetulan, itu harus dicari dengan semangat dan ketekunan”. (Abigail Adams)

“Keramahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahan dalam memberi menciptakan kasih”. (Lao Tse)


(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua orang tuaku yang telah membesarkanku, mendidik dan selalu berdoa demi keberhasilanku.

2. Suami tercinta yang selalu berdoa dan memberi semangat serta motivasi demi keberhasilanku.

3. Kedua anakku tersayang Reza Kurniawan dan Muhammad Rafi Kurniawan yang selalu memberi semangat demi keberhasilanku.

4. Almamaterku tercinta Universitas Lampung yang telah memberikan bekal pengetahuan kepadaku.


(10)

ix

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas IXA SMP Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagi wujud rasa hormat dan penghargaan, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Sugeng Hariyanto,M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Lampung;

3. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung;

4. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung;

5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Lampung yang dengan bijaksana dan sabar memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi;


(11)

x

6. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku Pembimbing 1 yang dengan penuh kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi untuk tetap berjuang dalam proses penyelesaian tesis;.

7. Dr. Munaris, M.Pd. selaku Pembimbing II yang dengan bijaksana telah memberikan saran-saran, bimbingan, dan motivasi dari mulai pembuatan laporan tesis sampai dengan penyelesaian tesis;

8. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberikan saran-saran, mengarahkan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis;

9. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Sekretaris Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung yang senantiasa memotivasi kami dalam menyelesaikan tesis;

10.Bapak dan Ibu dosen Program Magister pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan, arahan, dan motivasi selama perkuliahan;

11.seluruh staf administrasi dan karyawan tata usaha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik;

12.ST. Riyanto Suwarno, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 4 Metro yang telah memberikan kesempatan dan semangat selama mengajar dan menempuh pendidikan di Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

13.Drs. Pairin dan Dewi Paulina Sari, S.Pd., selaku kolaborator yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian;


(12)

xi

14.teman-teman guru, staf tata usaha, siswa-siswi SMP Negeri 4 Metro, atas kerja sama dan motivasi yang penulis dapatkan selama melaksanakan PTK untuk menyelesaikan perkuliahan dan tesis;

15.Bapak Sukarjo dan Ibu Tati Sugiarti yang telah mendidik dengan penuh cinta dan mengantarkan penulis untuk tetap terus semangat dalam menuntut ilmu;

16.suami tercinta, Amin Hamidi, M.Pd. dan permata-permata hatiku (Reza Kurniawan dan M. Rafi Kurniawan) atas segala bantuan, doa dan semangatnya selama perkuliahan dan penyelesaian tesis;

17.rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2012 Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atas kerja sama, saran, kritik, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan tesis.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, saudara, teman-teman, anak-anak, serta orang-orang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu namanya. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Bandarlampung, Juni 2014 Penulis

Neti Herawati NPM 1223041015


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ... RIWAYAT HIDUP ... MOTO ... PERSEMBAHAN ... SANWACANA ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ... 1.2Perumusan Masalah ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.4Manfaat Penelitian ... 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 1.4.2 Manfaat Praktis ... II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembelajaran ... 2.2 Pembelajaran Keterampilan Menulis ... 2.2.1 Tujuan Menulis ... 2.2.2 Manfaat Menulis ... 2.2.3 Langkah-Langkah Menulis ... 2.2.4 Menulis Teks Pidato ... 2.2.5 Menulis Naskah Drama ... 2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) ... 2.3.1 Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 2.3.2 Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

(Probelm Based Learning) ... 2.3.4 Langkah-Langkah Operasional Problem Based

Learning ...

Halaman I ii iii iv v vi vii viii ix xiii xvi xviii xix xx 1 8 9 9 9 10 11 12 13 15 16 17 21 24 24 26 27 27


(14)

2.4 Hipotesis Tindakan ... 2.5 Penelitian yang Relevan ... III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ... 3.2 Latar (Seting) Penelitian ... 3.2.1 Tempat Penelitian ... 3.2.2 Waktu Penelitian ... 3.2.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 3.3 Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 3.3.1 Lama Tindakan ... 3.3 2 Indikator Keberhasilan ... 3.4 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ... 3.4.1 Tahap Perencanaan (Planning) ... 3.4.2 Tahap Tindakan (Acting) ... 3.4.3 Tahap Observasi (Observing) ... 3.4.4 Tahap Refleksi (Reflekting) ... 3.5 Kisi-Kisi Instrumen ... 3.5.1 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa ... 3.5.2 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru ... 3.6 Instrumen Penilaian ... 3.7 Teknik Analisis Data ... 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 3.8.1 Teknik Tes ... 3.8.2 Teknik Non Tes ... 3.8.2.1 Observasi Kelas ... 3.8.2.2 Wawancara ... 3.8.2.3 Dokumentasi ... 3.9 Tindak Lanjut ... IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Siklus I ... 4.1.1 Perencanaan Siklus I ... 4.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 4.1.3 Observasi pada Siklus I ... 4.1.4 Refleksi Tindakan Siklus I ... 4.2 Hasil dan Pembahasan Siklus II ... 4.2.1 Perencanaan Siklus II ... 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 4.2.3 Observasi pada Siklus II ... 4.2.4 Refleksi Tindakan Siklus II ... 4.3 Hasil dan Pembahasan Siklus III ... 4.3.1 Perencanaan Siklus III ... 4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus III ...

29 29 31 33 33 34 34 34 34 35 38 39 40 44 48 49 49 50 51 51 51 52 53 53 54 54 56 57 59 63 70 79 84 85 86 88 92 95 95 96


(15)

4.3.3 Observasi pada Siklus III ...

4.3.4 Refleksi Tindakan Siklus III ...

4.4 Perbandingan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

98 101 105

122 123 125


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Instrumen Penilaian Produk atau Hasil Membuat Teks Tertulis Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning

... 2. Lembar Penilaian Tindakan Peningkatan Keterampilan Menulis

Melalui model Pembelajaran Problem Based Learning

... 3. Lembar Pengamatan Aktivitas Penilaian Kinerja Guru dalam

Proses Pembelajaran Menulis Melalui Model Problem Based Learning... 4. Kisi-Kisi Aktivitas Siswa ... 5. Persiapan Pembelajaran ... 6. Pelaksanaan Pembelajaran ... 7. Hasil Pengamatan Sikap Siswa Kelas IXA dalam Proses

Pembelajaran Menulis Teks Pidato ... 8. Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat ... 9. Hasil Belajar Keterampilan Menulis Secara Klasikal pada

Prasiklus dan Siklus I ... 10.Hasil Belajar Menulis Teks Pidato Siklus I ... 11.Hasil Penilaian Belajar Menulis Teks Pidato Siswa Kelas

IXA pada Siklus I ... 12.Hasil Belajar Siswa Menulis Teks Pidato Siklus I ... 13.Kelebihan, Kelemahan dan Solusi Siklus I ... 14.Hasil Belajar Siswa Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen

yang Sudah Dibaca Siklus II ... ... 15. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Menulis Naskah

Drama Berdasarkan Cerpen yang Sudah Dibaca Siklus II ……. 16.Kelebihan, Kelemahan, dan Solusi pada Siklus II ... 17.Hasil Penilaian Kelompok Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Peristiwa Nyata pada Siklus III ... 18.Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Menulis Naskah Drama

Berdasarkan Peristiwa Nyata ... 19.Kelebihan dan Kelemahan Siklus III ... 20.Perbandingan Siklus 1, Siklus II, dan Siklus III ... 21. Hasil Peningkatan Keterampilan Menulis Siklus I,

Siklus II, dan Siklus III ... 22. Hasil Evaluasi Pembelajaran Menulis Sebelum dan

Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran PBL ... 23.Pengamatan APKG dalam Proses Pembelajaran Menulis ... 24.Hasil Penilaian Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang Sudah Dibaca ...

Halaman 37 45 47 49 50 50 71 72 76 76 77 78 83 91 92 94 99 101 103 108 110 111 116 118


(17)

25.Hasil Penilaian Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Naskah Drama Berdasarkan Peristiwa Nyata ...


(18)

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan

Refleksi ... ... 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 3. Langkah-langkah Operasional Model Pembelajaran PBL ... 4. Kegiatan Awal Pembelajaran Menulis Teks Pidato ... 5. Kegiatan Diskusi Kelompok Pembelajaran Menulis

Teks Pidato ...

Halaman 33 49 61 65 67


(20)

LAMPIRAN

1. RPP Menulis Teks Pidato (Siklus I) ... 2. RPP Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang Sudah Dibaca (Siklus II) ... 3. RPP Menulis Naskah Drama Berdasarkan Peristiwa Nyata (Siklus III) ... 4. Soal Menulis Siklus I ... 5. Soal Menulis Siklus II ... 6. Soal Menulis Siklus III ... 7. Jadwal Kegiatan Penelitian Tesis ... 8. Grafik Nilai Rata-rata Menulis Siklus I ... 9. Grafik Ketercapaian Nilai Menulis Siklus I dan Siklus II ... 10. Grafik Skor Rata-Rata Menulis Siklus I dan Siklus II ... 11. Grafik Persentase Hasil Belajar Keterampilan Menulis ... 12. Grafik Nilai Rata-Rata Menulis Siklus I, II, dan III ... 13. Grafik Ketuntasan, Nilai Rata-Rata Menulis, dan Nilai Tertinggi SiklusI, Siklus II, dan Siklus III ... 14. Lembar APKG Siklus Kesatu ... 15. Lembar APKG Siklus Kedua ... 16. Lembar APKG Siklus Ketiga ... 17. Aktivitas Siswa Siklus I ... 18. Aktivitas Siswa Siklus II ... 19. Aktivitas Siswa Siklus III ... 20. Hasil Penilaian Belajar Menulis Siklus I ... 21. Hasil Penilaian Belajar Menulis Siklus II ... 22. Hasil Penilaian Belajar Menulis Siklus III ...

23. Hasil Belajar Menulis Siswa ... 24. Foto Proses Penelitian ...

25. Surat Izin Penelitian ... 26. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...

127 135 140 145 146 152 154 155 156 157 158 159 160 161 163 165 167 168 169 170 171 172 173 178 189 190


(21)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa itulah manusia dapat saling berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi dapat dilakukan dengan cara lisan dan tulisan. Dalam berinteraksi seseorang dapat mengungkapkan ide atau gagasan kepada lawan bicaranya. Pada dasarnya, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki setiap siswa sebagai hasil belajar. Keempat jenis keterampilan tersebut yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008: 1).

Sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tidak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar. Masih banyak siswa SMP yang kurang menyukai atau kesulitan dalam pelajaran bahasa Indonesia


(22)

2

khususnya keterampilan menulis. Proses pembelajaran keterampilan menulis yang belum efektif juga menimbulkan kesulitan siswa di dalam menulis.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya adalah meningkatkan kecerdasan, mengembangkan kreativitas, menumbuhkan keberanian, dan mendorong kemampuan mengumpulkan informasi. Manusia sebagai mahluk pencerita senantiasa ingin menyampaikan segala sesuatu yang ada dalam benak atau perasaannya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan atau tulis sebagai alat atau medianya. Dalam proses menyampaikan pikiran, angan-angan, dan perasaan dalam kegiatan merangkai, menyusun, membentuk kelompok kata atau kalimat dan membentuk wacana/karangan banyak siswa yang kesulitan untuk menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam benaknya sehingga menciptakan keraguan atas keterbacaan dan kelayakan dari tulisan tersebut.

Hambatan yang dialami siswa dalam proses menulis adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa antara lain disebabkan oleh tulisannya tidak sesuai tema, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan kata (diksi) kurang tepat serta kurang variasi dalam menyusun kalimat dan kesalahan dalam menggunakan tanda baca yang mengakibatkan kesalahbacaan dan ini menciptakan keraguan atas keterbacaan dan kelayakan dari tulisan tersebut. Kurangnya keterampilan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi.


(23)

3

Dewasa ini, keterampilan menulis seringkali digunakan tanpa memperhatikan pokok pembicaraan, struktur kalimat, pilihan kata (diksi) yang pada dasarnya harus dipahami sehingga pembelajaran menulis yang dimaksudkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pengajaran maupun sebagai alat komunikasi, ditemukan berbagai permasalahan. Penguasaan bahasa Indonesia baik lisan maupun tertulis dapat menimbulkan keberagaman bahkan kesalahpahaman makna dalam berbahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pengajaran maupun sebagai alat komunikasi tidak mudah dicapai karena dalam proses pembelajarannya pastilah dijumpai banyak permasalahan. Apabila kesulitan di dalam keterampilan menulis tidak di identifikasi, akan mengakibatkan kendala berkelanjutan dalam proses berbahasa.

Berdasarkan nilai menulis semester ganjil siswa kelas IX A – IX F SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran menulis dan menyunting karangan masih rendah, yaitu 60,58% . Hasil ini tidak sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan MGMP bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Metro. KKM untuk aspek menulis, yaitu 75 dan Indikator keberhasilan keterampilan menulis 75%, hal ini menunjukan kemampuan siswa kelas IX dalam aspek menulis masih rendah.

Hasil tes menulis siswa kelas IX A - IX F semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 lebih dari 35% siswa belum mampu menulis dengan baik. Dari 137 siswa, hanya 83 siswa yang memiliki nilai dengan tingkat kemampuan baik dengan persentase 60,58%, dan 54 siswa memiliki nilai dengan tingkat kemampuan cukup dengan persentase 39,42%.


(24)

4

Dari hasil nilai menulis tes semester ganjil siswa kelas IX A – IX F Tahun Pelajaran 2013/2014, hasil rata-rata kelas nilai menulis belum masuk kategori tuntas (ketuntasan belajar minimun nilai menulis bahasa Indonesia adalah 75,00). Nilai rata-rata menulis siswa semester ganjil kelas IXA - IXF, yaitu 71,78. Nilai rata-rata siswa kelas IX yang telah tuntas KKM menulis hanya mencapai 60,58% dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 61.

Kemampuan menulis siswa masih rendah karena siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan benar terutama dalam keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus dikuasai siswa dalam kehidupannya di sekolah. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.

Mengapa menulis itu penting? Karena bahasa yang disampaikan bisa ditata dengan baik dan benar, susunan kalimatnya teratur, kata-katanya tepat, dan kontinuitasnya terjaga. Selain itu menulis dapat dipergunakan untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, memengaruhi, dan mengekspresikan perasaan. Maksud dan tujuan menulis seperti itu hanya bisa dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan baik dan jelas. Kejelasan tergantung pada isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi, tata bahasa, gaya: pilihan struktur dan kosakata, serta ejaan. Penulis juga harus benar-benar teliti dalm berekspresi dalam tulisannya, hingga penulis yakin bahwa tulisannya bisa dibaca, dicerna, dan dipahami oleh pembaca.


(25)

5

Berkaitan dengan pernyataan di atas, yakni siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Indonesia terutama dalam keterampilan menulis, pada kesempatan ini penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang keterampilan menulis pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini didasarkan beberapa asumsi, pertama, keterampilan berbahasa merupakan modal utama bagi keterampilan menulis. Kedua, menulis bersifat produktif dan bertujuan untuk lebih mudah meningkatkan pemahaman pembaca terhadap isi tulisan. Ketiga, penulis dituntut untuk memilih kata yang sesuai sehingga terjalin kemunikasi antara penulis dan pembaca dalam menyampaikan makna. Keempat, kemampuan menggunakan ejaan merupakan salah satu hal yang penting dalam keterampilan menulis. Kelima, kemampuan menulis siswa SMP merupakan landasan untuk keterampilan berbahasa ke jenjang atau tingkatan selanjutnya.

Selain itu, rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, proses pendidikan menjadi rutin, kurang menarik, dan kurang mampu memupuk kreativitas siswa untuk belajar secara efektif. Untuk mengatasi masalah tersebut guru sebagai pelaksana pendidikan untuk terus berupaya dalam meningkatkan pembelajaran kepada siswanya karena guru sebagai pelaku reformasi di dalam kelas harus terus mensiasati membangun kultur belajar siswa.

Di sisi lain, guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Metro sebagai subjek pembelajaran belum menggunakan perencanaan pembelajaran dengan model


(26)

6

pembelajaran yang tepat dalam keterampilan menulis, sehingga prestasi yang rendah dan motivasi belajar yang kurang bisa jadi merupakan akibat dari proses pembelajaran yang buruk, seperti masih digunakannya paradigma lama yaitu Teacher-Centered Learning yaitu guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Model pembelajaran yang dapat membantu pemecahan masalah belum diterapkan di SMP Negeri 4 Metro.

Siswa enggan dalam menulis, hal ini disebabkan penguasaan kosa kata yang sangat sedikit sehingga sulit mengeluarkan ide-ide dan pemahaman terhadap Ejaaan Yang Disempurnakan sangat kurang. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran keterampilan menulis sehingga pembelajaran terasa monoton dari waktu ke waktu. Siswa kurang termotivasi untuk belajar, kurang tertarik, dan merasa bosan untuk belajar bahasa Indonesia. Guru dapat memotivasi siswa untuk tahu bagaimana cara belajar dengan menerapkan pembelajaran yang baik, mengubah paradigma lama menjadi student-centered learning dapat dimanifestasikan melalui model pembelajaran.

Fakta yang ada di SMP Negeri 4 Metro seperti yang diamati oleh peneliti ditemukan bahwa pemanfaatan model pembelajaran di sekolah masih belum sesuai dengan harapan. Walaupun guru bahasa Indonesia mengetahui konsep belajar yang menuntut penggunaan teknik pembelajaran, tetapi proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Adakalanya guru bahasa Indonesia sudah menggunakan model pembelajaran tetapi masih kurang terarah. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang baik dalam keterampilan menulis. Fenomena ini tentunya memerlukan solusi yang inovatif.


(27)

7

Model pembelajaran Problem Based Learning memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu: model Problem Based Learning akan terjadi pembelajaran bermakna, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi siswa untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kelebihan tersebut mendorong siswa aktif, mandiri, kreatif dan berpikir kritis serta mengembangkan inisiatifnya dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran ini memotivasi siswa untuk bisa menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan siswa dapat meningkatan kemampuan mengapresiasi dalam penguasaan diksi dan penguasaan kalimat efektif serta menuangkan ide-ide dalam menulis.

Mengingat pentingnya penguasaan kompetensi menulis bagi siswa, sementara terjadi kesenjangan antara penguasaan diksi dan penguasaan kalimat efektif yang rendah serta belum tepatnya model pembelajaran menulis, maka atas dasar itulah penulis termotivasi untuk meneliti permasalahan yang terjadi berkenaan dengan permasalahan pembelajaran menulis di kelas IX SMP Negeri 4 Metro. Menurut penulis apabila permasalahan pembelajaran menulis, tidak terselesaikan dengan sebaik-baiknya tentu akan menjadi bumerang pembelajaran kompetensi ini, terlebih-lebih akan berpengaruh terhadap kehidupan siswa dalam dunia


(28)

8

pendidikan, dunia usaha, organisasi ataupun pembangunan lingkungan sosial mereka dikemudian hari.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan meneliti kompetensi kemampuan menulis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Metro, dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas IX A SMP Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. “Bagaimanakah perencanaan keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro?”

2. “Bagaimanakah pelaksanaan keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro?”

3. “Bagaimanakah peningkatan hasil keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro?”


(29)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

1. Memperbaiki perencanaan keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro.

2. Memperbaiki pelaksanaan keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro.

3. Meningkatkan hasil keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penetian ini, yaitu:

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan teori tentang keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

b. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat dipakai sebagai alternatif dan inovasi pada dunia pendidikan dalam mengembangkan keterampilan menulis.


(30)

10

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis meliputi tiga komponen, sebagai berikut. a. Manfaat bagi Peserta Didik

1. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Memotivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok sehingga siswa saling menghargai dan menumbuhkan kerja sama yang baik.

3. Meningkatkan keterampilan, wawasan berpikir, dan pengalaman siswa dalam menulis melalui model pembelajarn Problem Based Learning. b. Manfaat bagi Guru

1. Memotivasi untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja guru sehingga guru mempu melaksanakan, menilai, mereflesikan diri, dan memperbaiki proses pembelajaran menulis sesuai kebutuhan dan perkembangan usia siswa.

2. Meningkatkan kreativitas dan kualitas dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Penerapan model Problem Based Learning dapat dipakai pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis.

c. Manfaat bagi Sekolah

Meningkatkan prestasi sekolah atas kemampuan siswa dalam menulis di sekolah dan di luar sekolah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.


(31)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembelajaran

Berbagai definisi istilah pembelajaran banyak dikemukakan para ahli berdasarkan sudut pandang masing-masing. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/instruktur dan/atau sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu (Uno, 2010: 54). Selanjutnya, pembelajaran adalah suatu proses di mana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Sagala, 2012: 61). Sagala (2012: 61) mengatakan pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Menurut Prastowo (2013: 65), pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk membuat siswa belajar dengan melibatkan beberapa unsur, baik ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat dalam diri siswa dan guru, termasuk lingkungan, guna tercapainya tujuan belajar-mengajar yang telah ditentukan.

Berdasarkan pendapat para pakar berkaitan tentang pembelajaran maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pengajar dan sumber belajar secara sengaja untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.


(32)

12

2.2 Pembelajaran Keterampilan Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu (Tarigan, 2008: 22). Dalman (2012: 3) mengatakan menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Morsey dalam Tarigan (2008: 4) “menulis dipergunakan, melaporkan/ memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.”

Dari beberapa teori tentang menulis penulis mengacu pada pendapat Morsey bahwa menulis dipergunakan, melaporkan/ memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat (Morsey dalam Tarigan, 2008: 4). Penulis mengacu pada pendapat tersebut karena menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pikiran atau informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis dengan jelas untuk melaporkan, memberitahukan dan memengaruhi.


(33)

13

Untuk dapat menulis dengan baik ada beberapa faktor yang memengaruhi, sebagaimana dikemukakan oleh D’Angelo dalam Tarigan (2008: 23) bahwa penulis yang ulung adalah penulis yang memanfaatkan situasi yang tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah:

1) maksud dan tujuan sang penulis; 2) pembaca atau pemirsa;

3) waktu dan kesempatan.

Sesorang dapat dikatakan mampu menulis dengan baik apabila ia dapat mengungkapkan maksud dengan jelas sehingga seorang lain dapat memahami apa yang diungkapkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morsey dalam Tarigan (2008: 20) bahwa.

Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meya- kinkan, melaporkan, serta memengaruhi orang lain dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (para penulis) yang dapat menyususun pikirannya serta mengutarakannya dengaan jelas dan mudah dipahami; kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang cerah.

2.2.1 Tujuan Menulis

Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan Penugasan

Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.


(34)

14

b. Tujuan Estetis

Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Untuk itu, penulis memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa.

c. Tujuan Penerangan

Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. Dalam hal ini, penulis harus mampu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan pembaca.

d. Tujuan Pernyataan Diri

Tujuan penulis membuat tulisan ini adalah untuk menegaskan tentang apa yang telah diperbuat. Misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan. e. Tujuan Kreatif

Tujuan penulis membuat tulisan kreatif adalah mengembangkan tulisan dengan menggunakan daya imajinasi secara maksimal.

f. Tujuan Konsumtif

Tujuan penulis membuat tulisan konsumtif adalah lebih mementingkan kepuasaan pada diri pembaca dan lebih berorientasi pada bisnis. Contoh bentuk tulisan ini adalah novel-novel populer (Dalman, 2012: 13).

Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 25) tujuh jenis tujuan menulis: a) assignment purpose (tujuan penugasan),

b) altruistic purpose (tujuan alttruistik), c) persuasive purpose (tujuan persuasif),


(35)

15

e) self-exspressive purpose (tujuan pernyataan diri), f) creative purpose (tujuan kreatif),

g) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) .

Yang dimaksud dengan maksud atau tujuan penulis (the writer”s intention) adalah ”responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca” (Tarigan, 2008: 24). Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa:

a) untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse).

c) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan (literary discourse).

d) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

2.2.2 Manfaat Menulis

Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya adalah:

1. peningkatan kecerdasan,

2. pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, 3. penumbuhan keberanian, dan

4. pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. (Dalman, 2012: 6)


(36)

16

Dengan menulis memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan.

2.2.3 Langkah-Langkah Menulis

Pada dasarnya, setiap jenis karangan memiliki langkah-langkah yang tidak jauh berbeda dan bahkan sama. Jadi yang berbeda adalah penyampaian isi dan tujuannya (Dalman, 2012: 134). Adapun langkah-langkah dalam menulis karangan adalah

1. menentukan topik (tema); 2. menentukan tujuan;

3. mendapatkan data yang sesuai dengan topik; 4. membuat kerangka karangan;

mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Langkah-langkah menulis menurut Irene Clark dalam Zainurrahman (2011: 11) sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planing) a. Membuat kerangka ide b. Mempertimbangkan pembaca c. Mempertimbangkan konteks 2. Penulisan (Writing)

a. Fokus b. Konsistensi


(37)

17

d. Pembacaan model

e. Pertahankan diri sebagai penulis f. Kejelasan

g. Tone atau nada

h. Pengembangan paragraf 3. Revisi (Revising)

a. Mengambil jarak terhadap tulisan b. Membuat daftar revisi

Langkah-langkah di atas merupakan sebuah proses dalam menulis. Sesungguhnya menulis itu untuk dibaca, sehingga pandangan pembaca sangatlah penting dalam proses menulis demi keterbacaan tulisan tersebut.

Standar kompetensi keterampilan menulis kelas IX sekolah menengah pertama semester genap adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca dan menulis naskah drama. Kompetensi dasar keterampilan menulis kelas IX semester genap yang penulis laksanakan dalam penelitian adalah menulis teks pidato dan menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca dan menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.

2.2.4 Menulis Teks Pidato

Sebelum menulis teks pidato, sebaiknya dipahami terlebih dahulu konsep tentang menulis teks pidato. Menurut (Halliday dalam Ibrahim, 2009: 48) teks adalah segala sesuatu yang bermakna dalam suatu situasi tertentu: “Yang dimaksudkan dengan teks, kami memahaminya sebagai sebuah proses pilihan semantik yang


(38)

18

terus-menerus”. Teks adalah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatiknya merupakan suatu kesatuan (Zulfahnur, dkk., 1996: 6). Teks sebagai naskah yang berupa (1) kata-kata asli dari pengarang, (2) kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, (3) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, pidato , dan sebagainya (Depdiknas, 2003: 59). Dengan demikian teks adalah naskah atau uraian tertulis yang berupa kata-kata asli dari pengarang yang bermakna dalam suatu situasi tertentu.

Pidato merupakan ucapan yang tersusun dengan baik dan ditujukan kepada orang banyak (Hakim, 2010: 8). Pidato merupakan kegiatan seseorang yang dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai alatnya (Alfandi, 2004: v). Bahar (2010: 9) mendefinisikan pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum untuk penyampaian pikiran atau informasi, serta tujuan pembicara kepada orang lain secara lisan. Pidato adalah (1) pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang lain, (2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak (Depdiknas, 2003: 871).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat mengemukakan pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum yang dilakukan seseorang di hadapan orang banyak untuk menyampaikan gagasan, pikiran/informasi dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai alatnya. Berdasarkan pengertian teks dan pidato yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan teks pidato adalah naskah atau uraian tertulis yang bermakna yang dijadikan dasar bagi seseorang untuk menyampaikan pikiran serta gagasan kepada khalayak


(39)

19

ramai. Jadi, menulis teks pidato adalah menulis atau membuat naskah atau uraian tertulis yang bermakna yang dijadikan dasar bagi seseorang untuk menyampaikan pikiran serta gagasan kepada khalayak ramai.

Sistematika Teks Pidato

Sistematika dalam penulisan teks pidato dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Pendahuluan

Bagian pendahuluan diawali dengan pembukaan dengan salam pembuka singkat dan sederhana yang berfungsi umtuk mengantar ke arah pokok permasalahan yang ingin dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental audience (Bahar, 2010: 22). Pendahuluan dibagi menjadi dua yaitu salam pembuka dan menyampaikan pendahuluan.

1. Mengucap salam pembuka, ucapan syukur kepada Tuhan YME dan menyapa hadirin disesuaikan dengan waktu dan situasi pendengar.

2. Menyampaikan pendahuluan biasanya dalam bentuk ucapan terima kasih dan rasa syukur. Ucapan terima kasih dan rasa syukur bertujuan untuk memberikan ucapan terima kasih kepada hadirin yang bersedia hadir mendengarkan pidato yang hendak disampaikan.

b. Isi

Isi pidato merupakan inti dari pidato yang hendak disampaikan. Rangkaian pesan menyajikan pemuasan akan kebutuhan dan visualisasi. Agar khalayak mengerti, urut-urutan pesan dapat dilakukan dengan cara penguraian yang merajuk pada: 1) Asal-usul kata (etimologis), yakni berdasar asal-usul kata.


(40)

20

3) Penguraian suatu masalah dengan melihat fungsi dan sifatnya. 4) Struktur, yakni pemetaan suatu masalah menurut urutannya.

(Iriantara, 2006: 202)

Jika penjelasan masih sulit dimengerti kita bisa menggunakan contoh, karena contoh akan membantu sebuah penjelasan menjadi mudah dikenali ciri dan sifatnya secara nyata. Di samping itu, agar khalayak dapat mengerti dengan lebih jelas permasalahan yang dibahas dan dapat mengingat kembali pokok pembahasan diperlukan juga kata-kata atau kalimat penegasan.

c. Penutup

Penutup dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: kesimpulan, harapan/ajakan, dan salam penutup.

1. Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato.

Pembicara atau penulis perlu menyampaikan kesimpulan isi pidao tersebut agar pembaca atau pendengar tidak kesulitan menentukan inti dari pidato tersebut.

2. Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato.

Harapan dan ajakan untuk melaksanakan isi pidato perlu disampaikan agar pendengar atau pembaca tergugah hatinya untuk melaksanakan isi pidato tersebut.

3. Menyampaikan salam penutup

Salam penutup merupakan salam untuk mengakhiri pidato. Di dalam menyampaikan salam penutup harus disesuaikan dengan salam pembuka, waktu, dan keadaan.


(41)

21

Menulis teks pidato hakikatnya sama dengan mengarang. Kualitas karangan dapat dilihat berdasarkan unsur-unsur yang membangun sebuah karangan. Oleh karena itu, kualitas teks pidato dapat dilihat berdasarkan unsur-unsur pembangun sebuah karangan. Unsur-unsur tersebut antara lain: isi karangan, aspek kebahasaan, dan teknik penulisan (Akhadiah, 1997: 2).

2.2.5 Menulis Naskah Drama

Drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan (Husnul, 2011: 28).

Sebuah drama memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Merupakan gambaran, pengalaman atau refleksi kehidupan manusia. 2. Menggunakan dialog disertai akting para tokohnya.

3. Ditampilkan/dipentaskan di atas panggung di hadapan para penonton. 4. Dilengkapi dengan properti yang disesuaikan dengan penggambaran situasi jalan cerita.

5. Diiringi aransemen musik untuk lebih menggambarkan situasi. Unsur- unsur intrinsik sebuah drama sebagai berikut.

1. Premis/tema, ide sentral, yaitu rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal atau landasan untuk menarik kesimpulan dalam menentukan arah cerita. 2. Dialog adalah percakapan dalam sandiwara/drama, cerita.

3. Tokoh/karakter adalah perwatakan pelaku tertentu dalam drama. 4. Karakter/tokoh, menurut perannya dapat dibedakan atas empat jenis perwatakan, yaitu: protagonis, antagonis, tritagonis, dan pembantu. 5. Plot/alur cerita adalah rangkaian oeristiwa yang direka dan dijalin dengan


(42)

22

seksama, yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyelesaian.

Sistematika penulisan naskah drama adalah sebagai berikut. 1. Judul dan pengarang diletakkan di bagian paling awal.

2. Tokoh-tokoh drama, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital. 3. Keterangan babak

4. Keterangan suasana panggung awal babak (latar)

5. Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh dan titik dua (:).

6. Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan di dalam kurung. 7. Penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung. Keterangan suasana panggung dituliskan di dalam kurung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting adalah sebagai berikut. 1. Ketepatan ejaan dan tanda baca, yaitu ketepatan dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia ( tanda baca, penulisan huruf/kata) dan penggunaan tanda baca (titik, koma, dan lai-lain)

2. Pilihan kata, berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata yang logis dan sesuai dengan topik

3. Keefektifan kalimat, berkaitan dengan penggunaan kalimat yang efektif 4. Keterpaduan paragraf, yaitu hubungan antara paragraf yang satu dengan lainnya.

Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon yang akan berubah menjadi seni drama bila dimainkan (diperankan). Dalam naskah drama termuat nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung


(43)

23

yang diperlukan. Naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya bukan saja dalam bentuk dialog atau percakapan antarpelaku, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, dan keadaan panggung tiap babak.

Struktur drama adalah alur, penokohan, dialog, latar, tema, amanat, petunjuk teknis. Mengubah cerpen menjadi teks drama menuntut kecermatan. Bahasa yang dipergunakan harus lugas.

Langkah-langkah mengubah cerpen menjadi naskah drama sebagai berikut.

1. Bacalah naskah sebuah cerpen dengan baik sehingga menemukan ide pokoknya!

2. Pahami tema cerpen. Tema merupakan ide pokok yang mendasari penarasian sebuah cerita. Berangkat dari tema dapat diketahui ide pokok sebuah cerita.

3. Tentukan tokoh-tokohnya dan pahami karakternya sebagai tokoh drama! 4. Tentukan tempat dan waktu peristiwa dalam cerpen sebagai latar drama! 5. Tentukan urutan kejadian/peristiwa yang terjadi dalam cerpen sebagai alur

drama!

6. Bagilah cerpen menjadi beberapa bagian penting, lalu ubah menjadi babak.

7. Menyusun dialog berdasarkan konflik yang terjadi antartokoh.

8. Membuat deskripsi-deskripsi untuk menjelaskan latar, akting, dan lighting. Langkah-langkah menyusun naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.

1. Pilihlah satu peristiwa nyata yang menarik! 2. Susunlah urutan peristiwa dalam satu babak!


(44)

24

3. Susunlah dialog berdasarkan konflik yang ada!

4. Buatlah deskripsi-deskripsi untuk menjelaskan latar, akting (peran), atau lighting (percakapan).

2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka dari itu strategi merupakan bagian dari langkah yang digunakan model untuk melaksanakan pembelajaran (Yamin, 2013: 17). Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.1 Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Maulana (2013: 47) mengatakan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran (Barr Dan Tagg dalam Huda, 2013: 271). Menurut Moffit dalam Prastowo (2013: 79) Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang


(45)

25

esensi dari materi pelajaran. Problem Based Learning(pembelajaran berbasis masalah atau sering disebut PBI (problem based instruction) merupakan suatu tipe pengelolaan kelas yang diperlukan untuk mendukung konstruktivisme dalam pengajaran dan belajar (Warsono, 2013:149).

Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari informasi, dan membuat artefak sebagai laporan mereka (Yamin, 2013: 81).

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran

yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah yang diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 192).

Penulis berpendapat model pembelajaran PBL adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual kepada peserta didik sehingga merangsang peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut baik secara individu maupun kelompok.

Arends dalam Yamin (2013: 81) mempertegaskan bahwa suatu situasi masalah yang baik harus memenuhi lima kriteria penting.


(46)

26

Pertama, situasi itu mestinya autentik. Kedua, masalah itu mestinya tidak jelas sehingga menciptakan misteri dan teka-teki. Ketiga, masalah itu harus bermakna bagi peserta didik dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Keempat, masalah harus cukup luas sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan intruksionalnya, tatapi tetap dalam batas-batas yang fisibel bagi pelajarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya. Kelima, masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dan usaha kelompok, bukan justru dihalangi.

2.3.2 Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran PBL bertujuan untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, serta untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi (Maulana, 2013: 47).

Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2) Pemodelan peranan orang dewasa

PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.

PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.


(47)

27

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. 3. Penyelidikan autentik.

4. Menghasilkan produk, karya dan memamerkannya. 5. Kerjasama

1.3.4 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 194) menyebutkan kelebihan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: 1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta

didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.


(48)

28

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

1.3.5 Langkah-langkah Operasinal Problem Based Lerning 1. Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar para siswa lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan “peta” yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.

2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Para siswa melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permaslahan yang didapat. Pada akhir langkah para siswa diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya.


(49)

29

1. Para siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan 2. informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di

kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. 4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5. Penilaian (Assesment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Bobot penilaian ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan sebagai berikut siswa yang setiap siklus diberi tindakan dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran menulis, maka hasilnya ada peningkatan keterampilan menulis dalam setiap siklusnya. Kesimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam proses pembelajaran menulis mampu meningkatan kemampuan menulis siswa kelas IX SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014.


(50)

30

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian yang dilakukan oleh Sudaryo yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Teknik CIRC pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan“ mahasiswa Unila tahun 2012 dan Siti Murdiyati pada tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentatif Melalui Pendekatan Konstruktivisme pada Siswa Kelas X MAN Kedondong Kabupaten Pesawaran” mahasiswa Unila tahun 2013. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pembelajaran menulis teks narasi melalui teknik CIRC dan pembebelajaran menulis paragraf argumentatif melalui pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan proses dan hasil prestasi belajar siswa dalam menulis. Siswa dapat mengembangkan kosakata, ide dalam menulis, suasana belajar menyenangkan, dan motivasi serta prestasi belajar menulis meningkat. Hal tersebut bisa dijadikan suatu alternatif untuk membangun pengetahuan siswa tentang keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-sama menggunakan jenis penelitian yang berupa peneltitian tindakan kelas.


(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2010: 129). Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang mengimplementasikan dalam proses pembelajaran menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas IX SMP Negeri 4 Metro. Pemilihan model pembelajaran ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan profesional guru dalam proses pembelajaran dan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini bercirikan perbaikan terus menerus yang sifatnya dinamis yang dilakukan sampai memperoleh informasi yang mantap dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kriteria yang menjadi tolak ukur berhasilnya atau berhentinya siklus-siklus tersebut. Data dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan dari sumber


(52)

32

data yang lain. Pengumpul data adalah guru dan mitra yang terlibat dalam kegiatan praktik, sehingga guru mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai guru dan peneliti. Guru bukan hanya sekadar pelaksana pembelajaran, tetapi berperan secara aktif dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi dan refleksi tindakan.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas. Selain untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran juga merupakan wujud penyusunan kurikulum pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi kelemahan pembelajaran yang dilakukan secara lebih tepat dan sistematis. Penelitian ini akan dihentikan bila minimal 75% siswa telah mencapai ketuntasan individu dari nilai rata-rata di atas Kriteria Ketuntasan Minimal.

Beberapa prinsip yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan sebagai berikut. 1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani, serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana, dan tenaga. 4. Metodologi yang digunakan harus rinci, dan terbuka, setiap langkah dari

tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, 2010: 129)

Secara garis besar pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah, yaitu:


(53)

33

(b) tindakan atau acting,

(c) pengamatan atau observing, dan (d) refleksi atau reflecting.

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukan siklus atau kegiatan berulang.

Gambar 3.1

Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.

3.2 Latar (Seting) Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Metro. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian adalah didasarkan atas pertimbangan tempat peneliti bertugas sebagai tenaga pendidik, sehingga peneliti juga sangat mengenal kondisi di sekolah ini. Kondisi semacam ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya pengendalian mutu pembelajaran yang dapat dilakukan melalui evaluasi, salah satunya memperhatikan hasil penelitian ini, selain itu diharapkan mampu mendukung tingkat validitas dan reabilitas penelitian, serta kendala-kendala yang bersifat teknis di lapangan dapat diminimalkan.

Pengamatan

(observating

Perencanaan (Planning)

Refleksi (reflecting)

Tindakan (acting)


(54)

34

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun pelajaran 2013/2014 dengan dua tahapan yaitu persiapan dan pelaksanaan penelitian. Tahap persiapan dimulai bulan Nopember 2013 sampai Desember 2013. Sedangkan tahap pelaksanaan mulai Januari 2014 sampai Maret 2014. Pelaksanaan PTK dilaksanakan sesuai dengan jadwal jam pelajaran dan berlangsung sampai mencapai indikator yang ditentukan. Penelitian pada siklus 1 membutuhkan waktu 4 jam pelajaran atau 160 menit dengan pembagian 2X40 menit pada pertemuan pertama untuk menjelaskan materi keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning, kemudian siswa secara berkelompok dan individu menuangkan ide pembahasan menulis dalam bentuk tulisan teks pidato. Siklus II dan siklus III dilakukan masing-masing 2X pertemuan.

3.2.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 24 siswa yang tercatat dalam daftar siswa SMP Negeri 4 Metro.

Objek penelitiannya adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan yang menjadi fokus masalahnya adalah keterampilan menulis siswa masih rendah.

3.3 Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan 3.3.1 Lama Tindakan

Penelitianini dilaksanakan mulai 20 Januari 2014 s.d. 5 Maret 2014. Tindakan ini dilaksanakan tiga siklus, setiap siklus 2 x pertemuan untuk kelas penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan oleh peneliti ini adalah:


(55)

35

1. Mempersiapkan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian. 2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

3. Menyiapkan lembar kerja siswa 4. Menyusun pre-test.

Sebelum melakukan siklus penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui karakteristik proses pembelajaran pada umumnya dan proses pembelajaran menulis pada khususnya serta membuat interpretasi untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan situasi sekolah dan pembelajaran bahasa Indonesia dengan memperhatikan aspek kemampuan siswa dalam menulis dan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan selama ini. Kemudian peneliti memberikan pre-test untuk mengetahui nilai pembelajaran menulis sebelum diberi perlakuan atau pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

3.3.2 Indikator Keberhasilan

1. Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada dua jenis aspek, yaitu proses pembelajaran dan hasil. Pada aspek proses menekankan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, dan aspek hasil yang menekankan pada peningkatan keterampilan menulis. Proses pembelajaran dilihat dari pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Indikator tercapai jika siswa aktif dalam proses pembelajaran mencapai skor minimal 75% dan penampilan atau aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning mencapai skor minimal 75.


(56)

36

2. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus bahasa Indonesia kelas IX serta Kriteria Ketuntasan Minimal. Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis dianggap sebagai data hasil belajar, diambil melalui produk menulis yang dihasilkan pada setiap siklus pembelajaran. Siswa dinyatakan tuntas belajar dan memiliki keterampilan menulis melalui model pembelajaran Problem Based Learning di atas setelah melalui kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditetapkan sekolah dengan rata-rata memiliki kemampuan menulis 75 atau 75% siswa berhasil memiliki kemampuan menulis.

Apabila kompetensi menulis yang diperoleh siswa mencapai nilai 75 ke atas, berarti siswa tersebut telah mencapai ketuntasan belajar dan dapat melanjutkan dengan kompetensi dasar berikutnya, tetapi apabila nilai diperoleh siswa masih di bawah 75, berarti siswa tersebut belum tuntas belajar dan harus mengulangi kompetensi yang baru dipelajari tersebut. Pengembangan ini didasarkan pada keterkaitan antara materi pokok dengan kompetensi mata pelajaran. Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini dititik beratkan pada dua aspek yaitu aspek proses dan aspek hasil. Adapun instrumen penilaian keterampilan menulis sebagai berikut.


(57)

37

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Produk atau Hasil Membuat Teks Tertulis Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning

No. Aspek/Kriteria Keterangan

1. Kesesuain isi dengan judul

SB = Isi sangat sesuai dengan judul (91%-100%) (skor 4) B = Isi sesuai dengan judul (71%-90%) (skor 3)

C = Isi cukup sesuai dengan judul (61%-70%) (skor 2) K = Isi kurang sesuai dengan judul (kurang dari 61%) ( skor 1)

2

Struktur Teks SB = Tulisan memiliki struktur yang sangat tepat (91%- 100%) (skor 4)

B = Tulisan memiliki struktur yang tepat (71%-90%) (skor 3)

C = Tulisan memiliki struktur yang cukup tepat (61%-70%) (skor 2)

K = Tulisan memiliki struktur yang kurang tepat (kurang dari 61%) (skor 1)

3. Pilihan Kata SB = Pilihan kata sangat tepat (91%-100%) (skor 4) B = Pilihan kata tepat (71%-90%) (skor 3)

C = Pilihan kata cukup tepat (61%-70%) (skor 2)

K = Pilihan kata kurang tepat (kurang dari 61%) (skor 1) 4. Keterpaduan

Kalimat

SB = Kalimat sangat terpadu dan runtut (91%-100%) (skor 4) B = Kalimat terpadu dan runtut (71%-90%) (skor 3)

C = Kalimat cukup terpadu dan runtut (61%-70%) (skor 2) K = Kalimat kurang terpadu dan runtut (kurang dari 61%) (skor 1)

5. Keterpaduan Paragraf

SB = Paragraf sangat terpadu dan runtut (91%-100%) (skor 4) B = Paragraf terpadu dan runtut (71%-90%) (skor 3)

C = Paragraf cukup terpadu dan runtut (61%-70%) (skor 2) K = Paragraf kurang terpadu dan runtut (kurang dari 61%) (skor 1)

6. Penulisan Kosa Kata

SB = Penulisan kata sangat tepat (91%-100%) (skor 4) B = Penulisan kata tepat (71%-90%) (skor 3)

C = Penulisan kata cukup tepat (61%-70%) (skor 2) K = Penulisan kata kurang tepat (kurang dari 61%) (skor 1)

7. Ketepatan Tata Bahasa

SB = Penggunaan tata bahasa sangat tepat (91%-100%) (skor 4)

B = Penggunaan tata bahasa tepat (71%-90%) (skor 3) C = Penggunaan tata bahasa cukup tepat (61%-70%) (skor 2) K = Penggunaan tata bahasa kurang tepat (kurang dari 61%) (skor 1)

8. Originalitas Penulisan

SB = Tulisan hampir seluruhnya hasil pemikiran sendiri (91%-100%) (skor 4)


(58)

38

No. Aspek/Kriteria Keterangan

B = Tulisan sebagian besar hasil pemikiran sendiri (71%-90%) (skor 3)

C = Tulisan setengahnya hasil pemikiran sendiri (61%-70%) (skor 2)

K = Tulisan sebagian kecil hasil pemikiran sendiri (kurang dari 61%) (skor 1)

9. Kerapian Tulisan

SB = Tulisan sangat rapi dan terbaca (91%-100%) (skor 4) B = Tulisan sangat rapi dan terbaca (71%-90%) (skor 3) C = Tulisan sangat rapi dan terbaca (61%-70%) (skor 2) K = Tulisan sangat rapi dan terbaca (kurang dari 61%) (skor 1)

Total 36

(Kunandar, 2013: 306)

3.4 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian yang menekankan pada perbaikan proses pembelajaran, dilaksanakan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan dalam sekolah itu sendiri.

Untuk dapat memahami hakikat dan metodologi penelitian tindakan kelas, peneliti telah melakukan tindakan awal dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah yang sering ditemui di dalam kelas, kemudian dianalisis faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah yang perlu ditindak, kemudian merencanakan apa yang akan dilakukan.

Dalam penelitian tindakan kelas dikenali adanya tahapan-tahapan yang berurutan yang membentuk satu siklus. Dalam setiap siklus ada tindakan perbaikan. Prosedur yang ditempuh dalam melakukan tindakan untuk perbaikan terdiri

dari. (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi, dan (5) tindak lanjut.


(59)

39

Pada penelitian ini tahapan-tahapan yang membentuk satu siklus, di mana setiap siklus ada tindakan perbaikan. Tahapan-tahapan masing-masing siklus adalah:

3.4.1 Tahap Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan skenario pembelajaran serta menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung untuk melaksanakan skenario tindakan. Tahap perencanaan peneliti meliputi kegiatan pra observasi untuk mengetahui kondisi, karakteristik siswa dan fasilitas serta lingkungan sekolah, serta analisis kebutuhan siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Pada tahap ini peneliti merencanakan persiapan kegiatan pembelajaran seperti:

(1) menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan yaitu 3 siklus; (2) menentapkan standar kompetensi yang akan dicapai sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut;

(3) menyusun silabus dan rencana pembelajaran serta menyiapkan model pembelajaran PBL yang akan digunakan;

(4) menyusun instrumen evaluasi dan norma penilainnya; (5) menyusun instrumen observasi untuk guru dan siswa; (6) menetapkan cara refleksi pada akhir tindakan setiap siklus.

Secara rinci kegiatan yang dilakukan dalam tahapan perencanaan adalah:

1. Membuat skenario pembelajaran dengan pengelolaan interaksi siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learninng yang sesuai dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dalam keterampilan menulis. 2. Menyiapkan instrumen observasi, angket dan wawancara dan bahan ajar.


(60)

40

3. Menyiapkan kegiatan refleksi guna menemukan pemecahan masalah pada siklus berikutnya.

Pada tahap ini peneliti menyiapkan rencana pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut:

1. Persiapan silabus pembelanjaran yang meliputi aspek-aspek: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, lokasi waktu, dan sumber bahan belajar.

2. Kisi-kisi penilaian merupakan acuan utama yang akan digunakan dalam penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa. Aspek-aspek dalam kisi-kisi penilaian meliputi: kompetensi dasar, indikator, materi, penilaian dan pedoman penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrument dan instrument.

3. Matrik tahapan dalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4. Penyususnan rencana penelitian dengan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan model pembelajaran Problem Based Learning yang akan digunakan, lembar pengamatan, rubrik penilaian, dan pedoman wawancara.

3.4.2 Tahap Tindakan (Acting)

Pada tahap ini proses peneliti melakukan pengamatan/observasi dengan berpedoman pada instrumen yang telah disusun. Proses pembelajaran dilaksanakan pada kelas IX A SMP Negeri 4 Metro, jadwal penelitian disusun


(61)

41

pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Setiap pertemuan berlangsung 2 x 40 menit.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam bentuk siklus-siklus. Siklus pertama terdiri dari 2 kali pertemuan. Demikian juga siklus selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari siklus 1, hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis. Pada setiap pertemuan terdiri dari 3 tahapan yaitu pendahuluan selama 10 menit merupakan kegiatan untuk memberi motivasi siswa dalam belajar seperti menanyakan kehadiran siswa, tanya jawab materi yang lalu dan menyampaikan tujuan kompetensi yang akan dicapai, kemudian selama 60 menit yaitu kegiatan inti, pada kegiatan inti siswa dengan bantuan guru, yaitu menulis berdasarkan model pembelajaran Problem Based Learning yang telah disiapkan mulai dari tahap pra-menulis, merencanakan, revisi, dan mengedit. Pada 10 menit terakhir, yaitu post-activity guru melakukan refleksi tentang proses pemahaman siswa tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan, pemantapan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka pelajari.

A. Skenario Pembelajaran Siklus 1 1. Peneliti mengondisikan kelas.

2. Peneliti menginforrmasikan tujuan pembelajaran.

3. Peneliti mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan menulis.

4. Peneliti menjelaskan dan menyampaikan informasi kepada siswa tentang pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dirancang peneliti.


(1)

56

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data melalui sejumlah tahapan sebagai berikut.

1) memeriksa hasil kerja atau tulisan siswa berdasarkan aspek yang ditentukan;

2) memberikan skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan pensekoran yang telah ditetapkan;

3) merekap data penilaian yang diperoleh siswa untuk setiap aspek yang diteliti;

4) menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek kemudian mencari nilai rata-ratanya;

5) menghitung siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal;

6) menentukan tingkat ketercapaian rata-rata presestase ketuntasan belajar.

Perhitungan nilai akhir adalah skala 0 – 100 adalah sebagai berikut. skor yang diperoleh

Nilai Akhir = X 100 % skor maksimal (36)

Siswa dikatakan tuntas jika NA ≥75

Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa tuntas belajar.

3.9 Tindak Lanjut

Jika masalah sudah diselesaikan dengan siklus yang direncanakan maka tidak ada tindak lanjut dan sebaliknya jika belum selesai maka akan dilakukan tindak lanjut dengan siklus-siklus berikutnya. Maksudnya perlakuan tindakan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar telah memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IX-A SMP Negeri 4 Metro dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia melalui model Problem Based Learning pada siklus I belum dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa secara baik, terlihat dari aktivitas siswa belum merata. Pada pembelajaran berikutnya pembelajaran menulis didesain secara bertahap dan terprogram rencana pembelajaran dibuat dengan lebih detail agar mudah diterapkan. Pada siklus II dan III proses pembelajaran dan hasil belajar sudah meningkat.

2. Pembelajaran keterampilan menulis melalui model Problem Based Learning dapat memperbaiki tingkat kemampuan siswa. Skor rata-rata kemampuan menulis per indikator siswa di kelas IX A SMP Negeri 4 Metro adalah 77,43 dengan kategori baik pada siklus I, yaitu menulis teks pidato. Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca 81,44 dengan kategori baik pada siklus II, dan menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata 85,25 dengan kategori baik pada siklus III. Setiap siklus terjadi peningkatan diantaranya: (a) peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas IX A pada siklus 1 sebanyak 16 siswa dari 24 siswa atau 66,67%, pada siklus II sebanyak 16 siswa dari 22 siswa atau 72,73%, pada siklus III sebanyak 19 siswa dari 21 siswa atau 90,48%. (b)


(3)

123 Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas IXA pada siklus 1 adalah 88,89 pada siklus II adalah 91,67 dan pada siklus III adalah 94,44.

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran kepada guru Bahasa Indonesia, khususnya yang mengajar di SMP Negeri 4 Metro sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis, hendaknya guru menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran menulis melalui model Problem Based Learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di sekolah. 2. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis, selain kesesuaian

isi dengan judul, struktur teks, pilihan kata, keterpaduan kalimat, originalitas penulisan dan kerapian tulisan hendaknya guru lebih memperhatikan komponen penulisan kosa kata dan ketepatan tata bahasa sehingga pembelajaran menulis melalui model Problem Based Learning, siswa mendapatkan hasil keterampilan menulis yang baik.

3. Dalam pembelajaran, guru hendaknya merencanakan dan memperhatikan kebutuhan lingkungan siswa, strategi, metode, media dan evaluasi agar pembelajaran lebih berorientasi pada proses atau tujuan, bukan pada target materi yang harus diselesaikan.

4. Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk selalu kreatif dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.


(4)

5. Dalam kegiatan belajar mengajar perlu dimasukkan aspek kreativitas selain hasil belajar karena dengan kreativitas, siswa dapat menghadapi permasalahan di dunia nyata secara lebih baik.


(5)

125

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alfandi, Safuan. 2004. Contoh Lengkap Pidato dan MC dalam Berbagai Acara dan Kesempatan. Solo: Sendang Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Peneltian Tindakan Kelas Jakarta: PT Bumi Aksara. Bahar, Putra. 2010. Seni Pidato. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. Jakarta: Balai Pustaka.

Hakim, Ranchman. 2010. Kiat Jitu Mahir Pidato. Yogyakarta: Shira Media. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husnul, Ade. 2011. Menulis Kreatif Naskah Drama. Jakarta: PG Wadah Ilmu. Ibrahim, Abdul Syukur. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iriantara, Yosal. 2011. Public Relations Writing Pendekatan Teoritis dan Praktis. Bandung:Simbiosa Rekatama Media.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: BPSDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.


(6)

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarata: BPFE.

Maulana, Dani. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Lampung: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung.

Mulyasa, H.E. 2013. Uji kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIFA Press.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Asing. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B. 2010. Model Pembelajara Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).

Zainurrahman. 2011. Menulis: Dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta. Zulfahnur. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.


Dokumen yang terkait

INCREASING OF WRITING ABILITY THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL OF CLASS IX A SMP N 4 METRO ACADEMIC YEAR 2013/2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN

0 8 81

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA

0 11 83

PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 82

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN CIVIC SKILL SISWA PADA POKOK BAHASAN BELA NEGARA KELAS IX SMP NEGERI 3 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 82

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 4 KOTA TERNATE THE INFLUENCE OF INSTRUCTIONAL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL TOWARD CRITICAL THINKING SKILL OF STUDENT

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

1 1 10

PENINGKATAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

0 1 10

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT

0 1 14

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII SMP NEGERI 3 PONTIANAK

0 0 11