Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup Tahun Ajaran 2013/2014)

(1)

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Tahun Ajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh

Fiska Aulia Rahmah

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAANMETODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

FISKA AULIA RAHMAH

Hasil observasi di kelas VII MTs Muhammadiyah 1Natar diketahui bahwa keterampilan proses sains belum terasah dan penguasaan konsep siswa masih rendah.Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terbimbing terhadap

keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain kelas kontrol tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII B yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan

kualitatif. Data kuantitatif berupa keterampilan proses sains siswa, diperoleh dari rata-rata nilai N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-U pada


(3)

Fiska Aulia Rahmah

iii

tarif kepercayaan 5% dan data penguasaan konsep oleh siswa diperoleh dari rata-rata nilai N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t. Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode inkuiri terbimbing yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. Dengan rata-rata N-gain yaitu 56,12. Terjadipeningkatan pada setiap indikator KPS, yaitu indikator menginferensi 67,44 % (sedang), mengintrepretasi 67,24 % (sedang), mengklasifikasi 49,93% (sedang), mengkomunikasi 42,65 % (sedang), mengidentifikasi 37,21 % (sedang), mengobservasi 34,39 % (sedang). Penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

penguasaan konsep siswa yaitu dengan nilai rata-rata N-gain yaitu 60,41.Terjadi peningkatan pada setiap indikator penguasaan konsep yaitu indikator C1 74,72% (tinggi), indikator C2 51,68% (sedang). Dengan demikian, pembelajaran

menggunakan metode inkuiri terbimbing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa, namun berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluuk hidup. Siswa 100% memberikan tanggapan positif terhadap metode inkuiri terbimbing.

Kata kunci : Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Ciri-Ciri Makhluk Hidup.


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar 05 April 1992, yang merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Kholid Bsd, S.Ag dan Ibu Muslimah S.Pd.I. Tempat tinggal penulis di Dusun Banjar Sari 1 Natar Lampung Selatan.

Penulis mengawali Pendidikan nonformal di TK Aisyah Bustanul Athfal pada tahun (1996-1998), kemudian melanjutkan ke pendidikan formal di MI Muhammadiyah Tangkit Batu (1998-2004), MTs Muhammadiyah 1 Natar (2004-2007), SMA N 1 Purbolinggo (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur SNMPTN.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 4 Pesisisr Selatan di Kabupaten Pesisir Barat tepatnya di Desa Marang (Tahun 2013), dan penelitian pendidikan di MTs Muhammadiyah 1 Natar untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2014).


(8)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmad dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat beriring salam selalu dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang terang benderang

bagi kemaslahatan umat manusia di bumi. Teriring doa ,rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Yang tercinta ibu dan bapakku , yang telah mendidik dan membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung

segala langkahku menuju kesuksesan dan kebahagian.

Saudaraku Mas Kurniawan Sidik, Mba Rizda Nirmala Sari, Mas Anas Anshori, serta Adikku Amalia Ramadhaniyang selalu memberikan bantuanya ketika aku dalam kesulitan,

memotivasiku dan menyayangiku.


(9)

MOTO

Dan sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesudah

kesulitan ada kemudahan.

(QS; Al-Insyirah. 5-6)

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan

shalat…”

(Q.S. Al-Baqarah : 45)

Penyesalan terhadap kegagalan masa lalu dan menangisi apa

yang telah terjadi, baik berupa rasa sakit atau kehancuran

merupakan sebagian ciri kekufuran kepada Allah dan

kebencian atas takdir-Nya.


(10)

(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai; 6. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan


(12)

xi

7. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

8. Drs. Sujarwo, M.Pd.I., selaku Kepala MTs Muhammadiyah 1 Natar dan bapak Dalhar selaku guru kelas, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII A dan VII B MTs Muhammadiyah 1 Natar atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

10.Semua teman-teman seperjuangan saya, Annisa Shinta Devi, Endang

Lastriana, Silfi Auliyanti, desi Sutantri, Nurmala, dan Wasilatul Hikmah yang selalu member motivasi kepada penulis;

11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

G. Kerangka Pikir ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inkuiri Terbimbing ... 9

B. Keterampilan Proses Sains ... 12

C. Penguasaan Konsep ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian... 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 51


(14)

xiii LAMPIRAN

1. Silabus ... 56

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

3. Lembar Kerja Siswa ... 70

4. Soal Pretes-Postes ... 87


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri ... 11

2. Keterampilan Proses Sains ... 19

3. Kriteria % Peningkatan KPS dan Penguasaan Konsep. ... 33

4. Pernyataan angket tanggapan siswa ... 34

5. Penskoran angket tanggapan siswa ... 35

6. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing ... 36

7. Tafsiran kriteria jawaban angket ... 36

8. Hasil uji statistik terhadap nilai pretes, postes, dan N-gain keterampilan proses sains siswa ... ...37

9. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator keterampilan proses sains siswa ... 38

10.Hasil peningkatan indikator keterampilan proses sains siswa pada ... 39

11.Hasil uji statistik terhadap nilai pretes, postes, dan N-gain penguasaan konsep siswa ... 40

12.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator penguasaan konsep oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 41

13.Hasil peningkatan indikator penguasaan konsep pada kelas eksperimen dan kontrol ... 42


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8

2. Desain penelitian pretes-postes ... 24

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan inkuiri terbimbing. ... 43

4. Siswa mengerjakan soal pretes-postes (kelas eksperimen) ... 101

5. Guru membimbing siswa mengerjakan LKS (kelas eksperimen) ... 101

6. Siswa mengerjakan soal pretes-postes (kelas kontrol) ... 102

7. Guru membimbing siswa mengerjakan LKS (kelas kontrol) ... 102


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat (Mudyaharjo, 2001:11).

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah maju dengan pesatnya. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat (Muslich, 2007:227). Perkembangan IPA yang begitu pesat, menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.


(18)

2

Dalam proses pembelajaran terutama dalam pelajaran IPA tidak hanya sekedar penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang dimilikinya dalam proses pembelajaran (Listriani, Mahadewi, dan Parmiti, 2013:2).

Pengembangan keterampilan sains dan pemahaman suatu konsep bisa ditingkatkan dengan penggunaan metode inkuiri terbimbing, karena metode ini mampu mengubah fokus pendidikan sains dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta tradisional dalam mata pelajaran khusus secara terpisah ke belajar berdasar inkuiri, siswa mencoba menjawab untuk memahami dan/atau memecahkan suatu masalah (NRC dalam Effendi, 2011:147). Penguasaan konsep dan keterampilan proses sains itu saling berkaitan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Delismar, Ashyar, dan Hariyadi (2013:26) dengan menguasai konsep dan prinsip yang baik, siswa memiliki kemampuan keterampilan proses sains yang baik pula. Begitu halnya dengan yang dikatakan oleh Sirait dan Sahyar (2013:2) yaitu jika siswa menguasai keterampilan proses, mereka akan dapat memahami dan mengolah fakta dan konsep Ilmu Pengetahuan tersebut sehingga dapat menyelesaikan permasalahan kontekstual yang dihadapi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA MTs Muhammadiyah 1 Natar, siswa mengalami kesulitan belajar yaitu dalam menguasai konsep mengenai materi ciri-ciri makhluk hidup. Hal ini


(19)

3

ditunjukkan dengan masih adanya nilai ulangan harian siswa yang berkisar pada batas tuntas mata pelajaran IPA yaitu 47. Sebanyak 14 orang belum dapat melampaui nilai batas tuntas belajar tersebut untuk materi ciri-ciri makhluk hidup, dengan metode ceramah dan diskusi yang digunakan oleh guru, maka keterampilan proses sains yang merupakan bagian dari IPA kurang terasah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka diperlukan upaya guru secara terus-menerus dan sistematis untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA khususnya pada materi ciri-ciri makhluk hidup di MTs Muhammadiyah 1 Natar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih dan menerapkan metode pembelajaran. Karena pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran. Apabila metode pembelajaran yang digunakan melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran maka akan mampu meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada siswa. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi

permasalahan dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

Berdasarkan hasil penelitian Wijayanti (dalam Agung, 2010:4) pada siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Lampung Selatan diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran inkuiri menghasilkan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa penerapan inkuiri yaitu metode diskusi.


(20)

4

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian yang berjudul “Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs

Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Keanekaragaman Ciri-Ciri

Makhluk Hidup Tahun Ajaran 2013/2014)“. Dengan dilakukannya

penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran yang telah ada guna meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pada materi ciri-ciri makhluk hidup oleh siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, secara umum permasalahan yang akan dicari solusinya adalah:

1. Apakah penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014?

2. Apakah penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014?


(21)

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing secara

signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014.

2. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014.

D. Hipotesis

1. H0 : Tidak ada peningkatan keterampilan proses sains secara signifikan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014.

H1 : Ada peningkatan keterampilan proses sains secara signifikan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014. 2. H0 : Tidak ada peningkatan penguasaan konsep secara signifikan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok


(22)

6

H1 : Ada peningkatan penguasaan konsep secara signifikan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada materi pokok

keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup tahun ajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi gambaran yang jelas guna menjawab permasalahan yang ada. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :

1. Bagi guru :

Dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam upaya mencapai peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. 2. Bagi peneliti :

Dapat melatih peneliti dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing pada pembelajaran di sekolah.

3. Bagi siswa :

Mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan berbeda dari pembelajaran sebelumnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Langkah-langkah inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1). guru yang merumuskan masalah, 2). siswa yang

membuat hipotesis,3). merencanakan dan melaksanakan kegiatan, 4). mengumpulkan data, 5). menganalisis data, 5). membuat kesimpulan.


(23)

7

2. Penguasaan konsep yang diamati berupa aspek kognitif yaitu C1 (pengetahuan) dan C2 (pemahaman).

3. Keterampilan proses sains yang diukur yaitu 1). aspek pengamatan, 2). membuat hipotesis, 3). pengelompokan, 4). identifikasi, 5). intrepetasi, 6). Mengkomunikasikan, 7). menyimpulkan.

4. Kompetensi Dasar 6.1 yaitu mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup. 5. Materi pembelajaran yang digunakan dibatasi pada materi ciri-ciri

makhluk hidup.

6. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap MTs Muhammadiyah 1 Natar tahun ajaran 2013/2014.

G. Kerangka Pikir

Metode pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya menjadikan guru sebagai orang yang mendominasi kegiatan pembelajaran, melainkan siswalah yang aktif bekerja. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai pembimbing atau pengarah. Keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran akan membuat materi yang diterima menjadi lebih lama tersimpan dalam benak siswa, karena siswa sendiri yang melakukan dan bekerja sendiri sehingga terjadi proses berpikir dan pengelolaan terhadap materi baru yang diterima.

Metode inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengasah keterampilan proses sains oleh siswa berupa keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengidentifikasi,


(24)

8

pengusaan konsep siswa . Pada inkuiri terbimbing pelaksanaan

penyelidikan dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan

membimbing. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti. Dari jawaban yang dikemukakan, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan pendapat yang telah dikemukakan. Langkah pembelajaran dalam metode inkuiri terbimbing adalah mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan, sehingga dengan

penggunaan metode ini keterampilan proses sains siswa dan penguasaan konsep siswa akan meningkat.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas ditunjukan dengan penggunaan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan variabel terikat ditunjukan dengan keterampilan proses dan penguasaan konsep oleh siswa.

Hubungan antara variabel bebas dan terikat ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Keterangan :

X : variabel bebas (pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing) Y : variabel terikat (keterampilan proses sains, penguasaan konsep) Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.


(25)

II. LANDASAN TEORI

1. Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian

perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran Inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti kegiatan- kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan. (Herdian, 2010:1).

Menurut Suparno (dalam Ristanto, 2010:32) “ inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru benyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.” Dalam bentuk inkuiri ini, guru sudah memiliki jawaban sebelumnya. Sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Masalah yang diberikan oleh


(26)

10

guru dan siswa memcahkannya sesuai dengan prosedur tertentu yang diarahkan oleh guru. Mengenai pembelajaran sains dengan menggunakan metode inkuiri, Bell, dkk (2010: 350) mengemukakan bahwa “the call for inquiry learning is based on the conviction that science learning is more than the memorisation of scientific facts and information, but rather is about understanding and applying scientific concepts and methods”, sehingga penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran didasarkan pada keyakinan bahwa mempelajari sains lebih dari sekedar menghafal fakta-fakta dan informasi ilmiah saja, tapi lebih kepada memahami konsep-konsep dan mengaplikasikan metode-metode ilmiah yang nantinya akan diperoleh siswa sebagai suatu produk keterampilan, berupa keterampilan proses sains (methodological knowledge).

Sasaran utama dari kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2007: 166).

Tahapan pembelajaran inkuiri yang digunakan pada penelitian ini mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 172), yaitu :


(27)

11

Tabel 1. Tahap pembelajaran Inkuiri

No Tahapan Perilaku Guru

1 Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah ditulis di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2 Membuat hipotesis.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan

memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3 Merancang percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4

Melakukan percobaan untuk memperoleh

informasi.

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5 Mengumpulkan dan menganalisis data.

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6 Membuat kesimpulan.

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Menurut Sanjaya (2009: 208) keunggulan penggunaan inkuiri dalam pembelajaran antara lain adalah:

a. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

b. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka dan dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar


(28)

12

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

c. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan penggunaan inkuiri( Sanjaya, 2009: 209) , di antaranya: a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan belajar siswa.

c. Dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2. Keterampilan Proses Sains

Menurut Indrawati (dalam Mumtazah, 2012:15-16) keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan (falsifikasi). Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses yang terdiri dari keterampilan dasar dan


(29)

keterampilan-13

keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, manganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan

eksperimen (Funk dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:140).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 141-144) kegiatan keterampilan proses sains dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk berikut :

1. Mengamati/mengobservasi, merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan. Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam

pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindera untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanannya selain menggunakan pancaindera, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.

2. Mengklasifikasikan, merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Dengan keterampilan mengklasifikasikan siswa dapat menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan


(30)

14

hubungan serta pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan.

3. Mengkomunikasikan, dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan

mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.

4. Mengukur, yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Memprediksi, suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

6. Menyimpulkan, dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. Keterampilan ini juga disebut sebagai keterampilan menginferensi (Carin dalam Subiantoro, 2010: 4-5), selain berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip, kesimpulan juga dapat diambil dari suatu penalaran yang logis untuk menjelaskan pengamatan.

Enam keterampilan di atas, menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 144) merupakan keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses integrasi yang lebih kompleks. Keterampilan proses yang terintegrasi pada hakikatnya merupakan


(31)

15

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Sepuluh keterampilan terintegrasi tersebut adalah:

1. Mengenali Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah atau berganti dalam satu situasi, secara umum dibedakan menjadi variabel termanipulasi dan variabel terikat. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengenal variabel di antaranya adalah menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat, dan memberikan contoh variabel.

2. Membuat Tabel Data

Setelah data dikumpulkan, seorang siswa harus dibelajarkan untuk

membuat tabel data karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat tabel data di antaranya adalah membuat tabel frekuensi, melidi data, dan membuat tabel silang. 3. Membuat Grafik

Untuk mempermudah dan lebih meningkatkan daya tarik penyajian data, seringkali data divisualisasikan dalam bentuk grafik. Karena adanya aturan tertentu dalam pembuatan grafik, maka keterampilan membuat grafik perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan membuat grafik adalah

keterampilan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal. Kegiatan yang


(32)

16

dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat grafik di antaranya adalah membaca data dalam tabel, membuat grafik garis, membuat grafik balok, dan membuat grafik bidang lain.

4. Menggambarkan Hubungan antar Variabel

Keterampilan mendeskripsikan hubungan antar variabel merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap peneliti. Keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan antara variabel-variabel yang sama. Hubungan antar-variabel ini perlu digambarkan karena merupakan inti penelitian ilmiah (Singarimbun dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 147). 5. Mengumpulkan dan Mengolah Data

Lebih lanjut setelah memiliki kemampuan di atas, siswa perlu memiliki keterampilan mengumpulkan dan mengolah data sebelum belajar keterampilan yang lain agar mampu menjadi peneliti. Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data diperlukan untuk pengukuran dan pengujian hipotesis (Surakhmad dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 148). Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau

penyimpulan. Untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data dapat melalui kegiatan yang di antaranya adalah membuat instrumen pengumpulan data, mentabulasi data, menghitung nilai chi


(33)

17

kuadrat, menentukan tingkat signifikansi hasil perhitungan, dan kegiatan lain yang sejenis.

6. Menganalisis Penelitian

Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis di antaranya adalah

mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis.

7. Menyusun Hipotesis

Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatukan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Keterampilan menyusun hipotesis menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pernyataan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menyusun hipotesis di antaranya adalah menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol, memperbaiki rumusan suatu hipotesis, atau kegiatan sejenis lainnya.

8. Mendefinisikan Variabel

Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mendefinisikan


(34)

18

variabel di antaranya adalah mengenal atribut variabel bebas,

mendefinisikan variabel bebas, membatasi lingkup variabel terikat, dan kegiatan lain yang sejenis.

9. Merancang Penelitian

Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel

hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian adalah mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti, merumuskan satu atau lebih dugaan yang dianggap benar dalam rangka menjawab masalah. Merumuskan dugaan yang dianggap benar disebut juga menyusun hipotesis yang dapat dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada

pengalaman sebelumnya atau observasi atau intuisi. Selain itu merancang penelitian juga termasuk memilih alat/instrumen yang tepat untuk

membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan. 10.Bereksperimen

Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. Contoh-contoh yang menampakkan keterampilan bereksperimen antara lain: menguji kebenaran pernyataan bahwa semua


(35)

19

zat memuai bila terkena panas, menanam tanaman yang terkena sinar matahari langsung dan yang tidak langsung terkena sinar matahari, dll.

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains (Hermansyah, 2010:1)

Keterampilan Proses

Sains Indikator

Mengamati (observasi)

a. Menggunakan sebanyak mungkin indera

b. Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan

Mengelompokan (Klasifikasi)

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah. b. Mencari perbedaan dan persamaan

c. Mengontraskan ciri-ciri.. d. Membandingkan

e. Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan f. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

Menafsirkan (Interpretasi)

a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan c. Menyimpulkan

Meramalkan (Prediksi)

a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

Mengajukan pertanyaan

a. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan

c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

Berhipotesis

a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian

b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

Merencanakan Percobaan/

penelitian

a. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan b. Menentukan variabel atau faktor penentu.

c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah

kerja Menggunakan

alat/bahan

a. Memakai alat dan bahan

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan

Menerapkan konsep

Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

Mengguanakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi


(36)

20

3. Penguasaan konsep

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat

mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat

dinamis (Arikunto, 2011:115).

Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai hirarki/bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah :

1. Informasi non verbal

2. Informasi fakta dan pengetahuan verbal 3. Konsep dan prinsip

4. Pemecahan masalah dan kreativitas (Slameto, 1990:131).

Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain. Semua konsep tersebut bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pengetahuan manusia. Oleh karena itu, pembelajaran seharusnya memperhatikan konsepsi awal siswa, sehingga siswa mendapat pengalaman mengkonstruksi pengetahuan awal

Berkomunikasi

Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

d. Membaca grafik atau tabel diagram

e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa


(37)

21

dengan benar, berdasarkan mekanisme interaksi yang terencana terhadap benda di lingkungan sekitar (Oktariya, 2008:16).

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep, menurut Hamalik (2002:166) ada empat hal yang harus diperbuat siswa, yaitu:

1. Siswa dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya

2. Siswa dapat menyatukan ciri-ciri (properties) konsep tersebut 3. Siswa dapat memilih serta membedakan antar contoh-contoh dari

yang bukan contoh

4. Siswa mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.

Menurut Nasution (2003:61) bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep. Jadi, siswa memperoleh suatu konsep itu melalui pengamatan, dan konsep yang diperoleh melalui pengamatan dinamakan dengan konsep yang konkrit. Sedangkan, konsep pada taraf yang lebih tinggi diperoleh konsep yang abstrak, yaitu konsep yang diperoleh melalui definisi, seperti konsep nutrisi, sel, dan lain-lain.

Manfaat konsep ialah membebaskan individu dari pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu. Konsep sangat penting bagi manusia karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam


(38)

22

berpikir, dalam belajar, membaca, dan lain-lain (Nasution, 2008:164). Penguasaan konsep itu sangat penting untuk membentuk suatu prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam memecahkan suatu masalah.

Penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. Tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah guru berikan. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat

mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Tes ini merupakan post-test atau akhir proses pembelajaran (Arikunto, 2006:36).


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar pada bulan April Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dari dua kelas VII. Kelas dipilih dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak dengan tujuan tertentu. Kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa dan kelas VII B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 33 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental semu. Peneliti telah menggunakan secara utuh kelompok subyek yang telah ditentukan dan kelompok tersebut telah diorganisasikan dalam kelompok yaitu kelas. Peneliti memberikan perlakuan yang berbeda antara kelas


(40)

24

eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen yaitu dengan penggunaan metode inkuiri terbimbing dan penggunaan metode dikusi terhadap kelas kontrol.

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes; X = Perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing, C = Perlakuan metode diskusi. Sumber:

dimodifikasidari Sukardi, 2007: 186) Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen

D. Prosedur penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang telah diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol yang menggunakan metode diskusi.


(41)

25

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok. Kemudian membentuk kelompok diskusi pada masing-masing kelas eksperimen yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitifnya. Nilai diperoleh dari dokumentasi guru kelas.

e. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes sebanyak 10

butir soal pilihan jamak untuk mengukur penguasaan konsep dan 6 butir soal pilihan jamak beralasan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing untuk kelas eksperimen dan diskusi pada kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali

pertemuan. Pertemuan pertama membahas ciri bernapas, bergerak, iritabilitas, ekskresi. Pertemuan kedua membahas ciri membutuhkan makan, tumbuh dan berkembang, reproduksi, adaptasi. Langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen sebagai berikut


(42)

26

Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing)

a. Pendahuluan

1. Guru memberikan pretes sebagai penilaian penguasaan konsep dan keterampilan proses sains melalui tes berupa soal pilihan jamak dan pilihan jamak

Pertemuan I : Guru bertanya perbedaan antara manusia dan meja, guru meminta siswa melakukan demonstrasi dengan menyentuh pena dan belalang hidup, menanyakan reaksi pena dan belalang tersebut. Sehingga siswa dapat membedakan antara makhluk hidup dan tidak hidup.

Pertemuan II : Guru menanyakan kepada siswa “ apakah ukuran tubuh kalian sama pada saat kalian SD dengan SMP?, mengapa?”

2. Guru memotivasi siswa tentang manfaat mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup.

b. Kegiatan inti

1. Menyajikan informasi berupa rumusan masalah tentang

keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup dengan mengacu pada LKS.

2. Mengorganisasikan siswa dalam 6 kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya, satu kelompok terdiri dari 5-6 orang dan membagikan LKS per siswa dalam kelompok tersebut. 3. Membimbing siswa merumuskan hipotesis atas rumusan


(43)

27

Pertemuan I : ciri bergerak, iritabilitas, bernapas, ekskresi. Pertemuan II : ciri tumbuh dan berkembang, memerlukan makanan, reproduksi, adaptasi (Merumuskan Hipotesis). 4. Membimbing kelompok melakukan observasi sesuai dengan

gambar yang ada di LKS.

5. Membimbing kelompok dalam mengisi tabel pada LKS. (Mengumpulkan Data).

6. Membimbing kelompok melakukan analisis dengan mengacu pada tabel. (Analisis Data).

7. Melakukan evaluasi dengan cara meminta satu-dua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Guru

memerintahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

c. Penutupan

1. Membimbing kelompok menarik kesimpulan dengan mengacu pada LKS (Menarik Kesimpulan).

2. Pertemuan I : Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) agar siswa mempelajari materi untuk pertemuan berikutnya yaitu ciri memerlukan makan, reproduksi, tumbuh dan berkembang, dan adaptasi pada makhluk hidup.

Pertemuan II : Guru memberikan postes kepada siswa sebagai penilaian penguasaan konsep dan keterampilan proses sains melalui tes berupa soal pilihan jamak dan pilihan jamak beralasan.


(44)

28

Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode Diskusi) a. Pendahuluan

1. Guru memberikan pretes sebagai penilaian penguasaan konsep dan keterampilan proses sains melalui tes berupa soal pilihan jamak dan pilihan jamak beralasan.

Pertemuan I : Guru bertanya perbedaan antara manusia dan meja, guru meminta siswa melakukan demonstrasi dengan menyentuh pena dan belalang hidup, menanyakan reaksi pena dan belalang tersebut. Sehingga siswa dapat membedakan antara makhluk hidup dan tidak hidup.

Pertemuan II : Guru menanyakan kepada siswa “ apakah ukuran tubuh kalian sama pada saat kalian SD dengan SMP?, mengapa?”.

2. Guru memotivasi siswa tentang manfaat mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup.

b. Kegiatan Inti

1. Guru meminta siswa duduk sesuai kelompoknya masing-masing (setiap kelompok berjumlah lima orang dan pembagian kelompok telah dilakukan sehari sebelum pembelajaran

dimulai).

2. Pertemuan I : Guru menjelaskan materi mengenai

keanekaragaman cara bergerak, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi pada makhluk hidup.


(45)

29

Pertemuan II : Guru menjelaskan materi mengenai keanekaragaman memerlukan makan, tumbuh dan

berkembang, adaptasi, dan reproduksi pada makhluk hidup. 3. Guru membagikan LKS yang berisi permasalahan yang akan

diselidiki oleh masing-masing kelompok.

Pertemuan I : ciri bergerak, iritabilitas, bernapas, ekskresi. Pertemuan II : ciri tumbuh dan berkembang, memerlukan makanan, reproduksi, adaptasi.

4. Guru memerintahkan siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang ada di LKS.

5. Guru memerintahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

6. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian.

7. Guru dan siswa mengadakan refleksi dengan melakukan tanya-jawab tentang hasil diskusi yang belum dipahami oleh siswa . 8. Guru membahas masalah-masalah yang ada dalam LKS yang

belum diselesaikan oleh siswa. c. Penutupan

1. Membimbing kelompok menarik kesimpulan dengan mengacu pada LKS.

2. Pertemuan I : Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) agar siswa mempelajari materi untuk pertemuan berkutnya yaitu


(46)

30

ciri memerlukan makan, reproduksi, tumbuh dan berkembang, dan adaptasi pada makhluk hidup.

Pertemuan II : Guru memberikan postes kepada siswa sebagai penilaian penguasaan konsep dan keterampilan proses sains melalui tes berupa soal pilihan jamak dan pilihan jamak beralasan.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains berupa data kuantitatif yang

diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi tanggapan siswa terhadap metode inkuiri terbimbing.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Keterampilan Proses Sains

Data kuantitatif berupa nilai pretes dan postes diambil pada awal dan akhir pertemuan. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan nilai postes diambil pada akhir pertemuan dengan jumlah 6 soal pilihan jamak beralasan.


(47)

31

b. Penguasaan Konsep

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretes dan postes. Pretes dilakukan pada awal pertemuan I, dan postes dilakukan diakhir pertemuan II. Pretes dan postes dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama dengan jumlah 10 soal pilihan jamak. Pretes yang diberikan pada awal pertemuan I mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postes yang diberikan di akhir pertemuan II.

F. Teknik Analisis Data a. Data kuantitatif

Data yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis dengan uji t menggunakan program SPSS versi 17, sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 17. Untuk mendapatkan N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N-gain = –

Keterangan : X = Nilai pretes

Y= Nilai postes (Loranz, 2008:3) a. Rumusan hipotesis

H0 = data berditribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal


(48)

32

b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

2. Uji kesamaan dua varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan progam SPSS versi 17

a. Rumusan hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria uji

-Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima

-Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji kesamaan dua rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama


(49)

33

2. Kriteria uji

- Jika > thitung< ttabel > maka H0 diterima

- Jika thitung < ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

b. Uji hipotesis dengan uji U H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2 1. Hipotesis

H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama tidak sama

2. Kriteria uji :

H0 ditolak jika sig<0,05

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Tabel 3. Kriteria % Peningkatan KPS dan Penguasaan Konsep

% Peningkatan Kriteria

%g > 70 70 > %g > 30

%g < 30

Tinggi Sedang Rendah


(50)

34

b. Data Kualitatif

Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

a) Membuat pernyataan angket tanggapan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.

Tabel 4 . Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan Pilihan

S TS 1 Saya senang mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup melalui metode

pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menemukan masalah melalui metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar mengajar melalui metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri selama metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

7 Metode pembelajaran yang diberikan kepada saya memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses sains. 8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran

yang berlangsung.

Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

10 Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya melalui metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju. Sumber: dimodifikasi dari Mumtazah (2012: 39)


(51)

35

b)Membuat tabel penskoran angket tanggapan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.

Tabel 5. Penskoran angket tanggapan siswa

Sumber: dimodifikasi dari Mumtazah (2012: 39)

c) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2005:69)

d) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

No responden

(siswa)

Skor angket per item soal Jumlah skor No. soal (1) No. soal (2)

dst … 0 1 0 1 0 1 1.

2. dst.


(52)

36

Tabel 6. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing

No. pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden (siswa) Ket Frekuensi 1 2 3 4 5 dst

1.

S TS

2. S

TS 3.

S TS

4. S

TS

5. S

TS

dst. S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Mumtazah (2012: 40)

e) Menafsirkan kriteria atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap metode inkuiri terbimbing.

Tabel 7. Tafsiran kriteria jawaban angket

Persentase (%) Kriteria

100 Semuanya

76 – 99 Sebagian besar 51 – 75 Pada umumnya

50 Setengahnya

26 – 49 Hampir setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil

0 Tidak ada


(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. Dengan rata-rata N-gain yaitu 56,12 (kelas eksperimen) dan 48,65 (kelas kontrol).

2. Penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa yaitu dengan nilai rata-rata N-gain yaitu 60,41 (kelas eksperimen) dan 51,28 (kelas kontrol).

3. Semua siswa (100%) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.


(54)

52

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian yang berikutnya, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan sebanyak dua pertemuan sehingga

dimungkinkan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang diterapkan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya rancangan penelitian lebih dari dua kali pertemuan sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar dengan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

2. Peneliti seharusnya mempertimbangkan jumlah anggota untuk setiap kelompok agar proses pembelajaran dapat berjalan kondusif.

3. Pembentukkan kelompok hendaknya dilakukan pada hari sebelumnya,sehingga waktu yang tersedia lebih efektif..


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, M. T. 2010. Pengaruh metode pembelajaran Inkuiri terbimbing terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. (skripsi). Universitas lampung.

Bandarlampung.

Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta.

Bell, T., D. Urhahne, S. Schanze, dan R. Ploetzner. 2010. CollaborativeInquiry Learning: Models, Tools, and Challenges. International Journal of Science Education Edisi 32:3 Hal 349 – 377.

http://tandfonline.com/doi/abs/10.1080/ 09500690802582241. Diunduh tanggal 8 Februari 2014 pukul 10.00 WIB.

Delismar, R. Ashyar, dan B. Hariyadi. 2013. Peningkatan Kreativitas dan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Group Investigation. Edu-Sains Volume 1 No.2. Hal. 26.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Efendi, R. 2011. Kajian Penguasaan Konsep dan Kemampuan Inkuiri Siswa pada

Konsep Hukum Newton Tentang Gerak Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle dengan Tiga Teknik Hands-On. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Fauzi, F. W. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa.(Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hamalik, O., 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. Http:// herdian,s.pd., m.pd. Wordpress.com /model-pembelajaran-inkuiri/ (diakses tanggal 7 November 2013, pukul 13.00 WIB).


(56)

54

Hermansyah, T. 2010. Keterampilan Proses Sains (KPS).

Http://biopointtenten.blogspot.com/2010/08/keterampilan-proses-sains -kps.html. (diakses tanggal 7 November 2013, pukul 13.30 WIB). Listriani, M., P. Mahadewi, dan Parmiti. 2013. Penerapan Metode Inkuiri

Terbimbing Berbasis Lingkungan Hidup untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No 1 Bontihing. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. (diakses tanggal 7 November 2013, pukul 13.30 WIB).

Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press. Mumtazah, F. D. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing (Guided Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung.

Muslich, M. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Konstektual. Bumi Aksara. Malang

Nasution, M. A. 2003. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Nasution, S. 2008. Berbagai pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Oktariya, R. 2008. Pengaruh Media Audio Visual dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap Penguasaan Konsep Ekosistem oleh Siswa. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Ristanto, R. H. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau dariMotivasi Berprestasi dan Kemampuan Awal. Surakarta.Tesis Universitas Sebelas Maret.

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Sirait, R. dan Sahyar. 2013. Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika dan Hasil Belajar Fisika pada Pembelajaran Menggunakan Model Inqury Training pada Materi listrik Dinamis. Jurnal Online Pendidikan Fisika. Vol.2. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi


(57)

55

Subiantoro, A. W. 2010. Pentingnya Praktikum Dalam Pembelajaran IPA. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sukardi. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktikum. Bumi Aksara. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(1)

No. pertanyaan Angket

Pilihan

Jawaban (siswa) Frekuensi

1 2 3 4 5 dst 1.

S TS

2. S

TS 3.

S TS

4. S

TS

5. S

TS

dst. S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Mumtazah (2012: 40)

e) Menafsirkan kriteria atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap metode inkuiri terbimbing.

Tabel 7. Tafsiran kriteria jawaban angket Persentase (%) Kriteria

100 Semuanya

76 – 99 Sebagian besar 51 – 75 Pada umumnya

50 Setengahnya

26 – 49 Hampir setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil

0 Tidak ada


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. Dengan rata-rata N-gain yaitu 56,12 (kelas eksperimen) dan 48,65 (kelas kontrol).

2. Penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa yaitu dengan nilai rata-rata N-gain yaitu 60,41 (kelas eksperimen) dan 51,28 (kelas kontrol).

3. Semua siswa (100%) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.


(3)

sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan sebanyak dua pertemuan sehingga

dimungkinkan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang diterapkan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya rancangan penelitian lebih dari dua kali pertemuan sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar dengan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

2. Peneliti seharusnya mempertimbangkan jumlah anggota untuk setiap kelompok agar proses pembelajaran dapat berjalan kondusif.

3. Pembentukkan kelompok hendaknya dilakukan pada hari


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, M. T. 2010. Pengaruh metode pembelajaran Inkuiri terbimbing terhadap

Hasil Belajar Biologi Siswa. (skripsi). Universitas lampung.

Bandarlampung.

Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta.

Bell, T., D. Urhahne, S. Schanze, dan R. Ploetzner. 2010. CollaborativeInquiry

Learning: Models, Tools, and Challenges. International Journal of Science

Education Edisi 32:3 Hal 349 – 377.

http://tandfonline.com/doi/abs/10.1080/ 09500690802582241. Diunduh tanggal 8 Februari 2014 pukul 10.00 WIB.

Delismar, R. Ashyar, dan B. Hariyadi. 2013. Peningkatan Kreativitas dan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Group

Investigation. Edu-Sains Volume 1 No.2. Hal. 26.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Efendi, R. 2011. Kajian Penguasaan Konsep dan Kemampuan Inkuiri Siswa pada

Konsep Hukum Newton Tentang Gerak Melalui Model Pembelajaran

Learning Cycle dengan Tiga Teknik Hands-On. Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Fauzi, F. W. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa.(Skripsi).Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Hamalik, O., 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. Http:// herdian,s.pd., m.pd. Wordpress.com /model-pembelajaran-inkuiri/ (diakses tanggal 7 November 2013, pukul 13.00 WIB).


(5)

Terbimbing Berbasis Lingkungan Hidup untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas IV SD No 1 Bontihing. Singaraja. Universitas Pendidikan

Ganesha.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. (diakses tanggal 7 November 2013, pukul 13.30 WIB).

Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press. Mumtazah, F. D. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing (Guided Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (skripsi). Universitas

Lampung. Bandar lampung.

Muslich, M. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Konstektual. Bumi Aksara. Malang

Nasution, M. A. 2003. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Nasution, S. 2008. Berbagai pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Oktariya, R. 2008. Pengaruh Media Audio Visual dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap Penguasaan Konsep

Ekosistem oleh Siswa. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Ristanto, R. H. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan

Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau dariMotivasi Berprestasi dan

Kemampuan Awal. Surakarta.Tesis Universitas Sebelas Maret.

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Sirait, R. dan Sahyar. 2013. Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika dan Hasil Belajar Fisika pada Pembelajaran Menggunakan Model Inqury Training

pada Materi listrik Dinamis. Jurnal Online Pendidikan Fisika. Vol.2.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.


(6)

Subiantoro, A. W. 2010. Pentingnya Praktikum Dalam Pembelajaran IPA.

Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sukardi. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktikum. Bumi Aksara. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis (Kuasi Eksperimen Di Mts. Nurul Falah Sangiang Kota Tange

10 36 212

Perbedaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas pada Konsep Jamur

0 7 303

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Laju Reaksi

1 49 0

“Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang

2 15 208

Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup Tahun Ajaran 2013/2014)

1 17 57

Perbandingan Metode Eksperimen Inkuiri dengan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan

3 15 48

Perbandingan Metode Eksperimen Inkuiri dengan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan

0 8 40

Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

2 27 65

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11

View of Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

0 0 10