“Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Erien Damayanti NIM. 1110018300020

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ERIEN DAMAYANTI NIM. 1110018300020

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing

Dr. Yanti Herlanti M. Pd. NIP. 19710119 2008 01 2010

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(3)

Di susun oleh Erien Damayanti, NIM: 1110018300020, Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pihak fakultas.

Jakarta, Januari 2015

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Dr. Yanti Herlanti M.Pd. NIP : 19710119 2008 01 2010


(4)

PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP IPA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 12 PAMULANG” disusun oleh Erien Damayanti, NIM 1110018300020, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian Munaqasah tanggal 23 Januari 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, peneliti berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta, 23 Januari 2015. Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Jurusan PGMI Dr. Fauzan, MA.

NIP. 19761107 200701 1 013 Sekertaris Jurusan

Asep Ediana Latip, M.Pd. NIP. 19810623 200912 1 003 Penguji I,

Tonih Feronica, M.Pd. NIP. 19760107 200501 1 007 Penguji II,

Fathiah Alatas, M.Si.

NIP. 19830215 200912 2 003

Mengetahui,

a.n. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. NIP. 19591020 198603 2 001


(5)

NIM : 1110018300020

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Angkatan Tahun : 2010

Alamat : Jl. Kh. Killin RT 03/06 No. 68 Kel. Batujaya Kec. Batuceper Kota Tangerang Provinsi Banten.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama : Dr. Yanti Herlanti M.Pd.

NIP : 19710119 2008 01 2010

Dosen Jurusan : Pendidikan IPA

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Januari 2015

Erien Damayanti NIM: 1110018300020


(6)

Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang” yang disusun oleh Erien Damayanti dengan NIM 1110018300020, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 08 Januari 2015.

Jakarta, 08 Januari 2015 Pembimbing

Dr. Yanti Herlanti M.Pd. NIP. 19710119 2008 01 2010


(7)

i

Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain pembelajaran Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap penguasaan konsep IPA. Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 12 Pamulang, pada tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain control group pretest posttest design. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda yang memuat 4 pilihan jawaban. Tes tersebut digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa, dan instrumen penunjang penelitian yaitu instrumen non-tes berupa lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Data instrumen tes analisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada taraf signifikansi (α) = 0,05, didapatkan thitung > ttabel yaitu

2,839 > 2,005, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendekatan KPS terhadap penguasaan konsep IPA siswa.


(8)

ii

Techer Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015.

This study aimed to know science concept of students in primary school within Science Process Skills learning (SPS). The research was conducted some students at Elementary School (SDS Muhammadiyah 12 Pamulang), in the academic year 2014/2015. The research used a quasi-experimental with control group pretest

posttest design. Test with as instrument of this research is multiple choice

questions that contains four answer choices. We also used observation sheets to know the students activity during the learning process. The results showed there is significantly influence of the Science Process Skills approach toward concepts of science, (tcount > ttable is 2,839 > 2,005, α = 0,05).


(9)

iii

penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan terbaik bagi segenap umat, kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian teladannya. Juga kepada seluruh umatnya, aamiin.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun keberhasilan peneliti dalam menyelsaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Nurlena Rifai, MA. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA., selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini.

3. Asep Ediana Latip M.Pd., selaku sekertaris jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Syafruddin S.Pd.I, selaku Kepala SD Muhammadiyah 12 Pamulang yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian skripsi ini.


(10)

iv

yang telah begitu banyak melimpahkan kasih sayang serta doa tulus yang selalu beliau panjatkan dalam setiap sujudnya, ridho dari kalian merupakan jalan yang teramat berharga yang satu-satunya peneliti inginkan.

8. Kakak dan Adik terkasih, Ahmad Nuur Hidayat dan Shifa Chandra Azizi terimakasih untuk selalu memberi semangat serta doanya.

9. Terimakasih untuk Nurhuda Fithroni, yang selalu memberikan motivasi, waktu, dan tenaganya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Sahabat peneliti yang sudah kurang lebih 10 tahun bersama Delima, Nune, Evis, Syifa, & Munah, terimakasih banyak untuk semuanya.

11. Sahabat selama semasa kuliah ini Gengs (Nc, Fitri, Roro, Restu, Rafika, Zizah, Nufus, Ihda, Vina, Hilma, Ai, dan Lina) serta seluruh teman-teman EXPERT 2010, PGMI A & B yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu terimakasih banyak untuk semua pengalaman serta pelajaran hidup selama 4 tahun ini.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu secara terbuka peneliti menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya peneliti sendiri serta para pembaca sekalian.

Jakarta, Februari 2015


(11)

v

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 3

C.Pembatasan Masalah 4

D.Perumusan Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR,

DAN HIPOTESIS 6

A.Deskripsi Teoritis 6

1.Pendekatan Pembelajaran 6

2.Pendekatan Keterampilan Proses Sains 7

3.Penguasaan Konsep 16

4.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 22 5.Hubungan KPS dengan Penguasaan Konsep IPA 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan 27

C. Kerangka Pikir 29


(12)

vi

D.Variabel Penelitian 33

E. Prosedur Penelitian 33

F. Teknik Pengumpulan Data 34

G.Instrumen Penelitian 34

H.Teknik Pengolahan Data 35

1. Validitas 36

2. Realibilitas 36

3. Taraf Kesukaran Butir Soal 37

4. Analisis Daya Pembeda 38

I. Teknik Analisis Data 39

1. Uji Normalitas 39

2. Uji Homogenitas 40

3. Uji Hipotesis 41

4. Hipotesis Statistik 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44

A. Hasil Penelitian 44

1. Hasil pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen 45 2. Hasil posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen 46 3. Hasil Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar 47

a. Uji Normalitas 47

b. Uji Homogenitas 48

c. Uji Hipotesis 49

B. Pembahasan 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54


(13)

vii


(14)

viii


(15)

ix

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes 35

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Realibilitas 37

Tabel 3.4 Indeks Taraf Kesukaran 38

Tabel 3.5 Indeks Daya Pembeda 39

Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 45

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Pretest 46

Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 46

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Posttest 47

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen 48

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen 48


(16)

x

Lampiran C Uji Analisis Data 160


(17)

1

Kemajuan dan perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut pembaharuan dalam kurikulum pendidikan, model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, bahkan mulai muncul berbagai media-media pembelajaran yang bervariatif. Ketika terjadi pembaharuan kurikulum, maka pendekatan-pendekatan pembelajaranpun ikut diperbarui.

Salah satu bentuk peningkatan kualitas dalam dunia pendidikan ini perlu dilakukan dalam hal kurikulum, karena kurikulum disini merupakan cara penyampaian bahan ajar agar terwujud masyarakat yang mampu bersaing dan beradaptasi dengan perubahan zaman yang serba canggih dan teknologi yang semakin modern, selain itu didalam kurikulum yang diperbarui tentunya pendekatan-pendekatan pembelajaranpun ikut diperbarui dan bahkan bermunculan.

Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan formal yang harus ditempuh oleh anak-anak juga dituntut untuk mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan yang diperlukan dalam era globalisasi. Salah satu mata pelajaran inti yang diberikan dalam pendidikan formal mulai dari jenjang pendidikan dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Perkembangan yang terjadi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ini menggugah para pendidik di sekolah dasar untuk merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah/menekankan pada penguasaan konsep IPA yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Namun kenyataannya, Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah kurangnya minat serta rendahnya penguasaan konsep siswa terutama pada mata pelajaran–mata pelajaran yang sifatnya abstrak, salah satunya disini mata pelajaran IPA. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan suatu pokok bahasan disebabkan saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Pada saat ini metode konvensional atau ceramah masih


(18)

sangat mendominasi dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar–sekolah dasar dimana dalam metode konvensional ini guru lebih banyak berbicara dalam menginformasikan fakta atau konsep dari materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat saja siswa tidak ikut dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran (teacher oriented). Sekolah-sekolah tersebut masih jarang melakukan pembelajaran dengan metode, teknik, media, bahkan pendekatan pembelajaran yang belakangan sudah banyak muncul dan bervariatif guna menunjang meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut.

Guru secara fungsional memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek yakni merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, membimbing siswa, mengevaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut. Oleh karena itu salah satu tugas guru disini tentunya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, hal itu dapat terjadi jika guru memiliki kemampuan memilih pendekatan serta metode yang tepat pada setiap materi yang akan diajarkan. Hal ini tidak hanya bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif, melainkan juga agar keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran dapat terlihat sehingga materi yang diajarkanpun dapat memiliki kesan tersendiri dalam diri siswa serta memudahkan daya ingat siswa dalam waktu yang relatif panjang. Selain kemampuan guru dalam memilih pendekatan serta metode yang tepat dan sesuai, guru juga harus dapat mengembangkannya dengan membuat sebuah desain pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan tentunya menyenangkan sehingga siswa dapat lebih mudah meningkatkan penguasaan konsepnya terhadap suatu materi.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam Pembelajaran IPA/Sains yaitu pendekatan keterampilan proses, karena pendekatan keterampilan proses sains ini sesuai dengan karakteristik sains yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip saja, namun menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dibekalkan dengan kegiatan pembelajaran yang


(19)

berorientasi proses. Dalam hal ini jelas bahwa guru dapat mengembangkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains/IPA di sekolah dasar. Pendekatan keterampilan proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan pengetahuannya1. Penelitian ini didasari oleh asumsi bahwa seorang guru harus mampu menyusun pembelajaran dengan baik dengan memberikan metode yang sesuai dengan topik yang sedang dibahasnya.

Dengan guru dapat membuat desain pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains diharapkan akan mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap konsep-konsep IPA yang bersifat abstrak, yang juga berimbas pada meningkatnya hasil belajar siswa. Pembelajaranpun akan lebih menarik, selain itu pembelajaran juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya dan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu disini penulis akan membahas dan mencoba menerapkan salah satu pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS). Dengan upaya keaktifan seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan penguasaan konsepnya dapat terlihat.

Berdasarkan uraian di atas, masalah ini penting untuk diteliti sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV

SD Muhammadiyah 12 Pamulang.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, karena masih banyak guru yang menyampaikan materi hanya

1

Poppy Kamalia Devi, Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA, (PPPPTK IPA, 2010), h. 82.


(20)

dari satu arah saja yakni berpusat pada guru (teacher oriented) yang menggunakan pendekatan konvensional.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami serta menguasai konsep IPA yang cendrung abstrak.

3. Kurangnya penggunaan keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis mencoba membatasinya menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1. Desain pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS).

2. Penguasaan konsep pada kognitif siswa.

3. Konsep materi Struktur Tumbuhan dan Fungsinya.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: “Apakah pendekatan keterampilan

proses sains dapat mempengaruhi penguasaan konsep IPA siswa?”.

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap penguasaan konsep IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang.

F. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para guru khususnya, maupun pihak-pihak yang terkait pada dunia pendidikan. Dan setidaknya kegunaan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

Meningkatkan penguasaan konsep serta hasil belajar siswa pada setiap pembelajaran IPA, dan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses


(21)

ini siswa juga dapat belajar secara aktif dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

b. Bagi Guru

1) Menjadi pilihan alternatif oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA/Sains.

2) Dapat menambah wawasan bagi guru tentang pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan susana pembelajaran yang aktif sehingga meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

3) Dapat melakukan intropeksi, evaluasi, dan peningkatan kinerja pada pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dimasa yang akan datang.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses yang disesuaikan dengan siswa dan karakteristik pelajaran yang akan meningkatkan prestasi sekolah, selain itu dapat menghasilkan guru-guru yang berkualitas yang akan meningkatkan citra sekolah dimasyarakat.


(22)

6 1. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, meninspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.1

Pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student-centered

approaches).2 Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar

pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.3 Sedangkan pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.4

Pendekatan konsep lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan oleh guru berupa bahan atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif, sedangkan pendekatan proses menekankan pentingnya kebermaknaan belajar untuk mencapai hasil yang memadai. Pendekatan proses juga menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan menekankan pada hasil belajar secara tuntas.

1

Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, 28/1/2015.

2

Junaedi, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 3-8. 3

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2008), cet. ke-6, h. 71.

4


(23)

Pendekatan konsep tidak dapat dipertentangkan dengan pendekatan proses, sehingga keduanya merupakan dua pendekatan yang tidak terpisah. Hal ini disebabkan keduanya merupakan garis kontinum, yakni pendekatan proses menekankan penghayatan proses dan pendekatan konsep lebih menekankan perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip. Belajar dengan pendekatan proses tidak mungkin terjadi apabila tidak ada materi atau bahan pelajaran yang dipelajari. Sebaliknya belajar konsep tidak mungkin dilakukan tanpa adanya keterampilan proses pada diri siswa.

2. Pendekatan Keterampilan Proses Sains

a. Pengajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Sudjana menyatakan bahwa ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar.5 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.6

Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat menentukan. Seperti yang dikatakan oleh Mulyasa bahwa guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama.7 Seorang guru harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah.

5

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), h. 1.

6

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-9, h. 18.

7

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-4, h. 5.


(24)

Sedangkan pengajaran yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.8 Pengajaran merupakan operasinalisasi dari kurikulum. Pengajaran di sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur untuk mencapai tujuan pengajaran. Bahan pengajaran adalah uraian atau deskripsi dari pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang ada didalam pokok bahasan.

Sistem belajar mengajar yang bersifat klasikal (bersama-sama dalam satu kelas) guru berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua arah atau bahkan banyak arah. Mengajar bukan semata-mata merupakan pemberian informasi tanpa mengembangkan kemampuan mental, fisik, dan penampilan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar dikelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut.

Upaya mengoptimalisasikan kegiatan belajar mengajar perlu dilakukan sejak perencanaan hingga evaluasi belajar mengajar. Dan salah satu optimalisasi dalam kegiatan belajar mengajar pada pelajaran IPA ini yaitu dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Adapun ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari, yaitu:9

1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. 2) Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami

konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkret.

3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif.

4) Dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa.

8

Sagala, OP. Cit., h. 9. 9

Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h. 14-15.


(25)

Berdasarkan empat alasan yang dikemukakan oleh Semiawan, perlulah seorang guru itu mencari cara mengajar-belajar yang sebaik-baiknya. Pembelajaran yang baik harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan taraf kemampuannya, pembelajaran yang baik menerapkan cara belajar yang melibatkan siswa secara aktif, pembelajaran yang baik mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan sehingga siswa mampu menemukan konsep, pengetahuan, teori, maupun fakta secara mandiri.

Keterampilan proses perlu dilatihkan atau dikembangkan dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut:10

1) Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. 3) Meningkatkan daya ingat.

4) Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu. 5) Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Berdasarkan lima peran KPS yang telah dipaparkan maka pembelajaran sains hendaknya menekankan pada prosesnya bukan hanya pada produk akhir pembelajaran tersebut, hal ini dijelaskan Trianto bahwa IPA/Sains itu merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.11

Kutipan tersebut menjelaskan bahwasanya IPA/Sains ini merupakan ilmu pengetahuan yang dibangun berdasarkan tiga komponen yakni proses ilmiah, prodek ilmiah, serta sikap ilmiah. Hal tersebut pun dijelaskan oleh Carin dan Sund yang menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk dan sikap.12

10

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 148. 11

Ibid., h. 137. 12

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 20.


(26)

1) Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

2) Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

3) Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima, dan sebagainya.

Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan, ketiganya merupakan komponen-komponen dasar yang penting dalam suatu pembelajaran IPA. Jika dalam suatu pembelajaran IPA salah satu dari komponen tersebut tidak terlihat, maka pembelajaran IPA ini dikatakan tidak berjalan dengan semestinya.

Hal ini erat kaitannya dengan karakteristik siswa pada usia sekolah dasar yang cendrung lebih mudah memahami sebuah konsep yang kongkret. Piaget menjelaskan bahwa usia 6-11 tahun (usia peserta didik di sekolah dasar) masuk kedalam periode operasi konkret, dimana pada periode ini anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi, dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.13

Pendekatan keterampilan proses disini kurang lebihnya akan membantu para guru dalam pembelajaran dan membantu peserta didik agar lebih mudah menguasai konsep materi yang diajarkan dalam pembelajaran sains/IPA.

Menurut Dahar dalam Wisudawati dan Sulistiyowati14, keterampilan proses IPA ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir. Dengan kata lain dari pernyataan tersebut bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan intelektual yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.

13

Syamsu Yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6.

14

Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet. Pertama, h. 114.


(27)

Zulfiani menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.15 Maksudnya yaitu keterampilan proses sains merupakan salah satu cara dari sekian banyak cara yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, pengetahuan ini merupakan konsep-konsep yang terdapat dalam setiap pembelajaran IPA. Dalam bukunya Zulfiani juga menambahkan bahwa keterampilan proses sains dibangun dari tiga keterampilan yaitu manual, intelektual, dan sosial.16

Gambar 2.1 Keterampilan Proses Sains

Berdasarkan beberapa penjelasan atau definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses itu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang membutuhkan dan melibatkan keterampilan dasar siswa, yaitu keterampilan kognitif/intelektual, manual, dan sosial yang dimiliki siswa, serta merupakan pendekatan yang berfungsi sebagai cara untuk kita menemukan konsep-konsep pada pembelajaran IPA. Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa ini agar mampu memproses informasi sehingga mampu menemukan dan menghasilkan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa konsep, produk, teori, fakta, maupun pengembangan sikap dan nilai sesuai dengan kemampuannya sendiri. Selain itu pendekatan keterampilan proses tidak saja

15

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 51.

16

Ibid., h. 52.

KPS

Keterampilan Intelektual

Keterampilan Sosial Keterampilan


(28)

mementingkan hasil, tetapi juga memperhatikan proses mendapatkan hasil tersebut. Melaksanakan pendekatan keterampilan proses berarti siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pengamatan dan menemukan sendiri konsep dan prinsip sehingga materi pelajaran mudah dikuasai siswa.

Sejalan dengan asumsi diatas, maka belajar mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan kepada bagaimana ia harus belajar. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut pendekatan belajar mengajar yang harus digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Sebagai konsekuensi dari pendekatan keterampilan proses ini, maka peserta didik berperan selaku subjek dalam belajar, peserta didik bukan sekedar penerima informasi tetapi sebaliknya sebagai pencari informasi. Oleh karenanya, peserta didik harus aktif dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya, hasil belajarnya atau pengalamannya.

b. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya

Funk dalam Trianto17 membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated science process skill). Adapun keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA di SD/MI meliputi keterampilan melakukan observasi, menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), keterampilan berkomunikasi, hipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan.18 Sedangkan dalam sumber lain ada pula yang menambahkan keterampilan menggunakan alat dan bahan.19

1) Melakukan Observasi

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proposional seluruh alat indera untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati. Pengamatan

17

Trianto, Op. Cit., h. 144. 18

Zulfiani, dkk., Op. Cit., h. 53-55. 19


(29)

dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu.

2) Menafsirkan hasil pengamatan

Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan.

3) Mengelompokkan

Dasar keterampilan mengklasifikasikan adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati. Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah menggolong-golongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan.

4) Meramalkan

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau pola data yang sudah ada.

5) Keterampilan Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi, atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram, atau gambar.

6) Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, interpretasi, dan inferensi didasarkan pada data atau pola data dan kecendrungan dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan metode deduktif.

7) Merencanakan Percobaan

Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah keterampilan menentukan alat bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu, dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak dicantumkan secara khusus alat-alat dan bahan yang diperlukan.


(30)

8) Menerapkan Konsep atau Prinsip

Keterampilan ini meliputi antara lain keterampilan menggunakan konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru.

9) Mengajukan Pertanyaan

Keterampilan ini sebenarnya merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut.

10) Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan

Setelah diatas terdapat keterampilan merencanakan percobaan, maka dibutuhkan pula keterampilan menggunakan alat dan bahan. Dalam keterampilan ini penggunaan alat dan bahan yang efektif akan dapat mempengaruhi berhasil tidaknya suatu percobaan. Pengalaman menggunakan alat dan bahan pada peserta didik merupakan pengalaman kongkret yang memudahkan mereka menerima gagasan-gagasan baru sebagai suatu syarat penting pada peserta didik yang masih pada tingkat operasional konkret.

Dari kategori keterampilan proses yang dijelaskan oleh Harlen, Rustaman menyusun dan mengembangkannya menjadi beberapa indikator pada tiap kategorinya. Seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut:20

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya No. Keterampilan Proses

Sains Indikator

1 Observasi a. Menggunakan sebanyak mungkin indera b. Menggunakan fakta relevan

2 Klasifikasi a. Mencatat setiap pengamatan b. Mencari perbedaan/persamaan c. Menontraksikan ciri-ciri d. Membandingkan

e. Mencari dasar pengelompokkan f. Menghubungkan hasil pengamatan

3 Interpretasi a. Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan b. Menyimpulkan

4 Prediksi a. Menggunakan pola/hasil pengamatan

20


(31)

b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengajukan Pertanyaan

a. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan 6 Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari 1

kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu

diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti

7 Merencanakan Percobaan

a. Menentukan alat/bahan yang digunakan b. Menentukan variabel/faktor penentu c. Menentukan apa yang akan diukur,

diamati, dan dicatat 8 Menggunakan

alat/bahan

a. Memakai alat/bahan

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan

c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan

9 Menerapkan Konsep a. Menerapkan konsep pada situasi baru b. Menggunakan konsep pada pengalaman

baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10 Berkomunikasi a. Memberikan data empiris hasil percobaan dengan tabel/grafik/diagram

b. Menyampaikan laporan sistematis c. Menjelaskan hasil percobaan d. Membaca grafik

e. Mendiskusikan hasil kegiatan

Untuk menggunakan keterampilan proses, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:21

1) Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA.

2) Kedelapan keterampilan siswa tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dari sekolah dasar hingga menengah.

3) Dalam pembelajaran IPA, keterampilan proses tersebut tidak harus sesuai urutan.

4) Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran IPA dapat digunakan untuk pengembangan keterampilan proses.

21


(32)

5) Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode ceramah lebih sedikit dibanding eksperimen.

Dalam kegiatan belajar mengajar IPA dengan melatihkan keterampilan proses tidak diharapkan setiap siswa akan menjadi saintis, melainkan mampu mengemukakan idenya bahwa memahami IPA bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara yang diperbuat oleh ilmuan.

c. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa pendekatan keterampilan proses memiliki keunggulan diantaranya:22

1) Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan.

2) Keterampilan proses merupakan hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan masa depan.

3) Keterampilan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Sedangkan kelemahan dari pendekatan keterampilan proses diantaranya:

1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.

2) Memerlukan fasilitas yang cukup baikdan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakan.

3) Merumuskan masalah, menyususn hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.

3. Penguasaan Konsep

a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran

Konsep menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang-orang.23

22


(33)

Maksudnya konsep merupakan suatu hal yang terkait dengan objek apapun baik orang, benda, pemikiran, ataupun yang lainnya. Konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori.24 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sagala bahwa konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk, pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.25 Menurut pendapat tersebut konsep juga dapat diartikan sebagai sebuah hasil budi dari manusia yang terstruktur dan memiliki dasar serta tujuan yang jelas.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu hal yang bersifat abstrak yang merupakan hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang, yang didapatkan melalui pengalaman, peristiwa, ataupun yang lainnya. Abstrak dalam konsep ini dapat didapatkan melalui pengalaman-pengalaman, maka setiap orang pasti memiliki konsep tersendiri terhadap sesuatu hal. Hal ini dikarenakan masing-masing orang memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda satu sama lain, yang mengakibatkan perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman lah yang menentukan bagaimana konsep tersebut dipandang, walaupun konsep-konsep setiap orang berbeda namun konsep-konsep tersebut cukup serupa sehingga tetap ada koneksi ketika berkomunikasi atau yang lainnya.

Penguasaan berarti pemahaman serta keterampilan terhadap suatu bahasa atau ilmu.26 Jadi dari definisi diatas dapat diartikan penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep suatu materi, sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan menyikapinya. Penguasaan konsep menjadi hasil dari siswa ketika sudah melalui pembelajaran. Sedangkan penguasaan konsep yang dimaksudkan pada penelitian ini yakni penguasaan

23

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 162.

24

Zulfiani, Op. Cit., h. 92. 25

Sagala, Op. Cit., h. 71. 26

Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), cet. Pertama, h. 726.


(34)

konsep dalam ranah kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa setelah melakukan pembelajaran. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan otak/mental.

Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir mulai dari yang tingkatan rendah sampai tertinggi, yakni pengetahuan/ingatan-knowledge, pemahaman-comprehension, penerapan-aplication, analisis-analyze,

sintesis-synthesis, dan evaluasi-evaluation).27 Suharsimi juga mengutip dalam bukunya

bahwa konsep taraf kompetensi kognitif disusun ke dalam enam jenjang atau tingkatan yang kompleksitasnya bertingkat, yakni mengenal, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.28

Pada tahun 2001, Lorin W.Anderson dan David R. Krathwohl menulis A

Taxonomy for learning, Teaching, and Assesine (A Revision of Bloom’s Taxonomy

of Educational Objectives). Keduanya melakukan revisi terhadap taksonomi

Bloom (teori kognitif). Enam jenjang ranah kognitif yang sudah direvisi digambarkan dengan skema berikut.

Gambar 2.2 Taksonomi Bloom

27

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14.

28

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2009), cet ke-2, h. 131-133.

Creati ng

Evaluating

Analyzing

Applying

Understanding


(35)

Berikut penjelasan dari masing-masing jenjang kognitif yang sudah direvisi.29

1) Remember (mengingat), adalah menarik kembali informasi yang tersimpan

dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar mengingat bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif recognizing

(mengenali) dan recalling (mengingat).

2) Understand (memahami), adalah mengkonstruk makna atau pengertian

berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusunan skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif:

interpriting (menafsirkan), exemplifying (memberikan contoh), classifying

(mengklasifikasikan), summarizing (meringkas), inferring (menarik inferensi),

comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan).

3) Applying (mengaplikasikan), adalah mencakup penggunaan suatu prosedur

guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: executing (menjalankan)

dan implementing (mengimplementasikan).

4) Analyzing (menganalisis), adalah menguraikan suatu permasalahan atau objek

ke unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: differentiating (membedakan), organizing

(mengorganisisr), dan attributting (menemukan pesan tersirat).

29

Lorin W. Anderson, Davis R. Krathwohl, with Peter W. Airasian (et.al), A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing, (NewYork: Longman, 2001), h. 67.


(36)

5) Evaluate (menganalisis), adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: checking (memeriksa) dan critiquing (mengkritik).

6) Create (membuat), adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu

bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: generating (membuat), planning (merencanakan), dan

producing (memproduksi).

Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep, yaitu sebagai berikut:30

1) Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep.

2) Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut dominan.

3) Menyediakan mediator verbal yang bergina bagi siswa.

4) Memberikan contoh-contoh yang positif dan negatif mengenai konsep. 5) Menyajikan contoh-contoh.

6) Sambutan siswa dan penguatan. 7) Menilai belajar konsep.

Penguasaan konsep yang dimiliki siswa setelah proses belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar yang telah dilaluinya. Penguasaan konsep juga akan mendukung terbentuknya kepribadian yang positif, karena siswa akan mampu menginterpretasikan konsep yang umumnya konkret kemudian dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Proses belajar yang dimulai dengan merumuskan masalah (pertanyaan-pertanyaan), kemudian mencari, menyelidiki dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, akan memberikan kesempatan belajar yang lebih bermakna pada siswa. Dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan pada objek yang dipelajari dapat dicari dan dimengerti. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

30


(37)

siswa bukan dari mengingat atau menghafal seperangkat fakta, konsep, atau teori, tetapi dengan menemukan dan membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Belajar dengan bermakna ini akan memberikan kemampuan untuk mengingat sesuatu lebih lama dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Pengetahuan yang dibangun sendiri melalui model ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya menjadi lebih baik dan penguasaan konsep siswa terhadap suatu materi pun dapat meningkat.

Dalam mempelajari konsep berarti siswa tidak lagi menghafal atau mengingat untuk menyebutkan suatu teori, akan tetapi menjelaskan bagaimana suatu teori dapat dibuktikan dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Konsep

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai ditandai dengan meningkatnya penguasaan konsep siswa. Hal ini ditentukan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi, adapun faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu aspek psikologis dan aspek fisiologis.

a) Aspek psikologis, yang meliputi:

(1) Intelegensi siswa. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil belajar. Dalam situasi yang sama, siswa dengan tingkat intelejensi tinggi akan berhasil dibandingkan dengan siswa dengan tingkat intelejensi rendah.

(2) Bakat siswa. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

(3) Sikap siswa. Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek tertentu, baik positif maupun negatif.


(38)

(4) Minat siswa. Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, termasuk belajar. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajarannya tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. (5) Motivasi siswa. Motivasi merupakan keadaan internal organism yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi dari dalam diri sendiri dan motivasi dari luar.31

b) Aspek fisiologis, berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang. Kondisi jasmani yang kurang sehat akan mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.32

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor eksternal meliputi:

a) Faktor lingkungan, meliputi: alam dan sosial.

b) Faktor Intrumental, meliputi: kurikulum atau bahan ajar, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi, dan manajemen.33

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Hakikat IPA di Sekolah Dasar

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam memegang peranan sangat penting dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan manusia sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. IPA meruapakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan

(reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. Cabang ilmu yang

termasung anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA, Astronomi/Astrofisika, dan Geologi.34

31

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 133.

32

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan sebagai Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), cet. V, h. 135-136.

33

Ibid., h. 132. 34


(39)

Mengkhusus pada mata pelajaran sains tingkat sekolah dasar yang dikenal dengan mata pelajaran IPA, tujuan pendidikan sains SD ini berorientasi pada pencapaian sains dari segi sikap keilmuan, proses, produk, dan aplikasi. Seperti yang dinyatakan oleh Depdiknas bahwa hakikat Sains/IPA meliputi empat unsur utama yaitu:35

1) Sikap: rasa ingin tahu terhadap benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended.

2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perencanaan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Pada proses pembelajaran IPA ini ke empat aspek tersebut diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah, oleh karena itu IPA sering kali disamakan dengan the way of thinking.36 Akan tetapi, sains secara umum masih belum sesuai dengan yang diharapkan kelemahan akan pembelajaran sains secara umum yakni, 1) masih banyak guru yang sangat menekankan pembelajaran pada faktor ingatan, 2) sangat kurang pelaksanaan praktikum, 3) fokus penyajian dengan ceramah mengakibatkan kegiatan sangat terbatas, tidak lebih dari mendengarkan dan menyalin.

Menurut Hendri Darmodjo dan Kaligis IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap, dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan

35

Zulfiani, Op. Cit., h. 46-47. 36


(40)

pengtahuaan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan Usman mengatakan bahwa IPA atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah.37 Maksudnya, dalam IPA alam dan sekitarnya merupakan objek yang biasa dijumpai dalam IPA, adapun gejala-gejala alam yang dibahas atau ditemui nantinya merupakan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia melalui serangkaian metode ilmiah.

Dari beberapa uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA atau Sains merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan siswa. Hal-hal tersebut didapatkan melalui metode ilmiah yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok manusia.

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar siswa mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:38

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

37

Samatowa, Op. Cit., h. 3. 38

Ika Febriyanti, Efektifitas Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Eksperimen pada Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, (Univ. Kristen Satya Wacana: 2012), h. 22-23.


(41)

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Ruang Lingkup Pelajaran IPA

Ruang lingkup mata pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci menjadi 4 kelompok yaitu:39

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Ke-4 kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan disemua tingkat kelas tetapi dengan tingkat kedalaman yang berbeda, semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam bahasannya.

39


(42)

5. Hubungan KPS dengan Penguasaan Konsep pada Materi Struktur Tumbuhan dan Implementasinya

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat abstrak. Hal ini bertolak belakang dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar, yang cendrung berpikir kongkret. Pada penelitian ini peneliti mengambil contoh pada konsep materi struktur tumbuhan, konsep materi ini merupakan salah satu konsep materi yang cukup sulit dan membutuhkan ketelitian karena detailnya materi, sehingga siswa sulit dalam memahaminya terlebih pada kelas IV sekolah dasar. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran dan kurangnya fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Ketika siswa belajar tentang konsep struktur tumbuhan guru sering kali memberikan konsep yang abstrak, kebanyakan guru hanya menjelaskan melalui buku paket yang tersedia dan dibantu dengan penyelesaian soal-soal latihan tanpa mengajak siswa untuk mengetahui hal tersebut secara konkret. Hal ini tentunya sangat tidak efektif, karena tumbuhan merupakan salah satu benda hidup yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jika guru hanya menjelaskan konsep secara abstrak siswa pun tidak dapat langsung menguasai konsep tersebut dan penjelasan guru yang abstrak tadi hanya bersifat shorter memory dalam ingatan siswa (pembelajaran tidak berkesan).

Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA khususnya dalam menyampaikan konsep-konsep IPA tersebut, guru haruslah menggunakan pendekatan pembelajaran yang memang menunjang dan sesuai, kesesuaian ini meliputi dengan ciri pembelajaran IPA, tujuan pembelajaran IPA, serta karakteristik siswa yang akan diajarkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah dengan menggunakan pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS), alasannya karena didalam KPS siswa diajak langsung untuk menemukan konsep pengetahuannya secara mandiri, hakikat dari KPS ini mengandalkan kemampuan dasar siswa yang dibantu dengan kemampuan guru yang hanya berperan sebagai fasilitator. Sehingga apa yang diharapkan oleh guru dalam pembelajaran IPA


(43)

dapat berkesan pada diri siswa dan menjadi longer memory, jika pembelajaran dilakukan dengan mengedepankan prosesnya.

Misalnya, dalam konsep materi struktur tumbuhan. Dalam konsep materi ini siswa akan mengetahui bagaimana: 1) struktur akar pada tumbuhan, 2) struktur batang pada tumbuhan, 3) struktur daun pada tumbuhan serta 4) struktur bunga pada tumbuhan. Ke empat sub pokok materi ini tentunya memerlukan pendekatan KPS didalamnya. Sebelum memulai materi guru harus bertanya jawab terkait dengan materi yang konteksnya terdapat didunia nyata, seperti? “apa yang kalian sering lihat dilingkungan kalian?”, dan sebagainya. Setelah siswa mampu mengutarakan jawaban-jawaban mereka, guru menghadirkan menampilkan gambar atau guru juga dapat membawa contoh tumbuhan langsung ke dalam kelas. Kemudian guru menunjuk bagian-bagian dari tumbuhan tersebut, dan meminta siswa untuk menyebutkannya, seperti terdapat akar, batang, daun, dan lain-lain. Setelah itu siswa diberikan pertanyaan kembali yang berupa masalah, hal ini nantinya akan terjawab ketika guru mendesain sebuah pembelajaran dengan metode eksperimen, eksperimen atau percobaan ini untuk membantu siswa dalam menemukan konsep pada sub materi struktur akar dan fungsinya, struktur batang dan fungsinya, struktur daun dan fungsinya, serta struktur bunga dan fungsinya.

Desain pembelajaran yang menggunakan Keterampilan Proses Sains mampu menemukan konsep pengetahuannya secara mandiri serta mampu memotivasi siswa membuat hubungan antara konsep pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian penguasaan konsep siswa dan prestasi siswa tersebut bisa dicapai, karena guru menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang memang melibatkan siswa secara aktif yang berimbas pada

longer memory siswanya.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.


(44)

1. Moehammad Yani. Peningkatan Minat Belajar Peserta Didik Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengambilan data dengan observasi, wawancara, serta angket kepuasan peserta didik. Terlihat dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa 11 peserta didik atau 97,5% bersikap sangat antusias. Hasil angket yang dijaring melalui angket, sebanyak 84,38% menyatakan sangat setuju bahwa pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses sangat menarik, menyenangkan, dan mereka sangat gembira dalam mengikuti proses pembelajaran.40

2. Euis Dahlia Rahmawati. Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Perubahan

Wujud Benda Melalui Pendekatan Keterampilan Proses. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 pada pembelajaran IPA di SDN Tugu 3, melalui pendekatan keterampilan proses. Metode yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 langkah dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Tagart yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses harus disusun secara cermat berdasarkan ciri khusus melalui langkah-langkah menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, malakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Adapun pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Sedangkan hasil belajar siswa menunjukan adanya peningkatan yaitu: pada siklus I rata-rata 69,00 dengan presentase yang mencapai KKM 64,44%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 89,67 dengan presentase yang mencapai KKM 89%. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa.41

40

Yani, Loc. Cit. 41


(45)

3. Sukarno dan Supriyatman, Improving Science Process Skills (SPS) Science Concepts Mastery (SCM) Prospective Student Teachers Through Inquiry

Learning Instruction Model By Using Interactive Computer Simulation. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep sains dengan menggunakan simulasi komputer yang interaktif. Data dari penelitian ini diperoleh melalui tes yang dilakukan pada responden meliputi tes keterampilan proses sains dan uji penguasaan konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dan penguasaan konsep sains siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran inquiry menggunakan simulasi komputer yang interaktif. Pada akhir penelitian penulis menyarankan model pembelajaran dapat dikembangkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran sains di sekolah dasar dan menengah.

C.Kerangka Pikir

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu ada dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor yang terdapat pada diri siswa termasuk bagaimana kemampuan siswa kondisi siswa dan sebagainya. Seangkan faktor eksternal yakni mencakup apapun yang berada diluar diri siswa seperti dari keluarga, lingkungan, dan sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah hal penting dalam menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar, keberhasilan tersebut tidak hanya akan diperoleh satu pihak namun semua pihak.

35

Supriyatman, Sukarno,"Improving Science Process Skills (SPS) Science Concepts Mastery (SCM) Prospective Student Teachers Through Inquiry Learning Instruction Model By Using Interactive Computer Simulation." International Journal of Science and Research (IJSR) (2014).


(46)

Salah satu pendekatan yang baik digunakan adalah pendekatan KPS, karena proses pembelajaran dengan pendekatan KPS ini banyak melibatkan siswa untuk bertindak secara mandiri dan lebih akif, dengan melakukan percobaan serta mengelola temuannya yang diperoleh dari mengamati, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan.

Dengan melakukan pembelajaran melalui pendekatan KPS selain siswa lebih aktif, siswa juga akan mampu mengingat setiap pelajaran yang telah dipelajari, karena pendekatan KPS memberikan suatu pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga akan meningkatkan daya ingat siswa lebih panjang atau long

memory. Selain itu seorang siswa apabila telah terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran, maka akan menambah wawasan dan pengetahuan pada diri siswa itu sendiri tentang materi yang dipelajari, siswa juga dapat menghubungkan hasil eksperimennya dengan materi yang dipelajari. Apabila pada diri siswa sudah memahami serta menguasai tentang konsep materi yang akan dipelajari, maka hal tersebut bisa meningkatkan hasil belajarnya.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha).

(Ho) : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan KPS tidak berpengaruh terhadap penguasaan konsep IPA siswa.

(Ha) : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan KPS berpengaruh terhadap penguasaan konsep IPA siswa.


(47)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 12 Pamulang yang berlokasi di Jl. Surya Kencana No 29 Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Banten. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

experimental design yaitu desain yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Maksudnya dengan metode ini peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap semua variabel yang relevan, namun pengontrolannya hanya dilakukan pada satu variabel saja yang dianggapnya dominan.

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest

Control Group Design. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol dikenakan O1 dan O2 (pretest dan posttest), tetapi hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan X, sehingga struktur desainnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Control O1 X2 O2

Keterangan :

O1 : Tes awal yang sama pada kedua kelompok (pretest) O2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok (posttest)

1

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 77.


(48)

X1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen dengan menerapkan desain pembelajaran KPS

X2 : Perlakuan pada kelompok kontrol dengan menerapkan pendekatan scientific K13

Dengan variabel penelitiannya sebagai berikut:

Variabel bebas (X) : Desain pembelajaran keterampilan proses sains Variabel terikat (Y) : Penguasaan konsep IPA

Tahapan pembelajaran dengan desain ini adalah sebelum diberi perlakuan kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut diberikan tes awal (pretest). Pretest

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi pembelajaran. Kemudian kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan desain pembelajaran keterampilan proses sains, sedangkan kelas kontrol dengan menerapkan K13 berupa pendekatan scientific. Setelah pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest untuk melihat penguasaan konsep siswa. Pada pretest dan posttest diberikan bentuk soal yang sama untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa terhadap konsep yang telah diajarkan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan benda yang mempunyai kesamaan sifat. Populasi merupakan kelompok besar yang menjadi objek penelitian.2 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Muhammadiyah 12 Pamulang tahun pelajaran 2014/2015, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa SD Muhammadiyah 12 Pamulang kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.3 Sampel ini di ambil dengan menggunakan teknik purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,4 yaitu dipilih dua

2

H. M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012) Cet. 1, h. 89.

3

Sugiyono, Op. Cit., h. 81. 4


(49)

kelas dengan karakteristik yang sama berdasarkan informasi dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu:

1. Variabel Pendekatan Keterampilan Proses Sains. Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel independen (bebas) yakni masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil, variabel ini disimbolkan dengan huruf X.

2. Variabel penguasaan konsep IPA. Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel dependen (terikat) yakni hasil sebagai pengaruh variabel independen, variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir. Lanngkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian 1. Perumusan masalah

2. Mengobservasi dan mengurus perizinan penelitian

3. Penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian 4. Uji coba instrumen penelitian

5. Analisis hasil Uji Coba Instrumen penelitian 6. Perangkat pembelajaran dan instrumen siap di

implementasikan Tahap Persiapan

Pembelajaran dengan pendekatan scientific (kelompok kontrol)

Pembelajaran dengan pendekatan KPS (kelompok eksperimen) Pretest

Posttest Tahap Pelaksanaan

Penelitian

1. Menganalisis data hasil kesimpulan 2. Menarik kesimpulan


(50)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data diperlukan teknik atau cara pengumpulan data. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.5 Tes yang dipergunakan adalah tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula.6 Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa pretest dan posttest. Pretest adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan pendekatan Keterampilan Proses Sainsdan postest adalah tes hasil belajar sesudah menerapkan pendekatan Keterampilan Proses Sains. Tes tersebut berupa tes penguasaan konsep siswa kelas IV SD Muhammadiyah 12 Pamulang yang berbentuk pilihan ganda.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes. Tes ini berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 4 option . Instrumen ini mengukur aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan evaluasi (C6). Tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

Berikut adalah tabel penyusunan kisi-kisi instrumen tes penelitian untuk mengukur penguasaan konsep melalui hasil belajar IPA siswa berdasarkan indikator yang ingin dicapai.

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. 14, h. 193.

6

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 170.


(51)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Kompetensi

Dasar

Indikator RPP Aspek Kognitif

C1 C2 C3 C6 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsinya.

Menyebutkan bentuk-bentuk luar tumbuhan (akar, batang, daun, bunga).

1 34*

Mengidentifikasi jenis-jenis akar pada tumbuhan yang ada dilingkungan sekitar (sekolah atau rumah).

3* 4

Mengidentifikasi struktur akar pada tumbuhan. 5* 35* Mengidentifikasi fungsi akar bagi tumbuhan. 7* 6* Mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan jenis akarnya. 2*, 8

9, 10* Mengidentifikasi struktur batang pada tumbuhan. 17* 13 12*

Menjelaskan struktur batang pada tumbuhan. 15, 38 Mengidentifikasi fungsi batang bagi tumbuhan. 11, 14 16*

18* Mengidentifikasi jenis-jenis daun pada tumbuhan yang ada

dilingkungan sekitar (sekolah atau rumah).

19* 21,

26 Mengidentifikasi struktur daun pada tumbuhan. 22*

23* Mengidentifikasi fungsi daun bagi tumbuhan. 24 25* 20

Mengidentifikasi bagian-bagian bunga 27

36* Mengidentifikasi ciri-ciri bunga sempurna dan tidak sempurna 37* 32* Mengidentifikasi fungsi bagian-bagian bunga 30*,

31 29 Menjelaskan hubungan antara struktur bunga dengan fungsinya 28 33

*instrumen yang valid 20 soal

H. Teknik Pengolahan Data

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih dahulu di ujicobakan kepada responden diluar kelas eksperimen dan kontrol, yaitu pada kelas V. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas, reabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal.


(52)

1. Uji Validitas

Valid dapat diartikan sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi7. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut8:

r

hitung

=

keterangan:

r hitung =koefisien korelasi

= jumlah skor item = jumlah skor total jumlah responden

Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan di atas dengan rtabel pada taraf signifikansi 5% dengan ketentuan jika rhitung > rtabel

berarti butir soal valid, sedangkan jika rhitung < rtabel berarti butir soal tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas dari 38 soal yang telah diujikan terdapat 20 soal yang valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuisioner.9 Suatu alat evaluasi, menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

7

H. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet ke-5, h. 30.

8

V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistika untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet pertama, h. 177.

9


(53)

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus yaitu10:

r

11

=

keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tipa item = varians total

= banyaknya butir soal

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Realibilitas

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil uji realibilitas yaitu 0,862281. Dengan nilai realibilitas demikian, maka instrumen tersebut memiliki realibilitas yang sangat tinggi dan memenuhi persyaratan intrumen yang sangat baik.

3. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran butir soal yang digunakan untuk mengetahui kriteria bobot soal yang dijadikan instrumen tes pada penelitian ini termasuk kategori sukar, sedang, atau mudah. Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran adalah:11

JS B

P

Keterangan:

10 Ibid. 11

Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Op. Cit., h. 223.

Interval Kriteria

0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 ≤ r < 0,80 Tinggi 0,40 ≤ r < 0,70 Sedang 0,20 ≤ r < 0,40 Rendah


(1)

Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 51. 9 Trianto, Op. Cit., h. 144.

10 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Op. Cit, h. 80-81. 11 Trianto, Op. Cit., h. 144-145.

12 Ahmad Samsudin, Keterampilan Proses Sains,

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_ SAMSUDIN/BPF/KETERAMPILAN_PROSES_SAINS.pdf. h. 4. 13 Zulfiani, dkk., Op. Cit, h. 56.

14 Ika Febriyanti, “Efektifitas Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Merode Eksperimen Pada Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Universitas Kristen Satya Wacana, 2012, h. 14-15.

15 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2008), cet. ke-6, h. 74.

16 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 162.

17 Zulfiani, Op. Cit., h. 92. 18 Syaiful, Op. Cit., h. 71.

19 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2008), h. 604.

20 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14.

21 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2009), cet ke-9, h. 131-133.

22 Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 166-169. 23 Zulfiani, Op. Cit., h. 46-47.


(2)

25 Ika Febriyanti, Loc. Cit., h. 22-23. 26 Ibid., h. 23.

27 Hasbi Anggana Putra, Analisis Penilaian Kinerja Pada Konsep Gerak di Madrasah Aliyah Kabupaten Karawang Berdasarkan Keteramilan Proses Sains. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

BAB III

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 75.

2 H. M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012) Cet. 1, h. 89.

3 Sugiyono, Op. Cit., h. 81. 4 Ibid., h. 83.

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) Cet. XIII, h. 193.

6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 170.

7 H. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet ke-5, h. 30.

8 V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistika untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet pertama, h. 177.

9 Ibid., h. 186. 10 Ibid.

11 Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Op. Cit., h. 208. 12 Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung :

JICA UPI 2003), h. 160. 13 Wiratna, Op. Cit., h. 49.

14 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h. 232.


(3)

Jakarta, 18 Desember 2014 Dosen pembimbing

Yanti Herlanti M.Pd. NIP :

15 Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: PT. Rosemata Sampurna, 2010)., h. 118.

16 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung:Tarsito, 2005), ed. Keenam, h. 239.

17 Ibid., h. 241.

18 Kadir, op. cit., h. 275.

19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 13, h. 133.

20 Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 55-56.


(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Erien Damayanti, NIM 1110018300020, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta, 2014.

Penulis lahir di Tangerang, 17 April 1993. Bertempat tinggal di Jl. Kh. Killin RT 03/06 No. 68 Kelurahan Batujaya Kecamatan Batuceper Kota Tangerang-Banten. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Orang tua penulis adalah Bapak Dedi Heriadi S.Pd. dan Ibu Yati Sumiati S.Pd.

Riwayat pendidikan penulis, diawali di SDN Bubulak 2 tamat tahun pelajaran 2004/2005. Kemudian Mts Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Ashiddiqiyah 2 Batuceper Tangerang tamat tahun pelajaran 2006/2007, SMA Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Ashiddiqiyah 2 Batuceper Tangerang tamat tahun pelajaran 2009/2010 dan menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri, yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lulus tahun 2015. Pengalaman berorganisasi yaitu anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia). Motto penulis yaitu “ada senyum bahagia disetiap sakit yang dirasa”.