PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP MELALUI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Oleh

Soirwan

Guru mata pelajaran fisika sudah menggunakan pembelajaran kooperatif pada materi yang pembelajarannya berkelompok. Namun, penguasaan konsep fisika siswa masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif masih belum maksimal. Sehingga penguasaan konsep pun masih tergolong

rendah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.Penelitian ini dilaksanakan di kelasIXbSMP Negeri5 Bandar Lampung

yang berjumlah 35siswa pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013dengan sub materi Kemagnetan.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara purposive sampling. Desain penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh data kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep yang kemudian dianalisis menggunakan metode regresi linear dengan bantuan SPSS 17.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua data


(2)

Soirwan

iii

berdistribusi normal dan linear. Selanjutnya untuk menguji pengaruh dilakukan dengan regresi linear sederhana dengan bantuan SPSS 17.0.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kemampuan berpikir Kritis terhadap

penguasaan konsep siswa pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 24% yang merupakan nilai koefisien determinasi dengan nilai koefisien sebesar 0,49 yang termasuk dalam kategori sedang dan persamaan regresi

Y= 50,35 + 0,49X dimana konstanta a dan b merupakan koefisien yang signifikan. Kata kunci : kemampuan berpikir kritis, pembelajaran kooperatiftipe STAD,


(3)

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP MELALUI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Oleh SOIRWAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

Nama Mahasiswa : SOIRWAN Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022108 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Viyanti, S.Pd, M.Pd.

NIP 19580603 198303 1 002 NIP. 19800330 200501 2001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ...

Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Soirwan

NPM : 0913022108

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Purwajaya,Kecamatan Purwadadi,Kabupaten Ciamis Jawa Barat

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013 Yang Menyatakan,

Soirwan


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada Tanggal 21 Juni 1988. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sayidin,dan Ibu Tomirah. Pendidikan yang penulis tempuh berawal dari Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Purwajaya diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Mangunjaya diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Banjarsari diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung .

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bawang di Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran selama 40 hari dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan di SMA N 2 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran selama 3 bulan. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan penelitian di SMP Negeri 5 Bandar Lampung.


(8)

MOTTO

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu

manusia bosan kepadanya dan enggan memandang”

(Imam Syafii)

“Kewajiban kita,berusaha dan berdo’a,Allah SWT yang menentukan”

(Imam Syafii)


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’Alamin. Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihPenulis yang tulus kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkanPenulis dengan penuh cinta, memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak pernah lelah berkorban, memberiPenulis semangat serta berdoa untuk keberhasilanPenulis. 2. KakakPenulistercinta:EsoSutarso, Musriah, SobilinAni,

BarokatunHasanah,yang memotivasi, mendoakanPenulis, serta memberi semangat untukPenulis dalam menuju keberhasilan.

3. Para pengajar dan pembimbing yang Penulishormati. 4. Keluarga Besar Pendidikan Fisika 2009.


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Penguasaan Konsep Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing I atas

kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, semangat, nasehat- nasehat bijak, saran, dan kritiknya selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi ini.


(11)

5. Ibu Viyanti, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun. 7. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Ahmad Syafei, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak Diman Supratman, S.Pd. selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10.Bapak dan ibu dewan guru SMPN 5 Bandar Lampung beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11.Siswa kelas IXa dan IXb SMPN 5 Bandar Lampung atas bantuan dan

kerjasamanya.

12.Sahabat-sahabat Penulis Ardy , Sofyan , Hafid, Kadek dan seluruh keluarga besar pendidikan fisika 2009.

13.Kakak tingkat angkatan 2008, 2007, 2006, dan 2005 atas bimbingannya 14.Adik-adik tingkat dan keluarga besar fisika angkatan 2010,2011, dan 2012. 15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berdoa semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin. Bandarlampung, Maret 2013

Penulis, Soirwan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... .xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... .xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 5

1. Kemampuan Berpikir Kritis.. ... 5

2. Penguasaan konsep ... 9

3. STAD ... 14

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN A.Populasi Penelitian ... 21

B.Sampel Penelitian ... 21

C.Desain Penelitian ... 21


(13)

xiii

E.Analisis Instrument ... 22

F. Teknik Pengumpulan Data ... 24

G.Teknik Analisis Data ... 25

H.Pengujian Hipotesis ... 25

1. Uji Normalitas ... 25

2. Uji Linearitas ... 26

3 Uji Korelasi ... 26

4. Uji Regresi Linier Sederhana ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

2. Hasil Pengumpulan data ... 32

3. Pengujian Hipotesis ... 34

B. Pembahasan ... 38

1. Data Tingkat Berpikir Kritis ... 38

2. Data Penguasaan Konsep... 40

3. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Penguasaan Konsep siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan ... 47

2. Silabus ... 48

3. RPP ... 55


(14)

xiv

5. LKK-01 ... 78

6. Jawaban LKK-01 ... 80

7. LKK-02 ... 82

8. Kunci Jawaban LKK-02 ... 84

9. LP-01 ... 86

10.Jawaban LP-01 ... 93

11.Tabel Spesipikasi Lembar Penilaian ... 98

12.Kisi-kisi Berpikir kritis ... 100

13.Soal berpikir kritis ... 110

14.Rubrik penilaian Berpikir kritis ... 111

15.Kisi-kisi Penguasaan Konsep ... 112

16.Soal Penguasaan Konsep ... 117

17.LP 2 Proses ... 119

18.LP 3 Psikomotor ... 121

19.LP 4 Berkarakter ... 122

20.Hasil uji validitas berpikir kritis... 124

21.Hasil Uji Reliabilitas berpikir kritis ... 126

22.Hasil Uji Instrumen Soal Penguasaan Konsep... 131

23.Hasil Uji Validitas soal Penguasaan Konsep ... 136

24.Nilai Uji penguasaan konsep dan berpikir kritis ... 137

25.Hasil Uji Normalitas ... 138

26.Hasil uji Linearitas ... 139

27.Hasil uji Korelasi... 140


(15)

xv

29.Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 142

30.Daftar Nama Kelompok... 143

31.Surat Keterangan Izin Penelitian ... 144


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Indikator keterampilan berpikir kritis ... 7

2.2. Rubrik penilaian berpikir kritis ... 8

2.3. Kriteria taraf penguasaan konsep siswa ... 13

2.4. Skor perkembangan individu ... 17

2.5. Skor perkembangan kelompok ... 18

3.1 Kriteria kualitas soal untuk kepentingan pemilihan butir soal ... 24

3.2 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi . ... 27

4.1Hasil uji validitas soal kemampuan berpikirkritis ... 30

4.2Hasil uji validitas soal penguasaan konsep ... 30

4.3Hasil reliabilitas soal ... 31

4.4Tingkat berpikir kritis ... 32

4.5Klasifikasi penguasaan konsep siswa ... 33

4.6Hasil uji normalitas kolmogrov-smirnov ... 34

4.7Hasil uji liniearitas ... 35

4.8Hasil uji korelasi ... 35

4.9Hasil hitung koefisien determinasi ... 36


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Diagram kerangka pemikiran ... 20

3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study ... 22

4.2 Kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ... 39


(18)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan. Pendidikan saat ini menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan, salah satunya ialah keterampilan berpikir kritis. Mengembangkan kompetensi berpikir kritis di kalangan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam era persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Keterampilan berpikir kritis dapat menjadi penentu kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa baik proses maupun hasilnya. Salah satu cara yang dapat digunakan agar dapat menumbuhkan keterampilan berpikir adalah penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai.

Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, dan tingkat


(19)

2

menengah secara khusus dalam mata pelajaran fisika. Dalam membelajarkan fisika, guru memegang peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang guru fisika disamping menjelaskan konsep, prinsip, dan teori juga harus mengajarkan fisika dengan menciptakan kondisi yang baik agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang.

Pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar guru hanya menekankan pada penguasaan konsep, belum membudayakan keterampilan berpikir kritis pada siswa. Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika, yaitu guru tidak melakukan pembelajaran yang lebih melibatkan siswa secara aktif dan bervariasi, alasan guru karena keterbatasan waktu. Sementara beban materi yang harus disampaikan banyak, menyebabkan guru lebih mengajar ketuntasan materi daripada ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi di kelas IXB, sebanyak 28,50 % siswa belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran fisika. Hal ini disebabkan siswa kurang memahami materi fisika yang diberikan guru, apalagi jika harus menyelesaikan permasalahan fisika. Untuk itu diperlukan strategi pembelajaran yang dapat membuat fisika menjadi pelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dengan mudah memahami materi dan mengasah kemampuan berpikir kritis.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menyikapi permasalahan yang berkitan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams


(20)

3

Achievement Division (STAD) dicirikan oleh suatu tujuan struktur

tugas,tujuan,dan penghargaan kooperatif siswa kerjasama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif,seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas.Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. secara tidak langsung pembelajaran ini akan memberikan dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya karena dapat meningkatkan hubungan antar teman,penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan dapat meningkatkan motivasi. Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa, terutama dalam pelajaran fisika yaitu berpikir kritis. Seseorang yang memiliki kemampuan

berpikir, diduga akan mudah dalam mempelajari dan mendalami sesuatu, sehingga dapat memperkaya penguasaan konsep siswa. Berpikir kritis adalah salah satu hal yang berpengaruh dalam pembelajaran, begitu juga dalam sains terutama yang berhubungan dengan percobaan. Siswa belum mampu menemukan sendiri konsep sains yang telah dipelajari dan hanya menerapkan konsep yang diberikan oleh guru. Hal ini mengindikasikan bahwa berpikir kritis siswa masih rendah terhadap pembelajaran sains yang akhirnya akan berdampak negatif terhadap penguasaan konsep siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, telah dilakukan penelitian dengan judul ―Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep melalui pemebelajaran kooperatif tipe STAD‖.


(21)

4

B. Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah.

1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menambah wawasan keilmuan dan pendekatan keterampilan proses sebagai pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep. 2. Dapat digunakan menjadi tolak ukur hasil belajar fisika sehingga siswa dapat

melihat hasil yang telah dicapainya dan dapat lebih meningkatkan lagi penguasaan konsep.

3. Sebagai refrensi bagi peneliti lain untuk penelitian yang sama. E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini adalah:


(22)

5 1. STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan

pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan agar saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Fase-fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

:a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; b) Menyajikan dan menyampaikan informasi; c) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar; d) Membimbing kelompok-kelompok bekerja dan belajar; e) Evaluasi; f) Memberi penghargaan; g) Mengambil kesimpulan.

2. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan adalah: (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) menerapkan strategi dan taktik.

3. Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang diperoleh dari fakta dan pengalaman yang pada akhirnya peserta didik akan memperoleh prinsip hukum dari suatu teori.

4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IX semester II dengan materi pokok Kemagnetan.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kerangka Teoretis

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Menurut Reason dalam Sanjaya (2006: 228) mengemukakan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). ―Mengingat‖ pada dasarnya hanya melibatkan

usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan

kembali atas permintaan, sedangkan ―memahami‖ memerlukan perolehan apa

yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Filsaime (2008: 56) adalah:

a. Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu


(24)

(pertanyaan-7 pertanyaan, ide-ide, argument, dan penilaian menurut Beyer dalam Filsaime (2008: 56);

b. Memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi menurut Screven dalam Filsaime (2008: 56).

Menurut pengertian-pengertian berpikir kritis di atas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir yang melibatkan proses kognitif yang melibatkan siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.

Menurut Ennis dalam Hassaobah (2008: 87), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas. Adapun pengelompokkan keterampilan berpikir kritis disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir Kritis Sub Berpikir Kritis

1. Memberikan penjelasan sederhana 1. Memfokuskan pertanyaan

2. M enganalisis pertanyaan dan bertanya

3. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan

2. Membangun keterampilan dasar 4. Mempertimbangkan apakah sumber

dapat dipercaya atau tidak

5. Mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi atau mempertimbangkan

hasil deduksi

7. Meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi

8. Membuat serta menentukan nilai pertimbangan

4. Memberikan penjelasan lanjut 9. Mengidentifikasi istilah-istilah dan

definisi pertimbangan serta dimensi 10.Mengidentifikasi asumsi

5. Mengatur strategi dan teknik 11.Menentukan tindakan

12.Berinteraksi dengan orang lain


(25)

8 Berdasarkan penjelasan mengenai indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, maka dapat dibuat rubrik dengan pemberian skor 1 sampai skor 4. Skor 1 adalah skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi. Rubrik tersebut ditampilkan pada Tabel 2.2 ,

Tabel 2.2 Rubrik penilaian berpikir kritis

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian

Memberikan Penjelasan Sederhana(MPS) 1

Hanya memfokuskan pada pertanyaan

2 Memilih informasi relevan

3 Menganalisis argument

4

Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan

Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut(MPLL) 1 Mendefinisikan istilah

2 Mendefinisikan asumsi

3 Mempertimbangkan definisi

4

Menemukan pola hubungan yang digunakan

Menerapkan Strategi dan Taktik(MST) 1 Menentukan tindakan

2 Menunjukkan pemecahan masalah

3

Memecahkan masalah

menggunakan berbagai sumber

4 Ketepatan menggunakan tindakan

Sumber : Modifikasi dari Ennis dalam Hassaobah (2008: 87)

Bloom dalam Filsaime (2008: 74) menyatakan

Mendaftar enam tingkatan berpikir kritis dari tingkatan berpikir kritis yang paling sederhana samapai paling komplek. Daftar tersebut mulai dengan pengetahuan dan bergerak ke atas menuju penguasaan, aplikasi,analisis, sintesis dan evaluasi.

Bloom dalam Filsaime (2008: 75) menyatakan

Seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir sebelum Dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah karena tidak bisa meminta seseorang untuk mengevaluasi Dia tidak mengetahui, tidak memahaminya, tidak bisa menginterpretasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan tidak bisa menerapkannya.


(26)

9 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan, kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan,

kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil, kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda,

kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.

2. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang diperoleh dari fakta dan pengalaman yang pada akhirnya peserta didik akan memperoleh prinsip hukum dari suatu teori.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2010: 56) definisi konsep adalah Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat dilihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan kemampuan


(27)

10

mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu yang dilakukan oleh guru.

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep-konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari oleh Dahar (2003: 4). Keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan perbedaan tingkat berpikir sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar. Ausubel dalam Rustaman (2005: 59) memberikan pandangan bahwa agar suatu materi pelajaran menimbulkan belajar bermakna bagi pembacanya, maka materi pelajaran harus secara jelas menguraikan hubungan antara konsep-konsepnya. Hubungan antara konsep-konsep dalam suatu materi pelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik, bagan, poster, tabel, dan bentuk hubungan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan belajar kooperatif. Lebih lanjut dikemukakan bahwa belajar bermakna akan terjadi jika terdapat hubungan antara materi yang akan diberikan dengan materi yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil dalam komponen pembelajaran. Konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan dan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting pada ranah kognitif. Dengan demikian penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil belajar pada ranah kognitif. Keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan dan kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Menurut West dalam Rustaman (2005: 171) belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang


(28)

11

mereka lakukan, lihat dan dengar. Belajar kognitif bertujuan mengubah pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari.

Klausmeiner dalam Dahar (1989: 89) mengungkapkan bahwa tingkat pencapaian konsep meliputi tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikasi, dan tingkat formal. Tingkat konkret dicapai siswa apabila siswa telah mengenal benda

tersebut sebelumnya, kemudian mengamati dan mampu membedakan benda tersebut dari stimulus-stimulus sekitarnya. Tingkat identitas akan dicapai siswa apabila tiga tingkat konkret yaitu kemampuan mengamati, membedakan mengingat dikuasai oleh siswa yang selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk membuat generalisasi. Tingkat klasifikasi akan dicapai apabila siswa mampu mengenal dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Tingkat formal, sebagai tingkat paling tinggi pada tingkat pencapaian konsep, tingkat ini akan diperoleh siswa apabila ketiga tingkat di atas sudah dikuasai oleh siswa. Konsep sangat penting untuk memenuhi kemampuan kognitif siswa, khususnya konsep-konsep fisika yang tidak hanya mengacu pada metode belajar konsep-konsep menghapal. Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar, sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu: a) Memperoleh informasi yang baru b). Tranformasi informasi c).Menguji relevansi ketetapan pengetahuan

Berarti kemampuan seseorang dalam mengungkapkan kembali suatu objek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh objek tersebut. Penguasaan konsep dapat diperoleh dari pengalaman dan proses belajar. Seseorang dikatakan menguasai konsep apabila orang tersebut mengerti benar konsep yang


(29)

12

sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya oleh Sumaya (2004). Mata pelajaran fisika terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip dalam hubungannya dengan penguasaan konsep fisika pada siswa, paling penting untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran fisika adalah bagaimana siswa membentuk konsep.

Penguasaan konsep yang diukur meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), sintesis (C6) berdasarkan

Taksonomi Bloom hasil revisi. 1) C1 Mengingat

Tipe hasil belajar mengingat termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman. Contohnya hafal kata-kata memudahkan dalam membuat kalimat (Sudjana, 2008: 23).

2) C2 Memahami

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari C1 mengingat. Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi/memperluas data (Sudjana, 2008: 24). 3) C3 Mengaplikasikan

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah yang didasari pada kehidupan yang ada dimasyarakat atau realitas yang ada dalam teks bacaan (Sudjana, 2008: 25).


(30)

13

4) C4 Menganalis

Jenjang peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis

dikelompokan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi (Sudjana, 2008: 25).

5) C5 Mengevaluasi

Jenjang kemampuan yang menuntut pesert didik untuk dapat mengevaluasi sutu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu (Sudjana, 2008: 26).

6) C6 Mensintesis

Jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai factor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme (Sudjana, 2008: 26).

Berdasarkan hasil tes penguasaan konsep, kita dapat mengkategorikan taraf penguasaan konsep siswa. Arikunto (2007 : 254) mengkategorikan sebagai berikut.

Tabel 2.3 Kriteria Taraf Penguasaan Konsep Siswa

Taraf Nilai Rata-Rata Klasifikasi Nilai

≥ 81 Baik Sekali

66 — 80 Baik

56 — 65 Cukup Baik


(31)

14

3. Model pembelajaran tipe STAD

Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temanya di

Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2009: 143) STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

pendekatan kooperatif.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu

pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahhwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai-nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai itu kemudian dijumlahkan untuk memperoleh nilai kelompok dan nilai kelompok yang mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah lainnya.

Seperti pembelajaran lainya, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga

membutuhkan persiapan matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. persiapan-persiapan tersebut antara lain.


(32)

15

a. Perangkat pembelajaran

Sebelum melakasanakan kegiatan pembelajaran STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya yang meliputi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen.

c. Menentukan skor awal

d. Skor awal dapat diperoleh dari nilai ulangan ataupun kuis sebelumnya. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

e. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran

kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran kelas kooperatif. f. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.


(33)

16

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif pada umumnya. Langkah-langkah-langkah pembelajaran STAD adalah sebagai berikut.

1. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuuk belajar.

2. Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gende/jenis kelamin, ras atau etnik.

3. Presentasi dari guru

Guru menyampaikan meteri pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan konstribusi. Selama tim


(34)

17

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5. Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan prestasi tim

Setalah pelaksanaan kuis, guru memriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentang 0 – 100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.

a) Menghitung skor individu

Menurut Slavin (2009:159) untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Skor perkembangan individu

No. Nilai Tes Skor Perkembangan

1. 2. 3. 4. 5.

Lebih dari 10 pointdi bawah skor dasar 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar) 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin


(35)

18

b) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor

perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Skor perkembangan kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1. 2. 3. 4.

0 ≤ N ≤ 5 6 ≤ N ≤ 15 16 ≤ N ≤ 20 21 ≤ N ≤ 30

-

Tim yang baik Tim yang baik sekali Tim yang istimewa

c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

B.Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran sains khususnya fisika saat ini belum mampu mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis.

Pelaksanaan pembelajaran yang didominasi oleh guru dan masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak. Hal inilah yang mengakibatkan fisika sulit dipahami serta berpengaruh terhadap


(36)

19 penguasaan konsep belajar siswa. Untuk itu perlu adanya suatu model

pembelajaran yang dapat menggantikan metode pengajaran yang dilakukan selama ini dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Model pembelajaran STAD memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan agara saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Kegiatan yang dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk melihat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) menerapkan strategi dan taktik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh berpikir kritis siswa SMP terhadap penguasaan konsep menggunakan strategi pembelajaran STAD. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berpikir kritis (X), sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa (Y), dan variabel moderatornya (Z) adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD . Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh variabel moderator terhadap


(37)

20 variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran seperti berikut ini:

Gambar 2.1 Diagram kerangka pemikiran Keterangan:

X = keterampilan berpikir kritis siswa SMP Y = penguasaan konsep fisika

Z = model pembelajaran kooperatif tipe STAD

R = pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa terhadap penguasaan konsep fisika SMP

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diuji sebagai berikut:

Ho : Tidak Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

H1 : Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Y

X R


(38)

III.METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IXSMP Negeri 5Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu metode pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Arikunto, 2007: 183).

Berdasarkan populasi yang terdiri dari 6 kelas diambil 1 kelas berdasarkan pertimbangan peneliti sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas IXbyang terdiri dari 35 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Experimental Design dengan tipe One-Shot Case Study. Pada desain ini, hanya dilakukan posstestsetelah diberikan perlakuan karena pada anggapan dasar telah ditulis


(39)

22 bahwa seluruh siswa yang menjadi objek penelitian memiliki kemampuan relatif sama. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study Keterangan:

X : perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD O : tes penguasaan konsep siswa

(Sugiyono, 2009: 110-111)

D.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa:

1. Instrumen yang digunakan adalah intrumen penguasaan konsep berupa soal uraian. Tes ini digunakan pada saat posttest dengan 5 soal uraian penguasaan konsep.

2. Instrumen kemampuan berpikir siswa berupa soal uraian. Tes ini digunakan pada saat sebelum pembelajaran dimulai dengan 10 soal uraian.

E. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, dilakukan analisis butir soal dengan menggunakan software Anates versi 4.0.5. Setelah diuji dan layak untuk digunakan, barulah instrumen ini diberikan kepada sampel dalam


(40)

23 penelitian. Analisis instrumen ini menggunakan validitas sebagai acuannya, validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Salah saatu macam dari validitas tes yang menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur adalah validitas isi (content validity) yaitu tingkat validitas isi juga diketahui dengan analisis rasional.

Program anates merupakan software untuk analisis butir soal dengan menggunkan Bahasa Indonesisa yang dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST.Keunggulan software ini sebagai program analisis butir soal daripada Program Iteman adalah dapat digunakan untuk analisis butir soal bentuk uraian, di samping untuk analisis soal bentuk pilihan ganda. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam program ini, juga merupakan salah satu sisi kemudahan dalam penggunaannya daripada program lain yang menggunakan bahasa Inggris. Hasil analisis tentang skor yang diperoleh juga dapat ditransfer ke Microsoft Excel untuk dihitung nilainya. (Rosidin, 2010: 9)

Peneliti menggunakan bentuk uji anates untuk menguji soal pada soal pilihan jamak dan soal uraian. Kemudian data soal akan langsung diolah otomatis sehingga kita bisa langsung mengetahui:

1. Uji Reliabilitas

2. Pengelompokkan Unggulan dan Asor 3. Analisis Daya Beda


(41)

24 5. Korelasi skor tiap butir dengan skor total

6. Rekap Analisi Butir

7. Menentukan kualitas pengecoh (khusus untuk pilihan ganda)

Perbedaan pada data soal hasil uji anates antara soal pilihan jamak dan soal uraian terletak pada kualitas pengecohnya, dimana pada soal berbentuk uraian tidak terdapat hasil data analisis kualitas pengecoh.

Data berdasarkan kriteria pengujian dari ketujuh data di atas pada anates soal, dapat diketahui dengan melohatTabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir Soal Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran

Tingkat Kesukaran (p)

0,000 – 0,099 Sangat Sukar Diulang / perlu revisi total 0,100 – 0,2999 Sukar Perlu revisi

0,300 – 0,700 Sedang Baik 0,701 – 0,900 Mudah Perlu revisi 0,901 – 1,000 Sangat Mudah Diulang / perlu

revisi total Daya Beda

(D)

D ≤ 0,199 Sangat Rendah Diulang / perlu revisi total 0,200 – 0,299 Rendah Perlu revisi 0,300 – 0,399 Sedang Sedikit atau tanpa

revisi

D ≥ 0,400 Tinggi Bagus sekali

Proporsi Jawaban

0,000 – 0,010 Kurang Diulang / perlu revisi total 0,011 – 0, 050 Cukup Baik

0,051 – 1,000 Baik Baik sekali Realibilitas

Soal

0, 000 – 0, 400 Rendah Kurang baik 0, 401 – 0, 700 Sedang Cukup

0, 701 – 1,000 Tinggi Baik


(42)

25 F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil testberupa soal soal uraian, kemudian testpenguasaan konsep siswa berupa soal uraian pada aspek kognitif.

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis untuk penguasaan konsep sebagaiberikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal

b. Ketuntasan hasil tes penguasaan konsep menggunakan Arikunto.

H. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan empat metode analisis dalam SPSS 17.0 yaitu:

1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas atau terdistribusi normal jika pada Kolmogorov-Smirnov nilai sig> 0.05 sebaliknya data yang tidak


(43)

26 terdistribusi normal memiliki nilai sig< 0.05.Data yang diuji kenormalitasannya adalah data kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa SMP. 2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05.Dua variabel dikatakan

mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05.

(Mahmudah, 2011: 31)

1. Uji Korelasi

Jika data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji Korelasi Product-Moment, dengan menggunakan persamaan berikut ini.

�= � � � − � �

� �2− � 2 � �2− � 2

(Sugiyono, 2009: 255) Ketentuannya bila rhitung lebih kecil darirtabel, maka Ho diterima, dan H1ditolak.

Tetapi sebaliknya bila rhitung lebih besar dari rtabel (rh> rt) maka H1 diterima

(Sugiyono, 2009: 261).

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi


(44)

27 Bivariate jika data berdistribusi normal. Namun jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan Korelasi Rho Spearman.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat (Sugiyono, 2009: 257)

Melalui analisis korelasi kita dapat mengetahui koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

2. Uji Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa digunakan uji Regresi Linear Sederhana. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau

memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat kausal variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Persamaan umumnya adalah: Y = a + b X


(45)

28 Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta interceptyang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius.Adapun hipotesis yang telah diuji adalah: Hipotesis

O

H : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritisterhadap penguasaan konsep siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1

H : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritisterhadap penguasaan konsep siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Kriteria pengujian:

HO diterima jika - ttabelthitungttabel

HO ditolak jika -thitung<- ttabelatauthitung>ttabel

Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:

 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.  Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : Ada

pengaruhkemampuanberpikirkritisterhadappenguasaankonsepsiswadenganpembel ajarankooperatiftipeSTAD.sebesar 24% yang

merupakannilaikoefisiendeterminasidengannilaikoefisienkorelasisebesar 0,49 yang termasukdalamkategorisedangdanpersamaanregresi Y= 50,35 + 0,49X dimanakonstanta a dan b merupakankoefisien yang signifikan.

B.Saran

Penulis memberikan saran berikut:

1. Bagi guru ataucalonpeneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD harus dengan cermat pada saat proses pemebelajaran berlangsung, dengan cara memberikan siswa tugas membaca dan mencaritahu mengenai materi yang akan dipelajari di pertemuan selanjutnya di setiap akhir pertemuan sehingga siswa sudah memiliki

persiapan dan nantinya akan lebih mudah untuk melakukan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(47)

47 2. Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang mampu dicapai siswa dapat

dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikirkritis. Untuk itu guru sebaiknya mengenal dengan baik ciri-ciri setiap kategori atau setiap tahap kemampuan berpikir anak. Sehingga guru selain menguasai materi

pembelajaran dan strategi pembelajarannya juga harus menguasai pendekatan-pendekatan psikologis yang muncul sebagai respon spontanitas selama

kegiatan belajar berlangsung.Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritissiswa dari tahap berpikir kurangkritis menjadi tahap berpikir kritis diperlukan waktu yang lebih panjang yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 25 Oktober 2007. Memahami Berpikir Kritis. Diakses 12 November 2012 dari http://re-searchengines.com/1007arief3.html Anonim. Penerapan Model STM dalam Pokok Bahasan Penerapan Listrik AC

dan DC dalam Kehidupan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Diakses 11 november 2012 dari www.scribd.com/18759329 /proposal-STMBerpikir-kritis.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional.(2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.Jakarta: Depdiknas. Ennis. Robert H. 1985. Developing Mind : Goal for a Critical Thinking

Curriculum. Arethur L.Costa Editor.

Filsaime, D. K. 2008. Menguak Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hardiansyah, Deni. 2010. Penerapan model pembelajaran learning cycle 7E untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.

Hassaobah, Zaleha Izhab. 2004. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis.Bandung: Nuansa.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi.. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Nasution, S. 2006 Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur Fitriani, Solihat. 2010. Penerapan model pembelajaran Fisika berbasis fenomena untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.


(49)

Nurhayati, Nia. 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student Teams Achievement Divisions) Untuk meningkatkan penguasaan konsep Fisika. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.

Rosidin, Undang. 2010. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran Pedoman Praktikum bagi Mahasiswa Calon Pendidik. Universitas

Lampung: Bandar Lampung

Rustaman,Nuryani.2005.Penguasaan Konsep.Bandung: Alfabeta.

Saefuzaman, Duden. 2008. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pemebelajaran materi rangkaian listrik arus searah untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.

Sagala, S. 2010 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada.

Slavin, Robert E. 2009.Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supraptojiel. 2008. Keterampilan Berpikir Kritis. Diakses 16 Februari 2013 dari http://Fisika Wordpress.com.

Widyantini Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Diakses 11 november 2012. dari

http://re-searchengines.com/1407arief3.html.

Yuniar, Ratna. 2012. Memahami Berpikir Kritis. Diakses 16 Februari 2013 dari http://keterampilan Berpikir Kritis.com

www.unesa.ac.id/ Memacu Kemampuan Berpikir Formal Siswa Melalui Pembelajaran IPA Sejak Dini.Tanggal Akses 03 November 2012


(1)

27 Bivariate jika data berdistribusi normal. Namun jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan Korelasi Rho Spearman.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat (Sugiyono, 2009: 257)

Melalui analisis korelasi kita dapat mengetahui koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

2. Uji Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep siswa digunakan uji Regresi Linear Sederhana. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau

memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat kausal variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Persamaan umumnya adalah: Y = a + b X


(2)

28 Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta interceptyang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius.Adapun hipotesis yang telah diuji adalah:

Hipotesis

O

H : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritisterhadap penguasaan konsep siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1

H : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritisterhadap penguasaan konsep siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Kriteria pengujian:

HO diterima jika - ttabelthitungttabel

HO ditolak jika -thitung<- ttabelatauthitung>ttabel

Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:

 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.  Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

Ada

pengaruhkemampuanberpikirkritisterhadappenguasaankonsepsiswadenganpembel ajarankooperatiftipeSTAD.sebesar 24% yang

merupakannilaikoefisiendeterminasidengannilaikoefisienkorelasisebesar 0,49 yang termasukdalamkategorisedangdanpersamaanregresi Y= 50,35 + 0,49X dimanakonstanta a dan b merupakankoefisien yang signifikan.

B.Saran

Penulis memberikan saran berikut:

1. Bagi guru ataucalonpeneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD harus dengan cermat pada saat proses pemebelajaran berlangsung, dengan cara memberikan siswa tugas membaca dan mencaritahu mengenai materi yang akan dipelajari di pertemuan selanjutnya di setiap akhir pertemuan sehingga siswa sudah memiliki

persiapan dan nantinya akan lebih mudah untuk melakukan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(4)

47 2. Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang mampu dicapai siswa dapat

dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikirkritis. Untuk itu guru sebaiknya mengenal dengan baik ciri-ciri setiap kategori atau setiap tahap kemampuan berpikir anak. Sehingga guru selain menguasai materi

pembelajaran dan strategi pembelajarannya juga harus menguasai pendekatan-pendekatan psikologis yang muncul sebagai respon spontanitas selama

kegiatan belajar berlangsung.Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritissiswa dari tahap berpikir kurangkritis menjadi tahap berpikir kritis diperlukan waktu yang lebih panjang yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 25 Oktober 2007. Memahami Berpikir Kritis. Diakses 12 November 2012 dari http://re-searchengines.com/1007arief3.html Anonim. Penerapan Model STM dalam Pokok Bahasan Penerapan Listrik AC

dan DC dalam Kehidupan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Diakses 11 november 2012 dari www.scribd.com/18759329 /proposal-STMBerpikir-kritis.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional.(2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.Jakarta: Depdiknas. Ennis. Robert H. 1985. Developing Mind : Goal for a Critical Thinking

Curriculum. Arethur L.Costa Editor.

Filsaime, D. K. 2008. Menguak Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hardiansyah, Deni. 2010. Penerapan model pembelajaran learning cycle 7E untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.

Hassaobah, Zaleha Izhab. 2004. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis.Bandung: Nuansa.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi.. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Nasution, S. 2006 Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur Fitriani, Solihat. 2010. Penerapan model pembelajaran Fisika berbasis fenomena untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.


(6)

Nurhayati, Nia. 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student Teams Achievement Divisions) Untuk meningkatkan penguasaan konsep Fisika. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.

Rosidin, Undang. 2010. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran Pedoman Praktikum bagi Mahasiswa Calon Pendidik. Universitas

Lampung: Bandar Lampung

Rustaman,Nuryani.2005.Penguasaan Konsep.Bandung: Alfabeta.

Saefuzaman, Duden. 2008. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pemebelajaran materi rangkaian listrik arus searah untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.

Sagala, S. 2010 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada.

Slavin, Robert E. 2009.Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supraptojiel. 2008. Keterampilan Berpikir Kritis. Diakses 16 Februari 2013 dari http://Fisika Wordpress.com.

Widyantini Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Diakses 11 november 2012. dari

http://re-searchengines.com/1407arief3.html.

Yuniar, Ratna. 2012. Memahami Berpikir Kritis. Diakses 16 Februari 2013 dari http://keterampilan Berpikir Kritis.com

www.unesa.ac.id/ Memacu Kemampuan Berpikir Formal Siswa Melalui Pembelajaran IPA Sejak Dini.Tanggal Akses 03 November 2012