22
2008. Akibatnya sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan bagi siswa, tetapi justru menjadi tempat yang menakutkan dan membuat trauma bagi
siswa. Dapat disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau kelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan
ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya korban baik secara fisik maupun mental.
2. Penyebab terjadinya Bullying di sekolah
Bullying disekolah dapat terjadi karena adanya superioritas dalam diri siswa. Hal senada juga diungkapkan oleh Coloroso 2007 bahwa bullying
adalah arogansi yang terwujud dalam tindakan. Pada umumnya siswa melakukan tindakan Bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina,
dendam dan lain sebagainya. Bullying disekolah dapat terjadi karena beberapa faktor dan diantaranya dikemukakan oleh Olweus 1994 antara lain sebagai
berikut : a. Kurangnya perhatian
Kurangnya keterlibatan orang tua terhadap anak membuat anak kurang perhatian sehingga anak mencari perhatian dari orang lain. Dan
itu menyebabkan anak menjadi selalu ingin diperhatikan sekalipun ia harus melakukan kekerasan.
23
b. Faktor gender Banyak dari mereka yang mendidik anak laki
lakinya bahwa laki-laki itu harus kuat dan tidak boleh kalah dalam persaingan, tapi
tidak memberi contoh dari hal-hal yang diajarkan tersebut sehingga anak salah dalam memahami kuat itu sebagaimana mestinya, dan pada
akhirnya anak menjadi suka berkelahi dan berperilaku yang kurang baik dengan tujuan ingin diakui sebagai laki-laki. Selain itu, anak
menjadi berperilaku agresif secara fisik dan membuat anak menjadi sering dimusuhi. Akibat dari dimusuhi, akhirnya anak jadi sering
berkelahi karena ingin membalas dendam. c. Adegan kekerasan dalam berbagai media
Berbagai media seperti game, televisi, dan film sering menampilkan tayangan kekerasan. Anak meniru perilaku dalam game
dan film film yang mereka tonton, umunya mereka meniru gerekan,
dan kata kata. Media memiliki peranan peran penting dalam
pembentukan cara berfikir dan perilaku anak. Anak yang terbiasa menonton adegan
adegan kekerasan di media akan berperilaku agresif dan menggunakan agresi untuk memecahkan masalah. Maka
dari itu, orang tua harus mendampingi dan mengawasi anak saat bermain game maupun menonton film dan orang tua
harus memperingatkan anak untuk tidak meniru adegan-adegan yang
24
berhubungan dengan kekerasan, sebab anak cenderung meniru pada apa yang ia tonton dan ia mainkan
d. Masalah keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan yang palimg
dengan anak. Seringnya terjadi percekcokan antara ayah dan ibu yang dilakukan di depan anak, serta orang tua yang sering memarahi
anaknya menyebabkan emosional anak tidak stabil dan menjadi agresif sehingga anak cenderung mencari pelampiasan dengan melakukan
tindakan tindakan kekerasan terhadap anak lain. Anak cenderung
meniru perilaku anggota keluarga yang ia lihat sehari hari.
e. Faktor lingkungan social Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan perilaku bullying adalah faktor kemiskinan, mereka
yang berbuat kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika dilingkungan sekolah
sering terjadi pemalakan antar siswa. Begitu pula sebaliknya faktor ekonomi keluarga yang berada dapat menyebabkan perilaku bullying,
siswa yang berlatar belakang keluarga dengan ekonomi berada merasa mempunyai kekuasaan untuk menindas siswa dari latar belakang
ekonomi keluarga yang rendah.
25
f. Kecenderungan permusuhan
Biasanya, anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang tua lebih cenderung balas dendam pada temannya di luar
rumah. Selain orang tua faktor senioritas juga salah satu faktor penyebab terjadinya bullying. Siswa yang di Bullying kakak kelasnya
akan cenderung melakukan balas dendam kepada adik kelasnya. Hal tersebut yang menjadikan perilaku Bullying sebagai suatu tradisi.
g. Riwayat berkelahi Kadang berkelahi untuk membuktikan kekuatan bisa
menjadikan seseorang ketagihan untuk tetap melakukannya. Bisa jadi karena mereka senang karena memperoleh pujian oleh banyak orang.
Astuti 2008 mencirikan sekolah yang pada umumnya mudah terdapat kasus bullying, yaitu antara lain :
a. Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik di kalangan guru maupun siswa
b. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah
c. Terdapat kesenjangan ekonomi yang besar antara siswa yang kaya dan miskin
d. Adanya pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
3. Kategori Bullying