Kurva torsi kecepatan tipikal motor induksi ditunjukkan pada Gambar 3.9 Karakteristik penting yang terdapat dalam kurva tersebut adalah kurva Torsi-
Kecepatan. Dari gambar tersebut dapat dijabarkan : 5.
Jangkauan motor meliputi slip yang berada di 0s1. Kecepatan
putaran antara diam s = 1 sampai kecepatan sinkron s = 0, dan putaran
memiliki arah yang sama dengan putaran medan magnetik. Mesin menjadi motor ditandai dengan daya mekanis keluaran yang bernilai positif.
6. Kurva torsi-kecepatan hampir mendekati linier antara keadaan beban
nol dengan keadaan beban penuh. Pada daerah ini tahanan rotor jauh lebih besar dibanding reaktansi rotor, sehingga arus rotor, medan magnetik rotor, dan torsi
meningkat linier seiring dengan naiknya slip. 7.
Ada titik maksimum torsi yang terjadi ketika kenaikan putaran tidak lagi menaikkan besar torsi. Titik ini disebut sebagai titik torsi maksimum yang
mampu dihasilkan motor. 8.
Torsi pengasutan motor lebih besar dibanding torsi beban penuh motor
3.3 Disain Motor Induksi Tiga Fasa
Motor asinkron yang sering kita temukan sehari-hari misalnya adalah : kipas angin, mesin pendingin, kereta api listrik gantung, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu diketahui kelas-kelas dari motor tersebut untuk mengetahui unjuk kerja dari motor tersebut. Adapun kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut :
4. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil
Universitas Sumatera Utara
Tipe ini umumnya memiliki tahanan rotor sangkar yang rendah. Slip pada beban penuh kecil atau rendah namun efisiensinya tinggi. Torsi maksimum
biasanya sekitar 21 dari torsi beban penuh dan slipnya kurang dari 21. Motor kelas ini berkisar hingga 20 Hp.
5. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah
Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A tetapi arus startnya berkisar 75I
fl
. Slip dan efisiensi pada beban penuh juga baik. Kelas ini umumnya berkisar antara 7,5 Hp sampai dengan 200 Hp. Penggunaan
motor ini antara lain : kipas angin, boiler, pompa dan lainnya. 6.
Kelas C : Torsi start tinggi dan arus start kecil Kelas ini memiliki resistansi rotor sangkar yang ganda yang lebih besar
dibandingkan dengan kelas B. Oleh sebab itu dihasilkan torsi start yang lebih tinggi pada arus start yang rendah, namun bekerja pada efisisensi dan
slip yang rendah dibandingkan kelas A dan B. 7.
Kelas D : Tosi start tinggi, slip tinggi Kelas ini biasanya memiliki resistansi rotor sangkar tunggal yang tinggi
sehingga dihasilkan torsi start yang tinggi pada arus start yang rendah
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERHITUNGAN PARAMETER DAN PENGGUNAAN TAHANAN LUAR
UNTUK MEMPERBESAR TORSI AWAL MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN
4.1 Umum
Untuk mendapatkan parameter dari rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa, maka dapat dihitung dari data yang didapat dari percobaan beban nol, rotor
tertahan block rotor , dan percobaan tahanan DC. Pada percobaan beban nol dimana tidak ada beban yang terhubung pada poros rotor sehingga putaran rotor
dikatakan maksimum. Percobaan rotor tertahan block rotor harus dilakukan jauh dibawah keadaan nominal, karena dengan tegangan stator yang kecil sudah
menghasilkan arus yang besar pada rotor. Dipercobaan rotor tertahan putaran rotor dikatakan dalam keadan minimum
r
n = 0 . Untuk percobaan tahanan DC dimana pada percobaan ini akan mengukur besarnya tahanan DC pada kumparan motor.
Percobaan penggunaan tahanan luar untuk mendapatkan torsi awal yang besar dilakukan untuk mendapatkan nilai torsi awal yang berubah nilainya akibat
bertambahnya tahanan rotor. Adakalanya suatu motor induksi tiga fasa dibebani dengan suatu beban, dimana torsi beban yang dipikul lebih besar dari torsi awal
yang dihasilkan oleh motor induksi, untuk menanggulangi masalah ini maka pada motor induksi tiga fasa rotor belitan ditambahkan tahanan luar yang diserikan
dengan belitan rotor melalui sikat untuk memperbesar torsi awal dan memperkecil arus awal. Data yang didapat dari percobaan penggunaan tahanan luar terhadap
Universitas Sumatera Utara