Tinjauan Atas Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung

(1)

CABANG PUNGKUR BANDUNG

REVIEW OF INTERNAL CONTROL SYSTEM PAWN CREDIT

GRANTING ON PT. PEGADAIAN CABANG PUNGKUR

BANDUNG

TUGAS AKHIR

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Studi D-III Akuntansi

Fakultas Ekonomi Unikom

Disusun Oleh : Tiara Eka Pertiwi

21311026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2014


(2)

(3)

(4)

98

DATA PRIBADI

Nama : Tiara Eka Pertiwi

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 24 Januari 1992

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.Kebonlega I rt 01 rw 02 Kel.Kebonlega Kec.Bojongloa Kidul Bandung 40235

Telepon : 087722453882

Email : ra_lock@rocketmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

1997 – 2003 : SDN Leuwi Panjang 2003 – 2006 : SMPN 38 Bandung

2006 – 2009 : SMA Pasundan 7 Bandung


(5)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR SIMBOL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1 Maksud Penelitian ... 4

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Kegunaan Penelitian ... 4

1.5.1 Kegunaan Akademis ... 4

1.5.2 Kegunaan Praktis ... 5

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

1.6.1 Lokasi Penelitian ... 5


(6)

vii

2.1.1 Pengertian Sistem ... 7

2.2 Pengendalian Intern ... 8

2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern ... 8

2.2.2 Tujuan Pengendalian Intern ... 9

2.2.3 Unsur Pengendalian Intern ... 13

2.2.4 Komponen Pengendalian Intern ... 15

2.2.5 Keterbatasan Pengendalian Intern ... 24

2.2.6 Pendekatan Terhadap Pengurangan Resiko Pengendalian Intern ... 24

2.3 Kredit ... 26

2.3.1 Pengertian Kredit ... 26

2.3.2 Jenis Kredit ... 27

2.4 Gadai ... 29

2.4.1 Pengertian Gadai ... 29

2.4.2 Barang Jaminan ... 30

2.4.3 Besarnya Jumlah Pinjaman ... 31

2.4.4 Prosedur Pinjaman ... 31

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Objek Penelitian ... 34

3.2 Metode Penelitian ... 35

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 37


(7)

viii

4.1.1 Gambaran Umum Instansi ... 41

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 41

4.1.1.2 Struktur Organisasi ... 45

4.1.1.3 Uraian Tugas ... 46

4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 50

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 55

4.1.2.1 Sistem Pengendalian Intern PemberianKredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ... 55

4.1.2.1.1Prosedur Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ... 55

4.1.2.1.2Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ... 59

4.1.2.2 Pendekatan Yang Dilakukan Perusahaan Dalam Mengurangi Resiko Sistem Pengendalian Intern Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ... 61

4.2 Pembahasan ... 62

4.2.1 Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ... 63


(8)

ix

PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 79


(9)

77

Sumber Buku:

Amin Widjaja. 2013. Corporate Fraud dan Internal Control. Edisi Keempat. Harvarindo. Jakarta.

Azhar Susanto. 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Lingga Jaya. Bandung.

Elder J Randal, Beasley S Mark, Arens A Arvin dan Amir Abadi Jusuf. 2011.

Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Salemba Empat. Jakarta.

Hery. 2013. Akuntansi Dasar 1 dan 2. CAPS. Jakarta. Hery. 2013. Auditing. CAPS. Jakarta.

Husein Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Iwan Satibi. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers. Jakarta.

Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta.

Kumaat G Valery. 2011. Internal Audit. Erlangga. Jakarta.

Lilis Puspitawati, Sri Dewi Anggadini. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Malayu Sp. Hasibuan. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Asri. Jakarta. Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cifta. Jakarta.


(10)

Teguh Pudjo Muljono. 2009. Manajemen Perkreditan. BPFE. Yogyakarta. Ulber Silalahi. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Yvonne Augustine dan Robert Kristaung. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis dan


(11)

iii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang Maha Kuasa, pemberi rahmat dan karunia karena atas segala ridho-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Tinjauan Atas Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung”. Sebagai salah satu syarat untuk melengkapi program perkuliahan Diploma III pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mendapatkan berbagai dukungan, bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini,SE., Spec. Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Program studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si.,Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.


(12)

iv tugas akhir.

6. Seluruh Dosen tetap maupun Dosen tidak tetap Program Studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu Pengetahuan kepada penulis.

7. Seluruh Staf-staf dan Karyawan Program Studi Akuntansi yang telah memberikan pelayanan dan informasi.

8. Bapak Riyanto selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis di PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung. 9. Ibu Siti Alia selaku staf di PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung yang

telah memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis.

10. Seluruh staf di PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tulus kepada penulis dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam setiap pekerjaan yang penulis lakukan, dengan doa dan kepercayaan yang beliau berikan penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

12. Adik tercinta Trifani Juniawati yang selalu memberikan semangat, doa, serta kepercayaan diri kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Serta tidak lupa kepada sahabat-sahabat satu perjuangan Gita, Vera, Irma, Siska, Febri, Saftaji, Delyan, Gian, dan Bintoro, yang selalu memberikan dukungan dan semangat, serta berjuang bersama-sama sampai akhir.


(13)

v Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyajian, susunan kata maupun isinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung serta bagi penulis yang menjadi pengalaman berharga di kemudian hari.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Agustus 2014


(14)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem

Pada dasarnya sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu „systema’ yang berarti kesatuan, yaitu keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu sama lain. Sistem dapat kita temukan dalam setiap kegiatan dikehidupan sehari-hari. Karena sistem merupakan setiap kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan guna mencapai tujuan-tujuan tertentu.

2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Azhar Susanto (2013:22) pengertian sistem adalah sebagai berikut :

“Sistem adalah kumpulan/group dari subsistem/bagian/komponen

apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama

lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011:1) pengertian sistem adalah sebagai berikut :

“Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan sasaran yang tertentu.”

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen/prosedur-prosedur yang saling berhubungan satu sama lain dalam menjalankan suatu proses/kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.


(15)

2.2 Pengendalian Intern

Pada dasarnya setiap pelaku bisnis “yang baik” dari masa ke masa pasti

memiliki kesadaran akan pentingnya “pengendalian intern” agar dapat sejalan

dengan tujuan bisnis itu dan siap menghadapi peluang dan tantangan diluar institusi maupun di waktu mendatang. Namun pada umumnya, para pebisnis menerjemahkan pengendalian intern dalam perspektif yang berbeda-beda.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern biasanya akan mutlak diperlukan seiring dengan tumbuhnya dan berkembangnya transaksi/bisnis perusahaan.

Menurut Hery (2013:159) pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut :

“Pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan dan prosedur

untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.”

Menurut Valery G. Kumaat (2011:15) pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut:

“Pengendalian intern adalah suatu cara untuk mengarahkan,

mengawasi dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud maupun tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).”

Sedangkan menurut Committee of sponsoring organizations (COSO) dari

Treadway Commision (komisi nasional Amerika untuk penyelewengan laporan keuangan) (Azhar Susanto:2013:95):

“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk


(16)

memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui: efisiensi dan efektifitas operasi, penyajian laporan keuangan uang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.”

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu cara yang berisi seperangkat kebijakan dan peraturan untuk mengarahkan, mengawasi, dan melindungi sumber daya perusahaan agar terhindar dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan dan penyelewengan. Dengan kata lain pengendalian intern dilakukan untuk memantau apakah kegiatan operasional telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan perusahaan.

Dengan adanya penerapan sistem pengendalian intern secara ketat maka diharapkan bahwa seluruh kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik. Bahkan tidak hanya dari segi operasional saja yang akan berjalan dengan tertib dan baik sesuai prosedur, akan tetapi dari segi finansial perusahaan juga dapat lebih termonitor dengan baik.

Pada dasarnya, faktor efisiensi dan efektifitas unit/perusahaan merupakan dua hal yang juga merupakan sasaran dari diterapkannya pengendalian intern, karena jika pengendalian intern tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka kemungkinan besar (hampir dapat dipastikan) akan timbul yang namanya inefesiensi (pemborosan sumber daya), yang pada akhirnya tentu saja hal ini hanya akan membebani tingkat profitabilitas (keuntungan) perusahaan.

2.2.2 Tujuan Pengendalian Intern

Committee of sponsoring organizations (COSO) dari Treadway Commision (komisi nasional Amerika untuk penyelewengan laporan keuangan)


(17)

menyatakan bahwa dasar bagi dilakukannya pengendalian intern adalah tujuan. Tanpa tujuan pengendalian intern tidak ada artinya apa-apa.

Selanjutnya COSO menyatakan bahwa pengendalian intern meliputi pula dorongan yang diberikan kepada seseorang atau karyawan bagian tertentu dari organisasi atau organisasi secara keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan.

Menurut Hery (2013:160), tujuan pengendalian intern tidak lain adalah untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa :

1. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata, bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum karyawan tertentu. Dengan demikian, pengendalian intern diterapkan agar supaya seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan baik dari tindakan penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan, yang tidak sesuai dengan wewenangnya dan kepentingan perusahaan.

2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan) maupun yang tidak disengaja (kelalaian).

3. Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan.

Salah satu hal yang paling riskan dalam pengendalian intern adalah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan (employee fraud). Kecurangan karyawan ini adalah tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.


(18)

Berikut ini adalah beberapa contoh utama yang memerlukan pengendalian intern secara baik :

1. Pengupahan dan penggajian

Pengendalian intern dijalankan dengan tujuan untuk memastikan bahwa uang kas perusahaan dikeluarkan memang untuk membayar karyawan yang sah, yang sesuai tarif upah/gaji yang berlaku dan jumlah jam kerja aktual karyawan. Pengendalian intern disini juga diperlukan untuk menghindari terjadinya karyawan fiktif.

2. Pemesanan dan pembelian barang

Pengendalian intern dijalankan dengan tujuan untuk memastikan bahwa pemesanan dan pembelian barang memang telah dilakukan sesuai degan prosedur. Barang yang dipesan dan yang dibeli sesuai dengan spesifikasi kebutuhan perusahaan serta telah mendapatkan otorisasi (persetujuan) yang layak dari pejabat yang berwenang, termasuk tersedianya secara lengkap dokumen pendukung transaksi. Pengendalian intern disini juga dibutuhkan untuk menghindari terjadinya penggelapan/penyelewengan oleh oknum karyawan tertentu atas besarnya potongan pembelian yang diperoleh dari supplier.

3. Pengiriman dan penjualan barang dagangan

Pengendalian intern dijalankan dengan tujuan untuk memastikan bahwa pengiriman dan penjualan barang dagangan memang telah dilakukan sesuai dengan prosedur.Barang yang dikirim dan yang dijual sesuai dengan spesifikasi pesanan pelanggan serta telah


(19)

mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwenang, termasuk tersedianya dokumen pendukung transaksi. Pengendalian intern disini juga dibutuhkan untuk menghindari penjualan fiktif.

4. Penerimaan dan pembayaran kas

Pengendalian intern dijalankan dengan tujuan untuk memastikan bahwa kas telah diterima dengan baik /semestinya oleh perusahaan, serta memastikan bahwa pengeluaran kas hanya dilakukan untuk membayar beban perusahaan yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, serta menghindari terjadinya pembayaran berganda.

5. Penyimpanan barang di gudang

Pengendalian intern dijalankan dengan tujuan untuk memastikan bahwa barang telah aman tersimpan di gudang.

6. Penanganan atas aset tetap

Pengendalian intern dijalankan dengan tujuan untuk memastikan bahwa aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan telah digunakan sebagaimana mestinya dan hanya untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Dalam hal ini, inventarisasi atas aset tetap perlu dilakukan agar supaya keberadaan aset tetap ini secara fisik dapat diawasi dengan mudah dan seksama.


(20)

2.2.3 Unsur Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2011:239), unsur pokok pengendalian intern dalam perusahaan adalah :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan, seperti pemisahan setiap fungsi untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendaptan dan biaya.

Dalam setiap organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam tercatat kedalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan (reliability) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana


(21)

dengan baik jika tidak ditetapkan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaanya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempu oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah :

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakainnya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit)

Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari yang lain, agar tercipta internal check yang baik dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Perputaran jabatan (job rotating)

Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat, memperluas wawasan pengetahuan yang mendalam, sehingga persekongkolan diantara karyawan dapat dihindari.

e. Secara periodik diadakan pencatatan fisik kekayaan dengan catatannya.

Untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan


(22)

pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayan tersebut. f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek

efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lainnya.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

b. Pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

2.2.4 Komponen Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern berkaitan dengan aktivitas operasi suatu organisasi dan ada dengan alasan bisnis yang mendasar. Pengendalian intern akan sangat efektif bila pengendalian tersebut menyatu dengan infastruktur dan merupakan bagian penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengendalian intern yang menyatu mendorong peningkatan kualitas dan inisiatif, menghindari biaya yang tidak seharusnya dan mengahasilkan respon yang cepat terhadap perubahan keadaan (Azhar Susanto:2013:96).

Kerangka kerja pengendalian intern yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan A.S dikeluarkan oleh Committee of sponsoring organizations


(23)

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian meliputi sikap para manajemen & karyawan terhadap pentingnya pengendalian intern organisasi (Valery G. Kumaat:2011:16).

Menurut Azhar Susanto (2013:96) pengertian lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut :

“Lingkungan pengendalian adalah pembentukan suasana

organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi.”

Lingkungan pengendalian intern terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian intern serta arti pentingnya bagi entitas tersebut.

Tanpa adanya lingkungan pengendalian yang efektif, keempat komponen lainnya mungkin tidak akan menghasilkan pengendalian intern yang efektif. Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai payung bagi keempat komponen pengendalian intern lainnya

(Hery:2013:90).

Menurut Randal J. Elder, Mark S.Beasley, Arvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf (2011:326) ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian, diantaranya :

a. Integritas dan nilai etika

Integritas dan nilai-nilai etika merupakan produk dari standar etika dan sikap sebuah entitas, sebagaimana dengan seberapa baik hal


(24)

tersebut dikomunikasikan dan diterapkan dalam praktiknya. Integritas dan nilai-nilai etika mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi insentif dan godaan yang dapat mendorong personel untuk terlibat dalam perilaku yang tidak jujur, ilegal, atau tidak etis. Selain itu integritas dan nilai etika juga mencakup komunikasi mengenai nilai yang dianut entitas dan standar perilaku kepada setiap personel melalui pernyataan kebijakan, kode etik dan melalui contoh.

b. Komitmen terhadap kompetensi

Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan yang bertujuan mencapai tugas-tugas yang mendefinisikan tugas setiap orang. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen terhadap tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat kompetensi tersebut diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan .

c. Partisipasi dewan direksi dan komisaris atau komite audit

Keberadaan dewan direksi dan komisaris bagi tata kelola perusahaan yang baik karena tanggung jawab utama mereka adalah untuk meyakinkan bahwa manajemen telah melakukan pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan yang tepat. Sebuah dewan komisaris yang efektif harus independen terhadap manajemen, dan anggota-anggoatanya harus terus terlibat dalam dan mengkaji aktivitas manajemen. Meskipun dewan


(25)

mendelegasikan tanggung jawab atas pengendalian internal kepada pada manajemen, namun dewan harus secara berkala menilai pengendalian tersebut. Selain itu, suatu dewan yang aktif dan objektif sering kali mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pengabaian pengendalian yang ada oleh manajemen.

Untuk membantu dewan dalam melakukan pengawasan, dewan membentuk komite audit dengan tanggung jawab untuk melakukann pengawasan terhadap pelaporan keuangan. Komite audit juga bertanggung jawab untuk menjaga komunikasi yang telah berjalan dengan internal auditor maupun eksternal auditor. Hal itu memungkinkan auditor dan direksi untuk membahas hal-hal yang mungkin terkait dengan sesuatu seperti integritas atau tindakan manajemen.

d. Filosofi dan gaya operasi manajemen

Manajemen, melalui aktivias-aktivitas yang dilakukannya, memberikan sinyal yang sangat jelas kepada karyawan mengenai signifikasi pengendalian intern.

e. Struktur organisasi

Struktur organisasi suatu entitas mendefinisikan jalur tanggung jawab dan otoritas yang ada. Dengan memahami struktur organisasi klien, auditor dapat mempelajari manajemen dan elemen-elemen fungsional bisnis serta persepsi mengenai bagaimana pengendalian intern diterapkan.


(26)

f. Kebijakan perihal sumber daya manusia

Aspek pengendalian internal yang paling penting adalah personel. Karyawan yang tidak kompeten atau tidak jujur dapat merusak sistem, meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Karyawan yang jujur dan kompeten mampu mencapai kinerja yang tinggi meskipun hanya ada sedikit pengendalian. Akan tetapi, karyawan yang jujur dan kompeten bisa juga dapat terganggu kinerjanya sebagai akibat dari perasan bosan, tidak puas, ataupun masalah pribadi lainnya. Karena pentingnya sumber daya manusia bagi keberhasilan sebuah entitas (pengendalian), metode atau kebijakan untuk mengangkat, mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi kompensasi kepada karyawan merupakan bagian yang penting dari pengendalian intern.

2. Penilaian Resiko

Menilai resiko merupakan komponen kedua dari pengendalian intern. Penilaian resiko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Resiko dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan.

Resiko yang berasal dari luar perusahaan mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan, yang termasuk didalam resiko ini adalah tantangan yang berasal dari pesaing, perubahan kondisi ekonomi, kemajuan teknologi, peraturan pemerintah, dan bencana alam.


(27)

Resiko yang berasal dari dalam perusahaan berkaitan dengan aktivitas tertentu didalam organisasi misalnya karyawan yang tidak terlatih, karyawan yang tidak memiliki motivasi, atau perubahan dalam tanggung jawab manajemen sehingga tidak efektifnya dewan direksi dan tim audit.

Manajemen bertanggung jawab dalam menentukan resiko yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai tujuannya, memperkirakan tingkat pengaruh dari setiap resiko, menilai kemungkinannya, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi pengaruhnya atau kemungkinannya (Azhar Susanto:2013:99).

3. Aktivitas Pengendalian

Menurut Hery (2013:93) pengertian aktivitas pengendalian adalah sebagai berikut :

“Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah diambil guna mencapai tujuan entitas.”

Menurut Sukrisno Agoes (2012:101) pengertian aktivitas pengendalian adalah sebagai berikut :

“Aktivitas pengendalian adalah kebijakan atau prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan.” Sedangkan menurut Randal J. Elder, Mark S.Beasley, Arvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf (2011:326) pengertian aktivitas pengendalian adalah sebagai berikut :

“Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur selain yang telah dimasukan dalam keempat komponen lainnya, yang membantu untuk meyakinkan bahwa tindakan-tindakan


(28)

yang penting telah dilakukan untuk mengatasi risiko-risiko dalam mencapai tujuan organisasi.”

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dilakukan untuk memastikan bahwa aktivitas dalam mengatasi resiko pengendalian telah dilakukan dalam mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hery (2013:93) kebijakan dan prosedur tersebut terdiri atas : a. Pemisahan tugas yang memadai

Pemisahan tugas disini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau pembagian kerja. Ada 2 bentuk yang paling umum dari penerapan prinsip pemisahan tugas ini, yaitu : pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda pula, harus adanya pemisahan tugas antara karyawan yang menangani pekerjaan pencatatan aktiva dengan karyawan yang menangani langsung aktiva secara fisik (operasional).

Sesungguhnya, rasionalisasi dari pemisahan tugas adalah bahwa tugas/pekerjaan dari seorang karyawan seharusnya dapat memberikan dasar yang memadai untuk mengevaluasi pekerjaan karyawan lainnya.Jadi, hasil pekerjaan seorang karyawan dapat diperiksa silang (cross check) kebenarannya oleh karyawan lainnya. Ketika seorang karyawan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan, biasanya potensi munculnya kesalahan maupun kecurangan akan meningkat. Oleh sebab itu, sangatlah penting kalau pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda pula.


(29)

b. Otorisasi yang tepat

Agar pengendalian berjalan dengan baik, setiap transaksi harus diotorisasi dengan tepat. Jika setiap orang dalam suatu organisasi dapat memperoleh ataupun mengeluarkan aset semau mereka maka akan terjadi kerusuhan besar.

c. Dokumentasi dan catatan yang memadai

Dokumen dan catatan merupakan objek fisik dimana transaksi akan dicantumkan serta diikhtisarkan. Dokumen yang memadai sangat penting untuk mencatat transaksi dan mengendalikan aktiva. Dokumen memberikan bukti bahwa transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi telah terjadi. Dengan membubuhkan dan memberikan tanda tangan ke dalam dokumen, orang yang bertanggung jawab atas terjadinya sebuah transaksi atau peristiwa dapat diidentifikasi dengan mudah. Dokumentasi atas transaksi seharusnya dibuat ketika transaksi terjadi.

d. Pengendalian fisik atas aset

Untuk menyelengarakan pengendalian internal yang memadai, aktiva dan catatan harus dilindungi. Jika tidak diamankan sebagaimana mestinya, aktiva akan dicuri, diselewengkan, atau disalahgunakan.

e. Pemeriksaan Independen

Kebanyakan sistem pengendalian intern memberikan pengecekan independen. Kebutuhan akan pengecekan independen muncul karena pengendalian internal cenderung berubah sepanjang waktu,


(30)

kecuali sering dilakukan penelaahan. Personel sangat mungkin lupa atau tidak sengaja tidak mengikuti prosedur, atau mereka menjadi sembrono kecuali jika ada seseorang yang mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan mereka. Tanpa mempertimbangkan kualitas pengendalian, para personel dapat melakukan kesalahan atau melakukan kecurangan.

4. Informasi dan Komunikasi

Komponen ke empat dari pengendalian intern adalah informasi dan komunikasi. Informasi diperlukan oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan. Infomasi yang berkualitas diidentifikasi, diambil/diterima, diproses dan dilaporkan oleh sistem informasi. Komunikasi sudah tercakup daam sistem informasi. Komunikasi terjadi pula dalam bentuk tindakan manajemen. Komunikasi harus dapat menyampaika pesan dengan jelas dari manajemen bahwa karyawan harus melakukan pengendalian intern dengan serius (Azhar Susanto:2013:105).

5. Pengawasan

Aktivitas pengawasan atau pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu pengendalian intern secara berkesinambungan (berkala) oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada dalam perusahaan (Hery:2013:93).


(31)

2.2.5 Keterbatasan Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern perusahaan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan. Faktor manusia adalah faktor yang sangat penting sekali dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian intern. Sebuah sistem pengendalian yang baik akan dapat menjadi tidak efektif oleh karena adanya karyawan yang kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh. Demikian juga halnya dengan kolusi, dimana kolusi ini akan dapat secara signifikan mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahan tugas. Belum lagi adanya sebuah pandangan umum yang menyatakan bahwa pada prinsipnya di dunia ini tidak ada sesuatu yang begitu sempurna, termasuk sistem pengendalian intern yang dijalankan perusahaan. Terakhir, ukuran perusahaan juga akan dapat memicu keterbatasan pengendalian intern. Dalam perusahaan yang berskala kecil, sebagai contoh, mungkin akan sangat sulit untuk menerapkan pemisahantugas atau memberikan pengecekan independen, mengingat satu karyawan mungkin saja dapat merangkap mengerjakan beberapa pekerjaan yang berbeda sekaligus (Hery:2013:102).

2.2.6 Pendekatan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern

Menurut Amin Widjaja (2013:252), ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengurangi resiko pengendalian intern, yaitu :

1. Pendekatan Perintah : “Jangan Mencuri, Jika anda melakukannya

dan kami menangkap anda, anda akan dipecat.”

2. Pendekatan Pencegahan : Teliti kemungkinan adanya pencuri dengan cara (1) menggunakan pengujian latar belakang (verifikasi jabatan,


(32)

catatan kriminal, pemeriksaan terhadap pemberian pinjaman dan referensi), (2) pengujian poligrafi, (3) pengujian psikologi atas kejujuran dan identitas.

3. Pendekatan Deteksi : Bentuk prosedur dan pengendalian akuntansi dan audit internal untuk memeriksa secara periodik sahnya transaksi dan untuk menegaskan keberadaan aktiva.

4. Pendekatan Observasi : Pantau tingkah laku karyawan, tingkat persediaan barang-barang yang berharga dan mudah dibawa, dan periksa paket-paket keluar.

5. Pendekatan Investigasi : Tindak lanjuti semua dugaan pencurian dan selisih kas, persediaan barang, peralatan, bahan baku, alat tulis kantor, untuk menentukan sifat dan tingkat kerugian serta pelaku kejahatan yang dicurigai.

6. Pendekatan Asuransi : Miliki jaminan asuransi pertanggungan yang cukup untuk melindungi perusahaan terhadap kerugian substansial (walaupun tidak mengurangi pencurian oleh karyawan, hal ini mengurangi beban bila kerugian terjadi).

Apabila pendekatan tersebut tidak berjalan. Mungkin masalahnya bukan lagi tipe klasik. Yang berubah saat ini dalam lingkungan kerja adalah bahwa para pekerja ingin dan akan sering meminta :

1. Lebih berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi tugas mereka.


(33)

3. Pekerjaan yang berarti dan berguna-bebas dari pekerjaan yang membosankan.

4. Lingkungan kerja yang sehat dan aman. 5. Dilibatkan dalam kelompok kerja. 6. Kepercayaan antar pribadi.

7. Penghargaan dan pengakuan.

2.3 Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu „Carede‟ yang berarti kepercayaan. Jadi bagian terpenting dari kredit adalah kepercayaan dari pihak pemberi kredit (kreditur) percaya padapihak penerima (debitur) tentang kesanggupan membayar sesuai ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2.3.1 Pengertian Kredit

Menurut Teguh Pejo Mulyono (2009:112) pengertian kredit adalah sebagai berikut :

“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan pembelian atau mengandakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.”

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:17) pengertian kredit adalah sebagai berikut :

“Kredit adalah penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”


(34)

Sedangkan menurut Malayu Sp.Hasibuan (2009:87) pengertian kredit adalah sebagai berikut :

“Kredit adalah jenis-jenis pinjaman yang harus dibayarkan bersama

bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.” Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah kegiatan atau kesepakatan pinjam meminjam antara dua belah pihak dengan perjanjian pembayaran akan ditangguhkan pada jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah disepakati dengan disertai pemberian bunga.

2.3.2 Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2010:76) ada beberapa jenis kredit diantaranya : 1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,


(35)

membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri. b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membeli aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli


(36)

barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

2.4 Gadai

Gadai merupakan salah satu bentuk penjaminan dalam perjanjian pinjam meminjam. Dalam praktreknya penjaminan dalam bentuk gadai merupakan cara pinjam meminjam yang dianggap paling praktis oleh masyarakat umum karena tidak memerlukan suatu tertib administrasi yang rumit dan tidak diperlukan juga suatu analisis kredit yang rumit dan mendalam.

2.4.1 Pengertian Gadai

Definisi gadai berdasarkan pasal 1150 kitab undang-undang hukum perdata adalah sebagai berikut:


(37)

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara di dahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.”

Menurut Kasmir (2012:233) pengertian usaha gadai adalah sebagai berikut:

“Usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga

kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.”

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gadai adalah kegiaan menjaminkan barang bergerak sesuai perjanjian gadai dengan tujuan memperoleh sejumlah uang.

Dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan.

2. Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan. 3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

2.4.2 Barang Jaminan

Bagi nasabah yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman dari PT. Pegadaian, maka hal yang paling penting diketahui adalah masalah barang yang dapat dijadikan jaminan. PT. Pegadaian dalam hal jaminan telah menetapkan ada beberapa jenis barang berharga yang dapat diterima untuk digadaikan. Barang-barang trsebut nantinya akan ditaksir nilainya, sehingga dapatlah diketahui berapa


(38)

nilai taksiran dari barang yang digadaikan. Semakin besar nilai taksiran barang, semakin besar pula pinjaman yang akan diperoleh.

Jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat dijadikan jaminan di PT. Pegadaian adalah sebagai berikut :

1. Barang-barang atau benda-benda perhiasan, antara lain : emas, perak, intan, berlian.

2. Barang-barang berupa kendaraan, seperti : mobil, motor, sepeda biasa (termasuk becak).

3. Barang-barang elektronik, antara lain : televisi, computer, kulkas, radio tape.

4. Mesin-mesin, seperti : mesin jahit, mesin kapal motor.

2.4.3 Besarnya Jumlah Pinjaman

Besarnya jumlah pinjaman tergantung dari nilai jaminan (barang-barang berharga) yang diberikan. Semakin besar nilainya, semakin besar pula pinjaman yang dapat diperoleh oleh nasabah demikian pula sebaliknya. Kepada nasabah yang memperoleh pinjaman akan dikenakan sewa modal (bunga pinjaman) per bulan.

2.4.4 Prosedur Pinjaman

Seperti diketahui bahwa menariknya peminjaman uang di pegadaian disebabkan prosedurnya yang mudah, cepat dan biaya yang dikenakan relatif ringan. Disamping itu biasanya PT. Pegadaian tidak begitu mementingkan untk apa uang tersebut digunakan.Yang penting setiap proses pinjaman uang di pegadaian haruslah dengan jaminan barang-barang tertentu. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan prosedur peminjaman di lembaga keuangan bank.


(39)

Secara garis besar proses atau prosedur peminjaman uang pegadaian dapat dijelaskan sebagai berikut (Kasmir:2012:238) :

1. Nasabah datang langsung ke bagian informasi untuk memperoleh penjelasan, tentang barang jaminan, jangka waktu pengembalian, jumlah pinjaman, dan biaya sewa modal (bunga pinjaman).

2. Bagi nasabah yang sudah jelas dan mengetahui prosedurnya dapat langsung membawa barang jaminan ke bagian penaksir untuk ditaksir nilai jaminan yang diberikan. Pemberian barang jaminan disertai bukti diri seperti KTP atau surat kuasa bagi pemilik barang yang tidak dapat dating.

3. Bagian penaksir akan menaksir nilai jaminan yang diberikan, baik kualitas barang maupun nilai barang tersebut, kemudian barulah ditetapkan nilai taksir barang tersebut.

4. Setelah nilai taksir ditetapkan langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah pinjaman beserta modal (bunga) yang dikenakan dan kemudian diinformasikan ke calon peminjam.

5. Jika calon peminjam setuju, maka barang jaminan ditahan untuk disimpan dan nasabah memperoleh pinjaman, berikut surat bukti gadai. Kemudian untuk proses pembayaran kembali pinjaman baik yang sudah jatuh tempo maupun yang belum dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pembayarankembali pinjaman berikut sewa modal dapat langsung dilakukan di kasir dengan menunjukan surat bukti kredit gadai dan melakukan pembayaran sejumlah uang.


(40)

2. Pihak pegadaian menyerahkan barang jaminan apabila pembayarannya sudah lunas dan diserahkan langsung ke nasabah untuk diperiksa kebenarannya dan jika sudah benar dapat langsung dibawa pulang. 3. Pada prinsipnya pembayaran kembali pinjaman dan sewa modal dapat

dilakukan sebelum jangka waktu pinjaman jatuh tempo. Jadi si nasabah jika sudah punya uang dapat langsung menebus jaminannya. 4. Bagi nasabah yang tidak membayar pinjamannya, maka barang

jaminannya akan dilelang secara resmi ke masyarakat luas.

5. Hasil penjualan lelang diberitahukan kepada nasabah dan seandainya uang hasil lelang setelah dikurangi pinjaman dan biaya-biaya masih lebih akan dikembalikan ke nasabah.


(41)

34

OBJEK DAN METODE PENELITAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam sebuah penelitian hal yang menjadi sasaran dan paling penting untuk diperhatikan adalah objek penelitian. Dimana didalam objek penelitian tersebut terkandung masalah yang akan diteliti hingga menemukan pemecahannya.

Menurut Sugiyono (2010:38) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Menurut Iwan Satibi (2011:74) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komprehensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah pengembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”

Sedangkan menurut Husein Umar (2013:18) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa


(42)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah suatu hal yang menjadi titik perhatian atau sasaran untuk diteliti dan dipelajari yang pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan dalam penelitian objek tersebut.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan mengambil objek penelitian pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung yaitu sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai.

3.2 Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah dalam suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur, dan terus-menerus. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan yaitu dengan menggunakan metode penelitian.

Menurut Sugiyono (2010:2) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.”

Menurut Yvonne Agustine (2013:5) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut:

“Sebuah aktivitas yang memberikan kontribusi dalam memahami fenomena yang menjadi perhatian melalui penelitian.”

Sedangkan menurut Ulber Silalahi (2012:12) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut :


(43)

“Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau masalah tersebut.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan tujuan dapat menyelesaikan maupun mengantisipasi masalah yang dihadapi dalam penelitian tersebut. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Sugiyono (2010:35) pengertian metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain .”

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:174) pengertian penelitian deskriptif adalah sebagai berikut :

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.”

Sedangkan menurut Husein Umar (2013:22) metode deskriptif adalah sebagai berikut :

“Metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum”.


(44)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan, kondisi, fakta ataupun hal-hal lain yang diteliti pada saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan penelitian, terdapat beberapa teknik atau metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Teknik yang digunakan dibawah ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam kegiatan penelitian yaitu pada proses pengumpulan data, diantaranya :

1. Studi Kepustakaan ( Library Research)

Penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi pembahasan guna dijadikan dasar dalam penilaian dan perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang bersangkutan. Data yang diperoleh melalui studi pustaka adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya, dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha mengumpulkan data dari beberapa referensi yang berhubungan dengan judul tugas akhir yaitu mengenai Tinjauan Atas Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung.


(45)

2. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan peninjauan secara langsung pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung, untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.

Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :

a. Observasi

Menurut Juliansyah Noor (2012:140) teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung adalah dengan melihat beberapa kegiatan yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern proses pemberian kredit gadai.

b. Wawancara

Menurut Ulber Silalahi (2012:312) pengertian wawancara adalah sebagai berikut :

“Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang diwawancara (interviewee) untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.”

Wawancara dilakukan langsung dengan beberapa pegawai yang berwenang pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung di bagian penaksir dan kasir. Hal ini dilakukan untuk memperoleh


(46)

informasi yang berkaitan dengan judul tugas akhir yang sedang disusun penulis.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan tertulis berupa data yang diperoleh dari tempat penelitian berlangsung seperti, Formulir Permintaan Kredit, Surat Bukti Kredit, Struk Bukti Transaksi, Struktur Organisasi, dan Sejarah Perusahaan.

3.4 Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) pengertian sumber data adalah sebagai berikut :

“Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitan adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.”

Sumber data terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2013:47) pengertian data primer adalah sebagai berikut :

“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari

wawancara yang biasa dilakukan oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Menurut Yvonne Agustine (2013:25) pengertian data sekunder adalah sebagai berikut :

“Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak lain.”


(47)

Menurut Sugiyono (2009:139) pengertian data sekunder adalah sebagai berikut :

“Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku, serta dokumen perusahaan.”

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sekunder, bersumber dari data primer karena data yang diperoleh secara langsung berasal dari hasil wawancara dengan beberapa bagian yaitu penaksir dan kasir pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung serta beberapa dokumen perusahaan berupa Surat Bukti Kredit (SBK), Formulir Permintaan Kredit (FPK), dan Struk Bukti Transaksi. Untuk data sekunder, data yang diperoleh yaitu berupa teori-teori para ahli yang menjadi dasar perbandingan, berasal dari buku-buku referensi yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai.


(48)

Oleh: Tiara Eka Pertiwi

21311026 ABSTRAK

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung. Fenomena yang terjadi adalah kurangnya pengendalian intern dalam pemisahan tugas yang mengakibatkan adanya rangkap jabatan antara bagian kasir dan tata usaha serta bagian penyimpanan dan bagian pencatatan (gudang). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai dan pendekatan terhadap resiko pengendalian intern pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Analisis dalam penelitian ini terfokus pada Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung. Data yang diperoleh penulis meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan studi lapangan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai yang diterapkan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik namun masih ada kekurangan pada pemisahan tugas yang mengakibatkan adanya rangkap jabatan antara bagian kasir dan tata usaha serta bagian penyimpanan dan bagian pencatatan (gudang). Sedangkan pendekatan yang dilakukan perusahaan dalam mengurangi resiko pengendalian intern sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan teori para ahli.

Kata kunci: Sistem Pengendalian Intern, Pemberian Kredit Gadai, Resiko Pengendalian Intern

ABSTRACT

In the preparation of this final Task, the authors conducted a study on the PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung. Phenomena that occur is lack of internal controls in the separation of duties which resulted in a double position between the cashier with administration and the storage with recording (warehouse). This study was conducted to know how the application of internal control system pawn credit granting and approach to internal control risk on PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung.

The method used is descriptive method. The analysis in this study focused on Internal Control System Pawn Credit Granting On PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung. The author data obtained include primary data and secondary data through data collection and fieldwork conducted by means of observation, interview, documentation and study of the literature.

The results of this study indicate that the Internal Control System Pawn Credit Granting which applied by PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung is quite good but there are still lack in the separation of duties which resulted in the overlapping position between cashier with administration and storage with recording (warehouse). While the approach taken by the company in reducing the risk of internal control has been going well and according to the theory of the experts.


(49)

1.1 Latar Belakang

PT. Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan usaha pokok menyalurkan uang pinjaman/ kredit kepada masyarakat atas dasar hokum gadai. Sebagai usaha pokok, penyaluran kredit gadai memerlukan penanganan yang baik dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian intern sebagai suatu tindakan preventif terhadap terjadinya kesalahan atau penyimpangan.

Masalah yang terjadi diperusahaan tersebut adalah kurangnya pengendalian intern dalam pemisahan tugas yang mengakibatkan adanya rangkap jabatan antara kasir dan tata usaha serta bagian penyimpanan dan pencatatan (gudang) sehingga dapat menimbulkan beberapa penyimpangan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Kurangnya pengendalian intern, karena terdapatnya pemisahan tugas yang kurang memadai.

2. Adanya rangkap jabatan antara kasir dan tata usaha serta bagian penyimpanan dan pencatatan (gudang), sehingga dapat menimbulkan beberapa penyimpangan. 1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan sistem pengendaian internpemberian kredit gadai pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ?

2. Pendekatan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengurangi resiko pengendalian intern pada PT.Pegadaian Cabang Pungkur Bandung ?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penerapan sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai alam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern yang sudah diterapkan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung dalam proses pemberian kreit gadai tersebut.

2. Untuk mengetahui pendekatan apa saja yang dilakukan perusahaan dalam mengurangi resiko pengendalian intern pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung.


(50)

1.5.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini, diantaranya : 1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Memberi wawasan dan pengetahuan baru dalam bidang ilmu ekonomi, terutama tentang tinjauan atas sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai. Membandingkan antara teori/ilmu pengetahuan dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia usaha.

2. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan acuan dan bahan referensi khususnya untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai sistem pengendalian intern.

3. Bagi Penulis

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan pengendalian intern, pemberian kredit, dan kinerja perusahaan.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagi Perusahaan

Hasil penellitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, serta dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan perusahaan.

2. Bagi Karyawan Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya penerapan sistem pengendalian intern pemberian kredit gadai bagi peningkatan kinerja karyawan.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penulis mlakukan penelitian yaitu di PT. Pegadaian Cabang Pungkur yang beralamat di jalan Pungkur No. 123 Bandung 40252.

1.6.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem

Pada dasarnya sistem berasal dari bahasa Yunani „systema‟ yang berarti kesatuan, yaitu keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu sama lain.


(51)

Menurut Azhar Susanto (2013:22) pengertian sistem adalah sebagai berikut :

“Sistem adalah kumpulan/group dari subsistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.

2.2 Pengendalian Intern

Pada dasarnya setiap pelaku bisnis „yang baik‟ dari masa ke masa pasti memiliki kesadaran akan pentingnya „pengendalian intern‟ agar dapat sejalan dengan tujuan bisnis.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern

Pengendlian intern biasanya akan mutlak diperlukan seiring dengan tumbuhnya dan berkembangnya transaksi/bisnis perusahaan.

Menurut Hery (2013:159) pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut : “Pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.” 2.2.2 Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Hery (2013:160), tujuan pengendalian intern tidak lain adalah untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa :

1. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata, bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum karyawan tertentu. Dengan demikian, pengendalian intern diterapkan agar supaya seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan baik dari tindakan penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan, yang tidak sesuai dengan wewenangnya dan kepentingan perusahaan.

2. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan) maupun yang tidak disengaja (kelalaian).

3. Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan. 2.2.3 Unsur Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2011:239), unsur pokok pengendalian intern dalam perusahaan adalah :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang

cukup terhadap kekayaan, utang, pendaptan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.


(52)

Kerangka kerja pengendalian intern yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan A.S dikeluarkan oleh Committee of sponsoring organizations (COSO). Komponen pengendalian intern COSO (Hery:2013:90), meliputi :

1. Lingkungan Pengendalian

Menurut Azhar Susanto (2013:96) pengertian lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut :

“Lingkungan pengendalian adalah pembentukan suasana organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi.” 2. Penilaian Resiko

Menilai resiko merupakan komponen kedua dari pengendalian intern. Penilaian resiko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Resiko dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan.

3. Aktivitas Pengendalian

Menurut Hery (2013:93) pengertian aktivitas pengendalian adalah sebagai berikut : “Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah diambil guna mencapai tujuan entitas.”

Kebijakan dan prosedur tersebut terdiri atas : a. Pemisahan Tugas Yang Memadai

Pemisahan tugas disini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau pembagian kerja. Ada 2 bentuk yang paling umum dari penerapan prinsip pemisahan tugas ini, yaitu : pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda pula, harus adanya pemisahan tugas antara karyawan yang menangani pekerjaan pencatatan aktiva dengan karyawan yang menangani langsung aktiva secara fisik (operasional).

b. Otorisasi Yang Tepat

Agar pengendalian berjalan dengan baik, setiap transaksi harus diotorisasi dengan tepat. Jika setiap orang dalam suatu organisasi dapat memperoleh ataupun mengeluarkan aset semau mereka maka akan terjadi kerusuhan besar. c. Dokumentasi dan Catatan Yang Memadai

Dokumen dan catatan merupakan objek fisik dimana transaksi akan dicantumkan serta diikhtisarkan. Dokumen yang memadai sangat penting untuk mencatat transaksi dan mengendalikan aktiva.

d. Pengendalian Fisik Atas Aset

Untuk menyelengarakan pengendalian internal yang memadai, aktiva dan catatan harus dilindungi. Jika tidak diamankan sebagaimana mestinya, aktiva akan dicuri, diselewengkan, atau disalahgunakan.

e. Pemeriksaan Independen

Kebanyakan sistem pengendalian intern memberikan pengecekan independen. Kebutuhan akan pengecekan independen muncul karena pengendalian internal cenderung berubah sepanjang waktu, kecuali sering dilakukan penelaahan.


(1)

sehingga tidak sembarangan orang dapat melakukan transaksi tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka otorisasi yang tepat dalam aktivitas pengendalian pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik. c. Dokumentasi dan catatan yang memadai

Dokumen dan catatan merupakan objek fisik dimana transaksi akan dicantumkan serta diikhtisarkan. Dokumen yang memadai sangat penting untuk mencatat transaksi dan mengendalikan aktiva (Hery:2013:98). Dokumen yang digunakan dalam pemberian kredit gadai pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung yaitu Formulir Permintaan Kredit (FPK), Surat Bukti Kredit (SBK), Struk Bukti Transaksi, Buku Kredit (BKr), dan Lapor Harian Kas (LHK). Berdasarkan uraian diatas maka dokumentasi dan catatan yang memadai dalam aktivitas pengendalian pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik. d. Pengendalian Fisik atas Aset

Untuk menyelenggarakan pengendalian intern yang memadai, aktiva dan catatan harus dilindungi. Jika tidak diamankan sebagaimana mestinya, aktiva akan dicuri, diselewengkan, atau disalahgunakan (Hery:2013:99). Pada PT. Pegadaian dokumen-dokumen yang terkait diarsipkan secara sistematis dan terkomputerisasi dengan baik dan disimpan dalam brankas tahan api. Adanya pengendalian intern berupa formulir dengan nomor urut tercetak untuk semua formulir yang digunakan dalam siklus pemberian kredit gadai, Surat Bukti Kredit (SBK) dan Struk Bukti Transaksi dibuat rangkap dua, adanya pencatatan dan perhitungan terhadap formulir yang telah digunakan, yang belum digunakan, dan yang batal digunakan yang dimaksudkan untuk menjaga aset perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka pengendalian fisik atas aset pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

e. Pemeriksaan Independen

Kebanyakan sistem pengendalian intern memberikan pengecekan independen. Kebutuhan akan pengecekan independen muncul karena pengendalian intern cenderung berubah sepanjang waktu, kecuali sering dilakukan penelaahan. Personel sangat mungkin lupa atau tidak sengaja tidak mengikuti prosedur, atau mereka menjadi sembrono kecuali jika ada seseorang yang mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan mereka. Tanpa mempertimbangkan kualitas pengendalian, para personel dapat melakuakan kesalahan atau melakukan kecurangan (Hery:2013:99). Pada PT. Pegadaian terdapat pemeriksaan 4 bulan sekali, pemeriksaan tersebut berasal dari SPI, Audit intern. Berdasarkan uraian diatas maka pemeriksaan independen dalam aktivitas pengendalian pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi diperlukan oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan. Infomasi yang berkualitas diidentifikasi, diambil/diterima, diproses dan dilaporkan oleh sistem informasi. Komunikasi sudah tercakup dalam sistem informasi. Komunikasi terjadi pula dalam bentuk tindakan manajemen. Komunikasi harus dapat menyampaikan pesan dengan jelas dari manajemen bahwa karyawan harus melakukan pengendalian intern dengan serius (Azhar Susanto:2013:105). Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung proses transaksi dilakukan secara komputerisasi sehingga pengolahan datanya cepat dan tingkat akurasi informasi yang dihasilkan cukup tinggi, dan mempermudah karyawan dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya.

Berdasarkan uraian diatas maka penerapan informasi dan komunikasi pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.


(2)

5. Pengawasan

Aktivitas pengawasan berhubungan dengan penilaian atas mutu pengendalian intern secara berkesinambungan (berkala) oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada dalam perusahaan (Hery:2013:101). Aktivitas pengawasan yang dilakukan PT. Pegadaian yaitu pengawasan dilakukan langsung oleh kepala cabang terhadap seluruh kegiatan operasional PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung, adanya laporan harian kas (LHK), terdapatnya Komisi Pemutus Kredit (KPK) yang membantu serta mengawasi dalam hal penaksiran, serta terdapatnya rolling jabatan yang dapat membantu menilai dalam pelaksanaan pengendalian intern perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka pengawasan yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

4.2.2 Pendekatan Yang Dilakukan Perusahaan Dalam Mengurangi Resiko Pengendalian Intern Pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern, yaitu: Pendekatan Perintah, Pendekatan Pencegahan, Pendekatan Deteksi, Pendekatan Observasi, Pendekatan Investigasi, dan Pendekatan Asuransi (Amin Widjaja:2013:252). Resiko pengendalian intern suatu perusahaan secara umum dapat berupa kerugian perusahaan yang salah satu faktornya berasal dari kelalaian, kecurangan, atau penyelewengan yang dilakukan karyawan baik disengaja maupun tidak disengaja. PT. Pegadaian dalam mencegah dan mengurangi resiko pengendalian intern tersebut telah melakukan beberapa langkah/pendekatan diantaranya :

1. Pendekatan Perintah

Dalam mengurangi resiko pengendalian intern berupa pencurian, PT. Pegadaian mengeluarkan perintah kepada semua karyawannya berupa perintah “Jangan mencuri”, jika mencuri maka akan dipecat. Selain itu terdapat Budaya Kerja “INTAN” dan Sepuluh Perilaku Utama Insan Pegadaian, yang harus dipatuhi oleh semua karyawan. Hal itu dilakukan sebagai perintah sekaligus peringatan kepada karyawan agar berperilaku baik dalam bekerja, serta agar mereka menyadari bahwa ada yang mengawasi mereka. Berdasarkan uraian diatas maka pendekatan pengurangan resiko pengendalian intern berupa pendekatan perintah yang di lakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

2. Pendekatan Pencegahan

Dalam mencegah terjadinya resiko pengendalian intern berupa adanya karyawan bermasalah yang dapat merugikan perusahaan, PT. Pegadaian telah melakukan pengujian latar belakang karyawan pada saat penerimaan calon karyawan baru. Berdasarkan uraian diatas maka pendekatan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern berupa pendekatan pencegahan yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur sudah cukup baik.

3. Pendekatan Deteksi

Dalam mendeteksi terjadinya penyelewengan atau kecurangan, perusahaan melakukan pendekatan berupa pemeriksaan dari Kepala Cabang, dan BPKP (Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan) agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian diatas maka pendekatan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern berupa pendekatan deteksi yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur sudah cukup baik.


(3)

4. Pendekatan Observasi

Pantau tingkah laku karyawan, tingkat persediaan barang-barang yang berharga dan mudah dibawa, dan periksa paket-paket keluar (Amin Widjaja:2013:252). PT. Pegadaian melakukan pendekatan observasi berupa pengawasan terhadap aktivitas perusahaan dengan adanya cctv di ruang transaksi. Berdasarkan uraian diatas pendekatan observasi yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

5. Pendekatan Investigasi

Tindak lanjuti semua dugaan pencurian dan selisih kas, persediaan barang, pertalatan, bahan baku, alat tulis kantor untuk menentukan sifat dan tingkat kerugian serta pelaku kejahatan yang dicurigai (Amin Widjaja:2013:252). Pendekatan investigasi yang dilakukan oleh PT. Pegadaian berupa adanya tindak lanjut pada saat terjadinya selisih kas dengan pertanggung jawaban kasir untuk memberikan laporan dan menggantinya. Jika terjadi penyelewengan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, setiap karyawan wajib mempertanggung jawabkannya. Berdasarkan uraian diatas maka pendekatan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern berupa pendekatan investigasi yang sudah dilakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

6. Pendekatan Asuransi

Miliki jaminan asuransi pertanggungan yang cukup untuk melindungi perusahaan terhadap kerugian substansial (walaupun tidak mengurangi pencurian oleh karyawan, hal ini mengurangi beban bila kerugian terjadi) (Amin Widjaja:2013:252). Dalam pendekatan ini, PT. Pegadaian memiliki jaminan asuransi perusahaan yaitu asuransi Jasindo. Hal tersebut dilakukan untuk antisipasi terjadinya kerugian pada perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka pendekatan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern berupa pendekatan asuransi yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai, maka penulis dapat memperoleh kesimpulan, sebagai berikut :

1. Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai yang diterapkan oleh PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Pengendalian Intern

Dalam pelaksanaannya, PT. Pegadaian selalu membekali karyawannya dengan pelatihan-pelatihan untuk pengembangan dan keahlian karyawan serta adanya pembagian tugas atau tanggung jawab masing-masing karyawan.

b. Penilaian Resiko

Dalam kegiatan ini, PT. Pegadaian telah mengantisipasi terlebih dahulu setiap resiko yang mungkin terjadi, salah satunya untuk mengantisipasi adanya kredit bermasalah di masa mendatang, perusahaan mensyaratkan barang jaminan sebagai tanggungan atas pinjaman yang diberikan.

c. Aktivitas pengendalian Intern

Dalam aktivitas pengendalian intern perusahaan menerapkan beberapa kebijakan atau prosedur berupa pemisahan tugas, otorisasi yang tepat,


(4)

dokumen dan catatan yang memadai, pengendalian fisik atas aset, dan pemeriksaan independen, namun masih terdapat kekurangan dalam pemisahan tugas dikarenakan adanya rangkap jabatan antara bagian kasir dengan bagian tata usaha dan bagian pencatatan (gudang) dengan bagian penyimpanan. d. Informasi dan Komunikasi

PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah mempunyai sistem informasi yang baik. Proses Pengolahan data nasabah dan proses transaksi dilakukan secara komputerisasi sehingga proses pengolahannya lebih cepat, tingkat akurasi informasi yang dihasilkan cukup tinggi, dan mempermudah karyawan dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya.

e. Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan adanya pengawasan secara langsung dari Kepala Cabang atas semua aktivitas yang berlangsung.

Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Gadai yang dilakukan PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik namun masih terdapat kekurangan pada pemisahan tugas yang mengakibatkan adanya rangkap jabatan antara bagian kasir dan tata usaha serta bagian penyimpanan dan bagian pencatatan (gudang). 2. Pendekatan Terhadap Pengurangan Resiko Pengendalian Intern Pada PT.

Pegadaian Cabang Pungkur Bandung adalah sebagai berikut :

PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung telah melakukan beberapa pendekatan dalam mencegah dan mengurangi resiko pengendalian intern agar sistem pengendalian intern atas pemberian kredit gadai di perusahaan dapat berjalan dengan baik, diantaranya pendekatan perintah, pencegahan, deteksi, observasi, Investigasi dan Asuransi. Pendekatan tersebut dapat dilihat dengan adanya perintah/peringatan “Jangan mencuri” kepada karyawan, adanya budaya kerja yang baik, adanya pengujian latar belakang karyawan pada saat penerimaan calon karyawan baru, adanya pemeriksaan dari Kepala Cabang, adanya tindak lanjut terhadap karyawan yang melakukan penyelewengan yang dapat merugikan prusahaan, serta adanya jaminan asuransi pertanggungan yang cukup untuk melindungi perusahaan.

Pendekatan terhadap pengurangan resiko pengendalian intern yang dilakukan PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung sudah cukup baik dan sudah sesuai dengan teori.

5.1 Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai bahan pertimbangan bagi PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung untuk meningkatkan aktivitasnya dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu :

1. Dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern, sebaiknya adanya pemisahan antara fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, dan pencatatan. Pemisahan fungsi-fungsi ini diharapkan dapat mencegah dan meminimalisir timbulnya kesalahan-kesalahan dan kecurangan-kecurangan dalam perusahaan. Untuk itu sebaiknya PT. Pegadaian Cabang Pungkur Bandung melakukan perbaikan struktur organisasi, dengan memisahkan bagian kasir dan tata usaha, serta bagian penyimpanan dengan bagian pencatatan (gudang) yang masing-masing harus dijabat oleh orang yang berbeda juga demi kelancaran aktivitas perusahaan dan demi tercapainya tujuan perusahaan.


(5)

2. Dalam mengurangi resiko pengendalian intern sebaiknya perusahaan meningkatkan keamanan dengan menambah CCTV (Close Circuit Television) dibagian gudang, memberikan pelatihan mengenai fraud bagi manajemen, memberikan pelatihan anti – fraud bagi karyawan, serta memberikan hadiah bagi pelapor tindak penggelapan atau pencurian.

VI DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Amin Widjaja. 2013. Corporate Fraud dan Internal Control. Edisi Keempat. Harvarindo. Jakarta. Azhar Susanto. 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Lingga Jaya. Bandung.

Elder J Randal, Beasley S Mark, Arens A Arvin dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Salemba Empat. Jakarta. Hery. 2013. Akuntansi Dasar 1 dan 2. CAPS. Jakarta.

Hery. 2013. Auditing. CAPS. Jakarta.

Husein Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Iwan Satibi. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, Cetakan

Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers. Jakarta.

Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta. Kumaat G Valery. 2011. Internal Audit. Erlangga. Jakarta.

Lilis Puspitawati, Sri Dewi Anggadini. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta. Malayu Sp. Hasibuan. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Asri. Jakarta.

Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV. Alfabeta. Bandung. Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cifta. Jakarta. Sukrisno Agoes. 2012. Auditing. Salemba Empat. Jakarta Selatan.

Teguh Pudjo Muljono. 2009. Manajemen Perkreditan. BPFE. Yogyakarta. Ulber Silalahi. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yvonne Augustine dan Robert Kristaung. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sumber Internet : www. Pegadaian.co.id


(6)