Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Koperasi

(1)

(2)

in the Cooperative Credit Rahastra

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Program Studi Akuntansi

WINA OKTAVIANI 21309044

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

ii

Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Koperasi Rahastra

Oleh : Wina Oktaviani Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada koperasi rahastra dan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit koperasi Rahastra.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu penulisan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti, menurut keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian langsung. Jadi metode penelitian ini menggambarkan pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada koperasi Rahastra.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada hakikatnya sistem pengendalian intern pemberian kredit yang baik adalah sistem yang terdiri dari 5 unsur, yaitu : lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan yang semuanya ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai mencapai tujuan perusahaan. Pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit yang diterapkan telah efektif dan memadai dibuktikan dengan unsur-unsur seperti lingkungan yang mencakup integrasi dan nilai etika.


(5)

i

Review of the Implementation of Internal Control in the Cooperative Credit Rahastra

By:WinaOktaviani abstract

The purpose of this study to determine the implementation of internal control in credit cooperatives rahastra and to find out what the obstacles encountered in the provision of credit cooperative Rahastra.

The method used in this study is the author of a descriptive method that is a writing that describes the actual state of the object under investigation, according to the actual circumstances at the time of the study directly. So the method of this study illustrate the implementation of internal control in credit cooperatives Rahastra.

The results of this study indicate that the internal control system is essentially a good credit is a system consisting of five elements: control environment, risk assessment, control activities, information and kominikasi and monitoring are all set to obtain reasonable assurance that the objectives of the company . Implementation of internal control of credit that has been effectively implemented and adequately proved by such elements include the integration of environmental and ethical values.


(6)

iii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Kuasa, pemberi rahmat dan karunia karena atas segala ridho-Nya, Sang Maha Pengasih yang telah memberikan nikmat yang tak pernah berujung, dan juga selalu memberikan ide, inspirasi, semangat, kekuatan, kemudahan, kelancaran, kesehatan dan ilmu pengetahuan yang tiada habisnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Tinjauan Atas

Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Koperasi Rahastra” merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian Diploma-III Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusun Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan oleh segala keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan serta penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan, bimbingan, dukungan serta do’a dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.


(7)

iv

4. Dr. Ely Suhayati SE.M.Si., Ak ,selaku sebagai wali dosen Ak6.

5. Wati Aris Astuti,SE.,M.Si., selaku dosen pembimbing Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan serta saran dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.

6. Seluruh Dosen dan Staff Universitas Komputer Indonesia Program Studi Akuntansi.

7. Sadmoko, SE. selaku Manager Koperasi Rahastra Bandung.

8. Yuyun Sundariningsih, S.Pd. selaku Kabag.Akuntansi dan Keuangan Koperasi Rahastra Bandung.

9. Seluruh Staff Koperasi Rahastra Bandung.

10.Kedua orang tua tercinta Gugun Gundiyanto (Babeh) dan Iis Marwati (Amih) yang senantiasa mencurahkan do’a, kasih sayang, serta bantuan dalam bentuk moril maupun materil kepada penulis.

Semoga pengorbanan kalian ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.

11.Kakak-kakakku tersayang Imel Meiland, Vikosa Merdiand, Raden Resty yang selalu menemani di depan komputer. Dede Gapa yang telah meramaikan seisi rumah dengan tingkat lucunya.

12.Sahabat senasib dan seperjuangan anak-anak 3Ak6 Ariendi Agan, Agung, Bany, Ryana, Windi, Ratih, Siti, Ratna, Mulki, Lingga, Nurlaila, Shanty,


(8)

v

untuk semangatnya dan waktu kalian untuk menemani dan menghibur penulis dalam menyusun Tugas Akhir.

14.Untuk Sandy Rustandy (Bonet) terimakasih atas doa dan supportnya selama ini yang telah memberikan sinergi kepada penulis.

15.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu dan memberikan do’a demi kelancaran penulis dalam menyusun Tugas Akhir.

Penulis berharap sebuah karya sederhana ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, bagi pembaca, dan segala pihak yang terkait dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan kasih sayang, dan hidayah-Nya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun Tugas Akhir ini.

Bandung, Juli 2012 Penulis,


(9)

vi LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN MOTTO

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 6

1.2.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 8

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 8

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 9

1.5.2 Waktu Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Pengertian Koperasi ... 10


(10)

vii

2.1.2.1 Tujuan Pengendalian intern ... 16

2.1.2.2 Unsur-unsur Pengendalian Intern ... 17

2.1.2.3 Keterbatasan Pengendalian Intern ... 19

2.1.2.4 Aktifitas Pengendalian Intern ... 20

2.1.2.5 Prosedur Umum Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit ... 22

2.1.3 Kredit ... 22

2.1.3.1 Pengertian Kredit ... 23

2.1.3.2 Unsur-unsur Kredit ... 23

2.1.3.3 Tujuan Kredit ... 27

2.1.3.4 Fungsi Kredit ... 27

2.1.3.5 Jenis-jenis Kredit ... 28

2.1.3.6 Prinsip-prinsip Kredit ... 31

2.2 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Objek Penelitian ... 43

3.2 Metode Penelitian ... 43

3.2.1 Desain Penelitian ... 45

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 47

3.2.3 Sumber dan Tekhnik Penentuan Data ... 48

3.2.3.1 Sumber Data ... 48

3.2.3.2 Tekhnik Penentuan Data ... 49

3.2.4 Tekhnik Pengumpulan Data ... 50

3.2.5 Rancangan Analisis ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 52

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 52

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 56


(11)

viii

4.2.1 Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada

Koperasi Rahastra ... 60

4.2.2 Kendala dalam Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Koperasi Rahastra ... 68

4.3 Hasil Implementasi Model ... 69

4.3.1 Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Koperasi Rahastra ... 69

4.3.2 Kendala dalam Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Koperasi Rahastra ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Beberapa tahun terakhir negara Indonesia sempat mengalami keterpurukan dalam bidang perekonomian, hal tersebut diakibatkan karena terjadinya krisis ekonomi dibeberapa Negara sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, akibatnya banyak perusahaan yang mengalami kesulitan beroperasi karena keadaan ekonomi yang tidak stabil sehingga terpaksa menutup usahanya karena sudah tidak mampu lagi menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasinya.

Dugaan pemerintah dan banyak pihak dalam menstabilkan ekonomi makro dan mikro, berkaitan dengan tinggi inflasi dan suku bunga serta stabilitas nilai rupiah, tidak menjadi permasalahan lagi, sehingga fokus perhatian adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk menyerap tenaga kerja, ternyata tidak demikian kejadiannya. Pemerintah sebenarnya menginginkan suku bunga lebih rendah lagi dan aliran kredit lebih besar untuk mendorong kegiatan investasi bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Tujuan setiap perusahaan dalam hal pendiriannya, yaitu untuk memperoleh laba. Pencapaian laba dirasa penting karena berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi antara lain kesinambungan perusahaan (going concern) dan perluasan perusahaan, yang pada akhirnya diperuntukkan bagi kesejahteraan perusahaan.


(13)

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka di butuhkan pengembangan suatu sistem, karena sistem merupakan suatu keseluruhan komponen yang saling mempengaruhi dan yang menurut rencana tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, selain itu sistem juga bertujuan untuk menyediakan informasi untuk membentuk proses pengambilan keputusan manajemen. Luasnya kegiatan perusahaan mengakibatkan pengurus (manajemen) tidak dapat mengawasi atau mengendalikan secara langsung seluruh kegiatan atau aktivitas perusahaan, untuk itu, pengurus harus mendesain dan membangun suatu sistem pengendalian yang memadai.

Sistem adalah kumpulan/grup dari bagian atau komponen apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu. (Azhar Susanto, 2007:18) Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang melaksanakan analisa atas seluruh aktivitas perusahaan. Fungsi ini sangat penting karena menghasilkan pertimbangan dan saran yang bermanfaat untuk perancanaan berikutnya. Adanya pengendalian diperusahaan maka diharapkan seluruh aktivitas dapat berjalan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumya. Oleh karena itu pengendalian intern diperlukan sebagai suatu alat yang dapat membantu pimpinan perusahaan dalam pengendalian aktivitas perkreditan yang akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakian memadai guna mencapai tujuan-tujuan berikut ini:


(14)

(a) keandalan pelaporan keuangan, (b) menjaga kekayaan dan catatan organisasi, (c) kepatuhan terhadap hokum dan peraturan, (d) efektivitas dan efisien operasi. (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010:221)

Pengendalian intern tidak dmaksudkan untuk menghilangkan semua kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyelewengan sama sekali, tetapi pengendalian intern yang memadai akan dapat menekan atau memperkecil terjadinya kesalahan dan penyelewangan dalam batas yang layak dan kalaupun terjadi kesalahan atau penyelewengan dapat segera diketahui dan diatasi.

Pengendalian Intern yang diciptakan dalam suatu koperasi harus mempunyai beberapa tujuan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat tertentu untuk mencapainya, yaitu suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat, sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik untuk melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya, selain itu praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan dalam melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi dalam tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang dan dikelola oleh pengurus yang dipilih dari dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota. Koperasi merupakan penjabaran dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal

33 ayat (1) yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi


(15)

penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Membangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.

Tujuan utama koperasi Indonesia adalah mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan ini dapat dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan oleh masing-masing anggota. Agar tujuan koperasi tercapai dengan baik, maka diperlukan suatu pengoperasian secara efektif dan efisien melalui fungsi pengelolaan untuk merencanakan dan mengendalikan kebijakan koperasi pada tingkat yang optimal.

Banyak berbagai macam jenis Koperasi yang ada dan berkembang di Indonesia, yaitu Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam, Koperasi Produksi, Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Serbaguna. Penulis teliti salah satunya memberikan kredit simpan pinjam yang kegiatannya adalah menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya. Kegiatan utama dari koperasi simpan pinjam adalah pemberian kredit kepada usaha mikro kecil dan menengah.. Pemberian kredit merupakan suatu usaha koperasi yang paling pokok, maka koperasi perlu memberikan penilaian terhadap anggota yang mengajukan kredit pinjaman serta merasa yakin bahwa anggota tersebut mampu untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya.


(16)

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dengan pemberian kredit tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan anggotanya sehingga dapat meningkatkan tarif hidup mereka.

Pemberian kredit merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh koperasi. Dimana definisi kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.(Kasmir,2007:102).

Dalam menyalurkan dana masyarakat tersebut, koperasi wajib melaksanakan prinsip kehati-hatian agar tidak merugikan koperasi dan anggotanya, hal ini karena pemberian kredit merupakan kegiatan usaha pokok koperasi yang mengandung risiko tinggi dan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha koperasi, karena pemberian kredit yang tidak sehat akan mengakibatkan kredit bermasalah. Hal ini akan menyebabkan timbulnya kerugian pada koperasi dan akan mempersulit koperasi dalam pendanaan.

Adanya kemudahan yang dilakukan beberapa koperasi dalam pemberian kredit, dapat menimbulkan suatu masalah yaitu adanya nasabah yang tidak membayar pinjaman kredit nya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.


(17)

Masalah tersebut merupakan akibat dari kurangnya pertimbangan keputusan dalam pemberian kredit yang berpengaruh pada kelemahan pengendalian intern.

Pada koperasi Rahastra khususnya dalam badan usaha baik Koperasi atau perbankan, masalah kurangnya pertimbangan keputusan dalam pemberian kredit masih sering terjadi yaitu dengan adanya kemudahan dalam pemberian kredit kepada nasabah. Masalah tersebut mengakibatkan adanya nasabah yang terlambat dalam pengembalian atau pembayaran pinjaman kredit yang mengakibatkan kredit macet. (Sumber: wawancara dengan pengurus bagian unit Simpan Pinjam Koperasi Rahastra).

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang disebutkan yaitu mengenai pengendalian intern. Hasil penelitian tersebut penulis tuangkan dalam Laporan Tugas Akhir dengan judul:

“Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada

Koperasi Rahastra.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini yaitu:


(18)

1. Pengendalian intern pemberian kredit pada koperasi Rahastra kurang baik karena adanya keputusan tanpa mempertimbangkan lebih lanjut dalam pemberian kreditnya.

2. Akibat dari pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit yang kurang baik mengakibatkan kredit macet yang disebabkan nasabah terlambat dalam pengembalian atau pembayaran dalam pinjaman kredit.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit yang diterapkan pada koperasi Rahastra .

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada koperasi Rahastra.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas dapat diketahui bahwa Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan berkaitan dengan masalah yang sudah diuraikan diatas.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada Koperasi Rahastra.


(19)

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit koperasi Rahastra.

1.4 Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka membandingkan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek, tentang pengendalian intern pemberian kredit. Selain itu, penulis mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dan bermanfaat bagi semua pihak.

1.4.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran berupa bahan masukan dan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam mengelola perusahaan di masa yang datang supaya hasil yang dicapai bisa lebih baik dari sebelumnya.

2. Bagi karyawan hasil penelitian ini bagian keuangan, memberikan informasi tentang sejauh mana keefektifan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis

Penelitian ini berguna bagi penulis untuk menambah wawasan dan dapat membandingkan antara realita yang ada di perusahaan dengan ilmu yang telah ditekuni selama mengikuti perkuliahan di UNIKOM.


(20)

2. Bagi Pihak Lain

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan peneliti selanjutnya dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian intern pemberian kredit yang dapat dijadikan referensi.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini pada Koperasi Rahastra yang beralamatkan di jalan Cikutra RUKO DELIMA No 87 Bandung Telp 022-7231798. Adapun waktu dari penelitian ini dari 23 April 2012 sampai dengan 23 Juni 2012.

1.5.2 Waktu Penelitian

Tabel 1.1

WAKTU PENELITIAN

Tahap Prosedur

Bulan

Mar Apr Mei Juni Juli

2012 2012 2012 2012 2012

I

Tahap Pendahuluan :

1. Membuat outline dan proposal TA 2. Mengambil formulir penyusunan TA

3. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

1. Mengajukan outline dan proposal TA

2. Bimbingan proposal

3. Penelitian dan pengumpulan data

4. Penyusunan Tugas Akhir

III

Tahap Pelaporan :

1. Menyiapkan draft Tugas Akhir

2. Sidang akhir Tugas Akhir

3. Penyempurnaan Laporan Tugas Akhir


(21)

(22)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1Pengertian Koperasi

Pengertian koperasi sendiri berasal dari kata co-operation yang berarti usaha bersama. Menurut G. Mladenta yang dikutip oleh Subandi (2010:19) menyebutkan bahwa :

Koperasi ialah usaha bersama, merupakan badan hukum, anggota ialah pemilik dan menggunakan jasanya dan mengembalikan semua

penerimaan diatas biayanya kepada anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan.

Sedangkan menurut Muhammad Hatta yang dikutip oleh Subandi (2010:18) adalah :

Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan member jasa kepada kawan berdasarkan „seorang buat semua dan semua buat seorang.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (revisi 1998) tahun 2007 mendefinisikan koperasi sebagai berikut :

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.


(23)

koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang berkerjasama secara kekeluargaan dalam menjalankan usahanya, untuk mempertinggi kesejahteraan anggotanya.

2.1.1.1 Jenis-jenis Koperasi

Salah satu tujuan pendirian koperasi didasarkan kepada kebutuhan dan kepentingan para anggotanya. Perbedaan kepentingan ini menyebabkan koperasi dibentuk dalam beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan kelompok tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam “Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan” no. 27 (revisi 1998) tahun 2007 disebutkan jenis-jenis koperasi yang berkembang dewasa ini dan yang membedakan jenis koperasi tersebut adalah usaha yang mereka jalankan. Jenis koperasi tersebut terdiri atas:

1. Koperasi Konsumen. 2. Koperasi Produsen. 3. Koperasi Simpan Pinjam. 4. Koperasi Pemasaran.

Dengan uraian penjelasan diatas sebagai berikut :

1. Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir ataupemakai barang atau jasa, dan kegiatannya atau jasa utamanya melakukan pembelian bersama.

2. Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah tangga usaha atau perusahaan sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan atau memasarkan barang atau jasa serta kegiatan utamanya menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana produksi bersama.


(24)

menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.

4. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan utamanya melakukan pemasaran bersama.

Sedangkan Menurut Subandi (2009:35) adalah : 1. Koperasi Konsumsi.

2. Koperasi Produksi. 3. Koperasi Pemasaran.

4. Koperasi Kredit/Simpan Pinjam.

Dengan uraian penjelasan diatas sebagai berikut :

1. Koperasi Konsumsi adalah Koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Jenis konsumsi yang dilayani oleh suatu koperasi konsumsi sangat tergantung pada ragam anggota dan daerah kerja tempat koperasi didirikan.

2. Koperasi Produksi adalah yang kegiatan utamanya memproses bahan baku menjadi barang jadi/setengah jadi. Tujuannya adalah untuk menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya guna meningkatkan barang-barang tertentu melalui proses yang meratakan pengelolaan dan memiliki sendiri.

3. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkan. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan mata rantai niaga, dan mengurangi sekecil mungkin keterlibatan perantara didalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan.


(25)

pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk usahanya.

5. Selain itu koperasi simpan pinjam juga bertujuan untuk mendidik anggotanya bersifat hemat dan gemar menabung serta menghindarkan anggotanya dari jeratan para rentenir.

Dapat disimpulkan koperasi-koperasi tersebut hadir untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat pada umumnya. Penulis teliti koperasi simpan pinjam hadir untuk memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat dalam hal dana, dalam bentuk simpanan dan pemberian kredit atau pinjaman.

2.1.1.2 Modal koperasi

Koperasi dalam melakukan usahanya erat kaitannya dengan permodalan atas sumber dana. Dalam suatu koperasi, permodalan koperasi berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Dalam UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 41 yang dikutip oleh Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2007:53) dinyatakan permodalan koperasi terdiri dari:

a. Modal sendiri b. Modal pinjaman


(26)

a. Simpanan Pokok

Sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan Pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota.

b. Simpanan Wajib

Sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu . Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota.

c. Modal Sumbangan

Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangan tidak dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan.

d. Dana Cadangan

Sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimaksud untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

2. Modal Pinjaman yang terdiri dari:

a. Anggota, pinjaman dari anggota ataupun calon anggota yang memenuhi syarat.


(27)

d. Sumber lainnya

2.1.2 Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian Intern merupakan suatu bentuk tindakan untuk mengarahkan kegiatan yang mencakup koreksi atas kekurangan-kekurangan yang ada serta penyesuaian tindakan atau kegiatan agar selaras dengan patokan-patokan yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Mulyadi (2008:163) mengemukakan bahwa:

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut, sehingga pengertian pengendalian berlaku baik di perusahaan yang mengolah informasinya secara manual dengan mesin pembukuan atau dengan komputer.

Sedangkan pengertian pengendalian intern menurut Amin Widjadja Tunggal (2007:70) mengungkapkan bahwa:

Sistem Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

(1) Efektifitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan pelaporan keuangan,


(28)

pengendalian intern dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting Control) dan Pengendalian Internal Administrasi (Internal Administrasi Control).

Pengendalian akuntansi mencakup rencana organisasi dan semua metode dan prosedur terutama yang menyangkut pengamanan harta perusahaan serta keandalan (reliability) catatan-catatan keuangan. Pada umumnya meliputi pengendalian-pengendalian seperti misalnya kewenangan dan persetujuan pemisahan tugas-tugas yang berhubungan dengan operasi atau perlindungan harta, pengamanan fisik dari harta dan pemeriksaan intern.

Pengendalian Administrasi terdiri dari rencana dan semua metode-metode prosedur yang terutama berhubungan dengan efisiensi operasi dan ketaatan pada kebijakan manajemen dan biasanya hanya berhubungan secara tidak langsung dengan catatan finansial. Pada umumnya meliputi pengendalian-pengendalian seperti misalnya analisa statistik, laporan pelaksanaan program latihan dan pengertian kuantitas.

Dari beberapa pengertian pendapat mengenai pengendalian intern yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian pengendalian intern adalah suatu jaringan pekerjaan yang berhubungan dengan prosedur-prosedur yang erat hubungannya satu sama lain yang dikembangkan menjadi suatu skema untuk melaksanakan, mengukur, dan memperbaiki diri sebagian aktifitas perusahaan yang telah direncanakan dan dikoordinasikan sehingga mengamankan harta miliknya, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan


(29)

digariskan oleh pimpinan perusahaan.

2.1.2.1 Tujuan Pengendalian Intern

Sistem pengendalian inten (internal control system) menurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari & Deni Arnos Kwery (2007:181), terdiri atas berbagai kebijakan, praktik dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai 4 tujuan umumnya, diantaranya :

1. Menjaga aktivitas perusahaan.

2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi.

3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan.

4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.

Sedangkan menurut Mulyadi (2008:181) tujuan pengendalian intern sebagai berikut:

1. Keandalan informasi keuangan.

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Efektifitas dan efisiensi operasi.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian intern ini adalah keandalan informasi keuangan, dimana pengendalian intern ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan harus disajikan secara wajar yang sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia. Kepatuhan pemeriksaan intern terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan juga peningkatan kegiatan operasi pemeriksaan inetrn secara efektif dan efisien.


(30)

Untuk mengetahui apakah pengendalian intern tersebut berjalan dengan memuaskan atau tidak, maka perlu adanya unsur pengendalian intern yang dilakukan secara langsung terhadap seluruh aktifitas dalam perusahaan. Komponen penting pengendalian intern menurut Mulyadi (2008:164) mengungkapkan lima komponen yang saling terkait, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian Intern (Control Environment). 2. Penaksiran risiko (Risk Assesment).

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities).

4. Informasi dan Komunikasi (Information and communication). 5. Pemantauan (Monitoring).

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011 : 319), menyatakan unsur-unsur pengendalian adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan pengendalian. 2. Sistem akuntansi.

3. Prosedur pengendalian.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pengendalian intern diantaranya Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Informasi dan komunikasi Akuntansi, Sistem Akuntansi, Prosedur Pengendalian dan Pemantauan dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian Intern (Control Environment), menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern serta menyediakan disiplin dan struktur.


(31)

untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimanan risiko harus dikelola.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities), adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and communication), adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. 5. Pemantauan (Monitoring), adalah proses yang menentukan kualitas kinerja

pengendalian intern sepanjang waktu.

2.1.2.3Keterbatasan Pengendalian Intern

Hal-hal yang memperlemah pengendalian intern terdiri dari beberapa faktor. Azhar Susanto (2007:117) menyimpulkan faktor-faktor yang dapat memperlemah sistem pengendalian intern, yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahan. 2. Kolusi.

3. Penyimpangan manajemen. 4. Manfaat dan biaya.

Keterbatasan pengendalian intern tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesalahan

Kesalahan sering kali dilakukan, baik itu oleh manajemen atau personil lain dalam mempertimbangkan keputusan yang diambil atau dalam pelaksanaan


(32)

tekanan lain. 2. Kolusi

Kolusi yaitu tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau terdeteksinya kecurangan oleh pengnedalian intern yang dirancang. 3. Penyimpangan manajemen

Manajer suatu organisasi memiliki bnayak otoritas dibandingkan karyawan biasa, sehingga proses pengendalian hanya efektif pada tingkat manajemen bawah sedangkan pada manajemen tingkat atas tidak efektif. Kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh para manajer adalah rendahnya kualitas pengendlaian intern.

4. Manfaat dan biaya

Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern.Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa betapapun baiknya pengendalian intern, pada pelaksanaannya tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh faktor-faktor yang dapat memperlemah pengendalian intern.


(33)

Aktivitas pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan pengendalian telah tercapai. Azhar Susanto (2007:119) menyimpulkan prosedur pengendalian dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Otorisasi atas transaksi dan aktivitas. 2. Pemisahan fungsi.

3. Rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. 4. Persamaan fisik dan penggunaan harta atau pencatatan.

Dengan uraian penjelasan sebagai berikut : 1. Otorisasi atas transaksi dan aktivitas

Manajemen tidak mempunyai cukup waktu dan tenaga untuk mengawasi seluruh aktivitas atau menyetujui semua keputusan yang diambil, maka disusun kebijakan umum dan diadakan pelimpahan wewenang kepada karyawan agar dapat melakukan aktivitas serta membuat keputusan sesuai dengan uraian tugas, wewenang atau kekuasaan yang dilimpahkan kepada karyawan sesuai dengan jabatannya tersebut yang dinamakan authority.

2. Pemisahan fungsi

Dalam pengendalian intern yang baik, seorang pegawai tidak dibenarkan untuk melakukan keseluruhan proses transaksi atau bertanggung jawab atas beberapa transaksi sekaligus, dengan maksud menghindari terjadinya kesalahan yang tidak disengaja maupun bentuk kejahatan lainnya. Pembagian tugas perlu dilakukan, diantara fungsi-fungsi pencatatan (recording), otorisasi (Authorization) dan penyimpanan (Custody).


(34)

Rancangan dan penggunaan dokumen dan penatatan dapat membantu meyakinkan keakuratan dan kelengkapan pencatatan semua data yang berhubunngan dengan transaksi atau kejadian.

4. Persamaan fisik dan penggunaan harta atau pencatatan

Prosedur-prosedur di bawah ini dapat digunakan untuk mengamankan fisik terhadap kejahatan, penyalahgunaan wewenang, maupun bencana alam, adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan dan pembagian tugas secara efektif.

b. Pemeliharaan catatan harta yang akurat, termasuk informasi. c. Pembatasan akses fisik terhadap harta.

d. Pembatasan akses ke lokasi penyimpanan. e. Pengamanan catatan dan dokumen.

f. Pengendalian lingkungan.

g. Pembatasan akses file dan informasi lainnya dengan menggunakan kode keamanan atau password.

2.1.2.5Prosedur Umum Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Prosedur pemberian kredit secara umum dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1.Secara Aktif. 2.Secara Pasif.


(35)

melakukan penelitian, penyuluhan penggunaan pinjaman dan pembinaan kecakapan berusaha terhadap nasabah

2. Secara Pasif, yaitu berpegang pada administrasi yang ada di kantor pemberi jasa kredit menurut transaksi yang terjadi

Pada hakikatnya sistem pengendalian intern pemberian kredit yang baik adalah sistem yang terdiri dari lima unsur pengendalian intern, yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan yang semuanya ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan perusahaan akan tercapai yaitu memperoleh laba. Setiap transaksi pemberian kredit kepada nasabahnya, seluruh pegawai koperasi berpegang teguh pada satu konsep pengendalian agar terjadi kesamaan dan kebenaran tindakan.

2.1.3 Kredit

Istilah kredit berasal dari perkataan latin “Credo”, yang berarti I believe, I Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Meskipun banyak penulis

mengemukakan bahwa kredit berasal dari kata “Credere” yang berarti kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali.

2.1.3.1 Pengertian Kredit

Pengertian kredit menurut Malayu S.P Hasibuan (2008:87) adalah sebagai berikut :


(36)

peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.”

Sedangkan menurut Kasmir (2007:102) kredit didefinisikan sebagai berikut :

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah perjanjian antara dua pihak peminjam berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut dengan bunga pinjaman kepada pihak pemberi pinjaman tersebut sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

2.1.3.2Unsur-Unsur Kredit

Dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika kita membicarakan tentang kredit maka termasuk unsur-unsur yang ada di dalamnya. Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit menurut Kasmir(2008:103) adalah sebagai berikut :

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut : (1) Kepercayaan, (2) Kesepakatan, (3) Jangka Waktu, (4) Resiko, (5) Balas Jasa.

Jadi dalam pemberian kredit terdapat lima unsur, yaitu: 1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh sebab itu sebelum kredit


(37)

nasabah. 2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga terdapat unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjin dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberiakan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah satu tahun), jangka menengah (satu sampai tiga tahun) dan jangka panjang (di atas tiga tahun).

4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagih. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit maka semakin besar pula resikonya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik yang disengaja oleh nasabah maupun yang tidak disengaja.

5. Balas Jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari pemberian kredit.

Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit menurut Thomas Suyatno(2007:14) adalah :


(38)

c. Degree of Risk. d. Prestasi.

Yang diuraikan dalam penjelasan berikut ini :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si peminjam kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang, jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tetentu dimasa yang akan datang.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of Risk,yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memindahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah timbulnya jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi yaitu, objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi

juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang kita jumpai dalam praktek perkreditan.


(39)

dalam kredit diantaranya adalah kepercayaan, jangka waktu, resiko, balas jasa dan kepercayaan yang ada dalam kredit.

2.1.3.3Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2008:100) adalah sebagai berikut: Tujuan pemberian kredit adalah untuk mencari keuntungan, membantu usaha nasabah dan membantu pemerintah.

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi tersebut didirikan. Dalam prakteknya tujuan pemberian kredit dalah sebagai berikut :

a. Mencari keuntungan

Tujuan utama dari pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan yang diperoleh adalah berbentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank.

b. Membantu usaha nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membatu nasabah yang sedang membutuhkan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana


(40)

usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan. c. Membantu pemerintah

Tujuan lainnya dalah untuk membatu pemerintah di berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank maka akan semakin baik, mengingat dengan semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam meningkatkan pembangunan di berbagai sektor.

Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan pemberian kredit oleh bank adalah :

1. Penerimaan pajak

2. Membuka kesempatan kerja

3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa

4. Menghemat devisa negara terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apa bila sudah dapat diproduksi didalam negri dengan fasilitas kredit jelas akan menghemat devisa negara.

5. Meningkatkan devisa negara untuk produk yang dihasilkan dari fasilitas kredit dan diekspor keluar negri.

2.1.3.4Fungsi Kredit

Fungsi kredit menurut Malayu SP Hasibuan (2008:88) adalah sebagai berikut: 1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan

perdagangan dan perekonomian.

2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. 3. Memperlancar arus barang dan arus uang.

4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C,CGL, dan lain-lain) 5. Meningkatkan produktivitas dana yang ada.


(41)

8. Memperbesar modal kerja perusahaan.

9. Meningkatkan income per capital (IPC) masyarakat.

10. Mengubah cara berfikir/ bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.

2.1.3.5Jenis-jenis Kredit

Beragam jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dan yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Jenis-jenis kredit menurut Kasmir(2008:103)adalah sebagai berikut :

Secara umum jenis kredit jika dilihat dari berbagai segi antara lain : dilihat dari segi kegunaan, dilihat dari segi tujuan kredit, dilihat dari segi jangka waktu, dilihat dari segi jaminan dan dilihat dari segi sektor usaha.

Dari pernyataan diatas dapat kita lihat jenis-jenis kredit menurut seginya adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.


(42)

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. c. Kredit perdagangan

Merupakan kredit yangdiberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahunatau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. 4. Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan


(43)

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. 5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. b. Kredit perternakan

Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor pertenakan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Kredit industri

Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri,baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

d. Kredit pertambangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. e. Kredit pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi

Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional. g. Kredit perumahan

Merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.


(44)

Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama pemberian kredit benar-benar terwujud sehingga kredit yang diberikan dapat mengenai sasaran dan terjaminan pengembalian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Prinsip pemberian kredit menurut Kasmir (2008:108) adalah:

Tiga macam konsep tentang prinsip pemberian kredit bank adalah sebagai berikut : prinsip-prinsip 5C, prinsip 7P dan prinsip 3R.

Jadi untuk menilai suatu kredit layak atau tidak diberikan, maka digunanakan prinsip 5C, 7P dan 3R. Prinsip-prinsip pemberian kredit tersebut adalah sebagai berikut :

Prinsip penialain kredit dengan 5C adalah sebagai berikut : a. Character

b. Capacity c. Capital d. Collateral

e. Condition of economy

Berikut merupakan penjelasan 5C sebagai berikut : a. Character

Penilaian character nasabah merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan prilaku seseorang baik secara individual maupun kelompok komunitas atau lingkungan usahanya. Pejabat penilai dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut: kejujuran, kecerdasan, ketulusan, kesehatan, kebiasaan-kebiasaan, temperamental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya.


(45)

tersebut masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau daftar hitam. b. Capacity

Capacity berkaitan dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaiankemampuan tersebut perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha debitur dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit.

c. Capital

Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Semakin besar jumlah modal yang ditanamkan oleh debitur kedalam usaha yang akan dibiayai dengan dana bank semakin menunjukan keseriusan debitur dalam menjalankan usahanya tersebut.

d. Collateral

Penilaian barang jaminan yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai jaminan atau agunan tersebut dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur.

e. Condition of economy

Berkaitan dengan keadaan ekonomi suatu saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Untuk meneliti kondisi ekonomi perlu diperhatikan.


(46)

(2008:110) sebagai berikut :

Prinsip penialain kredit dengan 7P adalah sebagai berikut : a. Personality

b. Party c. Purpose d. Prospect e. Payment f. Profitability g. Protection

Berikut merupakan penjelasan 7P sebagai berikut : a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.

b. Party

Yaitu mengkalasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Karena tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan.


(47)

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting juga mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

e. Payment

Merupakan ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk mengembalikan kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Selain dua prinsip di atas, ada pula prinsip 3R menurut Kasmir (2008:113) yaitu:

a. Return/Returning b. Repayment

c. Risk Bearing Ability


(48)

Return disini dimaksudkan penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh debitur setalah dibantu dengan kredit oleh bank. Persoalanya adalah apakah hasil tersebut dapat untuk menutup pinjaman serta bersamaan dengan itu memungkinkan pula usahanya terus berkembang atau tidak. Return disini dapat pula diartikan keuntungan yang diperoleh oleh bank apabila memberikan kredit kepada pemohon.

b. Repayment (pembayaran kembali)

Dalam hal ini bank harus menilai berapa lama calon debitur dapat membayar kembali pinjaman sesuai dengan kemampuan membeyar kembali dan apakah kredit harus diangsur atau dilunasi sekaligus diakhir periode.

c. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung resiko)

Dalam hal ini bank harus menilai sampai sejauh mana debitur mampu menanggung risiko kegagalan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Koperasi bisa dikatakan sudah cukup luas dikenal oleh masyarakat Indonesia. Meskipun sudah dikenal secara luas sejak lama, namun masih terdapat banyak salah paham dikalangan masyarakat. Adapun sebagian orang menyebut koperasi sebagai badan ekonomi yang berbeda dari perusahaan-perusahaan lain yang harus dikelola seefisien dan seprofesional mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang


(49)

sebesar-sosial tugas utamanya membantu mensejahterakan anggotanya dengan cuma-cuma. Pengertian dari koperasi menurut Tiktik Sartika Pratomo (2007:4) menyatakan bahwa:

Koperasi bisa juga didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan bersama untuk menunjang kepentingan ekonomi para anggotanya melalui suatu perusahaan bersama.

Pengertian kredit menurut Teguh P. Muljono (2007:9) adalah sebagai berikut:

Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati.

Jadi kredit adalah pemindahan dana kepada para peminjam untuk mendapatkan keuntungan atas jasa yang diberikan kepada peminjam, didasarkan pada kepercayaan kedua belah pihak dan berdasarkan persetujuan pinjam meminjam hutang atau pinjaman setelah jangka waktu tertentu bahkan dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan atau disepakati.

Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang melaksanakan analisa atas seluruh aktivitas perusahaan. Fungsi ini sangat penting karena mengahsilkan pertimbangan dan saran yang bermanfaat untuk perencanaan berikutnya. Adanya pengendalian di perusahaan, maka diharapkan seluruh aktivitas dapat berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelunya. Oleh karena itu


(50)

perusahaan dalam pengendalian aktivitas perkreditan yang akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Pengertian pengendalian intern menurut Azhar Susanto (2007:103) adalah sebagai berikut :

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan ynag meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui:

1. Efisiensi dan efektifitas operasi

2. Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya

3. Ketaatan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku

Jadi pengendalian internal adalah proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan dalam menyediakan secara layak suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh secara objektif dalam penerapannya tentang bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya, diterapkannya efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan operasional perusahaan dan diterapkannya peraturan dan hukum yang berlaku agar ditaati oleh semua pihak.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa tujuan pengendalian internal adalah: 1. Keandalan laporan keuangan.

2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.

3. Mendorong dipatuhi undang-undang dan peraturan-peraturan yang ditetapkan manajemen.


(51)

kegiatan pemberian kredit agar dapat mengurangi terjadinya kegagalan perkreditan dan mengurangi terjadinya kredit macet. Kredit mempunyai risiko yang cukup tinggi yakni terjadi kemacetan pada saat pemberian kredit, risiko kemacetan kredit pada saat jatuh tempo dapat dikurangi dengan menjalankan pengendalian intern secara efektif.

Syarat-syarat pengajuan kredit di dalam Koperasi umum adalah: 1. Memiliki penghasilan.

2. Mengisi formulir pengajuan pinjaman dengan lengkap. 3. Melampirkan KTP suami-istri dan KK.

4. Tujuan pinjaman harus jelas dan diisi pada form pengajuan. 5. Melampirkan laporan keuangan bagi anggota yang berwiraswasta. 6. Melampirkan slip gaji terakhir untuk anggota yang bekerja. 7. Melampirkan RAPB untuk Pinjaman Modal.

8. Telah menjadi anggota minimal 6 bulan. 9. Telah mengikuti pembekalan.

10.Tidak memiliki Tunggakan, baik simpanan wajib atau kewajiban lain. Koperasi harus dapat mengendalikan risiko kredit yang diberikanya. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan kegiatan pemberian kredit dari tujuan yang sebenarnya. Koperasi harus mempunyai kebijaksanaan kredit yang teratur dan jelas, dengan memperhitungkan berbagai macam faktor dan kriteria yang menentukan mutu kebijaksanaan tersebut. Biasanya kriteria yang umum dan harus dilakukan oleh bank


(52)

Rachmat Firdaus (2004:83) terdiri dari:

Penilaian dengan analisis 5C meliputi : Character, capacity, capital, condition dan collateral.

Dengan adanya pengendalian intern pada pemberian kredit atau pembiayaan diharapkan perusahaan dapat mencapai tujuannya seperti adanya kesinambungan operasional perusahaan dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi. Oleh karena itu pengendalian intern berperan dalam menunjang kelancaran pemberian kredit.


(53)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran Koperasi

Pemberian Pinjaman Kredit

Pengolahan Data Syarat-syarat

pengajuan kredit

Pengendalian Intern

Pelaksanaan Pengendalian Intern Berperan dalam Pemberian Kredit


(54)

72 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada Koperasi Kredit Rahastra,

1. Pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit yang diterapkan telah efektif dan memadai dibuktikan dengan unsur-unsur, seperti: (1) Lingkungan pengendalian yang mencakup Integritas dan nilai etika, Komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan pengawas, sistem organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktek sumber daya manusia; (2) Penaksiran risiko untuk mencegah risiko-risiko yang mungkin timbul seperti risiko manajemen, risiko ekonomi dan risiko kredit macet; (3) Aktivitas Pengendalian; (4) Informasi dan komunikasi; (5) Pemantauan.

2. Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada koperasi Rahastra yaitu adanya nasabah yang terlambat dalam pengembalian atau pembayaran kredit yang mengakibatkan kredit macet. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam pemberian kredit kepada nasabah . Faktor penyebab yang menjadi kendala adalah Kesalahan yang dilakukan oleh Manajemen.


(55)

5.2 Saran

Adapun saran-saran dari penulis untuk dijadikan bahan masukan yang berguna dan bermanfaat bagi Koperasi Rahastra yaitu:

1. Penambahan jumlah personil untuk menghindari terjadinya perangkapan tugas dimana setiap bagian bertanggung jawab atas bagiannya masing-masing. Untuk lebih efektif ada baiknya jika pemeriksaan dan pemantauan kredit sesering mungkin, sehingga jika terjadi masalah dapat diketahui secara dini.

2. Untuk menghindari agar tidak terjadi kendala dalam pengendalian intern pemberian kredit kepada nasabah yaitu dilakukan dengan cara lebih mempertimbangkan lebih lanjut untuk mengambil keputusan dalam pemberian kreditnya, dengan memperhatikan beberapa risiko yang akan terjadi seperti risiko ekonomi, risiko manajemen dan keterlambatan pembayaran kredit yang pada akhirnya menimbulkan kredit macet.


(56)

74

Andi Supangat.2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Arifin Sitio dan Halomoan Tamba.2007. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta :

Erlangga.

Azhar Susanto. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta : T. Lingga Jaya.

Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Elly Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu. 2010. Auditing. Bandung : Graha Ilmu. Husein Umar.2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ikatan Akuntan Indonesia. 2011.Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit

Salemba Empat.

James A. Hall, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary.2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. 2007.Manajemen Perbankan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Kasmir.2008. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Malayu SP Hasibuan.2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Moh Nazir.2007. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mulyadi.2008. Auditing. Jakarta : Salemba Empat. PSAK NO 27 (Revisi 1998),(reformat 2007).

Subandi. 2009. Ekonomi Koperasi dan Praktik. Bandung : Alfabeta

Rachmat Firdaus.2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Yogyakarta : Pustaka Media.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(57)

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Teguh P Mulyono.2007. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial. Jakarta : BPFE.

Tiktik Sartika Pratomo.2007. Ekonomi Skala/Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.


(58)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Wina Oktaviani

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 17 Oktober 1991 Alamat : Jalan Hegar Asih No 4c Rt 02/03

Cipaganti-Bandung Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon/HP : 085624150517

Email : winaoktaviani17@ymail.com

Data Pendidikan Pendidikan Formal

NO. JENJANG PENDIDIKAN PERIODE

1. SDN Sejahtera V Bandung 1997 – 2003

2. SMP Angkasa L.H.S Bandung 2003 – 2006

3. SMA Angkasa L.H.S Bandung 2006 – 2009


(1)

41

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran Koperasi

Pemberian Pinjaman Kredit

Pengolahan Data Syarat-syarat

pengajuan kredit

Pengendalian Intern

Pelaksanaan Pengendalian Intern Berperan dalam Pemberian Kredit


(2)

72 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada Koperasi Kredit Rahastra,

1. Pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit yang diterapkan telah efektif dan memadai dibuktikan dengan unsur-unsur, seperti: (1) Lingkungan pengendalian yang mencakup Integritas dan nilai etika, Komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan pengawas, sistem organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktek sumber daya manusia; (2) Penaksiran risiko untuk mencegah risiko-risiko yang mungkin timbul seperti risiko manajemen, risiko ekonomi dan risiko kredit macet; (3) Aktivitas Pengendalian; (4) Informasi dan komunikasi; (5) Pemantauan.

2. Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pengendalian intern pemberian kredit pada koperasi Rahastra yaitu adanya nasabah yang terlambat dalam pengembalian atau pembayaran kredit yang mengakibatkan kredit macet. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam pemberian kredit kepada nasabah . Faktor penyebab yang menjadi kendala adalah Kesalahan yang dilakukan oleh Manajemen.


(3)

73

5.2 Saran

Adapun saran-saran dari penulis untuk dijadikan bahan masukan yang berguna dan bermanfaat bagi Koperasi Rahastra yaitu:

1. Penambahan jumlah personil untuk menghindari terjadinya perangkapan tugas dimana setiap bagian bertanggung jawab atas bagiannya masing-masing. Untuk lebih efektif ada baiknya jika pemeriksaan dan pemantauan kredit sesering mungkin, sehingga jika terjadi masalah dapat diketahui secara dini.

2. Untuk menghindari agar tidak terjadi kendala dalam pengendalian intern pemberian kredit kepada nasabah yaitu dilakukan dengan cara lebih mempertimbangkan lebih lanjut untuk mengambil keputusan dalam pemberian kreditnya, dengan memperhatikan beberapa risiko yang akan terjadi seperti risiko ekonomi, risiko manajemen dan keterlambatan pembayaran kredit yang pada akhirnya menimbulkan kredit macet.


(4)

74

Andi Supangat.2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan

Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Arifin Sitio dan Halomoan Tamba.2007. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta :

Erlangga.

Azhar Susanto. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta : T. Lingga Jaya.

Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Elly Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu. 2010. Auditing. Bandung : Graha Ilmu. Husein Umar.2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ikatan Akuntan Indonesia. 2011.Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit

Salemba Empat.

James A. Hall, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary.2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. 2007.Manajemen Perbankan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Kasmir.2008. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Malayu SP Hasibuan.2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Moh Nazir.2007. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mulyadi.2008. Auditing. Jakarta : Salemba Empat. PSAK NO 27 (Revisi 1998),(reformat 2007).

Subandi. 2009. Ekonomi Koperasi dan Praktik. Bandung : Alfabeta

Rachmat Firdaus.2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Yogyakarta : Pustaka Media.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(5)

75

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Teguh P Mulyono.2007. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial. Jakarta : BPFE.

Tiktik Sartika Pratomo.2007. Ekonomi Skala/Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Wina Oktaviani

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 17 Oktober 1991 Alamat : Jalan Hegar Asih No 4c Rt 02/03

Cipaganti-Bandung Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon/HP : 085624150517

Email : winaoktaviani17@ymail.com

Data Pendidikan Pendidikan Formal

NO. JENJANG PENDIDIKAN PERIODE

1. SDN Sejahtera V Bandung 1997 – 2003

2. SMP Angkasa L.H.S Bandung 2003 – 2006

3. SMA Angkasa L.H.S Bandung 2006 – 2009