Pengaruh diameter pipa terhadap faktor kualitas akustik pipa

Tabel 4.5. Nilai faktor kualitas akustik Q untuk setiap panjang pipa pada diameter pipa 5,79 cm. Dari nilai panjang pipa dan nilai faktor kualitas pada gambar 4.4 dan 4.5 dibuat grafik hubungan antara faktor kualitas akustik terhadap panjang pipa berserta fitting data pada aplikasi LoggerPro sehingga diperoleh grafik pada gambar 4.5 dan 4.6. Gambar 4.5. Grafik hubungan faktor kualitas akustik terhadap panjang pipa pada diameter pipa 3,97 cm. N o Panjang Pipa cm f0 Hz f1 Hz f2 Hz Q 1 80 209,94 202,51 216,39 15,12 2 100 169,92 167,55 176,74 18,49 3 120 140,38 136,84 143,43 21,30 4 140 120,12 117,87 123,02 23,32 5 160 104,98 103,16 107,37 24,94 6 180 94,73 93,30 96,74 27,54 Gambar 4.6. Grafik hubungan faktor kualitas akustik terhadap panjang pipa pada diameter pipa 5,79 cm. Grafik pada gambar 4.5 dan 4.6 difit dengan persamaan 18 berupa persaman hubungan faktor kualitas akustik terhadap panjang pipa.Ditinjau dari persamaan 18 dan menyesuaikan satuan dari panjang pipa yang digunakan, nilai koefisien yang menyatakan kebergantungan faktor kualitas akustik yang dipengaruhi radiasi bunyi terhadap panjang pipa C R memiliki satuan cm -2 . Dalam fitting data C R dinyatakan dalam huruf c. Q d yang merupakan faktor kualitas akkustik yang dipengaruhi oleh efek dinding tidak memiliki satuan. Dalam fitting data Q d dinyatakan dalam huruf d. Dari hasil fitting data pada gambar 4.5 dan 4.6, untuk diameter 3,97 cm diperoleh nilai C R sebesar 3,207 x 10 -3 cm -2 , dan nilai Q d sebesar 28,81. Untuk diameter 5,79 cm diperoleh nilai C R sebesar 4,044 x 10 -3 cm -2 , dan nilai Q d sebesar 33,11.

B. Pembahasan

Rangkaian alat yang ada pada gambar 3.1 terdiri dari sumber bunyi berupa dari AFG, amplifier, dan speaker. Frekuensi bunyi yang keluar dari speaker diatur menggunakan AFG, AFG yang digunakan memiliki counter yang dapat meminimalisir kesalahan dalam menentukan nilai frekuensi sumber bunyi, karena nilai frekuensi yang diinginkan terlihat pada counter. Frekuensi bunyi tersebut diperkuat oleh amplifier dan keluar dari speaker dalam bentuk bunyi.Gelombang bunyi yang keluar dari speaker masuk ke dalam pipa PVC.Pipa PVC dalam penelitian ini berperan sebagai resonator silindris.Gelombang bunyi yang merupakan gelombang longitudinal tersebut dipantulkan dari ujung-ujung pipa dan membentuk gelombang berdiri.Gelombang tersebut dinamakan gelombang bunyi tanggapan. Gelombang bunyi tanggapan ini di tangkap oleh sensor bunyi kemudian dianalisis menggunakan software Logger Pro dengan mengikuti langkah- langkah pada metodologi penelitian. Pada sistem, udara di dalam pipa mengalami osilasi terpaksa.Bunyi yang keluar dari speaker dan masuk dalam pipa diberi energi secara terus menerus.Pemberian energi ini ditunjukkan dengan menyalakan sumber bunyi pada frekuensi tertentu selama pengambilan data.Frekuensi bunyi tersebut dinamakan frekuensi penggerak. Pada proses pengambilan data, gelombang bunyi yang ditangkap oleh sensor bunyi ditampilkan dalam grafik FFT. Grafik FFT tersebut berupa frekuensi dan amplitudo tanggapan. Nilai frekuensi yang tampil pada pada grafik FFT tersebut adalah frekuensi sumber bunyi. Pada saat sumber bunyi diatur pada AFG, nilai frekuensi yang muncul pada counter masih memiliki ketidakpastian sebesar ± 1 Hz. Nilai frekuensi sumber bunyi secara tepat ditampilkan pada grafik FFT. Data yang diperoleh disajikan pada tabel data frekuensi sumber bunyi, frekuensi dan amplitudo tanggapan pada tabel 4.1.Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa data diambil pada frekuensi sumber bunyi yang berselang 5 Hz agar data yang diperoleh lebih akurat.Selain itu, dari tabel 4.1 juga tampak data bunyi tanggapan berupa frekuensi dan amplitudo diambil sebanyak dua kali. Pengambilan data frekuensi dan amplitudo tanggapan dilakukan sebanyak dua kali agar hasil yang di peroleh lebih presisi. Kemudian amplitudo tanggapan dirata-ratakan dan dikurangi dengan amplitudo pada saat frekuensi sumber bunyi 0 Hz. Hal ini dilakukan karena sebelum pengambilan data sudah ada noise yang berasal dari lingkungan sekitar, sehingga untuk memperoleh amplitudo tanggapan yang sesungguhnya, amplitudo yang diperoleh harus dikurangi dengan amplitudo dari noise sekitar. Saat nilai frekuensi bunyi dan amplitudo tanggapan pada tabel 4.1 diperhatikan lebih teliti, terdapat suatu pola dimana semakin besar frekuensi, nilai amplitudo tanggapan naik hingga mencapai puncak pada frekuensi 94,97 Hz dan kemudian nilainya menurun. Pada saat amplitudo tanggapan mencapai nilai maksimum itulah peristiwa resonansi terjadi. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pada tabel 4.1, pipa dengan diameter 3,97 cm