27
2.2.8 Konsep Motivasi
Menurut Pearce, Morrison, dan Rutledge 1998 dalam Yulie Reindrawati 2010, motivasi adalah “the total network of biological and cultural forces that
give value and direction to travel choice behavior and experience”.Untuk dapat memperoleh pengertian mengenai motivasi, berikut dapat kita lihat pendapat
beberapa ahli,yaitu: Sudirman, 2001 dalam Hayati, 2013 mengartikan motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seorang menyebabkan orang
tersebut bertindak melakukan sesuatu tanpa disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertidak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Purwanto, 2007 dalam hayati, 2013 mengemukakan motivasi segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Berikut teori motivasi oleh McIntosh dan Murphy
dalam Pitana dan Gayatri, 2005 yaitu: a Physical or physiological motivation motivasi yang berhubungan
dengan penyegaran tubuh dan pikiran, tujuan kesehatan, olahraga dan bersenang-senang. Motivasi ini berhubungan dengan segala kegiatan
yang berfungsi mengurangi segala ketegangan. b Cultural motivation motivasi budaya, yaitu keinginan untuk
mengetahui budaya daerah lain baik itu tari-tariannya, cara berpakaian, music, kesenian, cerita rakyat, dan sebagainya. Termasuk juga
ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya banggunan bersejarah.
c Social motivation atau interpersonal motivation motivasi yang bersifat sosial, adalah keinginan untuk bertemu dengan orang-orang
28
baru, mengunjungi teman dan keluarga jauh, dan mencari pengalaman baru yang berbeda. Berwisata dengan tujuan untuk melepaskan diri
dari hubungan yang rutin dengan para teman dan tetangga di mana mereka berasal atau pelarian dari situasi-situasi yang membosankan
dan sebagainya. d Status and Prestige Motivation yaitu motivasi untuk memperoleh
status dan prestise, termasuk di dalamnya keinginan untuk mengenyam pendidikan berkelanjutan contoh : pengembangan diri, pemenuhan
ambisi. Motivasi-motivasi ini dikaitkan dengan keinginan seseorang agar mereka dihargai, dihormati dan dikagumi dalam rangka
memenuhi ambisi pribadi. Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal intrinsic
motivation dan factor eksternal extrinsic motivation. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan keinginan dari manusia itu sendiri, sesuai
dengan teori hierarki kebutuhan Maslow. Konsep Maslow tentang hierarki kebutuhan dimulai dari kebutuhan fisiologis kebutuhan keamanan, kebutuhan
sosial, kebutuhan pretise, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal,
seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi lingkungan sekitar yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis,
Suwena, 2010. Motivasi yang tergolong dalam motivasi wisatawan spiritual adalah adalah
seseorang yang mengunjungi tempat di luar dia biasa berada, dengan keinginan untuk mencari pertumbuhan spiritual, yang bersifat religius, non-religius, sakral
ataupun sekedar mencari pengalaman tanpa memperhitungkan tujuan utama
29
melakukan perjalanan Haq dan Jackson ,2006 dalam Budiastawa, 2009. Disini berarti bahwa atraksi wisata yang tercakup didalamnya dapat meliputi perjalanan
spiritual, spa treatment, yoga retreat, perjalanan ke tempat yang disucikan, menerima pijat kuno dan sebagainya. Dengan melihat ragam aktivitas yang dapat
dilakukan dalam aktivitas pariwisata spiritual, maka dapat dikatakan bahwa spiritual tourism mirip dengan wellness tourism atau pariwisata kesehatan,
sebagaimana istilah yang mengutamakan keseimbangan kesehatan tubuh, mental dan jiwa. Adapun aktivitas yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut dapat
berupa yoga retreat, spa, massage, klinik dan sebagainya Smith dan Kelly, 2006 dalam Budiastawa, 2009.
Moutinho 1994, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor motivasi yang sama dengan yang dirasakan oleh para wisatawan yang melakukan perjalanan
wisata spiritual. Moutinho juga menjelaskan bahwa bahwa faktor internal dan faktor eksternal sangatlah mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian yang
ingin melakukan perjalanan wisata spiritual. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Culture and Sub Culture adalah hal ini berkaitan dengan keinginan dari dalam diri seseorang untuk menambah pengetahuan tentang keunikan
budaya, aliran, ajaran dari aktivitas wisata spiritual. Selain berasal dari diri wisatawan, budaya yang dimaksud juga sebagai faktor lingkungan dimana
wisatawan itu berasal sebagai faktor eksternal, seperti, agama, hukum adat dan lainnya.
2. Family role and Influence merupakan keinginan untuk melakukan aktivitas wisata spiritual yang dipengaruhi oleh peranan keluarga.
30
3. Referense Group merupakan dorongan untuk melakukan aktivitas wisata spiritual yang dipengaruhi oleh perkumpulan orang-orang yang memiliki
ketertarikan yang sama yaitu wisata spiritual. Dyson, Goble, Forman, 2003 dan Kale, 2004 Haq, Farooq Jackson
Jon,2006 menyimpulkan bahwa orang mempunyai keinginan untuk melakukan akvitas wisata spiritual sangatlah dipengaruhi oleh pengaruh internal yang disebut
dengan rasa. Ada empat rasa yang dijelaskan diantaranya : 1 sense of inner self rasa batin 2 sense of meaningrasa makna 3 sense of interconnectednessrasa
ketertarikan dan 4 a notion of the beyond or Godgagasan dari sekitar atau tuhan. Menurut Waren, Abercrombie, Berl 1989 and Legoherel, 1998 Haq,
Farooq Jackson Jon,2006 bahwa dalam melakukan kegiatan wisata spiritual sangatlah dipengaruhi oleh biaya atau harga cost of spiritual product.
Sedangkan berdasarkan atas observasi dan wawancara awal dengan salah satu pendahulu atau praktisi spiritual yaitu I Ketut Arsana yang juga sebagai
pemilik Ubud Bodywork Centre dan Ashram Munivara di Ubud, yang menjelaskan “jadi kalau berbicara tentang wisatawan yang melakukan spiritual atau yoga
kesini, itu berdasarkan dari keyakinan diri untuk menjadi lebih sehat, tenang, harmony, bahagia dan happy. Hal itulah sebenarnya manfaat dari yoga itu
sendiri”. Berdasarkan atas beberapa pendapat ahli di atas, diperoleh inti sari dari
motivasi wisatawan yang melakukan aktivitas pariwisata spiritual yang
digolongkan menjadi dua garis besar yaitu : 1. Intrinsik motivation :
a. Sense of Interconektednest b. Sense of Meaning
31
c. Culture Sub Culture d. Self Belive
2. Ekstrinsik motivation : a. Cost of Spiritual Product
b. Family role and Influence c. Referense groupInfluence
d. Culture
2.2.9 Tinjauan Tentang Tipologi Wisatawan