8
2 BAB II
LANDASAN TEORI
Pembahasan atas suatu topik penelitian tentu membutuhkan landasan teori yang  tepat.  Agar  sebuah  penelitian  dapat  berhasil  dibutuhkan  referensi  sebagai
landasan  teorinya.  Landasan  teori  tersebut  berisi  tentang  Seminari  Menengah  St. Petrus  Canisius,  Mertoyudan,  Magelang  sebagai  tempat  sumber  data  penelitian,
Principal Component Analysis untuk pemilihan variabel dari data set yang ada, dan Agglomerative  Hierarchical  Clustering  sebagai  algoritma  yang  digunakan  untuk
pengelompokan data dari variabel yang telah dipilih. Selanjutnya pada bagian akhir bab ini akan dipaparkan tentang Uji Akurasi Data.
2.1 Seminari Menengah St. Petrus Canisius
Setiap  calon  imam  Gereja  Katolik,  berkewajiban  untuk  mengikuti serangkaian  pembinaan.  Seminari  menengah  menjadi  tempat  formal  pertama
pembinaan  seseorang  dalam  proses  menjadi  seorang  imam.  Di  seminari, diselenggarakan  pendidikan  keagamaan  khusus  bersama  dengan  pendidikan
humaniora  dan  ilmiah  dalam  konteks  pembinaan  panggilan.
15
Dalam  Gereja Katolik,  seminari-seminari  yang  didirikan  secara  legitim,  menurut  hukum,
mempunyai  status  badan  hukum  dalam  Gereja.
16
Sebagai  tempat  pembinaan,
15
Kanon 234, pasal 1, KHK, hal. 87.
16
Kanon 238, pasal 1, KHK, hal. 88.
seminari  dikepalai  oleh  seorang  rektor.  Selain  rektor,  ada  juga  wakil  rektor  jika diperlukan, ekonom, dan para pengajar yang memberikan berbagai pelajaran yang
terkoordinasi  secara  tepat.
17
Untuk  pembinaan  spiritual,  di  seminari  ada  seorang direktur spiritual
18
dan bapa pengakuan
19
. Di  Indonesia,  secara  umum  dikenal  seminari  menengah  untuk  tingkat
Sekolah  Menengah  Atas  SMA.
20
Di  seminari  menengah  ini,  setiap  calon  imam dibina  dan  dididik,  baik  dari  sisi  intelektual,  mental,  sosial,  dan  spiritualnya.
Kriteria  tertentu  ditetapkan  guna  mengukur  keberhasilan  dan  kelayakan  seorang seminaris  untuk  melanjutkan  ke  jenjang  berikutnya.  Setiap  pembina  seminari
berhak  memberikan  penilaian,  melihat  dan  mengamati  perkembangan  seminaris binaannya.  Penilaian  diberikan  berdasarkan  kriteria  yang  ada.  Catatan-catatan
khusus  dibuat  sebagai  bahan  pertimbangan  kelayakan  perkembangan  seorang seminaris.  Pada  saat  yang  telah  ditentukan  bersama,  ditetapkan  apakah  seorang
seminaris  layak  atau  tidak  untuk  melanjutkan  ke  jenjang  berikutnya,  atau diperlukan  pembinaan khusus.
Salah  satu  seminari  menengah  yang  ada  di  Indonesia  adalah  Seminari Menengah  St.  Petrus  Canisius,  Mertoyudan
–  Magelang  sering  dikenal  dengan nama Seminari Menengah Mertoyudan. Seminari ini telah didirikan sejak 30 Mei
17
Kanon 239, pasal 1, KHK, hal. 88.
18
Kanon 239, pasal 2, KHK, hal. 88.
19
Kanon 240, pasal 1, KHK, hal. 88.
20
Seminari menengah dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu seminari menengah tingkat SMP,  seminari  menengah  tingkat  SMA,  dan  seminari  menengah  KPA  Kelas  Persiapan  Atas.
Seminari menengah KPA adalah bagi mereka yang memutuskan untuk menjadi calon imam setelah tamat SMA, biasanya dilaksanakan selama satu atau dua tahun.
1912    sesuai  dengan  izin  resmi  dari  tahta  suci  Roma  untuk  memulai  lembaga pendidikan calon imam di Indonesia.
Seminari  Menengah  Mertoyudan  memiliki  visi  untuk  menjadi  komunitas pendidikan  calon  imam  tingkat  menengah  yang  handal  dan  berkompeten  dalam
mengembangkan  sanctitas  kesucian,  sanitas  kesehatan,  dan  scientia pengetahuan ke arah imamat yang tanggap terhadap kebutuhan zaman. Seminari
Menengah Mertoyudan  bertujuan untuk mendampingi seminaris dalam mengolah hidup rohani, panggilan, kegerejaan dan kemasyarakatan, agar mampu mengambil
keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya. Pendampingan bagi seminaris juga tertuju pada mengembangkan diri menjadi pribadi yang sehat secara fisik maupun
psikis,  dewasa  secara  manusiawi  maupun  kristiani,  sehingga  seminaris  memiliki kesiapsiagaan untuk menanggapi panggilan Tuhan.
Seminari  Menengah  Mertoyudan  melaksanakan  kegiatan  pendidikan  dan pembelajaran  secara  efektif  dan  efisien  agar  kompetensi  seminaris  berkembang
secara  optimal  sehingga  seminaris  memiliki  bekal  yang  memadai  untuk melanjutkan  ke  jenjang  pendidikan  imamat  berikutnya.  Bidang  pendidikan  ini
mendapat tekanan  yang  sangat  penting  di  seminari  ini.  Data  dari  hasil  perolehan nilai dalam  bidang pendidikan  ini  yang akan digunakan sebagai  bahan penelitian
tulisan ini.
2.2 Principal Component Analysis