Alur ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, ALUR, LATAR, DAN TEMA
                                                                                49
Cerita  yang  berkembang  pada  masing-masing  tokoh  menambahkan pengetahuan  pembaca  tentang  hal  yang  terjadi,  walaupun  sebenarnya  jika  alur-
alur  tersebut  dihilangkan  bukanlah  hal  yang  berarti  atau  tidak  akan  mengubah akhir cerita. Hal inilah yang dimaksud dengan alur longgar.
Berdasarkan  kriteria  urutan  waktu,  alur  dalam  novel  ini  adalah  alur  maju. Alur  maju  pada  novel  ini  terlihat  jelas  pada  setiap  bab.  Meskipun  pada  tiap  bab
mengisahkan  tokoh  yang  berbeda,  tetap  saja  cerita  yang  disajikan  saling melengkapi.  Hal  ini terlihat  pada bagian prolog,  bab pertama, kedua, hingga bab
terakhir, bahkan epilog. Novel  ini  diawali  dengan  kegiatan  pagi  hari  di  kos  Ananda  yaitu  sarapan
pagi  rutin  pukul  06.15,  sebelum  mereka  melakukan  aktivitas  di  luar  rumah. Selanjutnya cerita dimulai dari masing-masing tokoh yang berasal dari suku yang
berbeda  dan  mereka  mempunyai  masalah  masing-masing  sebelum  mereka merantau  ke  Yogyakarta.  Pada  bab  selanjutnya,  mereka  mulai  mengejar  cinta
seorang  gadis  bernama  Olivia.  Tarjo,  Karta,  Gerson,  dan  Yahya  berusaha mendekati  Olivia.  Hanya  satu  laki-laki  yang  tidak  mau  mengejar  cintanya  yaitu
Yudhistira, anak ibu kos. Akan tetapi, di akhir cerita, justru Yudhistira yang bisa merebut hati Olivia walaupun awalnya Olivia telah dijodohkan.
Berdasarkan  penjelasan  tersebut,  sudah  jelas  bahwa  cerita  pada  bab  yang sudah  disebutkan  di  atas  ternyata  saling  berurutan  dan  berkaitan  satu  sama  lain.
Cerita  terus  disampaikan  menggunakan  alur  maju.  Namun  demikian,  alur  maju yang digunakan pada novel ini terkadang disela oleh alur sorot balik. Ada kalanya
50
seorang  tokoh  teringat  masa  lalunya.  Masa  lalu  tokoh  tersebut  diceritakan sebagian, kemudian tokoh tersebut  kembali ke keadaan sekarang.
Teknik pembalikan cerita, atau penyorotbalikan peristiwa-peristiwa ke tahap sebelumnya  dapat  dilakukan  melalui  beberapa  cara.  Mungkin  pengarang
”menyuruh”  tokoh  merenung  kembali  ke  masa  lalunya,  menuturkannya  kepada tokoh  lain baik  secara lisan maupun tertulis, tokoh  lain  yang menceritakan masa
lalu  tokoh  lain,  atau  pengarang  sendiri  yang  menceritakannya.  Nurgiyantoro, 1995:155
Tokoh-tokoh  dalam  novel  ini  terkadang  mengingat  masa  lalunya  sehingga novel ini menggunakan sorot balik beberapa bagian. Dengan demikian, alur yang
dipakai novel ini adalah alur campuran. Peristiwa-peristiwa  yang  menampilkan  alur  sorot  balik  ada  pada  beberapa
bab. Hal ini akan terlihat pada pembahasan tahapan alur. Ada lima tahap alur yaitu tahap  penyituasian,  tahap  pemunculan  konflik,  tahap  peningkatan  konflik,  tahap
klimaks, dan tahap penyelesaian. Tahap  penyituasian  dalam  novel  ini  ditandai  dengan  pelukisan  dan
pengenalan situasi  latar  dan tokoh-tokoh  cerita.  Tahap penyisuasian dalam  novel ada pada bagian prolog, bab 1, bab 2, bab 3, bab 4, bab 5, bab 6, bab 13, dan bab
18.  Sebelum  penulisan  bab  satu,  novel
Yogyakarta
menampilkan  bagian  yang diawali tulisan 2009, yang dalam tulisan ini selanjutnya disebut prolog.
Bagian  prolog  melukiskan  kegiatan  pagi  hari  yaitu  sarapan  bersama  anak- anak kos. Seluruh penghuni kos Ananda wajib hadir di meja makan pukul 06.15.
Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
51
90 Ananda mengedarkan pandangannya ke seluruh meja bundar itu. Para
mahasiswa  itu  telah  duduk  rapi.  Mereka  semua  adalah  mahasiswa tahun  pertama  dan  berkuliah  di  Universitas  Gadjah  Mada.
Yogyakarta
, 2010:5 Bab satu melukiskan Gerson yang teringat kejadian kerusuhan antar-agama
Kristen  dan  Islam  di  Ambon  saat  Gerson  berusia  sepuluh  tahun.  Ayah  Gerson meninggal dan ibunya menjadi gila karena kehilangan suaminya. Setelah kejadian
itu  Gerson  ditolong  Yesaya  yang  beragama  Kristen.  Beberapa  bulan  setelah kerusuhan  di  Ambon,  Yesaya  membawa  Gerson  dan  ibunya  untuk  tinggal  di
Jakarta.  Gerson  diterima  di  Universitas  Gadjah  Mada  dan  memutuskan  untuk tinggal di Yogyakarta.
Bab  kedua  melukiskan  Tarjo  yang  teringat  akan  masa  lalunya  di  Madura. Tarjo teringat kembali  peristiwa saat Tarjo dan ibunya jalan bersama tiap pagi di
Madura.  Ayah  Tarjo  juga  hobi  menikah.  Bapak  Tarjo  adalah  seorang  kiai  dan berharap Tarjo masuk pesantren, tetapi Tarjo malah memilih jurusan akuntansi.
Bab ketiga melukiskan Karta yang teringat akan masa kecil di Medan. Karta yang  awalnya  tidak  tidak  suka  menyanyi,  tetapi  karena  ibunya  sering  menyuruh
Karta  untuk  ikut  perlombaan  dan  Karta  menang.  Karta  senang  menjadi  seorang penyanyi.  Rasa  percaya  dirinya  bertambah  dan  menjadikan  Karta  anak  yang
sombong. Ayahnya  berharap  Karta  menjadi  tentara  seperti  ayahnya,  tetapi  malah
kuliah di jurusan seni. Ayahnya yang awalnya tidak setuju akhirnya mengizinkan Karta untuk masuk jurusan seni. Ayahnya berpikir mungkin itu jalan hidupnya.
Bab keempat melukiskan ketika Yahya teringat masa lalunya saat berada di Pontianak.  Yahya  dan  ibunya  tidak  dekat.  Mereka  selalu  bertengkar.  Awalnya
52
Yahya dan ibunya dekat, tetapi ada peristiwa seorang laki-laki yang datang, yaitu ayahnya,  untuk  menemui  Yahya,  ibunya  menjadi  galak  dan  suka  marah-marah.
Ibunya juga melarang Yahya berpacaran dengan Monalisa. Bab kelima melukiskan Olivia yang teringat waktu berada di Jakarta. Olivia
dijodohkan  oleh  orang  tuanya  dengan  Bernard  Wibowo.  Karena  tidak  suka dengan Bernard Wibowo, Olivia memutuskan untuk mencari jalan keluar dengan
cara  melakukan penelitian di Yogyakarta. Bab  keenam  mengisahkan  Yudhistira  waktu  usia  lima  belas  tahun.  Pada
waktu  itu  dirinya  berlibur  di  New  York.  Dia  jatuh  cinta  dengan  gadis  bernama Antonia.  Kisah  cintanya  tidak  berjalan  lama.  Sebelum  Yudhistira  kembali  ke
Indonesia mereka berencana bertemu. Yudhistira  menunggu  Antonia,  namun  tidak  datang.  Malah  teman  Antonia
yang datang dan mengabarkan bahwa Antonia sudah meninggal. Antonia dituduh mencuri  oleh  ibu  asrama,  padahal  dia  hanya  mau  mengambil  kertas  lagu  untuk
Yudhistira. Sejak saat itu Yudhistira tidak pernah jatuh cinta lagi pada siapa pun. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
91 Gadis  berambut  keriting  itu  mendesah  pelan,  menimbang-nimbang
selama beberapa saat, dan akhirnya memutuskan berbicara. “Antonia ketahuan mencuri dan ia dipukul Tante. ...
“Antonia  seharusnya  lebih  tahu  kalau  masuk  ke  dalam  kamar  Ibu artinya hukuman mati. Sudah begitu, pakai alasan kertas musik lagi”
ia mencibirkan bibirnya.
Yogyakarta,
2010:96 Bab  ketiga  belas  melukiskan  Ananda  yang  teringat  masa  mudanya  waktu
dia  jatuh  cinta  pada  Fritz  yang  berbeda  suku,  ras  dan  adat  istiadat.  Hubungan mereka tidak berjalan mulus karena Fritz memutuskan pergi ke Surabaya. Untuk
53
menyelesaikan  urusan  keluarganya,  Fritz  ke  Surabaya  tanpa  Ananda.  Fritz  harus ikut orang tuanya pindah ke Surabaya untuk membuka usaha keluarga.
Dua tahun kemudian Fritz datang lagi  dan mengajak Ananda untuk  pindah ke  Australia  tetapi  Ananda  tidak  mau  pergi  karena  dia  sudah  dijodohkan  orang
tuanya. Dia tidak bisa menolak  keinginan orang tua. Bab  delapan  belas  juga  menunjukkan  alur  sorot  balik.  Yahya  teringat
kembali  akan  kisah  cintanya  di  Pontianak.  Ibu  Yahya  tidak  setuju  dengan hubungan  Yahya  dan  Monalisa  karena  dianggap  sebagai  pelacur.  Yahya  yang
tidak  percaya  dengan  perkataan  ibunya,  pergi  menemui  Monalisa.  Monalisa membenarkannya.  Monalisa  memutuskan  untuk  tetap  tinggal  bersama  ayah
tirinya.  Setelah  itu  Yahya  memutuskan  ke  Yogyakarta  dan  meninggalkan Monalisa, padahal mereka berdua saling mencintai.
Dari  pembahasan  di  atas,  bab –bab  yang  termasuk  tahap  penyituasian,
kecuali  prolog,  ditampilkan  pengarang  melalui  alur  sorot  balik.  Pelukisan  tokoh Gerson,  Tarjo,  Karta,  Yahya,  Olivia,  Yudhistira,  dan  Ananda  dimunculkan
melalui  lamunan  atau  kenangan  masa  lalu  tokoh.  Sedangkan  bagian  prolog menggambarkan situasi tokoh-tokoh dalam novel
Yogyakarta
yang berada di satu tempat, yaitu rumah kos Ananda.
Setelah  pengenalan  tokoh  dan  latar  pada  tahap  penyituasian,  tahap meningkat  menjadi  tahap  pemunculan  konflik.  Hal  ini  terlihat  pada  bab  kelima,
bab ketujuh, bab sembilan, bab sepuluh, dan bab sebelas. Bab  lima  melukiskan  Yahya  melihat  Olivia  pertama  kali.  Konflik  batin
Yahya  muncul  saat  melihat  Olivia.  Yahya  seolah  melihat  Monalisa,  mantan
54
pacarnya.  Yahya  mengajak  Olivia  pergi  untuk  makan  malam,  tetapi  Olivia  tidak bisa karena malam itu Olivia akan mengetik.
Yahya  yang  sempat  patah  arang  kembali  bangkit  setelah  Olivia  mengajak makan siang. Hal ini terlihat dalm kutipan berikut.
92 Ia  memerhatikan  gadis  itu  dan  gejolak  dalam  dada  karena  teringat
Monalisa  berkecamuk,  menggila,  menuntut  perhatian.  ”Kamu  ada acara malam ini?” tanyanya tiba-tiba, tidak dapat menahan diri untuk
tidak mengucapkannya. . . .
“Um  …  aku  nggak  bisa  malem  ini.  Mau  ngetik.  Mungkin  besok siang?” tanya Olivia.
Yahya  yang  sebelumnya  sudah  patah  arang,  merasa  semangatnya bangkit kembali. ”Oh, ya? Um … makan siang?” Olivia mengangguk.
Yahya tersenyum. ”Oke. Sampai nanti gitu.”
Yogyakarta
, 2010:64 Bab ketujuh melukiskan kedekatan Tarjo dengan Olivia. Olivia diajak Tarjo
makan  di  alun-alun.  Sambil  makan  bersama,  Olivia  dan  Tarjo  saling  bercerita tentang jurusan yang mereka ambil dan tentang keluarga mereka masing-masing.
Olivia  yang  penasaran  mencoba  menanyakan  kepada  Tarjo  tentang kuliahnya  di  jurusan  akuntasi  padahal  Tarjo  anak  seorang  kiai.  Tarjo  menjawab
dengan pertanyaan bahwa anak kiai tidak harus menjadi kiai. Pembicaraan Tarjo dan  Olivia  yang  lain  kembali  memunculkan  ingatan  Tarjo  tentang  ayahnya.
Konflik  batin  Tarjo  yang  antipoligami  adalah  bagian  dari  tahap  pemunculan konflik novel ini.
Konflik  berikut  yang  muncul  adalah  saat  Ananda  menyuruh  Yudhistira mengantarkan  Olivia  mencari  tempat  internetan,  tapi  Yudhistira  menolak.
Selanjutnya Gersonlah yang menawarkan diri untuk mengantarkan Olivia. Hal ini termuat dalam bab kedelapan novel
Yogyakarta.
55
Bab  sembilan  mengisahkan  tentang  Karta  yang  sedang  berbicara  dengan nada  bersemangat  dan  penuh  percaya  diri  bahwa  dia  yakin  diterima.  Dengan
penuh kepercayaan diri akan diterima, Karta mengajak semua yang tinggal di kos untuk makan bersama. Karta yang akan mentraktir.
Ananda yang melihat kesombongan Karta merasa khawatir. Ananda  sempat memberi  tahu  Karta  bahwa  belum  ada  kepastian  diterima  demo  CD-nya.  Jadi,
lebih  baik  menunda  perayaan  keberhasilannya.  Akan  tetapi,  Karta  tidak  peduli. Dia merasa bahwa dirinya tidak akan gagal untuk menjadi seorang penyanyi. Hal
ini terlihat dalam kutipan berikut. 93
Ananda  mengerutkan  keningnya.  ”Kamu  baru  disuruh  bawa  demo suara kamu, kan?” tanyanya.
Karta  menatap  Ananda  dengan  agak  sebal.  ”Ah,  Bude.  Masak  Bude ragu sama aku? Mereka pasti nerima Bude percaya deh sama aku”
... “Pamali loh nanti,” kata Ananda, masih menatap Karta dengan agak
khawatir. Anak ini sombong sekali, pikirnya.
Yogyakarta
, 2010:117 Bab sepuluh mengisahkan Yahya yang pergi ke mal bersama Olivia. Mereka
berdua  makan.  Saat  mereka  berdua  jalan  berdua  jalan  bersama,  Yahya  teringat kembali  pada  Monalisa  yang  ingin  dia  lupakan.  Hal  ini  terlihat  dalam  kutipan
berikut. 94
Setiap denyut nadinya masih merindukan Monalisa, dan semakin lama ia  berpisah  dengan  perempuan  itu  semakin  terasa  sebuah  kepedihan
yang dalam.Ia tert awa kikuk. ”Batas antara cinta dan benci itu seperti
batas antara benar dan salah,”katanya.
Yogyakarta
,2010:120 Pada  bab  sepuluh  juga  diceritakan  tentang  Karta  yang  menunjukkan
kebolehannya  menyanyi  dan  bermain  musik  di  hadapan  juri  dengan  penuh percaya  diri.  Ada  juri  yang  menyukai  suara  Karta,  ada  juga  juri  yang  tidak  suka
dengan  suara  Karta.  Akan  tetapi,  setelah  selesai  penilaian  dia  pulang  dengan
56
keyakinan  bahwa  dia  pasti  berhasil  menjadi  penyanyi  terkenal.  Hal  ini  terlihat dalam kutipan berikut.
95 Karta  mengangguk,  menyerahkan  rekaman  demonya  sambil
membungkuk  hormat  kepada  laki-laki  itu.  Terima  kasih,  Pak.  Bapak nggak  akan  menyesal.”  Karta  berjalan  keluar  dengan  perasaan  baru
keluar dari kelas ujian akhir nasional —berdebar-debar.
Ia  yakin,  ibunya  pasti  senang  dengan  hasilnya.
Yogyakarta
,  2010: 123
Pada bab sebelas diceritakan Olivia mengadakan penelitian tentang keraton sambil  ditemani  Yudhistira.  Saat  itu,  perasaan  Yudhistira  pada  Olivia  mulai
muncul.  Olivia  pun  merasakan  hal  yang  sama.  Detak  jantungnya  bergitu  cepat waktu  Olivia  duduk  di  sebelah  Yudhistira.  Sesampai  di  rumah,  Ananda  melihat
Yudhistira  pulang  bersama  Olivia.  Ananda  senang  melihatnya.  Hal  ini  terlihat dalam kutipan berikut.
96 Yudhistira menatap ke depan kembali. Ia tidak berkata apa-apa lagi,
dan Olivia berkutat dengan debar jantungnya sendiri sementara semilir angin  memabukkan  jiwa,  sampai  mereka  tiba  di  depan  rumah.
Yogyakarta,
2010:135 Setelah  pemunculan  konflik  terjadi,  tahap  berikutnya  adalah  tahap
peningkatan konflik antartokoh satu dengan tokoh yang lain. Hal ini terlihat pada bab  sepuluh,  bab  sebelas,  bab  dua  belas,  bab  empat  belas,  bab  enam  belas,  dan
bab tujuh belas. Konflik  yang  telah  muncul  dalam  diri  Karta,  yaitu  keinginan  menjadi
penyanyi semakin meningkat di bab sepuluh novel ini. Bab ini melukiskan Karta yang  pergi  bersama  Olivia  di  pinggir  Malioboro.  Saat  mereka  duduk  untuk
memesan makanan, Olivia dan Karta melihat dua pengamen. Karta merasa pernah melihat  mereka  di  ruang  tunggu  studio  rekaman  Bar  Suara  Record.  Setelah
57
mendengarkan  suara  mereka  Karta  memberi  komentar.  Karta  menganggap  suara mereka jelek dan mengejeknya. Kesombongan  Karta semakin bertambah dan hal
tersebut membuat Olivia kesal. Konflik lain dialami oleh Yudhistira dan Olivia pada bab sebelas. Pada bab
ini dikisahkan Yudhistira dan Olivia sedang menikmati  makan siang bersama di sebuah  restoran.  Yudhistira  yang  mulai  merasa  tertarik  pada  Olivia  berpikir
bahwa  dia  tidak  mungkin  jatuh  cinta  pada  gadis  lain  selain  Antonia.  Yudhistira mencoba menyangkal perasaan sukanya pada Olivia.
Olivia  yang  berada  di  samping  Yudhistira  menanyai  Yudhistira,  tetapi malah  dibentak  oleh  Yudhistira.  Selama  sesaat  Yudhistira  ingin  meminta  maaf
pada perempuan itu, tetapi perasaan lain yang muncul adalah tidak ingin meminta maaf pada Olivia.
Selanjutnnya,  konflik  Yudhistira  semakin  meningkat.  Hal  tersebut ditampilkan  dalam  bab  kedua  belas.  Bab  kedua  belas  mengisahkan  Yudhistira
yang  benci  pada  keadaannya.  Kebencianya  terhadap  Olivia  hilang.  Yudhistira akhirnya  menyerah  dan  keluar  dari  kamarnya  untuk  meminta  maaf  pada  Olivia.
Sebagai  permintaan  maaf  karena  sudah  bersikap  kasar  pada  Olivia,  Yudhistira mencoba untuk  mengajak Olivia pergi  ke Taman Sari.  Olivia hanya terdiam  dan
tidak  menjawab  ya  atau  tidak  dengan  ajakan  Yudhistira.  Olivia  masih  kesal  atas pelakuan Yudhistira yang bertindak kasar padanya. Hal ini terlihat dalam kutipan
45.
58
Bab keempat belas mengisahkan Olivia bersama Yudhistira pergi ke Taman Sari.  Mereka  saling  berbagai  cerita.  Awalnya  Olivia  bertanya  tentang  umur
Yudhistira dan Yudhistira bertanya balik. Olivia  bertanya  pada  Yudhistira  tentang  masalah  pacar.  Yudhistira
menjawab  bahwa  dia  belum  punya  pacar  dan  Yudhistira  bertanya  pada  Olivia kembali.  Jawaban  Olivia  bahwa  dirinya  sudah  dijodohkan  membuat  Yudhistira
kaget. Bab keenam belas melukiskan  Gerson  yang pergi bersama Olivia ke klub.
Di  klub  itu  Olivia  diganggu  oleh  dua  pemuda  yang  tidak  kenalnya.  Yudhistira yang  berada  di  rumah  merasa  khawatir  dengan  Olivia  yang  hingga  larut  malam
belum pulang. Tiba saat Gerson mengantarkan Olivia pulang. Sampai di depan rumah kos,
saat  Olivia  turun  dari  mobil,  seorang  teman  Gerson  sengaja  menabrak  Olivia. Teman Gerson yang lain turun dan muntah. Mbok Sekar yang membukakan pintu
melihat  hal  itu  dan  menegur.  Pemuda  itu    menghina  perempuan  tua  itu.  Gerson yang  mendengar  perkataan  itu  dan  mengira  bahwa  Ananda  yang  berbicara,
menjadi berang. Karena tidak terima dengan perkataan Gerson, mereka berkelahi. Salah satu dari mereka mencoba untuk melukai Olivia dengan pisau.
Gerson  panik  dan  teringat  kembali  pertikaian  di  Ambon.  Hal  ini  membuat Gerson  tidak  bisa  berbuat  apa
–apa.  Gerson  hanya  berteriak  minta  tolong.  Tak lama kemudian Yudhistira datang membantu. Saat membantu, Yudhistira sempat
memanggil  Olivia  dengan  nama  Antonia.  Lalu  sebelum  pingsan  karena  terluka
59
tusukan  pisau,  Yudhistira  sempat  berkata  pada  Olivia  bahwa  dia  cemburu  pada Gerson.
Pada  bab  selanjutnya,  bab  tujuh  belas,  konflik  yang  dialami  Olivia  dan Yudhistira semakin meningkat. Dari penyebutan nama Antonia, berlanjut dengan
rasa  penasaran  Olivia.  Bab  tujuh  belas  ini  mengisahkan  Yudhistira  yang  dibawa ke  rumah  sakit  karena  terluka  akibat  menolong  Olivia.  Olivia  yang  masih
penasaran dengan nama Antonia bertanya pada Yudhistira tentang Antonia. Tetapi Yudhistira tidak mau menjawab.
Konflik-konflik  yang  muncul,  semakin  meningkat  tajam,  dan  puncaknya adalah  tahap  klimaks.  Tahap  klimaks  dalam  novel  terdapat  pada  bab  tiga  belas
dan  bab  dua  puluh.  Bab  ketiga  belas  mengisahkan  Karta  yang  gagal  masuk rekaman. Dia sedih karena merasa sudah gagal untuk menjadi penyanyi terkenal.
Ananda yang melihat Karta sedih mencoba untuk menenangkan. Ananda memberi nasihat agar dia tidak putus asa dan gampang menyerah. Ananda juga menyuruh
Karta  untuk  menuruti  perkataannya.  Ananda  meminta  Karta  berubah  menjadi orang yang rendah hati. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
97 Karta menatap Ananda. ”Apa?”
“Pokoke kowe meski nurut. Mau ndak?” tanya Ananda lembut. “Terus?”
“Abis tu, mesti ada yang berubah,” katanya tenang, suaranya demikian keibuan.
Yogyakart
a, 2010:163 Bab  kedua  puluh  melukiskan  rasa  penasaran  Olivia  tentang  Antonia.  Rasa
penasaran  itu  tidak  bisa  tertahan  lagi.  Waktu  mereka  berdua  berada  di  Candi Boko,  Olivia  kembali  mendesak  Yudhistira  untuk  menjelaskannya.  Yudhistira
hanya  terdiam,  tak  bisa  mengingat  apa  yang  pernah  Yudhistira  katakan.  Olivia
60
marah karena Yudhistira tetap tidak menjawab perihal Antonia. Yudhistira merasa perasaannya terluka kembali waktu Olivia menanyakan tentang Antonia. Jawaban
Yudhistira pada Olivia adalah bahwa dia pernah jatuh cinta pada Antonia. Olivia yang sedang kesal lalu berbicara bahwa dia telah dijodohkan. Yudhistira menjadi
bingung. Olivia  menanggapi  perkataan  Yudhistira  tentang  Antonia  dengan  perasaan
kesal.  Olivia  lari  meninggalkan  Yudhistira.  Olivia  pergi  sejauh  mungkin.  Ia merasa telah mencintai orang yang salah. Olivia tidak ingin jatuh cinta lagi, tetapi
sebenarnya Olivia ingin bersama Yudhistira. Hal ini telihat dalam kutipan 47. Sesudah tahap klimaks, konflik para tokoh sampai pada tahap penyelesaian.
Hal ini dapat dilihat dalam bab lima belas, bab enam belas, bab delapan belas, bab sembilan  belas,  bab  dua  puluh  satu,  bab  dua  puluh  dua,  bab  dua  puluh  tiga,  dan
epilog. Bab kelima belas berisi penyelesaian konflik Karta. Dikisahkan Karta yang
sudah berubah. Karta yang tadi sombong berubah menjadi anak yang penurut dan tidak  sombong.  Karta  diajak  Ananda  pergi  ke  Malioboro  untuk  mengamen.
Awalnya  Karta  tidak  mau,  tetapi  karena  ingin  berubah  akhirnya  Karta  mau. Sewaktu mengamen dari satu warung ke warung yang lain, Karta bertemu dengan
dua pengamen yang diejeknya. Dia berusaha lari, tetapi tidak jadi. Karta berusaha menjadi orang yang lebih baik. Akhirnya mereka mengamen bersama.
Karta  meminta  maaf  pada  kedua  pengamen  yang  dia  ejek.  Pengamen  itu memaafkan  dan  berterima  kasih  pada  Karta  karena  ejekan  Karta  waktu  itu
membuat mereka jadi sering berlatih lagi.
61
Ananda  juga  mengenalkan  Karta  pada  temannya,  Pak  Nurul  pemilik  Bar Suara  Record.  Pak  Nurul  menyuruh  Karta  datang  ke  studio  rekaman.  Karta  juga
tidak lupa pada kedua temannya yang baru dikenalnya agar mereka juga ikut. Pak Nurul  menyuruh  mereka  menjadi
backing  vocal
.  Karta  berterima  kasih  pada Ananda karena berkat Ananda, Karta berhasil mewujudkan impiannya.
Bab  enam  belas  merupakan  penyelesaian  masalah  Gerson.  Bab  ini mengisahkan Gerson  yang teringat  kembali  akan ayah dan ibunya. Ananda  yang
melihat  Gerson  berteriak  dan  menangis  mencoba  menenangkan  Gerson.  Gerson yang  melihat  Ananda  langsung  memeluk,  mengecup  pipi,  dan  mengucapkan
terima  kasih  sudah  berada  di  sini  bersama  Gerson.  Gerson  sudah  bisa  menerima kematian ayahnya. Hal ini terlihat dalam kutipan 55.
Penyelesaian masalah Yahya dimuat dalam bab delapan belas dan dua puluh satu. Pada bab delapan belas dilukiskan tentang Monalisa yang menemui Yahya di
Candi  Boko.  Monalisa  menceritakan  bahwa  Monalisa  datang  menemui  Yahya karena  mencintainya.  Monalisa  mengetahui  alamat  Yahya  dari  kepala  sekolah.
Monalisa ke rumah ibu  Yahya untuk meminta izin untuk bertemu dengan Yahya tetapi ibunya Yahya  memaki dengan menyebut bahwa Monalisa bukan perempun
suci  tetapi  Monalisa  tidak  peduli.  Karena  keberanian  Monalisa  yang memperjuangkan  cintanya,  Monalisa  mendapat  restu  dari  ibu  Yahya  dan  kepala
sekolah.  Ayah  tiri  juga  mengizinkan  untuk  menemui  Yahya  dan  Monalisa  tidak ingin lagi diperlakukan seperti istrinya.
Bab  kedua  puluh  satu  melukiskan  Yahya  yang  disuruh  Ananda  menelepon ibunya.  Yahya  mengabarkan  pada  ibunya  bahwa  Yahya  memberikan  oleh-oleh
62
untuk  ibunya  dan  dititipkan  melalui  Monalisa.  Ibunya  juga  menanyakan kebenaran  Monalisa  telah  berhenti  jadi  pelacur.  Yahya  menjawab  bahwa  dia
sudah  berhenti  menjadi  pelacur.  Ibunya  merestui  hubungan  mereka  karena keberanian  Monalisa  dan  Yahya  berterima  kasih  pada  Ananda.  Berkat  Ananda,
hubungan  Yahya  dan  ibunya    membaik.  Akhir  cerita,  Yahya  dan  Monalisa bersatu.
Bab sembilan belas melukiskan tentang Tarjo yang bertemu dengan seorang laki-laki  di  danau.  Sesudah  Tarjo  salat  magrib,  mereka  berdua  berbicara  tentang
kuliah Tarjo di jurusan akuntansi. Tarjo juga bercerita bahwa bapaknya menyuruh Tarjo masuk pesantren tetapi dia tidak mau. Tarjo menyesal karena tidak menuruti
bapaknya  padahal  ibunya  sudah  menyuruh  agar  Tarjo  menurut.  Akhirnya  Tarjo memutuskan  setelah  menyelesaikan  kuliahnya  dia  akan  masuk  persantren.  Laki-
laki  itu  berpesan  agar  rajin  masuk  kelas  rohani  bersama  Tuhan  lalu  laki-laki  itu menghilang. Ini adalah penyelesian konflik tokoh Tarjo.
Bab kedua puluh dua melukiskan tentang Olivia yang pergi dari rumah sakit karena terluka di Candi Boko. Yudhistira yang menjenguk hanya  mendapat surat
dari  Olivia  bahwa  Olivia  pulang  ke  Jakarta  untuk  menyelesaikan  masalahnya. Yudhistira  mencoba  menghubungi  Olivia  tetapi  tidak  berhasil.  Kerinduan
Yudhistira semakin mendalam, tertapi Yudhistira tidak mau menyusulnya. Di Jakarta Olivia juga merindukan Yudhistira. Tanpa Olivia ketahui, orang
tuanya  sudah  membatalkan  perjodohannya  dengan  Bernard  Wibowo.  Olivia senang  mengetahui  kabar  itu  dan  beterima  kasih  pada  ayahnya.  Ayahnya  juga
mengetahui bahwa Olivia telah menjalin hubungan dengan anak ibu kosnya yang
63
bernama  Yudhistira.  Orang  tuanya  merestui  asalkan  Olivia  bahagia  dan  tahu konsekuensi hidup karena menjalin hubungan beda agama.
Bab  dua  puluh  tiga  adalah  penyelesaian  masalah  hubungan  Olivia  dan Yudhistira.  Pada  bab  ini  dilukiskan  tentang  Olivia  yang  kembali  ke  Yogyakarta.
Sesampainya  di  Yogyakarta,  Olivia  meminta  maaf  pada  Ananda  karena  pergi tanpa  pamit  dan  Olivia  menceritakan  pada  Ananda  kejadian  yang  sebenarnya
terjadi.  Olivia  bercerita  bahwa  ayahnya  telah  membatalkan  perjodohan  dan mengizinkan Olivia memilih Yudhistira sebagai pendampingnya. Olivia meminta
maaf  pada  Yudhistira  karena  Olivia  tidak  pernah  memberi  kabar.  Akhirnya Yudhistira dan Olivia bersama dan tak terpisahkan lagi.
Bagian  terakhir  ditutup  dengan  manis  oleh  pengarang  dengan  manmpilkan rencana pernikahan Mbok Sekar. Pada bagian epilog ini Ananda menyuruh anak-
anak  kosnya  dan  Yudhistira  memberikan  kartu  ucapan  selamat  dan  tanda  tangan mereka  sebagai  hadiah  untuk  Mbok  Sekar.  Gerson  menuliskan  namanya,
sedangkan  Karta  mengambarkan  gitar  dan  tulisan  selamat  berbahagia.  Tarjo menuliskan namanya paling akhir, sedangkan Olivia menuliskan kata Yogyakarta
dengan  sebuah  sebutan  kota  cinta.  Mereka  semua  menatap  tulisan  dan membacanya.  Tarjo  menambahkan  nama  Ananda  Kamila  bude  tercinta.  Mereka
semua  tertawa.  Teryata  nama  depan  mereka  membentuk  satu  kata  Yogyakarta. Bentuk penyelesaian seperti ini dinamakan alur tertutup.
Berdasarkan  analisis  alur  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  alur  novel  ini termasuk  alur  tokohan  jika  dilihat  dari  kriteria  isinya.  Tokoh-tokoh  diceritakan
melalui bab yang berbeda dan bertemu pada bab tertentu. Yang kedua, pergantian
64
peristiwa demi peritiwa tidaklah erat. Ada beberapa cerita yang dapat dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa novel ini dapat dikategorikan alur longgar.
Sedangkan  apabila  melihat  urutan  cerita,  novel
Yogyakarta
menggunakan alur  campuran.  Cerita  dikisahkan  secara  berurutan.  Akan  tetapi,  pada  beberapa
bagian  ada  kilasan  balik  kenangan  tokoh-tokoh  semasa  mereka  kecil,  yang dinamakan alur sorot balik.
                