SELAYANG PANDANG LAPORAN SITUASI HAP 2015 FINAL

2

I. SELAYANG PANDANG

Akses dan kontrol atas tanah, air, benih; konflik agraria; belum adanya perlindungan harga produk pertanian bagi para petani kecil; kekeringan dan kebakaran lahan; adalah beberapa masalah hak asasi yang menerpa petani kecil Indonesia di tahun 2015. Selain beberapa kasus yang kasat mata dan awam bagi masyarakat baca: sering terpapar di media massa, petani sebenarnya mengalami banyak pelanggaran hak‐hak mendasarnya. Sebagai contoh, petani di Indonesia mengalami diskriminasi pada kehidupan sehari‐harinya. Dalam mengakses informasi dan hak‐hak publik, petani sering dipinggirkan. Petani sering tidak bisa mendapatkan akses air, benih, karena dianggap ndeso, bodoh, tidak mampu. Dalam tingkatan yang lebih struktural, petani dan organisasi petani tidak mendapat informasi, bantuan, atau akses hak publik dibanding kelompok atau organisasi lain yang dianggap lebih mapan. Kelaparan, juga adalah masalah pedesaan dan petani: 80 persen dari mereka yang lapar di seluruh dunia ternyata tinggal di pedesaan, terutama di negara berkembang, dan setengahnya adalah petani kecil 1 . Kehidupan sehari‐hari petani juga terus dihinggapi kemiskinan, perubahan iklim, kurangnya pembangunan; infrastruktur; juga kemajuan ilmu pengetahuan. Namun petani tak mau tinggal diam. Memang benar, mayoritas kaum tani masih tertindas. Di sisi lain, upaya‐upaya untuk menuntut, memajukan, dan menegakkan hak asasi petani juga tak surut. Di tingkat nasional dan internasional, petani telah berhasil membuat alat monitoring untuk hak asasi petani. Deklarasi hak asasi petani adalah hasil pemikiran petani Indonesia. Ia telah tercatat dalam sejarah sebagai usaha dari desa untuk institusionalisasi hak‐hak mendasar petani. Deklarasi ini dibentuk dari diskusi panjang di lapangan dan pertemuan‐pertemuan petani: ia mengendap sejak era Orde Baru, diwacanakan sejak awal reformasi, dan dilatih terus‐menerus sejak dicetuskan pada tahun 2000 2 . Dalam tingkat nasional, ia telah menjadi dasar pembentukan UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani No. 192013. Di tingkat internasional, deklarasi ini menjadi bangunan dasar draft Deklarasi Perserikatan Bangsa‐Bangsa tentang Hak Asasi Petani dan Masyarakat Pedesaan 3 . Serikat Petani Indonesia SPI melakukan berbagai upaya untuk memastikan kebijakan‐kebijakan publik yang sejalan dengan pemajuan, penghormatan, dan penegakan hak asasi petani. SPI juga turut serta melakukan pemantauan terhadap berbagai bentuk pelanggaran atas hak asasi petani. Laporan ini merupakan upaya untuk membangun kesadaran publik terhadap kondisi petani serta pentingnya perlindungan terhadap hak asasi petani. Sebagai alat monitoring, kami menggunakan deklarasi hak asasi petani. Dokumen ini merupakan hasil pendataan, analisis, dan penilaian SPI terhadap situasi hak asasi petani di Indonesia sepanjang tahun 2015. Laporan ini disusun berdasarkan data‐data pendukung yang dikumpulkan baik dari laporan anggota SPI, hasil investigasi, informasi dari lembaga lain, pengamatan, serta informasi dari media massa. Berdasarkan data‐data tersebut, kami berupaya menganalisis tentang gambaran umum situasi hak asasi petani di Indonesia. 1 Data Komite Penasihat Dewan Hak Asasi Manusia PBB AHRC1640. 2 Deklarasi Hak Asasi Petani adalah satu instrumen yang dihasilkan petani anggota SPI bersama masyarakat sipil lain yang berisi hak‐hak mendasar petani—baik yang sudah ada pada instrumen hak asasi sebelumnya maupun hak‐hak baru. Ada sebelas 11 set hak yang didorong menjadi kebijakan publik, juga sebagai alat monitoring. Versi awal dokumen ini bisa diunduh di http:www.spi.or.idwp‐contentuploads200808hak_asasi_petani.pdf 3 Upaya untuk mewujudkan sebuah Deklarasi PBB tentang hak asasi petani dimulai sejak tahun 2008, dan saat ini sudah pada tahap pembahasan oleh Intergovernmental Working Group di sesi yang kedua. Referensi proses dan dokumen silakan akses http:www.ohchr.orgENHRBodiesHRCRuralAreasPages2ndSession.aspx 3

II. SITUASI HAK ASASI PETANI INDONESIA 2015