KONSEP REZEKI DALAM ISLAM

menurut Mulawarman 2006, 292-303 adalah pertambahan nilai zaka material baik finansial, sosial dan lingkungan yang telah disucikan tazkiyah mulai dari pembentukan, hasil sampai distribusi zakka, kesemuanya harus halal dan tidak mengandung riba spiritual serta thoyib batin. Implikasinya, pertama, proses pembentukan VA dalam batas-batas yang diperbolehkan syara’ halal dan bermanfaatmenenangkan batin thoyib. Sebaliknya aktivitas ekonomi yang melanggar ketentuan adalah Haram. Kedua, pertumbuhan harta dan mekanisme usaha harus dilakukan untuk menghilangkan sifat berlebihan dalam perolehan harta dan menjalankan aktivitas usaha bebas riba 6 . Ketiga, distribusi VA harus dilakukan secara optimal untuk kebaikan sesama, merata dan tidak saling menegasikan. Seberapapun keikutsertaan harus dicatat dan diakui sebagai potensi mendapat hak pembagian VA.

3. KONSEP REZEKI DALAM ISLAM

Mencari rezeki dalam perspektif Islam adalah bentuk ma’isyah setiap Muslim yang berdampak kekayaan penuh berkah. Perolehan rezeki berbentuk uang atau harta jika tanpa niatan untuk beribadah menuju ketakwaan, maka niat tersebut hanya sebatas keuntungan yang didapat. Ketika mencari rezeki diniatkan dan diibadahkan untuk selalu mengharap ridha Allah, maka rezeki tersebut memberi keuntungan atau laba dalam arti bernilai lebih dan barakah. Bila dilihat lebih lanjut, sifat Allah yang Maha memberi Rahmat, Rahman dan Berkah hanya diperuntukkan bagi manusia yang memang bekerja dengan orientasi ketakwaan. Sedangkan sifat Allah yang Maha memberi Rahim memang diperuntukkan untuk seluruh manusia. Artinya, bila manusia mencari rezeki tetapi 6 Dari sisi finansial, bebas riba adalah kerja sama berdasar prinsip bai’ atau bagi hasil. Dari sisi kepentingan sosial dan lingkungan, bebas riba dengan melakukan relasi sosial dan lingkungan alam secara pro-aktif berlandaskan prinsip shadaqah. 7 tidak disertai takwa, mereka tetap mendapatkan rezeki sesuai dengan kerjanya, tetapi tidak mendapatkan berkah, rahmat dan rahman dari Allah. Konsep Rezeki 7 sebenarnya bersandarkan pada kata utama dari satu nama Allah, yaitu Rabb. Kata Rabb dapat ditemukan misalnya dalam Al Qur’an Surat Al Fathihah ayat 2, Rabb yang berada dalam satu kalimat Rabbil’alamin, menunjuk Tuhan sebagai Tuhan Yang Ditaati, Yang Memiliki, Yang Mendidik dan Yang Memelihara. Sedangkan dalam etimologi Arab dapat berarti dua hal, yaitu Penguasa Sovereign dan Pemberi Rezeki Sustainer Muslehudin 2004, 100. 8 Rezeki dalam kata Rabb di sini bermakna bahwa Allah adalah tempat dan pusat dari rezeki itu sendiri. Hanya Allah pemilik dan pemberi Rezeki atau kenikmatan baik dunia maupun akhirat. Rezeki dengan demikian terikat dengan konteks spiritualitas. Kita tidak dapat memisahkan konteks rezeki atau kehidupan dunia yang penuh kenikmatan misalnya dengan kehidupan di akherat. Artinya, dalam makna rezeki itu sendiri telah melekat dua prinsip akuntansi yang tak terpisahkan. Dalam nash Qur’an makna rezeki atau penghidupan seperti tertulis dalam Surat An- Naba’ ayat 11 ”Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” Dari penelusuran konsep Qur’an tersebut dapat dimaknai bahwa sebenarnya konsep rezeki atau penghidupan memang sangat sarat dengan nilai-nilai Ketuhanan Ilahiyyah, sarat-sarat nilai kesucian atas apa yang kita lakukan dalam menjalani hidup. Semua ini menurut Muslehudin 2004, 102 merupakan implementasi dari Keadilan Ilahi yang bertujuan untuk keadilan sosial yang diupayakan oleh Hukum 7 Beberapa konsep kunci penting mengenai rezeki menurut Al Qur’an, pertama, rezeki berasal dari Allah QS. 51: 22, Huud: 6, Az Zukhruf: 32. Kedua, rezeki harus dihitung sesuai akhlak Islami QS. 14: 34. Ketiga, semua perolehan rezeki berkaitan dengan penegasan keimanan dan ketakwaan seseorang QS. 7:96. Keempat, rezeki yang berorientasi ketakwaan akan memunculkan berkah QS. Huud: 73; QS. 7: 96 dan kemenangan yang besar QS. Al Ahzaab: 70-71. 8 Muslehudin 2004 menghubungkan dua makna tersebut sebagai sebuah hubungan antara konteks ekonomi dan politik, tetapi dalam konteks penelitian ini tidak akan membahas hal tersebut lebih jauh. Yang jadi perhatian di sini adalah menekankan salah satu makna yang berhubungan dengan konsepsi ekonomi, yaitu pemberi rezeki. 8 Ilahi. Allah menjanjikan penghidupan kepada semua makhlukNya bahkan membagi berdasarkan kebutuhan dan kapasitasnya. Kepada sebagian orang, Allah memberi kelimpahan, sementara kepada sebagian lainnya memberikan keterbatasan, tetapi dengan janji Allah bahwa Allah akan menjaga semua bertahan dengan tidak mengalami pengurangan. Prinsip keadilan dalam akuntansi seperti juga dijelaskan Irianto 2003; 2006 adalah bentuk perilaku bisnis dan pencatatan dalam melihat perolehan keuntungan harus tetap mengedepankan amanat Tuhan, dan bahkan menghadirkanNya dalam proses pencatatan transaksi bisnis itu sendiri.

4. METODE PENELITIAN: HYPERPHENOMENOLOGY METHODS