Keterkaitan Antarwilayah Kondisi Umum
III.I-13
Keterkaitan antarwilayah saat ini masih belum optimal. Berdasarkan data Input Output Antardaerah tahun 2005, perdagangan antarwilayah di Sumatera, Jawa Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara masih sangat terbatas. Arus perdagangan antarwilayah sebagian besar terjadi antara Jawa-Bali dan Sumatera.
Sementara, perdagangan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara sebagian besar hanya terjadi dengan wilayah Jawa Bali. Kondisi ini
menyiratkan bahwa keterkaitan ekonomi di kawasan barat Indonesia lebih berkembang dibanding kawasan timur Indonesia.
Bahan baku sebagian besar diperoleh dari masing-masing wilayah 80,65 persen, dari perdagangan antarwilayah mencapai 8,21 persen, dan dari impor
mencapai 10,09 persen. Perdagangan bahan baku antara wilayah Jawa-Bali dan Sumatera mencapai 4,78 persen, Jawa-Bali dan Kalimantan mencapai 1,46 persen, Jawa-
Bali dan Sulawesi mencapai 1,01 persen, Jawa-Bali dan Maluku mencapai 0,08 persen, Jawa-Bali dan Papua mencapai 0,61 persen, dan Jawa-Bali dan Nusa Tenggara mencapai
0,40 persen. Sementara, perdagangan bahan baku antarwilayah di luar Jawa Bali hanya 0,93 persen Gambar 1.9. Tantangan dalam lima tahun mendatang adalah membuka
jalur dan dan memperluas jaringan perdagangan antardaerah dengan dukungan infrastruktur, pengembangan pusat-pusat perdagangan, penghapusan hambatan
perdagangan antardaerah, serta pengembangan jaringan transportasi dan komunikasi.
III.1-14 GAMBAR 1.9
ALIRAN INPUT PRODUKSI ANTARWILAYAH DALAM PERSEN TERHADAP TOTAL INPUT NASIONAL
Sumber : Tabel Inter Regional Input Output 2005 diolah
Dalam perdagangan hasil produksi output antarwilayah, hasil produksi yang digunakan sendiri di masing-masing wilayah mencapai 74,40 persen, diperdagangkan
antarwilayah mencapai 8,59 persen, dan diekspor ke luar negeri mencapai 17,01 persen. Perdagangan hasil produksi antara wilayah Jawa-Bali dan Sumatera mencapai
4,77 persen dari total nilai output, antara wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan mencapai 1,43 persen, antara wilayah Jawa-Bali dan Sulawesi mencapai 0,84 persen, antara
wilayah Jawa-Bali dan Maluku mencapai 0,07 persen, antara wilayah Jawa-Bali dan Papua mencapai 0,42 persen, dan antara wilayah Jawa-Bali dan Nusa Tenggara
mencapai 0,39 persen. Dengan demikian, perdagangan hasil produksi antarwilayah di luar Jawa Bali hanya 0,67 persen Gambar 1.10. Kondisi ini menunjukkan bahwa pusat
perdagangan masih terbatas di Jawa-Bali. Dengan demikian, tantangan dalam lima tahun mendatang adalah membuka jalur dan dan memperluas jaringan perdagangan
antardaerah, serta mendorong pengembangan pusat-pusat perdagangan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Keterangan:
III.I-15 GAMBAR 1.10
ALIRAN OUTPUT PRODUKSI ANTARWILAYAH DALAM PERSEN TERHADAP TOTAL OUTPUT NASIONAL
Sumber : Inter Regional Input Output 2005 diolah
Wilayah Jawa-Bali menjadi pusat perdagangan bahan baku dan hasil produksi nasional. Dengan pola perdagangan seperti itu, kegiatan investasi baik di Jawa-Bali
maupun di luar Jawa-Bali akan memberikan nilai tambah lebih besar bagi wilayah Jawa- Bali baik berupa meningkatnya permintaan bahan baku maupun meningkatnya
permintaan konsumsi hasil produksi. Kenaikan investasi di luar Jawa-Bali akan diikuti oleh meningkatnya bahan baku yang berasal dari wilayah Jawa Bali seperti pupuk,
bahan kimia, semen, mesin, kendaraan dan alat-alat berat. Peningkatan pendapatan wilayah luar Jawa-Bali sebagai hasil kegiatan investasi akan diikuti oleh meningkatnya
permintaan berbagi hasil produksi dari Jawa-Bali berupa tekstil, barang-barang elektronik, kendaraan, makanan olahan dan hasil produksi lainnya. Kondisi ini akan
menyebabkan pemusatan kegiatan ekonomi di wilayah Jawa-Bali dan menyebabkan ketimpangan antarwilayah sulit teratasi. Tantangan yang harus diatasi dalam lima tahun
mendatang adalah mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Keterangan: E = ekspor ke luar negeri
III.1-16
Dengan memperhitungkan nilai perdagangan luar negeri ekspor dan impor, lemahnya keterkaitan ekonomi antarwilayah telah mengakibatkan terjadinya
kehilangan nilai ekonomi yang cukup besar. Dalam perdagangan bahan baku, nilai impor total lebih besar dibanding nilai perdagangan domestik antarwilayah. Rasio bahan baku
yang digunakan di wilayah Jawa-Bali dari impor dan bahan baku dari perdagangan antarwilayah adalah sebesar 2,15. Hal ini menyiratkan bahwa perluasan dan penguatan
keterkaitan produksi dan perdagangan antarwilayah akan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Selain itu, nilai perdagangan bahan baku dengan luar negeri untuk
seluruh wilayah lebih besar dari nilai perdagangan antarwilayah, kecuali untuk wilayah Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Sebagai wilayah kepulauan yang tidak memiliki
prasarana pendukung kegiatan ekspor-impor berskala besar, hasil produksi yang dihasilkan wilayah Maluku dan Nusa Tenggara lebih banyak dikirim ke wilayah Jawa-
Bali. Kondisi ini menegaskan bahwa pengembangan pusat produksi dan perdagangan di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua menjadi penting dan
mendesak dalam memperkuat keterkaitan antarwilayah.
Perdagangan internasional merupakan salah satu upaya memacu pembentukan nilai tambah yang lebih besar. Salah satu persyaratan adalah membangun rantai
kegiatan mulai dari hulu sampai hilir untuk menghasilkan komoditas yang memiliki nilai tambah tinggi dengan menggunakan sumber daya lokal. Dari data Input Output
Antardaerah 2005 diketahui bahwa wilayah Jawa-Bali memasok bahan baku dan hasil produksi ke wilayah lain dalam bentuk hasil produksi industri pengolahan yang
dikonsumsi langsung seperti makanan dan minuman, tekstil, alas kaki, pulp dan kertas serta karet dan barang dari karet, serta bahan baku produksi seperti bahan kimia,
semen, besi baja dan logam dasar bukan besi, mesin listrik dan peralatan listrik, serta alat angkutan dan perbaikannya. Struktur produksi wilayah Jawa Bali menunjukkan 44
persen dari nilai output total diperoleh dari sektor industri pengolahan dengan menggunakan bahan baku sebagian besar dari impor. Sementara, wilayah Sumatera,
Kalimantan dan Papua, nilai produksi total berasal dari hasil primer baik berupa hasil hutan maupun hasil tambang. Komposisi produksi primer di wilayah Sumatera
mencapai 37,29 persen, Kalimantan mencapai 57,29 persen, dan Papua mencapai 79,18 persen.
Kondisi tersebut menyiratkan bahwa peningkatan permintaan konsumsi di seluruh wilayah akan diikuti dengan peningkatan hasil produksi industri pengolahan di
wilayah Jawa-Bali dan sekaligus diikuti oleh peningkatan impor bahan baku industri pengolahan. Sementara, pembiayaan impor dilakukan dengan meningkatkan ekspor
bahan primer yang dihasilkan dari wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Pola produksi seperti itu akan menyebabkan eksploitasi
sumber daya alam dan lingkungan di wilayah tersebut dan kurang berkembangnya keterkaitan ekonomi antarwilayah. Struktur ekonomi yang demikian akan mempercepat
terjadinya degradasi lingkungan, terkurasnya sumber daya alam, meningkatnya ketergantungan terhadap impor dan meningkatnya kesenjangan antara wilayah Jawa
III.I-17
Bali dengan wilayah lainnya. Oleh sebab itu, tantangan dalam lima tahun mendatang adalah mengembangkan perekonomian nasional dengan memperkuat keterkaitan
antarwilayah, membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan di
luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan prasarana dan sasraan, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik dan penyediaan air bersih;
serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan minimal.
Penguatan keterkaitan antarwilayah juga perlu mempetimbangkan struktur ekonomi wilayah terutama dari segi sektor penyumbang PDRB, sektor pendorong
pertumbuhan ekonomi dan sektor penyerap tenaga kerja. Struktur ekonomi nasional didukung oleh sektor industri pengolahan sebesar 25,91 persen, sektor perdagangan
18,46 persen dan sektor pertanian 15,27 persen. Sektor pertanian menjadi penyumbang utama PDRB di seluruh wilayah dengan kontribusi terbesar wilayah Maluku 32,6
persen dan terrendah wilayah Jawa Bali 11,3 persen. Sementara, sektor industri pengolahan berkembang di tiga wilayah, yaitu Sumatera, Jawa-Bali dan Kalimantan. Di
wilayah lainnya sektor industri pengolahan tidak terlalu dominan. Selain itu, terdapat pula sektor pertambangan yang termasuk tiga besar dalam menyumbang perekonomian
wilayah di Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara serta Papua.
TABEL 1.5 STRUKTUR PEREKONOMIAN, PERTUMBUHAN DAN SERAPAN TENAGA KERJA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005-2008
Provinsi Sektor Utama
Penyumbang PDRB Sektor Utama Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Utama
Penyerap Tenaga Kerja
Nanggroe Aceh Darussalam
Pertanian 25,54, Pertambangan dan
penggalian 24,06, Industri Pengolahan
13,99 Listrik, Gas dan Air
Bersih8,31, Bangunan9,78,
Pengangkutan dan Komunikasi 8,33
Pertanian54,16, Perdagangan, Hotel dan
Restoran6,41, Jasa-jasa14,38
Sumatera Utara Pertanian 25,4, Industri
Pengolahan 24,71, Perdagangan hotel dan
restoran 18,57 Bangunan10,81,
Pengangkutan dan Komunikasi11,75,
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan10,59
Pertanian49,69, Perdagangan, Hotel dan
Restoran20,98, Jasa-jasa10,76
Sumatera Barat
Pertanian 25,26, Perdagangan, hotel dan
Restoran 17,21, Pengangkutan dan
Listrik, Gas dan Air Bersih8,73, Pengangkutan
dan Komunikasi9,45, Keuangan, Persewaan dan
Pertanian50,04, Perdagangan, Hotel dan
Restoran20,93,Jasa- jasa,12,19
III.1-18
Provinsi Sektor Utama
Penyumbang PDRB Sektor Utama Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Utama
Penyerap Tenaga Kerja
komunikasi 14,79 Jasa Perusahaan7,02
Riau Pertanian 20,82,
Pertambangan dan penggalian 43,39,
Industri Pengolahan 18,66
Pertanian3,16, Bangunan1,4, Jasa-
jasa4,97 Pertanian46,67,
Perdagangan, Hotel dan Restoran17,25, Jasa-
jasa,14,34
Jambi Pertanian 21,79,
Pertambangan dan penggalian 21,86,
Industri Pengolahan 18,25
Bangunan13,48, Perdagangan, Hotel dan
Restoran7,81, Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan12,79 Pertanian58,22,
Perdagangan, Hotel dan Restoran15,24, Jasa-
jasa,11,12
Sumatera Selatan
Pertanian 18,10, Pertambangan dan
penggalian 26,08, Industri Pengolahan
22,06 Pengangkutan dan
Komunikasi11,91, Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan8,69, Jasa- jasa8,91
Pertanian62,56, Perdagangan, Hotel dan
Restoran14,91, Jasa- jasa8,43
Bengkulu Pertanian 38,57,
Industri Pengolahan 10,06, Perdagangan
hotel dan restoran 16,29 Pertanian6,39, Listrik, Gas
dan Air Bersih7,03, Jasa- jasa6,93
Pertanian65,25, Perdagangan, Hotel dan
Restoran12,52, Jasa- jasa10,16,
Lampung Pertanian 35,89,
Industri Pengolahan 14,43, Perdagangan,
Hotel dan Restoran 14,61
Pertanian5,84, Pengangkutan dan
Komunikasi6,22, Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan7,98 Pertanian59,63,
Perdagangan, Hotel dan Restoran15,58, Jasa-
jasa9,22
Bangka Belitung
Pertanian 23,72, Pertambangan dan
Penggalian 17,46, Industri Pengolahan
18,84 Bangunan8,21,
Perdagangan12,87, Jasa- jasa10,42
Pertanian32,80, Pertambangan dan
Penggalian24,58, Perdagangan, Hotel dan
Restoran17,61
Kepulauan Riau Pertambangan9,81,
Industri pengolahan53,49,
Pedagangan, Hotel dan Restoran13,40
Listrik,Gas dan Air bersih53,66,
Bangunan23,5, Pengangkutan dan
Komunikasi12,24 Pertanian30,54,
Industri Pengolahan18,81,
Perdagangan, Hotel dan Restoran15,93
III.I-19
Provinsi Sektor Utama
Penyumbang PDRB Sektor Utama Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Utama
Penyerap Tenaga Kerja
DKI Jakarta Industri Pengolahan
16,67, Perdagangan, Hotel dan Restoran
20,32, Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 28,99 Bangunan7,11,
Perdagangan7,01, Pengangkutan dan
Komunikasi12,24 Industri
Pengolahan17,56, Perdagangan, Hotel dan
Restoran34,57, Jasa- jasa26,51
Jawa Barat
Industri Pengolahan 36,90, Perdagangan
Hotel dan Restoran 19,69, Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan 9,9
Pertanian6,42, Industri Pengolahan7,32,
Bangunan8,98 Pertanian27,52,
Industri Pengolahan18,18,
Perdagangan, Hotel dan Restoran25,59
Jawa Tengah Pertanian 19,75,
Industri Pengolahan 33,58, Perdagangan,
Hotel dan Restoran 19,8 Pertamabangan dan
Penggalian7,75, Listrik, Gas dan Air Bersih6,56,
Pengangkutan dan Komunikasi6,77
Pertanian37,09, Industri
Pengolahan21,73, Perdagangan, Hotel dan
Restoran12,36
D.I Yogyakarta
Petanian 17,99, Perdagangan, Hotel dan
Restoran 28,4, Jasa-jasa 28,23
Pertanian11,32, Pengangkutan dan
Komunikasi4,76, Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan5,43 Pertanian35,34,
Perdagangan, Hotel dan Restoran22,98, Jasa-
jasa16,29
Jawa Timur Pertanian, Industri
Pengolahan, Perdagangan Hotel dan Rrestoran
Pertanian9,41, Listrik, Gas dan Air Bersih8,08,
Pengangkutan dan Komunikasi6,48
Pertanian44,32, Industri
Pengolahan19,27, Perdagangan, Hotel dan
Restoran12,21
Banten
Pertanian 10,63, Industri Pengolahan
46,3, Perdagangan, Hotel dan Restoran
18,85 Pertambangan dan
Penggalian7,86, Perdagangan, Hotel dan
Restoran9,79, Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan11,26 Pertanian22,72,
Industri Pengolahan26,26,
Perdagangan, Hotel dan Restoran14,28
Bali Pertanian23,00,
Perdagangan, Hotel dan Restoran26,47,
Jasa-jasa15,91 Listrik, Gas dan Air
Bersih6,82, Perdagangan Hotel dan Restoran5,62,
Pengangkutan dan Komunikasi6,38
Pertanian34,59, Industri
Pengolahan22,21, Perdagangan, Hotel dan
Restoran14,02
III.1-20
Provinsi Sektor Utama
Penyumbang PDRB Sektor Utama Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Utama
Penyerap Tenaga Kerja
Nusa Tenggara Barat
Pertanian24,60, Prtambangan dan
Penggalian31,40, Perdagangan, Hotel dan
Restoran11,91 Listrik, Gas dan Air
Bersih9,77, Bangunan12,51, Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan6,99
Pertanian49,58, Perdagangan, Hotel dan
Restoran14,89, Jasa-jasa12,51
Nusa Tenggara Timur
Pertanian35,48, Perdagangan, Hotel dan
Restoran15,57, Jasa- jasa16,37
Perdagangan, Hotel dan Restoran6,48,
Pengangkutan dan Komunikasi7,58,
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan6,64
Pertanian74,82, Industri
Pengolahan5,86, Jasa- jasa7,46
Kalimantan Barat
Pertanian18,72, Industri Pengolahan32,27,
Prdagangan, Hotel dan Restoran20,97
Pertanian9,37, Pertambangan dan
Penggalian8,68, Pengangkutan dan
komunikasi6,10 Pertanian62,80,
Perdagangan, Hotel dan Restoran12,24, Jasa-
jasa8,13
Kalimantan Tengah
Petanian30,35, Perdagangan, Hotel dan
Restoran22,53, Jasa- jasa12,97
Pertambangan dan Penggalian143,31,
Listrik,Gas dan Air Bersih11,64, Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan32,64
Pertanian62,54, Perdagangan, Hotel dan
Restoran12,54, Jasa- jasa10,30
Kalimantan Selatan
Pertanian21,05, Pertambangan dan
penggalian25,62, Perdagangan, Hotel dan
Restoran13,96 Pertambangan dan
Penggalian20,69, Bangunan8,07
Perdagangan, Hotel dan Restoran10,95
Pertanian47,35, Perdagangan, Hotel dan
Restoran22,04 ,Jasa- jasa9,82
Kalimantan Timur
Pertambangan41,26, Industri
Pengolahan34,44, Pedagangan, Hotel dan
Restoran6,98 Perdagangan8,99,
Pengangkutan dan Komunikasi9,92,
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan9,58
Pertanian38,43, Perdagangan, Hotel dan
Restoran17,26, Jasa- jasa12,17
Sulawesi Utara Pertanian23,65,
Bangunan12,92, Perdagangan, Hotel dan
Restoran18,54 Listrik, Gas dan Air
Bersih10,14, Pengangkutan dan
Komunikasi7,57, Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan7,97 Pertanian39,65,
Perdagangan, Hotel dan Restoran15,17, Jasa-
jasa14,83
III.I-21
Provinsi Sektor Utama
Penyumbang PDRB Sektor Utama Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Utama
Penyerap Tenaga Kerja
Sulawesi Tengah
Pertanian36,59, Perdagangan, Hotel dan
Restoran13,12, Jasa- jasa12,00
Pertambangan dan Penggalian34,10, Industri
Pengolahan10,33, Pengangkutan dan
Komunikasi13,02 Pertanian62,70,
Perdagangan, Hotel dan Restoran12,39, Jasa-
jasa11,84
Sulawesi Selatan
Pertanian17,66, Pertambangan dan
Penggalian25,70, Industri
Pengolahan24,50 Listrik, Gas dan Air
Bersih7,51, Bangunan6,98,
Pengangkutan dan Komunikasi7,64
Pertanian52,76, Perdagangan, Hotel dan
Restoran17,99, Jasa- jasa9,14
Sulawesi Tenggara
Pertanian33,40, Perdagangan, Hotel dan
Restoran25,70, Jasa- jasa13,80
Industri Pengolahan11,05, Listrik, Gas dan Air
Bersih11,36, Pengangkutan dan
Komunikasi10,24 Pertanian57,95,
Perdagangan, Hotel dan Restoran14,98, Jasa-
jasa10,90
Gorontalo Pertanian33,14,
Perdangangan, Hotel dan Restoran16,07, Jasa-
jasa15,93 Pertambangan dan
Penggalian9,50, Pengangkutan dan
Komunikasi8,39, Jasa- jasa10,37
Pertanian54,19, Perdagangan, Hotel dan
Restoran11,48, Jasa- jasa15,13
Sulawesi Barat Pertanian20,44,
Pertambangan dan penggalian52,49,
Perdagangan, Hotel dan Restoran6,42
Pertambangan dan Penggalian16,21,
Bangunan14,41, Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan15,33. Pertanian63,43,
Perdagangan, Hotel dan Restoran12,60,
Jasa-jasa8,72
Maluku Pertanian34,33,
Perdagangan, Hotel dan Restoran22,66, Jasa-
jasa18,65 Industri Pengolahan6,83,
Bangunan6,12, Pengangkutan dan
Komunikasi9,08 Pertanian64,47,
Perdagangan, Hotel dan Restoran9,93, Jasa-
jasa12,00
Maluku Utara Pertanian43,97,Industri
Pengolahan10,97, Perdagangan, Hotel dan
Restoran18,29 Perdagangan Hotel dan
Restoran7,15, Pengangkutan dan
Komunikasi9,21 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan7,32. Pertanian60,44,
Perdagangan, Hotel dan Restoran12,56, Jasa-
jasa10,68
Papua Barat Pertanian26,64,
Pertambangan dan Penggalian16,68,
Industri Bangunan13,02,
Pengangkutan dan Komunikasi12,87,
Keuangan, Persewaan dan Pertanian48,40,
Perdagangan, Hotel dan Restoran12,11,
Jasa-jasa19,20
III.1-22
Provinsi Sektor Utama
Penyumbang PDRB Sektor Utama Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Utama
Penyerap Tenaga Kerja
Pengolahan20,50 Jasa Perusahaan13,49.
Papua Pertanian11,99
Pertambangan dan Penggalian64,95,
Perdagangan, Hotel dan Restoran5,50
Pertambangan dan Penggalian4,65,
Pengangkutan dan Komunikasi3,66,
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan16,44
Pertanian75,79, Perdagangan, Hotel dan
Restoran6,75, Jasa- jasa8,47
Sumber : Badan Pusat Statistik diolah
Dengan memperhatikan perbedaan karakteristik antarwilayah, pembangunan berbasis kewilayahan merupakan jawaban untuk mendorong peningkatan produktivitas
dan daya saing nasional dengan mengutamakan pengelolaan sumber daya lokal secara lebih efisien dan efektif guna mendorong keserasian dan keseimbangan pembangunan
antarwilayah, serta memperhatikan kaidah pembangunan secara berkelanjutan dan menjaga kesinambungan pembangunan.