Eksplorasi dan Identifikasi Beberapa Aksesi Bawang Merah Lokal Samosir (Allium Ascalonicum L.) di Pulau Samosir
lampiran 1. Deskripsi Peubah Amatan
Bentuk umbi (Bulb shape)
Bentuk umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut :
1 Flat
2 Flat globe
3 Rhomboid
4 Broad oval
5 Globe
6 Broad elliptic
7 Ovate (elongated oval)
8 Spindle
9 High top
10 Lainnya
Gambar 1. Bentuk umbi bawang merah
Warna umbi (Bulb colour)
Warna umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut :
1 Putih
2 Krem
3 Hijau/putih
Universitas Sumatera Utara
4 Ungu/putih
5 Lainnya
Warna kulit umbi (Clove colour)
Warna kulit umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut :
1 Putih
2 Kuning
3 Kuning kecokelatan
4 Cokelat terang
5 Cokelat
6 Cokelat gelap
7 Hijau (Hijau muda kekuningan)
8 Ungu terang
9 Ungu gelap
10 Lainnya
Warna daun (Folliage colour)
1 Hijau terang
2 Hijau kekuningan
3 Hijau
4 Hijau keabu-abuan
5 Hijau gelap
6 Hijau kebiruan
7 Hijau keunguan
10 Lainnya
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Deskripsi Bawang Merah Varietas Medan
Asal tanaman
: Kabupaten Samosir
Umur mulia berbunga
: 52 hari
Umur panen (60% batang melemas) : 70 hari
Tinggi tanaman
: 27 – 41 cm
Jumlah anakan
: 6 – 12 umbi
Jumlah daun per umbi
: 6 – 10 helai
Jumlah daun per sampel
: 22 – 43 helai
Bentuk daun
: silindris berlubang
Warna daun
: hijau kekuningan
Panjang daun
: 20 – 25 cm
Diameter daun
: 3 – 4 mm
Bentuk bunga
: seperti payung
Warna bunga
: putih
Bentuk biji
: bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji
: hitam
Bentuk umbi
: bulat
Warna umbi
: merah muda kekuning-kuningan
Diameter umbi
: 12-25 mm
Berat susut umbi basah-kering
: 24,7 %
Potensi hasil
: 7,4 ton umbi kering per hektar
Keterangan
: cocok untuk dataran rendah dan tinggi
Pengusul/Peneliti
: Hendro Sunarjo, Prasojo, Darliah, dan
Nasrun Horizon Arbain.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jenis Kegiatan
1
x
Minggu Penelitian
2
3
4
Persiapan Alat dan Bahan
Penentuan Lokasi
x
Wawancara Langsung
Pengambilan Sampel
Pengamatan Parameter
Umur Mulai Berbunga
Umur Panen
Warna Bunga
Bentuk Bunga
Panjang Tanaman
Jumlah Anakan Per Rumpun
Jumlah Daun
Warna Daun
Bentuk Daun
Bentuk Umbi
Jumlah Umbi per Tanaman
Berat Basah Umbi
Berat Kering Umbi
Berat 100 umbi
Warna Umbi
Warna Kulit Umbi
5
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4.
DAFTAR PERTANYAAN SURVEI
EKSPLORASIDAN IDENTIFIKASI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH LOKAL
SAMOSIR (Allium ascalonicum L.) DI PULAU SAMOSIR
Lokasi
Kabupaten
:
Kecamatan
:
Desa
:
Dusun
:
Identitas responden
Nama dan Marga
:
Pendidikan Terakhir
:
Jumlah Anggota Keluarga
:
Jumlah Tanggungan
:
Kursus/Latihan yang pernah diikuti :
Kegiatan lain diluar usahatani:
Samosir, ......................2015
Petugas Survei,
Universitas Sumatera Utara
I. DATA USAHATANI/PETANI RESPONDEN
1. Berapa luas tanaman bawang yang saudara usahakan sekarang?
a. Umur..........Luas..........ha
b. Umur..........Luas..........ha
c. Umur..........Luas..........ha
2. Sudah berapa lama Saudara/i menekuni usahatani Bawang Merah?...... tahun
3. Berapa rata-rata pendapatan Saudara/i dai sahatani Bawang Merah?
Rp. .....................,
II. ASAL USUL DAN JENIS/TIPE VARIETAS
1. Asal usul tanaman bawang merah di Kabpaten Samosir
a. Menurut Saudara/i sejak kapan tanaman bawang merah dibudidayakan di
daerah ini
b. Siapa yang memperkenalkan pertama kali ke desa ini
2. Jenis varietas yang Saudar/i tanam?....................
3. Sudah berapa lama varietas tersebut saudar tanam?........... tahun
4. Apakah menurut Saudara/i varietas yang saudara/i tanam adlah yang disebut
bawang lokal Samosir?..............................................
5. Menurut Saudara/i ciri-ciri khas atau karakter apakah yang membedakan antara
jenis/tipe/varietas bawang merah?
No.
Jenis/Tipe/Varietas
Bawang Merah
Ciri-ciri Pembeda (Bentuk Daun, Bentuk
Umbi, Aroma, Warna kulit dll)
1.
2.
3.
4.
5.
Universitas Sumatera Utara
6. Apakah keunggulan dan kelemahan masing-masing varietas/tipe/jenis bawang
merah tersebut:
Kelebihan:
1.
2.
3.
4.
5.
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
Kelemahan:
1.
2.
3.
4.
5.
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA
1. Coba dijelaskan persiapan lahan yang Anda lakukan untuk pertanaman bawang
merah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2. Menurut pengalaman Anda kriteria bibit yang baik bagaimana?
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
3. Apakah ada perlakuan khusus pada bibit bawang merah sebelum ditanam?
.....................................................................................................
.....................................................................................................
4. Sebutkan pemeliharaan yang telah dilakukan selama ini?
.....................................................................................................
Universitas Sumatera Utara
.....................................................................................................
.....................................................................................................
5. Proses panen dan pasca panen yang dilakukan?
.....................................................................................................
.....................................................................................................
6. Pada umur berapa biasanya tanaman mulai berbunga?
....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
7. Pada umur berapa tanaman dapat dipanen?
....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Hasil Identifikasi Karakter Bawang Merah Lokal tiap Aksesi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan per rumpun
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi hasil
Ciri-ciri
: Hatoguan
: 40 hari
: 70-75 hari
: 34,91 cm
: 3-8 anakan
: 23-54 helai
: silindris berlubang
: hijau muda
: seperti payung
: putih
: globe
: Ungu / putih
: 17.85 mm
: 13,71 %
: 7,47 ton umbi kering per
hektar
Ciri
: Palipi
: 40 hari
: 70-75 hari
: 23,85 cm
: 2-7 anakan
: 11-31 helai
: silindris berlubang
: hijau muda
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 14,477 mm
: 21,63 %
: 3,04 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
Ciri
: Gopal
: 40 hari
: 70-75 hari
: 21,63 cm
: 4-10 anakan
: 10-26 helai
: silindris berlubang
: hijau muda
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 10,329 mm
: 27,71 %
: 1,96 ton umbi kering per
hektar
Ciri
: Pallombuan
: 40 hari
: 70-75 hari
: 32,15 cm
: 3-13 anakan
: 18-49 helai
: silindris berlubang
: hijau tua kekuningan
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 14,742 mm
: 23,84 %
: 5,09 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
Ciri
: Urat
: 40 hari
: 70-75 hari
: 24,03 cm
: 3-11 anakan
: 18-49 helai
: silindris berlubang
: hijau tua
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 12,33 mm
: 27,46 %
: 3,06 ton umbi kering per
hektar
Ciri
: Sitinjak
: 40 hari
: 70-75 hari
: 22,82 cm
: 4-8 anakan
: 13-28 helai
: silindris berlubang
: hijau tua
: seperti payung
: putih
: Broad elliptic
: Ungu / putih
: 13,309 mm
: 16,53 %
: 3,79 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
Ciri
: Harian
: 40 hari
: 70-75 hari
: 34,68 cm
: 7-10 anakan
: 22-38 helai
: silindris berlubang
: hijau muda kekuningan
: seperti payung
: putih
: Broad elliptic
: Ungu / putih
: 14,753 mm
: 18,32 %
: 5,17 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Tinggi Tanaman per Rumpun Tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
36.6
37.8
29.6
40.1
29
36
32
38.6
31.2
38.2
37.8
32.02
418.92
34.91
II
27.8
25
26.4
19
24
24.3
17.7
21.5
28.3
24.5
22.4
25.2
286.10
23.84
III
19.1
26.2
24.5
18.6
22.1
22.5
19
19.4
23.9
21
22.1
22.8
261.20
21.77
IV
31.5
29.3
44.4
34
23.5
27.5
37.5
34.5
31.1
28.2
34.2
30.1
385.80
32.15
V
20
21.2
25.7
24
22.2
24.1
26
20.6
24.6
31.9
26.8
21.26
288.36
24.03
VI
22.3
20.4
28.8
24.1
24.1
25
17.7
19.2
24.9
21.7
23.4
22.2
273.80
22.82
VII
32.9
31.2
35.5
33.8
37.6
37.4
36.6
31.2
34.1
36.5
33.6
35.7
416.1
34.68
Lampiran 7. Jumlah Daun per Rumpun tiap Aksesi
Rumpun
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
35
32
42
43
46
33
39
36
54
23
41
36
460
38.33
II
18
31
11
18
19
19
16
28
27
18
18
23
246
20.50
III
12
10
23
16
18
26
24
22
21
23
17
22
234
19.50
IV
49
18
44
20
38
20
34
31
26
39
37
27
383
31.92
V
25
20
13
18
27
39
11
26
17
25
20
24
265
22.08
VI
28
24
28
16
15
20
17
13
19
18
24
16
238
19.83
VII
32
35
26
37
26
22
28
38
26
28
27
33
358.00
29.83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Jumlah Umbi per Rumpun Tiap Aksesi
Rumpun
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
6
5
6
9
8
6
6
7
7
3
10
9
82
6.83
II
3
7
2
5
3
5
3
6
8
5
3
6
56
4.67
III
5
4
7
5
4
10
9
7
8
8
5
8
80
6.67
IV
11
5
7
3
9
3
6
7
6
13
5
2
77
6.42
V
6
5
5
6
9
11
3
7
6
5
6
4
73
6.08
VI
7
7
10
4
8
8
7
5
6
8
5
4
79
6.58
VII
9
8
10
11
7
7
7
8
7
9
9
10
102.00
8.50
Lampiran 9. Jumlah Anakan per Rumpun tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
5
5
6
7
8
4
6
6
7
3
7
5
69.00
5.75
II
3
6
2
5
3
5
3
6
7
5
3
6
54.00
4.50
III
5
4
7
5
4
10
9
7
9
8
5
8
81.00
6.75
IV
10
4
3
7
4
3
6
7
5
13
8
4
74.00
6.17
V
6
5
4
6
9
11
3
8
6
5
7
6
76.00
6.33
VI
7
7
8
4
7
5
6
5
6
7
7
5
74.00
6.17
VII
8
8
10
9
7
7
7
8
7
8
7
9
95.00
7.92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Berat Basah Umbi per Rumpun tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
32.9
29.62
32.92
43.74
42.4
32.28
31.5
30.54
40.68
29.5
37.13
32.09
415.30
34.61
II
15.4
18.4
11.66
9.22
11.18
27.06
8.8
21.76
20.74
10.96
11.74
19.3
186.22
15.52
III
8.56
7.88
11.96
7.96
6.66
16.74
11.9
7.42
14.92
14.46
9.93
11.77
130.16
10.85
IV
36.52
23.14
20.56
22.6
12.98
29.7
25.04
35.9
28.12
32.98
36.21
17.29
321.04
26.75
V
12.74
13.06
15
19.5
18.9
24.22
8.94
15.44
18.44
22.48
18.46
15.28
202.46
16.87
VI
24.98
17.1
18.2
18.86
24.26
20.26
13.38
8.58
21.32
14.56
18.41
17.89
217.80
18.15
VII
26.62
27.32
17.4
29.14
22.12
24.18
22.2
30.32
29.94
24.18
24.91
25.77
304.1
25.34
VI
20.48
13.85
14.4
16.5
20.16
16.78
11.36
7.02
18.54
12.4
15.83
14.47
181.79
15.15
VII
22.24
22.54
12.76
23.3
17.58
20.76
18.42
23.88
25.3
20.2
19.89
21.51
248.38
20.70
Lampiran 11. Berat Kering Umbi per Rumpun tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
27.8
26
27.92
37.94
37.06
27.98
27.2
26.34
34.08
26.3
33.48
26.24
358.34
29.86
II
12.94
14.08
9.12
6.7
8.6
21.98
6.62
17.26
16.22
8.08
8.31
16.01
145.92
12.16
III
5.92
5.66
8.84
5.82
4.04
12.3
8.92
4.9
11.92
10.08
6.13
9.55
94.08
7.84
IV
25.64
18.36
13.3
18.34
10.56
23.62
20.8
29.4
19.9
23.83
29.87
10.89
244.51
20.38
V
8.56
9.56
11.24
14.58
13.02
17.36
6.82
9.44
14.36
17.44
12.89
11.58
146.85
12.24
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, S., Acep Akbar, Wawan Halwany, dan Fajar Lestari. 2010. Eksplorasi
Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Banjarbaru.
Antara
Sumut. 2012. Persediaan
http://www.antarasumut.com.
Bawang
Merah
Mulai
Sedikit.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2013. Produksi bawang merah Sumatera Utara.
Biro Statistik Sumatera Utara, Medan.
Basuki, S. R., 2005. Daya Hasil dan Preferensi Petani terhadap Varietas Bawang Daerah
Lokal dari Berbagai Daerah. Laporan Hasil Penenlitian APBN 2005-OPP DI. 8
Hlm.BPS Sumut
Brewster, J. L. 2008. Onions and Other Vegetable Alliums 2nd Edition. CABI. USA.
Deptan, 2003. Pengembangan Usaha Agribisnis Bawang Merah Terpadu. Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias, dan Aneka Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta.
Distantph (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura). 2014. Budidaya Bawang
Merah. Distantph KalSel. Kalimantan Selatan.
Hardiyanto, N. F. Dedy dan A. Supriyanto. 2007. Eksplorasi, Karakterisasi, dan Evaluasi
Beberapa Klon Bawang Putih Lokal. J. Hort (17(4):307-313,2007)\
Hervani, D., Lili, S., Etti, S., dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang Merah Pada
Beberapa Media Dalam Pot di Kota Padang. Universitas Andalas. Padang.
Irawan, D. 2010. Bawang Merah dan Pestisida. Badan Ketahanan Pangan Sumatera
Utara.
Medan.
http://www.bahanpang.sumutprov.go.id
[12 Januari 2014].
Kartikaningrum, S., Dyah Widiastoety, dan Kusumah Effendie. 2004. Panduan
Karakterisasi Tanaman Hias. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor.
Litbang, 2013. Budidaya Bawang Merah. Kementerian Indonesia. Jakarta.
Putrasamedja, S dan Suwandi. 1996. Varietas Bawang Merah di Indonesia. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Universitas Sumatera Utara
Putri, R. Harwita. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium
ascalonicum) Terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Wistar Hiperlipidemia.
Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang.
Radiya, Mezi. 2013. Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang
(Musa
paradisiaca L.) di Kabupaten Agam. Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa.
Padang.
Rais, S. A. 2004. Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan di Kalimantan Barat. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.
Rosmayati, A. Jamil, dan D. Parhusip. 2012. Karakterisasi Keragaman Aksesi Bawang
Merah Lokal Samosir Sekitar Danau Toba Untuk Mendapatkan Populas Penghasil
Bibit Unggul. USU. Medan.
Sabran, M., A. Krismawati, Y. R. Galingging, dan M. A. Firmansyah. 2003. Eksplorasi dan
Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Kalimantan Selatan.
Siemonsma, J. S. and K. Pileuk, 1994. Plant Resources of South-East Asia. Porsea. Bogor.
Sinclair, P. 1988. The Botany of Onions. Australian Onion Grower. Vol 5:7-10.
Steenis, C. G. G. J., S. Bloembergen dan P. J. Eyma, 2005. Flora. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Sudirja, 2007. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmerah/ Alternaria
partrait.html diakses tanggal 21 Maret 2015.
Sumarni, N dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Lembang.
Suparman. 2010. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.
Sutarya, R dan Grubben, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Swasti, E. 2007. Pengantar Pemuliaan Tanaman (Buku Ajar). Fakultas Pertanian
Unversitas Andalas. Padang. Tjitrosoepomo, G. 2003
Wibowo Singgih, 1994. Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara eksplorasi di sentra-sentra penanaman
bawang merah lokal samosir di wilayah Pulau Samosir meliputi Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan, namun hasil
survei yang dapat dijadikan sampel terletak hanya pada Kecamatan Palipi dan
Kecamatan Onan Runggu dilatarbelakangi oleh minimnya penanaman bawang varietas
lokal, lalu dilanjutkan dengan identifikasi serta karakterisasi beberapa aksesi bawang
merah lokal samosir di Medan pada Juni 2015 sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah lokal samosir
yang berasal dari .7 desa yaitu pada Desa Hatoguan, Palipi, Gopal, Pallombuan, Urat,
Sitinjak, dan Harian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk mendapatkan
informasi dari petani, jangka sorong digital untuk mengukur diameter umbi tanaman,
penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, amplop sebagai tempat penyimpanan
sampel, kotak gabus sebagai tempat penyimpanan kumpulan sampel, buku data dan alat
tulis untuk mencatat data yang diperoleh, serta kamera untuk mendokumentasikan hasil
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Survei yang dilakukan dengan beberapa
tahap yakni melakukan kegiatan eksplorasi, identifikasi serta karakterisasi morfologi
tanaman.
Tahap pertama ialah eksplorasi, kegiatan eksplorasi
yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada metode jelajah secara acak terwakili di sentra-sentra
produksi bawang merah varietas lokal pada wilayah Pulau Samosir. Pada pelaksanaan
tahap ini, diberikan kuisioner pada para petani bawang merah lokal dan diambil sampel
tanaman bawang merah lokal dengan umur siap untuk dipanen juga memenuhi kriteria
dalam kuisioner yaitu telah ditanam dalam kurun
≥10waktu
tahun dengan
menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang memiliki karakteristik yang
dikehendaki. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian.
Pengambilan sampel diambil berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial menggunakan bambu yang dibentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m lalu
ditempatkan dibedeng pertanaman bawang merah, lalu diambil sampel sebanyak 16%
dari seluruh rumpun yang ada dalam 1 petakan. Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 3 kali pada tiap pertanaman yang dijadikan sampel.
Tahap selanjutnya ialah identifikasi, tahapan ini dilakukan melalui desk study
dengan cara mencocokan sampel dengan description list dari IPGRI kemudian dicatat
ciri morfologinya.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan terakhir ialah karakterisasi. Analisis data fenotipe pada karakter
kuantitatif dilakukan untuk melihat keragaman yang ada pada populasi. Analisis
perbandingan keragaman juga dilakukan dengan melihat perbandingan keragaman
fenotipe dengan standar deviasi keragaman fenotipe.
Data kuantitatif yang telah terstandarisasi diolah menggunakan program SPSS
21 dengan analisis gerombol (cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar
aksesi dari setiap sampel masing-masing aksesi. Analisis cluster digunakan untuk
memvisualisasikan data yang multivarians (dari parameter yang diukur) dari hasil survei.
Analisis cluster menghasilkan dendogram yang digunakan untuk menilai pola keragaman
dari data survei (Sutanto, 2009).
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
eksplorasi, identifikasi, serta karakterisasi morfologi tanaman bawang merah varietas
lokal samosir.
Eksplorasi Bawang Merah Lokal Samosir
Penentuan lokasi dilakukan dengan mengeksplorasi tempat-tempat sentra
penanaman bawang merah pada wilayah Pulau Samosir yang meliputi Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan. Eksplorasi
yang dilakukan beralaskan dengan pengambilan data dari hasil kuisioner.
Kuisioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara
berurutan
yang digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari petani petani yang
telah menanam bawang merah≥10 tahun untuk mengetahui sejarah bawang merah
lokal samosir itu sendiri dan yang tetap mempertahankan varietas tersebut hingga saat
ini di wilayah Pulau Samosir. Adapun kuisioner yang diberikan kepada para responden
terlampir.
Sampel yang diambil berupa tanaman bawang merah lokal samosir yang
disesuaikan dengan menggunakan kuisioner berdasarkan teknik purposive sampling
yang dilakukan dengan cara Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Sampel yang
diambil adalah tanaman dari setiap desa dengan umur siap untuk dipanen. Pengambilan
sampel digunakan bambu yang dibentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m lalu
ditempatkan dibedeng pertanaman bawang merah, lalu diambil sampel sebanyak 16%
dari seluruh rumpun yang ada dalam 1 petakan. Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 3 kali pada tiap pertanaman yang dijadikan sampel.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi
Tanaman bawang merah lokal samosir yang didapat kemudian di amati melalui
desk study dengan cara mencocokan sampel pengamatan dengan description list dari
IPGRI kemudian dicatat cirinya. Adapaun ciri yang diidentifikasi meliputi : Panjang
tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, jumlah umbi, berat basah umbi, berat kering
umbi, berat 100 umbi, bentuk umbi, warna kulit umbi, warna umbi, bentuk bunga,
warna bunga, bentuk daun, warna daun, umur berbunga, umur panen.
Karakterisasi
Karakterisasi dilakukan dengan menganalisis data fenotif hasil identifikasi pada
karakter kualitatif yang ditujukan untuk melihat keragaman yang ada pada populasi.
Data kuantitatif juga diolah dengan menggunakan program SPSS analisis gerombol
(Cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan tiap aksesi melalui data dendogram dan
tabel standar deviasi.
Peubah Amatan
Umur Mulai Berbunga
Umur mulai berbunga didapatkan dari kuisioner pada setiap petani masingmasing sampel.
Umur Panen
Umur panen didapatkan dari kuisioner pada setiap petani masing-masing
sampel.
Universitas Sumatera Utara
Panjang Tanaman
Panjang diukur dengan penggaris mulai dari pangkal daun sampai ke ujung daun
tertinggi.
Jumlah Anakan per rumpun
Jumlah anakan dihitung pada masing-masing sampel.
Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung setiap helainya pada masing-masing sampel.
Warna Daun
Warna daun diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Bentuk Daun
Bentuk daun diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Warna Bunga
Warna bunga diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Bentuk Bunga
Bentuk bunga diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk umbi
Bentuk umbi diamati dan diberi tanda penomoran dengan mencocokan dengan
pengelompokan berdasarkan IPGRI.
Warna umbi
Warna umbi diamati dan diberi penomoran dengan mencocokan dengan
pengelompokan berdasarkan IPGRI.
Warna kulit umbi
Warna kulit umbi diamati dan diberi penomoran dengan mencocokan dengan
pengelompokan berdasarkan IPGRI.
Jumlah umbi per tanaman (Bulbs per plant)
Jumlah umbi per tanaman dihitung dan didata hasilnya
Berat 100 umbi
Berat 100 umbi dihitung dengan timbangan digital.
Berat Basah Umbi
Berat basah umbi dihitung sesaat setelah sampel baru diambil dan dibersihkan
dari kotoran yang menempel dengan menggunakan timbangan digital.
Berat Kering Umbi
Berat kering umbi dihitung setelah sampel siap dikeringkan dengan
menggunakan timbangan digital.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Eksplorasi Bawang Merah Varietas Lokal
Eksplorasi bawang merah varietas lokal dimulai dengan mengeksplorasi sentrasentra penanaman bawang merah lokal di wilayah Pulau Samosir pada Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan. Namun hasil
eksplorasi dari bawang merah lokal Samosir hanya terdapat pada 2 (dua) Kecamatan
yaitu pada kecamatan Palipi dan Kecamatan Onan Runggu.
Dari 2 (dua) Kecamatan tersebut, maka dicarilah para petani yang memang
bertanam bawang menggunakan varietas lokal. Hasil pencarian petani yang diperoleh
diberikan kuisioner. Para petani yang memenuhi ketentuan sebagai responden apabila
memenuhi
syarat
atau
ketentuan
yang
ditetapkan
dalam
kuisioner,
yaitu
membudidayakan sampel bawang merah lokal Samosir lebih dari 10 tahun dan ciri-ciri
bakal sampelnya sesuai dengan kriteria dari hasil kuisioner.
Dari keseluruh responden didapat 7 petani dari 7 aksesi yang berbeda yang
bawangnya dapat diambil dan diamati pertanaman bawangnya. Aksesi yang terdapat
pada Kecamatan Palipi terdapat pada desa Hatoguan (N2º31’54,71”,E98º47’22,01”),
Palipi (N2º29’22,308”,E98º48’4,255”),
Gopal (N2º28’32,452”,E98º48’40,522”)
Pallombuan dan Urat (N2º24’26,928”,E98º51’51,683”) kemudian aksesi yang terdapat
pada
Kecamatan
Onan
Runggu
terdapat
pada
Desa
Sitinjak
(N2º20’39,344”,E98º54’56,752”) dan Harian (N2º27’9,064”,E98º56’29,484”).
Dari hasil kuisioner didapat bahwa petani atau responden dari desa Hatoguan,
Bapak Malau, mengusahakan lahan untuk bertanam bawang ±1,5 rante. Budidaya yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Bapak Malau dilaksanakan dengan melakukan kegiatan penyiraman
tanpa menggunakan pompa. Pada awal pembukaan lahan, lahan digaru menggunakan
traktor hingga halus. Asal bibit yang diusahan oleh responden ini berasal dari bibit
varietas lokal hasil panen penanaman sebelumnya yang telah diturunkan lebih dari 10
tahun. Penanaman yang dilakukan tidak serentak melainkan terdiri dari 2 umur
penanaman yang berbeda 4 minggu.
Dari hasil kuisioner didapat bahwa petani atau responden dari desa Pallombuan,
Bapak Sinaga, mengusahakan lahan untuk bertanam bawang ±3,5 rante. budidaya yang
dilakukan oleh Bapak Sinaga dilaksanakan dengan melakukan kegiatan penyiraman 1 kali
setap 3 hari tanpa menggunakan pompa, hal tersebut dapat dilaksanakan karena letak
lahan reponden ini bersebelahan dengan pesisir Danau Toba. Pada awal pembukaan
lahan, lahan ditraktor 3 kali dengan menggunakan Jetor dan pembuatan bedengan
dilakukan dengan menggunakan cangkul. Salah satu kegiatan budidaya yang dilakukan
responden ini ialah apabila terjadi hujan pada saat cuaca panas, dilakukan aplikasi
penyiraman ditambahkan bubuk deterjen, Hal ini diyakini dapat mengantisipasi dampak
kelayuan yang diakibatkan oleh cuaca Pancaroba. Penanaman yang dilakukan tidak
serentak melainkan terdiri dari 3 umur penanaman yang berbeda 4 mingggu.
Dari hasil kuisioner didapat bahwa petani atau responden dari desa Palipi, Bapak
Sihombing, mengusahakan lahan untuk bertanam bawang ±400m2. Budidaya yang
dilakukan oleh responden dilaksanakan dengan tanpa melakukan kegiatan penyiraman.
Pada awal pembukaan lahan, lahan diolah dan dibuat bedengan dengan menggunakan
cangkul. Penanaman yang dilakukan tidak serentak melainkan terdiri dari 2 umur
penanaman yang berbeda 4 mingggu.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil kuisioner diperoleh hasil bahwa dari desa Gopal, ibu Gultom yang
mengusahakan lahan bawang seluas 100 m2. Proses pengolahan lahan di desa ini masih
dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul. Penanaman bawang di
desa ini dilakukan budidaya tanam secara serempak, hal ini dikarenakan luas lahan di
desa Gopal yang tidak terlalu luas. Untuk pemeliharaan tanaman bawang didesa ini juga
tidak terlalu intensif, bahkan tidak dilakukan penyiraman sama sekali, hanya pemupukan
dengan pupuk kandang pada awal penanaman saja. Untuk asal bibit yang ditanam
didesa ini berasal dari bibit bawang varietas lokal hasil panen dari penanaman
sebelumnya
Berdasarkan hasil kuisioner dari kecamatan Onan Runggu tepatnya didesa Harian
oleh Ibu Simatupang yang mengusahakan lahan seluas ±1 rante, bahwa proses
penolahan lahan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, baik
untuk pembuatan bedengan dan juga pemeliharaannya. Proses penanaman bawang
didesa ini dilakukan dengan penambahan bahan organik diawal penanaman sedangkan
Untuk penyiraman didesa ini dilakukan dengan tidak menggunakan pompa, hal ini
dikarenakan letak desa yang yang bersebelahan dengan pesisir danau toba.
Dari hasil kuisioner oleh bapak Nainggolan dari desa Sitinjak yang mengusahakan
lahan seluas ½ rante, untuk proses pengolahan lahan dilakukan dengan membuat
bedengan secara manual dengan menggunakan cangkul, selain itu diawal penanaman
ditambahkan pupuk kandang. Untuk pemeliharaan tanaman bawang didesa ini tanpa
penyiraman dan penyemprotan. Varietas yang ditanam didesa ini masih menggunakan
varietas lokal dari hasil panen sebelumnya.
Berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh dari desa Urat oleh bapak Tambunan
yang mengusahakan lahan seluas 1 rante, untuk proses pengolahan lahan masih
Universitas Sumatera Utara
dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, dan pada proses penanaman
dilakukan penambahan pupuk kandang. Tidak dilakukan pemeliharaan secara intensif
bahkan tidak dilakukan penyiraman sama sekali. Varietas yang ditanaman didesa ini
sama dengan desa yang lainnya yaitu menggunakan varietas lokal turunan
Hasil Identifikasi Bawang Merah Varietas Lokal
Hasil identifikasi rataan karakter agronomi bawang merah lokal Samosir per tiap
aksesi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Rataan Karakter Agronomi Bawang Merah Lokal Samosir tiap Aksesi
Aksesi
Parameter
Hatoguan
Palipi
Gopal
Pallombuan
Urat
Sitinjak
Harian
Panjang Tanaman
34.91a
23.85c
21.76c
32.15b
24.03c
22.61c
34.68a
Jumlah Anakan
5.75c
4.50c
6.75ab
6.16bc
6.33ab
6.16bc
7.83a
Jumlah Daun
38.33a
20.50c
19.50c
34.33b
31.91c
19.83c
29.83b
Jumlah Umbi
6.83b
4.66c
6.66b
6,42b
6.08bc
6.58b
8.50a
Berat Basah
34.60a
15.51d
10.84e
26.75b
16.87cd
18.15c
25.34b
Berat Kering
29.86a
12.16d
7.84e
20.37b
12.23d
15.14c
20.69b
Berat 100 Umbi
489.00
286.61
125.12
314.23
201.25
225.12
266.40
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter panjang tanaman
tertinggi adalah pada aksesi Hatoguan berbeda tidak nyata terhadap aksesi Harian, dan
berbeda nyata terhadap aksesi Palipi, Gopal, Pallombuan, Urat, dan Sitinjak.
Dari hasil analisis pada tabel 1 dikatahui bahwa pada parameter jumlah anakan
per rumpun terbanyak adalah pada aksesi berbeda nyata terhadap aksesi Hatoguan,
Palipi, Gopal, Pallombuan, Urat, dan Sitinjak.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter jumlah daun terbanyak
adalah pada aksesi Hatoguan dan berbeda nyata terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter jumlah umbi terbanyak
adalah pada aksesi Harian dan berbeda nyata terhadap aksesi terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter berat basah terbesar adalah
pada aksesi Hatoguan dan berbeda nyata terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter berat kering terbesar adalah
pada aksesi Hatoguan dan berbeda nyata terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa karakter morfologi bawang merah lokal
Samosir menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara keenam aksesi yang
signifikan secara umum, seperti umur mulai berbunga sekitar 40 hari, umur panen (60%
batang melemas) yaitu 70-75 hari, bentuk daun silindris berlubang, bentuk bunga
seperti payung, warna umbi ungu/putih.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah gambar histogram rataan tiap parameter seluruh aksesi :
Histogram panjang tanaman
Panjang Tanaman
Histogram Panjang Tanaman
40
30
20
10
0
Gambar 1. Histogram panjang tanaman tiap aksesi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan panjang tanaman tiap
aksesi tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 34,91 cm dan terendah aksesi Gopal yaitu
21,76 cm.
Histogram jumlah anakan
Jumlah Anakan Per
Rmpun
Histogram Jumlah Anakan Per Rumpun
10
5
0
Gambar 2. Histogram jumlah anakan
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan jumlah anakan tiap aksesi
tertinggi adalah aksesi Harian yaitu 7,83 dan terendah aksesi Palipi yaitu 4,5.
Universitas Sumatera Utara
Histogram jumlah daun
Jumlah Daun
Histogram Jumlah Daun Per Rumpun
60
40
20
0
Gambar 3. Histogram jumlah daun
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan jumlah daun tiap aksesi
tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 38,33 dan terendah aksesi Gopal yaitu 19,5.
Histogram jumlah umbi
Jumlah Umbi per
rumpun
Histogram Jumlah Umbi per Rumpun tiap Desa
600
400
200
0
Gambar 4. Histogram jumlah umbi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan jumlah umbi tiap aksesi
tertinggi adalah aksesi Harian yaitu 8,5 dan terendah aksesi Palipi yaitu 4,66.
Universitas Sumatera Utara
Histogram berat basah umbi
Berat Basah Umbi
Histogram Berat Basah Umbi
40
20
0
Gambar 5. Histogram berat basah umbi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan berat basah umbi tiap
aksesi tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 34,6 dan terendah aksesi Gopal yaitu
10,84.
Histogram berat kering umbi
at Kering Umbi
Histogram Berat Kering Umbi
40
20
0
Gambar 6. Histogram berat kering umbi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan berat basah umbi tiap
aksesi tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 29,86 dan terendah aksesi Gopal yaitu
7,84.
Adapun gambar sampel vegetatif (dengan perbedaan umur) dari seluruh aksesi
bawang merah lokal samosir dapat dilihat dalam gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. sampel vegetatif aksesi Gopal pada umur 7 minggu
Gambarr 8. sampel vegetatif aksesi Sitinjak pada umur 8 minggu
Gambar 9. sampel vegetatif aksesi Palipi, Pallombuan, Urat, Harian
pada umur 9 minggu.
Gambar 10. sampel vegetatif aksesi Hatoguan pada umur 10 minggu
Universitas Sumatera Utara
Adapun gambar sampel vegetatif dari seluruh aksesi bawang merah lokal
samosir dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 11. Foto umbi bawang merah lokal Samosir
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah hasil analisis sampel tanah yang dilakukan di Laboratorium PT.
Socfin Indonesia (Socfindo) :
Tabel 3.Hasil analisis sampel tanah tiap aksesi
Parameter Analisis
aksesi
S-pH-H2O
S-C-Org
S-N-Kjehldahl
P-Bray
K-exch
PALLOMBUAN
6.6
1.050
0.15
519.23
4.76
GOPAL
7.4
0.690
0.09
762.56
2.59
SITINJAK
6.8
0.510
0.10
215.22
1.73
URAT
7.2
0.420
0.11
487.40
2.60
PALIPI
5.8
0.570
0.12
409.40
1.27
HATOGUAN
6.2
1.380
0.21
315.65
1.68
HARIAN
6.1
1.120
0.14
191.12
1.36
Pada saat pengamatan diketahui bahwa ada beberapa kendala yang membatasi
kegiatan bertanam bawang di tiap aksesi. Salah satu kendala yang memberikan dampak
signifikan ialah karena ada pengaruh iklim, dimana saat itu berada pada musim kemarau
panjang. Namun keadaan iklim tersebut tidak diimbangi oleh kegiatan penanggulangan
yang sesuai (seperti pengairan) untuk memenuhi kebutuhan tanaman dikarenakan
terbatasnya modal biaya. Umumnya tiap aksesi tidak melakukan kegiatan penyiraman,
namun untuk aksesi Hatoguan penyiraman dapat dilaksanakan karena letaknya yang
berada pada pinggir pesisir Danau Toba.
Pada pengamatan diketahui bahwa selain faktor iklim, kendala yang
mempengaruhi pada kegiatan bertanam bawang merah di Pulau Samosir ialah serangan
hama dan penyakit. Pada lokasi pengamatan diketahui beberapa penyakit yang umum
Universitas Sumatera Utara
menyerang ialah penyakit mati pucuk atau pucuk daun. Selain penyakit, faktor serangan
hama juga memberikan kontribusi yang merugikan. Salah satu hama utama yang
terdapat di lokasi pengamatan ialah hama ulat. Salix exigua.
Hasil Karakterisasi Bawang Merah Varietas Lokal
Berikut adalah hasil grading secara visual untuk pembagian umbi besar, umbi
sedang, dan umbi yang kecil. Hasil grading disajikan dalam table berikut :
Tabel 4. Jumlah Umbi hasil grading (umbi)
Desa
Total
Rataan
Grade
I
II
Besar
29
13
Sedang
40
16
Kecil
13
Total
Rataan
III
IV
V
VI
VII
20
5
16
20
103
17.17
11
23
26
30
47
193
27.57
27
69
34
42
33
35
254
36.29
82
56
80
77
73
79
102
550
27.33
18.66
40.00
25.67
24.33
26.33
34.00
197
26.35
Tabel 5. Berat Umbi hasil grading (g)
Desa
Total
Rataan
Grade
I
II
Besar
169.56
51.87
Sedang
167.07
51.08
Kecil
21.71
Total
Rataan
III
IV
V
VI
VII
100.68
21.07
64.79
90.71
498.68
83.11
18.92
74.64
62.59
67.51
102.91
544.72
77.82
42.97
75.16
69.19
63.19
49.49
54.74
376.45
53.78
358.34
145.92
94.08
244.51
146.85
181.79
248.36
1419.85
119.45
48.64
47.04
81.50
48.95
60.60
82.79
473
Universitas Sumatera Utara
120.28
Desa
Total
Rataan
Grade
I
II
Besar
4.24
3.99
Sedang
4.18
3.19
Kecil
1.67
Total
Rataan
III
IV
V
VI
VII
5.03
4.21
4.05
4.54
26.06
4.34
1.72
3.25
2.41
2.25
2.19
19.18
2.74
1.53
1.09
2.04
1.50
1.50
1.56
10.90
1.56
10.09
8.72
2.81
10.31
8.13
7.80
8.29
56.14
3.36
2.91
1.40
3.44
2.71
2.60
2.76
19.18
2.81
Tabel 6. Hasil grading berat umbi dengan jumlah umbi
Berikut adalah hasil olah data dengan menggunakan program SPSS
analisis gerombol (cluster) berdasarkan nilai keragaman berupa gambar
dendogram dan tabel descriptive statistics :
Gambar 12. dendogram
Universitas Sumatera Utara
tabel 7. statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
pan_tan
7
21.63
34.91
27.7243
5.90838
Jum_an
7
4.50
7.83
6.2286
1.03233
jum_da
7
19.50
38.33
27.3857
7.44814
ber_bas
7
10.84
34.60
21.1557
8.11575
ber_ker
7
7.84
29.86
16.9043
7.34667
jum_um
7
4.66
8.50
6.6143
1.08078
Valid N (listwise)
7
Pembahasan
Hanya Kecamatan Palipi dan Kecamatan Onan Runggu yang sesuai sebagai sampel
pengamatan dilatarbelakangi oleh beralihnya para petani bawang kepada pekerjaan dan
komoditi lain disebabkan keterbatasan biaya modal untuk menanggulangi keadaan
kemarau panjang. Tidak hanya hal tersebut yang membatasi penanaman bawang merah
varietas lokal, namun beralihnya petani kepada penanaman dengan varietas kiriman
seperti varietas Brebes atau Thailand yang memiliki bobot lebih tinggi dari bawang
merah varietas lokal Samosir.
Hasil survei dilakukan pada wilayah Pulau Samosir pada Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan. Dari seluruh
Kecamatan tersebut hanya 2 (dua) Kecamatan di Pulau Samosir yang dapat dijadikan
Universitas Sumatera Utara
sampel pengamatan, yaitu pada Kecamatan Palipi dan Kecamatan Onan Runggu. Hasil
identifikasi didapat bahwa ada kesamaan dalam karakteristik tanaman bawang merah
lokal pada parameter bentuk daun, bentuk bunga dan warna bunga. Kesamaan
parameter tersebut juga sama dengan karakteristik yang dijabarkan dalam karakteristik
pada bawang merah varietas Medan yaitu bentuk daun bulat silindris, bentuk bunga
seperti payung dan warna bunga putih.
Terlepas kesamaan yang terlihat antara bawang merah varietas lokal Samosir
dengan deskriptif bawang medan, pada parameter warna umbi keseluruhan aksesi
varietas lokal memiliki karakter yang sama, yaitu bewarna putih keunguan. Namun
diluar dari kesamaan tersebut, terdapat perbedaan pada beberapa parameter seperti
hal-nya umur berbunga yang relatif lebih cepat yaitu pada kurun 40 hari dimana waktu
tersebut lebih cepat 1 minggu dari deskriptif varietas medan. Walaupun umur berbunga
bawang lokal di Pulau Samosir umumnya lebih cepat, namun untuk waktu panen
diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan deskriptif bawang medan.
Umumnya bawang lokal di Pulau Samosir dapat di Panen pada kisaran Umur 70-75 hari,
1 minggu lebih lama bila dibandingkan dengan deskriptif bawang medan. Bukan hanya
pada parameter umur berbunga dan umur panen saja yang berbeda dengan parameter
deskriptif, namun pada parameter lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun per
rumpun, warna daun, diameter daun, bentuk umbi, warna umbi, diameter umbi, dan
berat susut umbi pun tidak semua sama (ada beberapa yang sesuai, namun banyak juga
yang tidak sesuai). Hal yang paling berbeda yaitu dalam parameter warna umbi karena
keseluruhan sampel mempunyai warna umbi putih keunguan.
Beberapa perbedaan dari hasil parameter yang sebagian tidak sesuai dapat
disebabkan oleh karena ketidaksuaian dalam budidaya bawang sehingga tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhan syarat tumbuhnya dan mempengaruhi pertumbuhan bawang
tersebut. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distantph) (2014)
menyatakan bahwa tanaman bawang merah dapat tumbuh optimal dengan ketinggian
0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%.
Bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi
berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi,
bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, dengan drainasi dan serasi yang baik.
Hasil tertinggi untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari potensi hasil per
hektar, rataan hasil berat basah, dan rataan hasil berat kering di dapat pada aksesi
Hatoguan dengan potensi hasilnya 7,47 ton per ha, rata-rata berat basah 34,60 g, dan
rata-rata berat keringnya 29,86 g. Sedangkan Hasil terendah untuk parameter kuantitatif
di perhitungkan dari potensi hasil per hektar, rataan hasil berat basah, dan rataan hasil
berat kering di dapat pada aksesi Gopal dengan potensi hasilnya 1,96 ton per ha, ratarata berat basah 10,84 g, dan rata-rata berat keringnya 7,84 g.
Hasil tertinggi untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari tinggi tanaman
dan jumlah daun di dapat pada aksesi Hatoguan dengan hasil rataan tinggi tanaman
sebesar 34,91cm dan rataan jumlah daun sebanyak 38,33 helai. Sedangkan Hasil
terendah untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari tinggi tanaman dan jumlah
daun di dapat pada aksesi Gopal dengan hasil rataan tinggi tanaman sebesar 21,63cm
dan rataan jumlah daun sebanyak 19,50 helai.
Hasil tertinggi untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari jumlah anakan
di dapat pada aksesi Harian dengan hasil rataan jumlah anakan sebesar 7,83. Sedangkan
Hasil terendah untuk parameter kuantitatif di perhitungkan jumlah anakan di dapat
Universitas Sumatera Utara
pada aksesi Palipi dengan hasil rataan jumlah anakan sebesar 4,5. Hasil tertinggi untuk
parameter kuantitatif di perhitungkan dari jumlah umbi di dapat pada aksesi Harian
dengan hasil rataan jumlah umbi sebesar 8,5. Sedangkan Hasil terendah untuk
parameter kuantitatif di perhitungkan jumlah umbi di dapat pada aksesi Palipi dengan
hasil rataan jumlah umbi sebesar 4,66. Salah satu hal yang berpotensi mengakibatkan
hal tersebut ialah oleh keragaman deskriptif atau nilai kekerabatan yang berbeda.
Walaupun pada beberapa karakter dimiliki persamaan, namun tidak menutup
kemungkinan untuk mempunyai perbedaan karakter karena adanya jarak kekerabatan
antar aksesi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan nilai diatas, salah satunya
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan lokasi. Pada saat pengamatan diketahui
iklim sedang berada dalam masa kemarau panjang sehingga keadaan lahan rentan akan
kekeringan. Desa Hatoguan terletak di daerah pesisir Danau Toba sehingga tetap dapat
diadakan kegiatan penyiraman tanpa memerlukan ketersediaan pompa air untuk
memenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan dalam pembentukan umbi. Hal ini sesuai
dengan literature Wibowo (1994) yang menyatakan Bawang merah merupakan tanaman
yang tidak tahan akan kekeringan, karena sistem perakaran yang pendek, sementara itu
kebutuhan air (bukan iar hujan atau air genangan) selama pertumbuhan dan
pembentukan umbi cukup banyak.
Hasil pada grading didapatkan bahwa nilai grade untuk umbi besar ialah 4,34 g,
sedangkan untuk umbi yang berukuran sedang didapat nilai grade sebesar 2,74 g, dan
untuk umbi yang berukuran kecil didapat nilai grade sebesar 1,56 g. pada grading juga
diketahui bentuk umbi yang paling dominan dari keseluruhan sampel ialah umbi yang
berukuran kecil. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena keadaan lingkungan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mendukung proses pertumbuhan umbi, sebagaimana diketahui pada survei bahwa salah
satu kendala bertanam bawang di Pulau Samosir saat itu ialah faktor iklim yang sedang
berada dalam masa kemarau panjang, ditambah lagi mayoritas petani bawang di Pulau
Samosir tidak melakukan kegiatan penyiraman dikarenakan keterbatasan biaya atau
modal untuk membeli pompa.
Banyak kendala yang dihadapi oleh para petani bawang merah lokal di Pulau
Samosir. Namun dimulai pada kisaran awal April dikemukakan bahwa hal yang paling
membatasi hasil dari bertanam bawang merah lokal ialah keadaan iklim yang berada
pada kemarau panjang dan keadaan para petani yang tidak mampu untuk melakukan
kegiatan penyiraman dikarenakan oleh faktor biaya (modal). Umunya petani yang dapat
melakukan kegiatan penyiraman hanyalah petani yg memiliki lahan di daerah pesisir
danau, selebihnya para petani lain tidak mengusahakan kegiatan apapun dalam hal
pengairan. Hal lainnya yang sangat nyata ialah kehadiran hama ulat Salix exigua dalam
jumlah yang relatif banyak. Hama ini dapat menyebabkan penuruan hasil yang nyata dari
bawang merah lokal. Dampak dari serangan hama ini ialah mengakibatkan daun menjadi
kuning dan layu, ditambah sifatnya yang polifag (pemakan segala). Gejala serangan yang
ditimbulkan oleh ulat bawang ini ialah adanya lubang-lubang pada daun mulai dari tepi
daun permukaan atas atau bawah. Umumnya imago betina menyebarkan telurnya
secara berkelompok pada ujung daun, pada tiap kelompok jumlah telur dapat mencapai
50-150 butir telur, dan seekor imago betina mampu menyebarkan telur hingga
mencapai rata-rata 1000 telur dalam kurun waktu untuk menetas hanya 3 hari. Hal
tersebut yang menyebabkan kehadiran hama ulat ini relatif banyak dan sulit untuk
dikendalikan.
Universitas Sumatera Utara
Selain hama dan permasalahan iklim, serangan penyakit mati pucuk atau pucuk
daun juga memprihatinkan. Umumnya penyakit ini menyerang pertanaman yang relatif
berumur dewasa. Kerugian yang lebih besar disebabkan oleh penyakit ini ialah kerugian
secara materi untuk biaya input yang sudah terpakai juga waktu yang sia-sia. Menurut
Firmanto (2011) penyakit mati pucuk atau pucuk daun disebabkan oleh cendawan
Phytophthora porri Foister atau yang juga disebut Phytophthora allii Sawada. Penyakit
ini mula-mula menyerang ujung daun hingga warnanya menguning, kemudian sel-selnya
mati dan mongering. Selanjutnya gejala menjalar ke bawah sampai ± 15 cm. Pada musim
hujan atau daerah yang berkabut, tanaman akan mengalami serangan penyakit yang
berat
Dari hasil olah Data SPSS analisis gerombol didapat statistik deskriptif yang
menunjukan standar deviasi tertinggi ada pada parameter berat basah umbi yaitu
sebesar 8,11575. Keragaman ini membagi sampel dalam 2 (dua) kelompok besar.
Dimana kelompok I memiliki nilai rata-rata ≤18,15 dan kelompok II≥ 25.34 gram untuk
parameter berat basahnya. Setiap kelompok besar tidak memiliki range keragaman yang
jauh satu dengan yang lainna sehingga jarak kekerabatannya masih dekat.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan karakter yang signifikanpada pada ketujuh aksesi bawang
merah lokal Samosir.
2. Potensi hasil bawang merah aksesi Hatoguan paling tinggi diantara ketujuh aksesi
dengan 7,47 ton umbi kering per hektar.
3. Rataan grade umbi dari ketujuh aksesi untuk umbi besar adalah 4,34 g , untuk grade
sedang adalah 2,74 g, sedangkan grade kecil yaitu 1,56 g.
4. Karakter pembeda antar ketujuh aksesi bawang merah lokal Samosir adalah berat
basah umbi per rumpun.
5. Hama
Bentuk umbi (Bulb shape)
Bentuk umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut :
1 Flat
2 Flat globe
3 Rhomboid
4 Broad oval
5 Globe
6 Broad elliptic
7 Ovate (elongated oval)
8 Spindle
9 High top
10 Lainnya
Gambar 1. Bentuk umbi bawang merah
Warna umbi (Bulb colour)
Warna umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut :
1 Putih
2 Krem
3 Hijau/putih
Universitas Sumatera Utara
4 Ungu/putih
5 Lainnya
Warna kulit umbi (Clove colour)
Warna kulit umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut :
1 Putih
2 Kuning
3 Kuning kecokelatan
4 Cokelat terang
5 Cokelat
6 Cokelat gelap
7 Hijau (Hijau muda kekuningan)
8 Ungu terang
9 Ungu gelap
10 Lainnya
Warna daun (Folliage colour)
1 Hijau terang
2 Hijau kekuningan
3 Hijau
4 Hijau keabu-abuan
5 Hijau gelap
6 Hijau kebiruan
7 Hijau keunguan
10 Lainnya
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Deskripsi Bawang Merah Varietas Medan
Asal tanaman
: Kabupaten Samosir
Umur mulia berbunga
: 52 hari
Umur panen (60% batang melemas) : 70 hari
Tinggi tanaman
: 27 – 41 cm
Jumlah anakan
: 6 – 12 umbi
Jumlah daun per umbi
: 6 – 10 helai
Jumlah daun per sampel
: 22 – 43 helai
Bentuk daun
: silindris berlubang
Warna daun
: hijau kekuningan
Panjang daun
: 20 – 25 cm
Diameter daun
: 3 – 4 mm
Bentuk bunga
: seperti payung
Warna bunga
: putih
Bentuk biji
: bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji
: hitam
Bentuk umbi
: bulat
Warna umbi
: merah muda kekuning-kuningan
Diameter umbi
: 12-25 mm
Berat susut umbi basah-kering
: 24,7 %
Potensi hasil
: 7,4 ton umbi kering per hektar
Keterangan
: cocok untuk dataran rendah dan tinggi
Pengusul/Peneliti
: Hendro Sunarjo, Prasojo, Darliah, dan
Nasrun Horizon Arbain.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jenis Kegiatan
1
x
Minggu Penelitian
2
3
4
Persiapan Alat dan Bahan
Penentuan Lokasi
x
Wawancara Langsung
Pengambilan Sampel
Pengamatan Parameter
Umur Mulai Berbunga
Umur Panen
Warna Bunga
Bentuk Bunga
Panjang Tanaman
Jumlah Anakan Per Rumpun
Jumlah Daun
Warna Daun
Bentuk Daun
Bentuk Umbi
Jumlah Umbi per Tanaman
Berat Basah Umbi
Berat Kering Umbi
Berat 100 umbi
Warna Umbi
Warna Kulit Umbi
5
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4.
DAFTAR PERTANYAAN SURVEI
EKSPLORASIDAN IDENTIFIKASI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH LOKAL
SAMOSIR (Allium ascalonicum L.) DI PULAU SAMOSIR
Lokasi
Kabupaten
:
Kecamatan
:
Desa
:
Dusun
:
Identitas responden
Nama dan Marga
:
Pendidikan Terakhir
:
Jumlah Anggota Keluarga
:
Jumlah Tanggungan
:
Kursus/Latihan yang pernah diikuti :
Kegiatan lain diluar usahatani:
Samosir, ......................2015
Petugas Survei,
Universitas Sumatera Utara
I. DATA USAHATANI/PETANI RESPONDEN
1. Berapa luas tanaman bawang yang saudara usahakan sekarang?
a. Umur..........Luas..........ha
b. Umur..........Luas..........ha
c. Umur..........Luas..........ha
2. Sudah berapa lama Saudara/i menekuni usahatani Bawang Merah?...... tahun
3. Berapa rata-rata pendapatan Saudara/i dai sahatani Bawang Merah?
Rp. .....................,
II. ASAL USUL DAN JENIS/TIPE VARIETAS
1. Asal usul tanaman bawang merah di Kabpaten Samosir
a. Menurut Saudara/i sejak kapan tanaman bawang merah dibudidayakan di
daerah ini
b. Siapa yang memperkenalkan pertama kali ke desa ini
2. Jenis varietas yang Saudar/i tanam?....................
3. Sudah berapa lama varietas tersebut saudar tanam?........... tahun
4. Apakah menurut Saudara/i varietas yang saudara/i tanam adlah yang disebut
bawang lokal Samosir?..............................................
5. Menurut Saudara/i ciri-ciri khas atau karakter apakah yang membedakan antara
jenis/tipe/varietas bawang merah?
No.
Jenis/Tipe/Varietas
Bawang Merah
Ciri-ciri Pembeda (Bentuk Daun, Bentuk
Umbi, Aroma, Warna kulit dll)
1.
2.
3.
4.
5.
Universitas Sumatera Utara
6. Apakah keunggulan dan kelemahan masing-masing varietas/tipe/jenis bawang
merah tersebut:
Kelebihan:
1.
2.
3.
4.
5.
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
Kelemahan:
1.
2.
3.
4.
5.
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA
1. Coba dijelaskan persiapan lahan yang Anda lakukan untuk pertanaman bawang
merah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2. Menurut pengalaman Anda kriteria bibit yang baik bagaimana?
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
3. Apakah ada perlakuan khusus pada bibit bawang merah sebelum ditanam?
.....................................................................................................
.....................................................................................................
4. Sebutkan pemeliharaan yang telah dilakukan selama ini?
.....................................................................................................
Universitas Sumatera Utara
.....................................................................................................
.....................................................................................................
5. Proses panen dan pasca panen yang dilakukan?
.....................................................................................................
.....................................................................................................
6. Pada umur berapa biasanya tanaman mulai berbunga?
....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
7. Pada umur berapa tanaman dapat dipanen?
....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Hasil Identifikasi Karakter Bawang Merah Lokal tiap Aksesi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan per rumpun
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi hasil
Ciri-ciri
: Hatoguan
: 40 hari
: 70-75 hari
: 34,91 cm
: 3-8 anakan
: 23-54 helai
: silindris berlubang
: hijau muda
: seperti payung
: putih
: globe
: Ungu / putih
: 17.85 mm
: 13,71 %
: 7,47 ton umbi kering per
hektar
Ciri
: Palipi
: 40 hari
: 70-75 hari
: 23,85 cm
: 2-7 anakan
: 11-31 helai
: silindris berlubang
: hijau muda
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 14,477 mm
: 21,63 %
: 3,04 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
Ciri
: Gopal
: 40 hari
: 70-75 hari
: 21,63 cm
: 4-10 anakan
: 10-26 helai
: silindris berlubang
: hijau muda
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 10,329 mm
: 27,71 %
: 1,96 ton umbi kering per
hektar
Ciri
: Pallombuan
: 40 hari
: 70-75 hari
: 32,15 cm
: 3-13 anakan
: 18-49 helai
: silindris berlubang
: hijau tua kekuningan
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 14,742 mm
: 23,84 %
: 5,09 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
Ciri
: Urat
: 40 hari
: 70-75 hari
: 24,03 cm
: 3-11 anakan
: 18-49 helai
: silindris berlubang
: hijau tua
: seperti payung
: putih
: Ovate (elongated oval)
: Ungu / putih
: 12,33 mm
: 27,46 %
: 3,06 ton umbi kering per
hektar
Ciri
: Sitinjak
: 40 hari
: 70-75 hari
: 22,82 cm
: 4-8 anakan
: 13-28 helai
: silindris berlubang
: hijau tua
: seperti payung
: putih
: Broad elliptic
: Ungu / putih
: 13,309 mm
: 16,53 %
: 3,79 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Parameter
Asal tanaman
Umur mulai berbunga
Umur panen (60 % batang
melemas)
Panjang tanaman
Jumlah anakan
Jumlah daun per rumpun
Bentuk daun
Warna daun
Bentuk bunga
Warna bunga
Bentuk umbi
Warna umbi
Diameter umbi
Berat susut umbi basah-kering
15 Potensi Hasil
Ciri
: Harian
: 40 hari
: 70-75 hari
: 34,68 cm
: 7-10 anakan
: 22-38 helai
: silindris berlubang
: hijau muda kekuningan
: seperti payung
: putih
: Broad elliptic
: Ungu / putih
: 14,753 mm
: 18,32 %
: 5,17 ton umbi kering per
hektar
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Tinggi Tanaman per Rumpun Tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
36.6
37.8
29.6
40.1
29
36
32
38.6
31.2
38.2
37.8
32.02
418.92
34.91
II
27.8
25
26.4
19
24
24.3
17.7
21.5
28.3
24.5
22.4
25.2
286.10
23.84
III
19.1
26.2
24.5
18.6
22.1
22.5
19
19.4
23.9
21
22.1
22.8
261.20
21.77
IV
31.5
29.3
44.4
34
23.5
27.5
37.5
34.5
31.1
28.2
34.2
30.1
385.80
32.15
V
20
21.2
25.7
24
22.2
24.1
26
20.6
24.6
31.9
26.8
21.26
288.36
24.03
VI
22.3
20.4
28.8
24.1
24.1
25
17.7
19.2
24.9
21.7
23.4
22.2
273.80
22.82
VII
32.9
31.2
35.5
33.8
37.6
37.4
36.6
31.2
34.1
36.5
33.6
35.7
416.1
34.68
Lampiran 7. Jumlah Daun per Rumpun tiap Aksesi
Rumpun
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
35
32
42
43
46
33
39
36
54
23
41
36
460
38.33
II
18
31
11
18
19
19
16
28
27
18
18
23
246
20.50
III
12
10
23
16
18
26
24
22
21
23
17
22
234
19.50
IV
49
18
44
20
38
20
34
31
26
39
37
27
383
31.92
V
25
20
13
18
27
39
11
26
17
25
20
24
265
22.08
VI
28
24
28
16
15
20
17
13
19
18
24
16
238
19.83
VII
32
35
26
37
26
22
28
38
26
28
27
33
358.00
29.83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Jumlah Umbi per Rumpun Tiap Aksesi
Rumpun
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
6
5
6
9
8
6
6
7
7
3
10
9
82
6.83
II
3
7
2
5
3
5
3
6
8
5
3
6
56
4.67
III
5
4
7
5
4
10
9
7
8
8
5
8
80
6.67
IV
11
5
7
3
9
3
6
7
6
13
5
2
77
6.42
V
6
5
5
6
9
11
3
7
6
5
6
4
73
6.08
VI
7
7
10
4
8
8
7
5
6
8
5
4
79
6.58
VII
9
8
10
11
7
7
7
8
7
9
9
10
102.00
8.50
Lampiran 9. Jumlah Anakan per Rumpun tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
5
5
6
7
8
4
6
6
7
3
7
5
69.00
5.75
II
3
6
2
5
3
5
3
6
7
5
3
6
54.00
4.50
III
5
4
7
5
4
10
9
7
9
8
5
8
81.00
6.75
IV
10
4
3
7
4
3
6
7
5
13
8
4
74.00
6.17
V
6
5
4
6
9
11
3
8
6
5
7
6
76.00
6.33
VI
7
7
8
4
7
5
6
5
6
7
7
5
74.00
6.17
VII
8
8
10
9
7
7
7
8
7
8
7
9
95.00
7.92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Berat Basah Umbi per Rumpun tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
32.9
29.62
32.92
43.74
42.4
32.28
31.5
30.54
40.68
29.5
37.13
32.09
415.30
34.61
II
15.4
18.4
11.66
9.22
11.18
27.06
8.8
21.76
20.74
10.96
11.74
19.3
186.22
15.52
III
8.56
7.88
11.96
7.96
6.66
16.74
11.9
7.42
14.92
14.46
9.93
11.77
130.16
10.85
IV
36.52
23.14
20.56
22.6
12.98
29.7
25.04
35.9
28.12
32.98
36.21
17.29
321.04
26.75
V
12.74
13.06
15
19.5
18.9
24.22
8.94
15.44
18.44
22.48
18.46
15.28
202.46
16.87
VI
24.98
17.1
18.2
18.86
24.26
20.26
13.38
8.58
21.32
14.56
18.41
17.89
217.80
18.15
VII
26.62
27.32
17.4
29.14
22.12
24.18
22.2
30.32
29.94
24.18
24.91
25.77
304.1
25.34
VI
20.48
13.85
14.4
16.5
20.16
16.78
11.36
7.02
18.54
12.4
15.83
14.47
181.79
15.15
VII
22.24
22.54
12.76
23.3
17.58
20.76
18.42
23.88
25.3
20.2
19.89
21.51
248.38
20.70
Lampiran 11. Berat Kering Umbi per Rumpun tiap Aksesi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
Rataan
Desa
I
27.8
26
27.92
37.94
37.06
27.98
27.2
26.34
34.08
26.3
33.48
26.24
358.34
29.86
II
12.94
14.08
9.12
6.7
8.6
21.98
6.62
17.26
16.22
8.08
8.31
16.01
145.92
12.16
III
5.92
5.66
8.84
5.82
4.04
12.3
8.92
4.9
11.92
10.08
6.13
9.55
94.08
7.84
IV
25.64
18.36
13.3
18.34
10.56
23.62
20.8
29.4
19.9
23.83
29.87
10.89
244.51
20.38
V
8.56
9.56
11.24
14.58
13.02
17.36
6.82
9.44
14.36
17.44
12.89
11.58
146.85
12.24
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, S., Acep Akbar, Wawan Halwany, dan Fajar Lestari. 2010. Eksplorasi
Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Banjarbaru.
Antara
Sumut. 2012. Persediaan
http://www.antarasumut.com.
Bawang
Merah
Mulai
Sedikit.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2013. Produksi bawang merah Sumatera Utara.
Biro Statistik Sumatera Utara, Medan.
Basuki, S. R., 2005. Daya Hasil dan Preferensi Petani terhadap Varietas Bawang Daerah
Lokal dari Berbagai Daerah. Laporan Hasil Penenlitian APBN 2005-OPP DI. 8
Hlm.BPS Sumut
Brewster, J. L. 2008. Onions and Other Vegetable Alliums 2nd Edition. CABI. USA.
Deptan, 2003. Pengembangan Usaha Agribisnis Bawang Merah Terpadu. Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias, dan Aneka Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta.
Distantph (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura). 2014. Budidaya Bawang
Merah. Distantph KalSel. Kalimantan Selatan.
Hardiyanto, N. F. Dedy dan A. Supriyanto. 2007. Eksplorasi, Karakterisasi, dan Evaluasi
Beberapa Klon Bawang Putih Lokal. J. Hort (17(4):307-313,2007)\
Hervani, D., Lili, S., Etti, S., dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang Merah Pada
Beberapa Media Dalam Pot di Kota Padang. Universitas Andalas. Padang.
Irawan, D. 2010. Bawang Merah dan Pestisida. Badan Ketahanan Pangan Sumatera
Utara.
Medan.
http://www.bahanpang.sumutprov.go.id
[12 Januari 2014].
Kartikaningrum, S., Dyah Widiastoety, dan Kusumah Effendie. 2004. Panduan
Karakterisasi Tanaman Hias. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor.
Litbang, 2013. Budidaya Bawang Merah. Kementerian Indonesia. Jakarta.
Putrasamedja, S dan Suwandi. 1996. Varietas Bawang Merah di Indonesia. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Universitas Sumatera Utara
Putri, R. Harwita. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium
ascalonicum) Terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Wistar Hiperlipidemia.
Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang.
Radiya, Mezi. 2013. Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang
(Musa
paradisiaca L.) di Kabupaten Agam. Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa.
Padang.
Rais, S. A. 2004. Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan di Kalimantan Barat. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.
Rosmayati, A. Jamil, dan D. Parhusip. 2012. Karakterisasi Keragaman Aksesi Bawang
Merah Lokal Samosir Sekitar Danau Toba Untuk Mendapatkan Populas Penghasil
Bibit Unggul. USU. Medan.
Sabran, M., A. Krismawati, Y. R. Galingging, dan M. A. Firmansyah. 2003. Eksplorasi dan
Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Kalimantan Selatan.
Siemonsma, J. S. and K. Pileuk, 1994. Plant Resources of South-East Asia. Porsea. Bogor.
Sinclair, P. 1988. The Botany of Onions. Australian Onion Grower. Vol 5:7-10.
Steenis, C. G. G. J., S. Bloembergen dan P. J. Eyma, 2005. Flora. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Sudirja, 2007. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmerah/ Alternaria
partrait.html diakses tanggal 21 Maret 2015.
Sumarni, N dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Lembang.
Suparman. 2010. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.
Sutarya, R dan Grubben, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Swasti, E. 2007. Pengantar Pemuliaan Tanaman (Buku Ajar). Fakultas Pertanian
Unversitas Andalas. Padang. Tjitrosoepomo, G. 2003
Wibowo Singgih, 1994. Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara eksplorasi di sentra-sentra penanaman
bawang merah lokal samosir di wilayah Pulau Samosir meliputi Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan, namun hasil
survei yang dapat dijadikan sampel terletak hanya pada Kecamatan Palipi dan
Kecamatan Onan Runggu dilatarbelakangi oleh minimnya penanaman bawang varietas
lokal, lalu dilanjutkan dengan identifikasi serta karakterisasi beberapa aksesi bawang
merah lokal samosir di Medan pada Juni 2015 sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah lokal samosir
yang berasal dari .7 desa yaitu pada Desa Hatoguan, Palipi, Gopal, Pallombuan, Urat,
Sitinjak, dan Harian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk mendapatkan
informasi dari petani, jangka sorong digital untuk mengukur diameter umbi tanaman,
penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, amplop sebagai tempat penyimpanan
sampel, kotak gabus sebagai tempat penyimpanan kumpulan sampel, buku data dan alat
tulis untuk mencatat data yang diperoleh, serta kamera untuk mendokumentasikan hasil
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Survei yang dilakukan dengan beberapa
tahap yakni melakukan kegiatan eksplorasi, identifikasi serta karakterisasi morfologi
tanaman.
Tahap pertama ialah eksplorasi, kegiatan eksplorasi
yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada metode jelajah secara acak terwakili di sentra-sentra
produksi bawang merah varietas lokal pada wilayah Pulau Samosir. Pada pelaksanaan
tahap ini, diberikan kuisioner pada para petani bawang merah lokal dan diambil sampel
tanaman bawang merah lokal dengan umur siap untuk dipanen juga memenuhi kriteria
dalam kuisioner yaitu telah ditanam dalam kurun
≥10waktu
tahun dengan
menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang memiliki karakteristik yang
dikehendaki. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian.
Pengambilan sampel diambil berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial menggunakan bambu yang dibentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m lalu
ditempatkan dibedeng pertanaman bawang merah, lalu diambil sampel sebanyak 16%
dari seluruh rumpun yang ada dalam 1 petakan. Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 3 kali pada tiap pertanaman yang dijadikan sampel.
Tahap selanjutnya ialah identifikasi, tahapan ini dilakukan melalui desk study
dengan cara mencocokan sampel dengan description list dari IPGRI kemudian dicatat
ciri morfologinya.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan terakhir ialah karakterisasi. Analisis data fenotipe pada karakter
kuantitatif dilakukan untuk melihat keragaman yang ada pada populasi. Analisis
perbandingan keragaman juga dilakukan dengan melihat perbandingan keragaman
fenotipe dengan standar deviasi keragaman fenotipe.
Data kuantitatif yang telah terstandarisasi diolah menggunakan program SPSS
21 dengan analisis gerombol (cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar
aksesi dari setiap sampel masing-masing aksesi. Analisis cluster digunakan untuk
memvisualisasikan data yang multivarians (dari parameter yang diukur) dari hasil survei.
Analisis cluster menghasilkan dendogram yang digunakan untuk menilai pola keragaman
dari data survei (Sutanto, 2009).
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
eksplorasi, identifikasi, serta karakterisasi morfologi tanaman bawang merah varietas
lokal samosir.
Eksplorasi Bawang Merah Lokal Samosir
Penentuan lokasi dilakukan dengan mengeksplorasi tempat-tempat sentra
penanaman bawang merah pada wilayah Pulau Samosir yang meliputi Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan. Eksplorasi
yang dilakukan beralaskan dengan pengambilan data dari hasil kuisioner.
Kuisioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara
berurutan
yang digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari petani petani yang
telah menanam bawang merah≥10 tahun untuk mengetahui sejarah bawang merah
lokal samosir itu sendiri dan yang tetap mempertahankan varietas tersebut hingga saat
ini di wilayah Pulau Samosir. Adapun kuisioner yang diberikan kepada para responden
terlampir.
Sampel yang diambil berupa tanaman bawang merah lokal samosir yang
disesuaikan dengan menggunakan kuisioner berdasarkan teknik purposive sampling
yang dilakukan dengan cara Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Sampel yang
diambil adalah tanaman dari setiap desa dengan umur siap untuk dipanen. Pengambilan
sampel digunakan bambu yang dibentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m lalu
ditempatkan dibedeng pertanaman bawang merah, lalu diambil sampel sebanyak 16%
dari seluruh rumpun yang ada dalam 1 petakan. Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 3 kali pada tiap pertanaman yang dijadikan sampel.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi
Tanaman bawang merah lokal samosir yang didapat kemudian di amati melalui
desk study dengan cara mencocokan sampel pengamatan dengan description list dari
IPGRI kemudian dicatat cirinya. Adapaun ciri yang diidentifikasi meliputi : Panjang
tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, jumlah umbi, berat basah umbi, berat kering
umbi, berat 100 umbi, bentuk umbi, warna kulit umbi, warna umbi, bentuk bunga,
warna bunga, bentuk daun, warna daun, umur berbunga, umur panen.
Karakterisasi
Karakterisasi dilakukan dengan menganalisis data fenotif hasil identifikasi pada
karakter kualitatif yang ditujukan untuk melihat keragaman yang ada pada populasi.
Data kuantitatif juga diolah dengan menggunakan program SPSS analisis gerombol
(Cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan tiap aksesi melalui data dendogram dan
tabel standar deviasi.
Peubah Amatan
Umur Mulai Berbunga
Umur mulai berbunga didapatkan dari kuisioner pada setiap petani masingmasing sampel.
Umur Panen
Umur panen didapatkan dari kuisioner pada setiap petani masing-masing
sampel.
Universitas Sumatera Utara
Panjang Tanaman
Panjang diukur dengan penggaris mulai dari pangkal daun sampai ke ujung daun
tertinggi.
Jumlah Anakan per rumpun
Jumlah anakan dihitung pada masing-masing sampel.
Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung setiap helainya pada masing-masing sampel.
Warna Daun
Warna daun diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Bentuk Daun
Bentuk daun diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Warna Bunga
Warna bunga diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Bentuk Bunga
Bentuk bunga diamati dengan cara visual sesuai dengan karakteristik yang telah
ditemukan.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk umbi
Bentuk umbi diamati dan diberi tanda penomoran dengan mencocokan dengan
pengelompokan berdasarkan IPGRI.
Warna umbi
Warna umbi diamati dan diberi penomoran dengan mencocokan dengan
pengelompokan berdasarkan IPGRI.
Warna kulit umbi
Warna kulit umbi diamati dan diberi penomoran dengan mencocokan dengan
pengelompokan berdasarkan IPGRI.
Jumlah umbi per tanaman (Bulbs per plant)
Jumlah umbi per tanaman dihitung dan didata hasilnya
Berat 100 umbi
Berat 100 umbi dihitung dengan timbangan digital.
Berat Basah Umbi
Berat basah umbi dihitung sesaat setelah sampel baru diambil dan dibersihkan
dari kotoran yang menempel dengan menggunakan timbangan digital.
Berat Kering Umbi
Berat kering umbi dihitung setelah sampel siap dikeringkan dengan
menggunakan timbangan digital.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Eksplorasi Bawang Merah Varietas Lokal
Eksplorasi bawang merah varietas lokal dimulai dengan mengeksplorasi sentrasentra penanaman bawang merah lokal di wilayah Pulau Samosir pada Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan. Namun hasil
eksplorasi dari bawang merah lokal Samosir hanya terdapat pada 2 (dua) Kecamatan
yaitu pada kecamatan Palipi dan Kecamatan Onan Runggu.
Dari 2 (dua) Kecamatan tersebut, maka dicarilah para petani yang memang
bertanam bawang menggunakan varietas lokal. Hasil pencarian petani yang diperoleh
diberikan kuisioner. Para petani yang memenuhi ketentuan sebagai responden apabila
memenuhi
syarat
atau
ketentuan
yang
ditetapkan
dalam
kuisioner,
yaitu
membudidayakan sampel bawang merah lokal Samosir lebih dari 10 tahun dan ciri-ciri
bakal sampelnya sesuai dengan kriteria dari hasil kuisioner.
Dari keseluruh responden didapat 7 petani dari 7 aksesi yang berbeda yang
bawangnya dapat diambil dan diamati pertanaman bawangnya. Aksesi yang terdapat
pada Kecamatan Palipi terdapat pada desa Hatoguan (N2º31’54,71”,E98º47’22,01”),
Palipi (N2º29’22,308”,E98º48’4,255”),
Gopal (N2º28’32,452”,E98º48’40,522”)
Pallombuan dan Urat (N2º24’26,928”,E98º51’51,683”) kemudian aksesi yang terdapat
pada
Kecamatan
Onan
Runggu
terdapat
pada
Desa
Sitinjak
(N2º20’39,344”,E98º54’56,752”) dan Harian (N2º27’9,064”,E98º56’29,484”).
Dari hasil kuisioner didapat bahwa petani atau responden dari desa Hatoguan,
Bapak Malau, mengusahakan lahan untuk bertanam bawang ±1,5 rante. Budidaya yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Bapak Malau dilaksanakan dengan melakukan kegiatan penyiraman
tanpa menggunakan pompa. Pada awal pembukaan lahan, lahan digaru menggunakan
traktor hingga halus. Asal bibit yang diusahan oleh responden ini berasal dari bibit
varietas lokal hasil panen penanaman sebelumnya yang telah diturunkan lebih dari 10
tahun. Penanaman yang dilakukan tidak serentak melainkan terdiri dari 2 umur
penanaman yang berbeda 4 minggu.
Dari hasil kuisioner didapat bahwa petani atau responden dari desa Pallombuan,
Bapak Sinaga, mengusahakan lahan untuk bertanam bawang ±3,5 rante. budidaya yang
dilakukan oleh Bapak Sinaga dilaksanakan dengan melakukan kegiatan penyiraman 1 kali
setap 3 hari tanpa menggunakan pompa, hal tersebut dapat dilaksanakan karena letak
lahan reponden ini bersebelahan dengan pesisir Danau Toba. Pada awal pembukaan
lahan, lahan ditraktor 3 kali dengan menggunakan Jetor dan pembuatan bedengan
dilakukan dengan menggunakan cangkul. Salah satu kegiatan budidaya yang dilakukan
responden ini ialah apabila terjadi hujan pada saat cuaca panas, dilakukan aplikasi
penyiraman ditambahkan bubuk deterjen, Hal ini diyakini dapat mengantisipasi dampak
kelayuan yang diakibatkan oleh cuaca Pancaroba. Penanaman yang dilakukan tidak
serentak melainkan terdiri dari 3 umur penanaman yang berbeda 4 mingggu.
Dari hasil kuisioner didapat bahwa petani atau responden dari desa Palipi, Bapak
Sihombing, mengusahakan lahan untuk bertanam bawang ±400m2. Budidaya yang
dilakukan oleh responden dilaksanakan dengan tanpa melakukan kegiatan penyiraman.
Pada awal pembukaan lahan, lahan diolah dan dibuat bedengan dengan menggunakan
cangkul. Penanaman yang dilakukan tidak serentak melainkan terdiri dari 2 umur
penanaman yang berbeda 4 mingggu.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil kuisioner diperoleh hasil bahwa dari desa Gopal, ibu Gultom yang
mengusahakan lahan bawang seluas 100 m2. Proses pengolahan lahan di desa ini masih
dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul. Penanaman bawang di
desa ini dilakukan budidaya tanam secara serempak, hal ini dikarenakan luas lahan di
desa Gopal yang tidak terlalu luas. Untuk pemeliharaan tanaman bawang didesa ini juga
tidak terlalu intensif, bahkan tidak dilakukan penyiraman sama sekali, hanya pemupukan
dengan pupuk kandang pada awal penanaman saja. Untuk asal bibit yang ditanam
didesa ini berasal dari bibit bawang varietas lokal hasil panen dari penanaman
sebelumnya
Berdasarkan hasil kuisioner dari kecamatan Onan Runggu tepatnya didesa Harian
oleh Ibu Simatupang yang mengusahakan lahan seluas ±1 rante, bahwa proses
penolahan lahan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, baik
untuk pembuatan bedengan dan juga pemeliharaannya. Proses penanaman bawang
didesa ini dilakukan dengan penambahan bahan organik diawal penanaman sedangkan
Untuk penyiraman didesa ini dilakukan dengan tidak menggunakan pompa, hal ini
dikarenakan letak desa yang yang bersebelahan dengan pesisir danau toba.
Dari hasil kuisioner oleh bapak Nainggolan dari desa Sitinjak yang mengusahakan
lahan seluas ½ rante, untuk proses pengolahan lahan dilakukan dengan membuat
bedengan secara manual dengan menggunakan cangkul, selain itu diawal penanaman
ditambahkan pupuk kandang. Untuk pemeliharaan tanaman bawang didesa ini tanpa
penyiraman dan penyemprotan. Varietas yang ditanam didesa ini masih menggunakan
varietas lokal dari hasil panen sebelumnya.
Berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh dari desa Urat oleh bapak Tambunan
yang mengusahakan lahan seluas 1 rante, untuk proses pengolahan lahan masih
Universitas Sumatera Utara
dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, dan pada proses penanaman
dilakukan penambahan pupuk kandang. Tidak dilakukan pemeliharaan secara intensif
bahkan tidak dilakukan penyiraman sama sekali. Varietas yang ditanaman didesa ini
sama dengan desa yang lainnya yaitu menggunakan varietas lokal turunan
Hasil Identifikasi Bawang Merah Varietas Lokal
Hasil identifikasi rataan karakter agronomi bawang merah lokal Samosir per tiap
aksesi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Rataan Karakter Agronomi Bawang Merah Lokal Samosir tiap Aksesi
Aksesi
Parameter
Hatoguan
Palipi
Gopal
Pallombuan
Urat
Sitinjak
Harian
Panjang Tanaman
34.91a
23.85c
21.76c
32.15b
24.03c
22.61c
34.68a
Jumlah Anakan
5.75c
4.50c
6.75ab
6.16bc
6.33ab
6.16bc
7.83a
Jumlah Daun
38.33a
20.50c
19.50c
34.33b
31.91c
19.83c
29.83b
Jumlah Umbi
6.83b
4.66c
6.66b
6,42b
6.08bc
6.58b
8.50a
Berat Basah
34.60a
15.51d
10.84e
26.75b
16.87cd
18.15c
25.34b
Berat Kering
29.86a
12.16d
7.84e
20.37b
12.23d
15.14c
20.69b
Berat 100 Umbi
489.00
286.61
125.12
314.23
201.25
225.12
266.40
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter panjang tanaman
tertinggi adalah pada aksesi Hatoguan berbeda tidak nyata terhadap aksesi Harian, dan
berbeda nyata terhadap aksesi Palipi, Gopal, Pallombuan, Urat, dan Sitinjak.
Dari hasil analisis pada tabel 1 dikatahui bahwa pada parameter jumlah anakan
per rumpun terbanyak adalah pada aksesi berbeda nyata terhadap aksesi Hatoguan,
Palipi, Gopal, Pallombuan, Urat, dan Sitinjak.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter jumlah daun terbanyak
adalah pada aksesi Hatoguan dan berbeda nyata terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter jumlah umbi terbanyak
adalah pada aksesi Harian dan berbeda nyata terhadap aksesi terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter berat basah terbesar adalah
pada aksesi Hatoguan dan berbeda nyata terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada parameter berat kering terbesar adalah
pada aksesi Hatoguan dan berbeda nyata terhadap aksesi lainnya.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa karakter morfologi bawang merah lokal
Samosir menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara keenam aksesi yang
signifikan secara umum, seperti umur mulai berbunga sekitar 40 hari, umur panen (60%
batang melemas) yaitu 70-75 hari, bentuk daun silindris berlubang, bentuk bunga
seperti payung, warna umbi ungu/putih.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah gambar histogram rataan tiap parameter seluruh aksesi :
Histogram panjang tanaman
Panjang Tanaman
Histogram Panjang Tanaman
40
30
20
10
0
Gambar 1. Histogram panjang tanaman tiap aksesi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan panjang tanaman tiap
aksesi tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 34,91 cm dan terendah aksesi Gopal yaitu
21,76 cm.
Histogram jumlah anakan
Jumlah Anakan Per
Rmpun
Histogram Jumlah Anakan Per Rumpun
10
5
0
Gambar 2. Histogram jumlah anakan
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan jumlah anakan tiap aksesi
tertinggi adalah aksesi Harian yaitu 7,83 dan terendah aksesi Palipi yaitu 4,5.
Universitas Sumatera Utara
Histogram jumlah daun
Jumlah Daun
Histogram Jumlah Daun Per Rumpun
60
40
20
0
Gambar 3. Histogram jumlah daun
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan jumlah daun tiap aksesi
tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 38,33 dan terendah aksesi Gopal yaitu 19,5.
Histogram jumlah umbi
Jumlah Umbi per
rumpun
Histogram Jumlah Umbi per Rumpun tiap Desa
600
400
200
0
Gambar 4. Histogram jumlah umbi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan jumlah umbi tiap aksesi
tertinggi adalah aksesi Harian yaitu 8,5 dan terendah aksesi Palipi yaitu 4,66.
Universitas Sumatera Utara
Histogram berat basah umbi
Berat Basah Umbi
Histogram Berat Basah Umbi
40
20
0
Gambar 5. Histogram berat basah umbi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan berat basah umbi tiap
aksesi tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 34,6 dan terendah aksesi Gopal yaitu
10,84.
Histogram berat kering umbi
at Kering Umbi
Histogram Berat Kering Umbi
40
20
0
Gambar 6. Histogram berat kering umbi
Berdasarkan hasil histogram diketahui bahwa rataan berat basah umbi tiap
aksesi tertinggi adalah aksesi Hatoguan yaitu 29,86 dan terendah aksesi Gopal yaitu
7,84.
Adapun gambar sampel vegetatif (dengan perbedaan umur) dari seluruh aksesi
bawang merah lokal samosir dapat dilihat dalam gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. sampel vegetatif aksesi Gopal pada umur 7 minggu
Gambarr 8. sampel vegetatif aksesi Sitinjak pada umur 8 minggu
Gambar 9. sampel vegetatif aksesi Palipi, Pallombuan, Urat, Harian
pada umur 9 minggu.
Gambar 10. sampel vegetatif aksesi Hatoguan pada umur 10 minggu
Universitas Sumatera Utara
Adapun gambar sampel vegetatif dari seluruh aksesi bawang merah lokal
samosir dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 11. Foto umbi bawang merah lokal Samosir
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah hasil analisis sampel tanah yang dilakukan di Laboratorium PT.
Socfin Indonesia (Socfindo) :
Tabel 3.Hasil analisis sampel tanah tiap aksesi
Parameter Analisis
aksesi
S-pH-H2O
S-C-Org
S-N-Kjehldahl
P-Bray
K-exch
PALLOMBUAN
6.6
1.050
0.15
519.23
4.76
GOPAL
7.4
0.690
0.09
762.56
2.59
SITINJAK
6.8
0.510
0.10
215.22
1.73
URAT
7.2
0.420
0.11
487.40
2.60
PALIPI
5.8
0.570
0.12
409.40
1.27
HATOGUAN
6.2
1.380
0.21
315.65
1.68
HARIAN
6.1
1.120
0.14
191.12
1.36
Pada saat pengamatan diketahui bahwa ada beberapa kendala yang membatasi
kegiatan bertanam bawang di tiap aksesi. Salah satu kendala yang memberikan dampak
signifikan ialah karena ada pengaruh iklim, dimana saat itu berada pada musim kemarau
panjang. Namun keadaan iklim tersebut tidak diimbangi oleh kegiatan penanggulangan
yang sesuai (seperti pengairan) untuk memenuhi kebutuhan tanaman dikarenakan
terbatasnya modal biaya. Umumnya tiap aksesi tidak melakukan kegiatan penyiraman,
namun untuk aksesi Hatoguan penyiraman dapat dilaksanakan karena letaknya yang
berada pada pinggir pesisir Danau Toba.
Pada pengamatan diketahui bahwa selain faktor iklim, kendala yang
mempengaruhi pada kegiatan bertanam bawang merah di Pulau Samosir ialah serangan
hama dan penyakit. Pada lokasi pengamatan diketahui beberapa penyakit yang umum
Universitas Sumatera Utara
menyerang ialah penyakit mati pucuk atau pucuk daun. Selain penyakit, faktor serangan
hama juga memberikan kontribusi yang merugikan. Salah satu hama utama yang
terdapat di lokasi pengamatan ialah hama ulat. Salix exigua.
Hasil Karakterisasi Bawang Merah Varietas Lokal
Berikut adalah hasil grading secara visual untuk pembagian umbi besar, umbi
sedang, dan umbi yang kecil. Hasil grading disajikan dalam table berikut :
Tabel 4. Jumlah Umbi hasil grading (umbi)
Desa
Total
Rataan
Grade
I
II
Besar
29
13
Sedang
40
16
Kecil
13
Total
Rataan
III
IV
V
VI
VII
20
5
16
20
103
17.17
11
23
26
30
47
193
27.57
27
69
34
42
33
35
254
36.29
82
56
80
77
73
79
102
550
27.33
18.66
40.00
25.67
24.33
26.33
34.00
197
26.35
Tabel 5. Berat Umbi hasil grading (g)
Desa
Total
Rataan
Grade
I
II
Besar
169.56
51.87
Sedang
167.07
51.08
Kecil
21.71
Total
Rataan
III
IV
V
VI
VII
100.68
21.07
64.79
90.71
498.68
83.11
18.92
74.64
62.59
67.51
102.91
544.72
77.82
42.97
75.16
69.19
63.19
49.49
54.74
376.45
53.78
358.34
145.92
94.08
244.51
146.85
181.79
248.36
1419.85
119.45
48.64
47.04
81.50
48.95
60.60
82.79
473
Universitas Sumatera Utara
120.28
Desa
Total
Rataan
Grade
I
II
Besar
4.24
3.99
Sedang
4.18
3.19
Kecil
1.67
Total
Rataan
III
IV
V
VI
VII
5.03
4.21
4.05
4.54
26.06
4.34
1.72
3.25
2.41
2.25
2.19
19.18
2.74
1.53
1.09
2.04
1.50
1.50
1.56
10.90
1.56
10.09
8.72
2.81
10.31
8.13
7.80
8.29
56.14
3.36
2.91
1.40
3.44
2.71
2.60
2.76
19.18
2.81
Tabel 6. Hasil grading berat umbi dengan jumlah umbi
Berikut adalah hasil olah data dengan menggunakan program SPSS
analisis gerombol (cluster) berdasarkan nilai keragaman berupa gambar
dendogram dan tabel descriptive statistics :
Gambar 12. dendogram
Universitas Sumatera Utara
tabel 7. statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
pan_tan
7
21.63
34.91
27.7243
5.90838
Jum_an
7
4.50
7.83
6.2286
1.03233
jum_da
7
19.50
38.33
27.3857
7.44814
ber_bas
7
10.84
34.60
21.1557
8.11575
ber_ker
7
7.84
29.86
16.9043
7.34667
jum_um
7
4.66
8.50
6.6143
1.08078
Valid N (listwise)
7
Pembahasan
Hanya Kecamatan Palipi dan Kecamatan Onan Runggu yang sesuai sebagai sampel
pengamatan dilatarbelakangi oleh beralihnya para petani bawang kepada pekerjaan dan
komoditi lain disebabkan keterbatasan biaya modal untuk menanggulangi keadaan
kemarau panjang. Tidak hanya hal tersebut yang membatasi penanaman bawang merah
varietas lokal, namun beralihnya petani kepada penanaman dengan varietas kiriman
seperti varietas Brebes atau Thailand yang memiliki bobot lebih tinggi dari bawang
merah varietas lokal Samosir.
Hasil survei dilakukan pada wilayah Pulau Samosir pada Kecamatan Palipi,
Simanindo, Onan Runggu, Pangururuan, Ronggur Ni Huta dan Nainggolan. Dari seluruh
Kecamatan tersebut hanya 2 (dua) Kecamatan di Pulau Samosir yang dapat dijadikan
Universitas Sumatera Utara
sampel pengamatan, yaitu pada Kecamatan Palipi dan Kecamatan Onan Runggu. Hasil
identifikasi didapat bahwa ada kesamaan dalam karakteristik tanaman bawang merah
lokal pada parameter bentuk daun, bentuk bunga dan warna bunga. Kesamaan
parameter tersebut juga sama dengan karakteristik yang dijabarkan dalam karakteristik
pada bawang merah varietas Medan yaitu bentuk daun bulat silindris, bentuk bunga
seperti payung dan warna bunga putih.
Terlepas kesamaan yang terlihat antara bawang merah varietas lokal Samosir
dengan deskriptif bawang medan, pada parameter warna umbi keseluruhan aksesi
varietas lokal memiliki karakter yang sama, yaitu bewarna putih keunguan. Namun
diluar dari kesamaan tersebut, terdapat perbedaan pada beberapa parameter seperti
hal-nya umur berbunga yang relatif lebih cepat yaitu pada kurun 40 hari dimana waktu
tersebut lebih cepat 1 minggu dari deskriptif varietas medan. Walaupun umur berbunga
bawang lokal di Pulau Samosir umumnya lebih cepat, namun untuk waktu panen
diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan deskriptif bawang medan.
Umumnya bawang lokal di Pulau Samosir dapat di Panen pada kisaran Umur 70-75 hari,
1 minggu lebih lama bila dibandingkan dengan deskriptif bawang medan. Bukan hanya
pada parameter umur berbunga dan umur panen saja yang berbeda dengan parameter
deskriptif, namun pada parameter lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun per
rumpun, warna daun, diameter daun, bentuk umbi, warna umbi, diameter umbi, dan
berat susut umbi pun tidak semua sama (ada beberapa yang sesuai, namun banyak juga
yang tidak sesuai). Hal yang paling berbeda yaitu dalam parameter warna umbi karena
keseluruhan sampel mempunyai warna umbi putih keunguan.
Beberapa perbedaan dari hasil parameter yang sebagian tidak sesuai dapat
disebabkan oleh karena ketidaksuaian dalam budidaya bawang sehingga tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhan syarat tumbuhnya dan mempengaruhi pertumbuhan bawang
tersebut. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distantph) (2014)
menyatakan bahwa tanaman bawang merah dapat tumbuh optimal dengan ketinggian
0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%.
Bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi
berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi,
bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, dengan drainasi dan serasi yang baik.
Hasil tertinggi untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari potensi hasil per
hektar, rataan hasil berat basah, dan rataan hasil berat kering di dapat pada aksesi
Hatoguan dengan potensi hasilnya 7,47 ton per ha, rata-rata berat basah 34,60 g, dan
rata-rata berat keringnya 29,86 g. Sedangkan Hasil terendah untuk parameter kuantitatif
di perhitungkan dari potensi hasil per hektar, rataan hasil berat basah, dan rataan hasil
berat kering di dapat pada aksesi Gopal dengan potensi hasilnya 1,96 ton per ha, ratarata berat basah 10,84 g, dan rata-rata berat keringnya 7,84 g.
Hasil tertinggi untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari tinggi tanaman
dan jumlah daun di dapat pada aksesi Hatoguan dengan hasil rataan tinggi tanaman
sebesar 34,91cm dan rataan jumlah daun sebanyak 38,33 helai. Sedangkan Hasil
terendah untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari tinggi tanaman dan jumlah
daun di dapat pada aksesi Gopal dengan hasil rataan tinggi tanaman sebesar 21,63cm
dan rataan jumlah daun sebanyak 19,50 helai.
Hasil tertinggi untuk parameter kuantitatif di perhitungkan dari jumlah anakan
di dapat pada aksesi Harian dengan hasil rataan jumlah anakan sebesar 7,83. Sedangkan
Hasil terendah untuk parameter kuantitatif di perhitungkan jumlah anakan di dapat
Universitas Sumatera Utara
pada aksesi Palipi dengan hasil rataan jumlah anakan sebesar 4,5. Hasil tertinggi untuk
parameter kuantitatif di perhitungkan dari jumlah umbi di dapat pada aksesi Harian
dengan hasil rataan jumlah umbi sebesar 8,5. Sedangkan Hasil terendah untuk
parameter kuantitatif di perhitungkan jumlah umbi di dapat pada aksesi Palipi dengan
hasil rataan jumlah umbi sebesar 4,66. Salah satu hal yang berpotensi mengakibatkan
hal tersebut ialah oleh keragaman deskriptif atau nilai kekerabatan yang berbeda.
Walaupun pada beberapa karakter dimiliki persamaan, namun tidak menutup
kemungkinan untuk mempunyai perbedaan karakter karena adanya jarak kekerabatan
antar aksesi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan nilai diatas, salah satunya
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan lokasi. Pada saat pengamatan diketahui
iklim sedang berada dalam masa kemarau panjang sehingga keadaan lahan rentan akan
kekeringan. Desa Hatoguan terletak di daerah pesisir Danau Toba sehingga tetap dapat
diadakan kegiatan penyiraman tanpa memerlukan ketersediaan pompa air untuk
memenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan dalam pembentukan umbi. Hal ini sesuai
dengan literature Wibowo (1994) yang menyatakan Bawang merah merupakan tanaman
yang tidak tahan akan kekeringan, karena sistem perakaran yang pendek, sementara itu
kebutuhan air (bukan iar hujan atau air genangan) selama pertumbuhan dan
pembentukan umbi cukup banyak.
Hasil pada grading didapatkan bahwa nilai grade untuk umbi besar ialah 4,34 g,
sedangkan untuk umbi yang berukuran sedang didapat nilai grade sebesar 2,74 g, dan
untuk umbi yang berukuran kecil didapat nilai grade sebesar 1,56 g. pada grading juga
diketahui bentuk umbi yang paling dominan dari keseluruhan sampel ialah umbi yang
berukuran kecil. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena keadaan lingkungan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mendukung proses pertumbuhan umbi, sebagaimana diketahui pada survei bahwa salah
satu kendala bertanam bawang di Pulau Samosir saat itu ialah faktor iklim yang sedang
berada dalam masa kemarau panjang, ditambah lagi mayoritas petani bawang di Pulau
Samosir tidak melakukan kegiatan penyiraman dikarenakan keterbatasan biaya atau
modal untuk membeli pompa.
Banyak kendala yang dihadapi oleh para petani bawang merah lokal di Pulau
Samosir. Namun dimulai pada kisaran awal April dikemukakan bahwa hal yang paling
membatasi hasil dari bertanam bawang merah lokal ialah keadaan iklim yang berada
pada kemarau panjang dan keadaan para petani yang tidak mampu untuk melakukan
kegiatan penyiraman dikarenakan oleh faktor biaya (modal). Umunya petani yang dapat
melakukan kegiatan penyiraman hanyalah petani yg memiliki lahan di daerah pesisir
danau, selebihnya para petani lain tidak mengusahakan kegiatan apapun dalam hal
pengairan. Hal lainnya yang sangat nyata ialah kehadiran hama ulat Salix exigua dalam
jumlah yang relatif banyak. Hama ini dapat menyebabkan penuruan hasil yang nyata dari
bawang merah lokal. Dampak dari serangan hama ini ialah mengakibatkan daun menjadi
kuning dan layu, ditambah sifatnya yang polifag (pemakan segala). Gejala serangan yang
ditimbulkan oleh ulat bawang ini ialah adanya lubang-lubang pada daun mulai dari tepi
daun permukaan atas atau bawah. Umumnya imago betina menyebarkan telurnya
secara berkelompok pada ujung daun, pada tiap kelompok jumlah telur dapat mencapai
50-150 butir telur, dan seekor imago betina mampu menyebarkan telur hingga
mencapai rata-rata 1000 telur dalam kurun waktu untuk menetas hanya 3 hari. Hal
tersebut yang menyebabkan kehadiran hama ulat ini relatif banyak dan sulit untuk
dikendalikan.
Universitas Sumatera Utara
Selain hama dan permasalahan iklim, serangan penyakit mati pucuk atau pucuk
daun juga memprihatinkan. Umumnya penyakit ini menyerang pertanaman yang relatif
berumur dewasa. Kerugian yang lebih besar disebabkan oleh penyakit ini ialah kerugian
secara materi untuk biaya input yang sudah terpakai juga waktu yang sia-sia. Menurut
Firmanto (2011) penyakit mati pucuk atau pucuk daun disebabkan oleh cendawan
Phytophthora porri Foister atau yang juga disebut Phytophthora allii Sawada. Penyakit
ini mula-mula menyerang ujung daun hingga warnanya menguning, kemudian sel-selnya
mati dan mongering. Selanjutnya gejala menjalar ke bawah sampai ± 15 cm. Pada musim
hujan atau daerah yang berkabut, tanaman akan mengalami serangan penyakit yang
berat
Dari hasil olah Data SPSS analisis gerombol didapat statistik deskriptif yang
menunjukan standar deviasi tertinggi ada pada parameter berat basah umbi yaitu
sebesar 8,11575. Keragaman ini membagi sampel dalam 2 (dua) kelompok besar.
Dimana kelompok I memiliki nilai rata-rata ≤18,15 dan kelompok II≥ 25.34 gram untuk
parameter berat basahnya. Setiap kelompok besar tidak memiliki range keragaman yang
jauh satu dengan yang lainna sehingga jarak kekerabatannya masih dekat.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan karakter yang signifikanpada pada ketujuh aksesi bawang
merah lokal Samosir.
2. Potensi hasil bawang merah aksesi Hatoguan paling tinggi diantara ketujuh aksesi
dengan 7,47 ton umbi kering per hektar.
3. Rataan grade umbi dari ketujuh aksesi untuk umbi besar adalah 4,34 g , untuk grade
sedang adalah 2,74 g, sedangkan grade kecil yaitu 1,56 g.
4. Karakter pembeda antar ketujuh aksesi bawang merah lokal Samosir adalah berat
basah umbi per rumpun.
5. Hama