Eksplorasi dan Identifikasi Beberapa Aksesi Bawang Merah Lokal Samosir (Allium Ascalonicum L.) di Pulau Samosir

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah adalah salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di
Indonesia yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan
pengganti antibiotik, menurunkan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula
darah (Irawan, 2010). Hal yang membuat bawang merah dapat bermanfaat pada
kesehatan ialah karena kandungan bawang merah yang mengandung zat-zat non gizi
(fitokimia). Senyawa fitokimia yang terdapat dalam bawang merah yaitu allisin, alliin,
allil propel disulfid, fitosterol, flavonol, flavonoid, kaempfenol, quersetin, quersetin
glikosida, pektin, dan saponin (Putri, 2010).
Berdasarkan data BPS tahun 2009 produksi bawang merah di Sumut mencapai
12.655 ton, namun pada tahun 2010 produksinya menurun hingga capaian 9.413 ton.
Pada tahun 2011 produksi bawang merah meningkat kembali hingga capaianya 12.449
ton, peningkatan tersebut tetap berlanjut di tahun 2012 dimana hasil produksi panen
bawang merah di Sumatera Utara mencapai14.156. Walaupun dalam 2 tahun terakhir
produksi panen mengalami peningkatan, hal tersebut belum memenuhi kebutuhan
konsumsi dimana pada tahun 2012 mencapai jumlah 41.863 ton, yang artinnya Sumut
defisit atau harus mengimpor 27.707 ton untuk menutupi kebutuhan konsumsinya.
Sejak tahun 1970an hingga awal tahun 2005 Kabupaten Samosir dan daerahdaerah di sekitar Danau Toba telah dikenal sebagai daerah produsen utama bawang
merah di Sumatera Utara dimana varietas yang ditanaman adalah varietas lokal Samosir
(Antara Sumut, 2012).


Namun kini bawang merah Samosir yang pernah menjadi

kebanggaan daerah tersebut hampir punah dan sangat memprihatinkan. Bahkan
varietas lokal Samosir kini digantikan dengan varietas yang kualitasnya jauh di bawah

Universitas Sumatera Utara

kualitas bawang Samosir. Bahkan menurut BPS pada tahun 2013 produksi bawang di
Sumut kembali mengalami penurunan yang signifikan hingga capaian produksinya hanya
8.305 ton, dimana Kabupaten Samosir hanya berkontribusi sebesar 1.114 ton.
Hanya sebagian kecil kontribusi yang dihasilkan dari verietas bawang merah
lokal Samosir pada produksi bawang merah di Kabupaten Samosir, karena mayoritas
petani telah beralih varietas dengan varietas Brebes atau Thailand yang ukurannya lebih
besar namun aromanya dan rasanya kurang tajam bila dibandingkan dengan bawang
merah varietas lokal (Basuki, 2005).
Dengan beralihnya asal bibit petani, keberadaan dan ketersediaan bawang lokal
dapat dipengaruhi, sehingga keberadaan bawang lokal semakin sedikit, begitu pula
dengan kualitas dari bawang lokal samosir tersebut, padahal keunggulan yang dimiliki
oleh bawang lokal samosir tidak sebanding dengan kualitas dari bibit bawang kiriman.

Oleh karena itu perlu dilakukannya upaya penyelamatan terhadap bawang lokal samosir
untuk mempertahankan sifat unggul yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna
mengetahui hasil eksplorasi dan identifikasi dari beberapa aksesi bawang merah lokal
samosir (Allium ascalonicum L.) pada wilayah pulau Samosir, sehingga diketahui
identifikasi karakteristik asli dari bawang merah lokal samosir dan dapat dilestarikan
mengingat populasinya yang kian menurun.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi bawang merah
lokal samosir (Allium ascalonicum L.) sehingga dapat dikarakterisasi

aksesi-aksesi

varietas lokal bawang merah di wilayah Pulau Samosir juga dapat menyediakan populasi

Universitas Sumatera Utara

bawang merah lokal samosir yang berpotensi untuk diseleksi sebagai penghasil bibit
bawang merah unggul
Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara