PENDAHULUAN POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) Pola Komunikasi Interpersonal Orang Dengan Lupus (Odapus) Dalam Masyarakat (Studi Fenomenologi Pola Komunikasi Interpersonal Odapus Pada Komunitas Griya Kupu Solo Dalam Masyarakat).

berkomunikasi dan tidak mungkin tidak membutuhkan komunikasi. Setiap manusia mengharapkan kehidupan sosial yang harmonis. Komunikasi yang lancar dengan noise gangguan yang minim menjadi harapan semua orang agar kehidupan terasa nyaman, menyenangkan dan bahagia. Namun, tidak semua orang mendapatkan hal tersebut, termasuk penderita penyakit lupus. Penderita lupus ini sering disebut sebagai orang dengan lupus odapus. Perubahan fisik yang terlihat jelas, serta perasaan takut akan penyakit yang belum ditemukan obatnya, membuat kebanyakan odapus minder untuk tampil bersosial di muka umum. Mereka merasa tidak percaya diri, sehingga sedikit demi sedikit odapus cenderung menarik diri dari kehidupan bersosial. Perasaan khawatir tidak terlihat cantik menarik, takut dicela, dan takut tidak diterima di pergaulan hingga takut ditinggalkan orang-orang terdekat kerapkali menghantui perasaan odapus. Rasa sakit dan lelah yang berlebihan akibat serangan Lupus, perubahan fisik yang mencolok menambah masalah psikologis dan beban mental tersendiri bagi odapus yang sebagian besar adalah wanita. Sehingga, hal tersebut dapat memunculkan berbagai emosi yang beragam. Rasa marah, kecewa, terkadang menutup diri, emosi, dan lebih sensitif lebih sering dialami odapus. Juga rasa takut akan perlakuan yang berbeda dari orang disekitar mereka pasti timbul pada odapus atau rasa takut akan kehilangan orang terdekat. Hal tersebut mengakibatkan mereka menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka menjadi cenderung pendiam dan mengisolasi diri. Selain itu mereka juga merasa stress sehingga komunikasi dan interaksi dengan orang-orang di sekeliling menjadi berkurang. Hal tersebut menurut Tiara Savitri dalam bukunya Aku Lupus 2005 merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi pada seseorang yang baru didiagnosis terkena Lupus. Cemas dan emosional, marah, ketidaktahuan bagaimana memberitahukan diagnosis kesehatan pada keluarga, teman dan kerabat, hingga muncul perasaan takut tidak dapat hidup normal dan takut akan kematian kerapkali menyelimuti pikiran odapus. Tanggapan orang-orang sekitar yang memandang aneh dengan perubahan fisik hingga dicerca pertanyaan-pertanyaan mengenai perubahan fisik menambah kesedihan dan cenderung membuat odapus untuk menarik diri dari kehidupan bersosial. Ketidaktahuan dan minimnya informasi serta kurangnya kewaspadaan mengenai penyakit Lupus lah yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sumber: republica.co.id Padahal, menurut data dari YLI yang dikutip dari republika.co.id, menunjukkan bahwa penderita Lupus meningkat dari tahun ke tahun. Begitu pula penderita Lupus di Indonesia, meningkat dari 12.700 jiwa pada tahun 2012 menjadi 13.300 jiwa per April 2013. Disamping itu, sekitar lima juta orang diseluruh dunia terkena penyakit Lupus, dimana penyakit tersebut dominan menyerang wanita usia produktif 15-45 tahun. Rasa rendah diri odapus untuk berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan odapus cenderung menutup diri. Sehingga, odapus yang sebenarnya membutuhkan dukungan, semangat dan motivasi untuk terus menjalani hidup tidak bisa terpenuhi kebutuhan komunikasinya dan menyebabkan kondisi psikis menjadi terpuruk. Selain itu, ketika odapus terjun ke masyarakat, seperti penjelasan di atas, banyak sekali masyarakat awam yang masih menganggap aneh, mencerca berbagai pertanyaan yang tentu saja membuat para odapus tersebut merasa tidak nyaman dan berbeda dari orang kebanyakan. Sehingga menyebabkan komunikasi interpersonal dengan masyarakat terasa lebih sulit. Berangkat dari fenomena tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti pola komunikasi interpersonal odapus dengan masyarakat, mengingat mereka juga merupakan bagian dari masyarakat dan makhluk sosial yang sangat membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Melalui komunikasi, manusia sebagai makhluk sosial dapat bertahan hidup. Selain itu juga berfungsi untuk memelihara hubungan melalui komunikasi antarpribadi Mulyana, 2004: 73.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan berkomunikasi. Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk hidup bersama melalui interaksi dengan sesamanya. Dalam proses interaksi, komunikasi menjadi salah satu unsur penting dalam membangun terjadinya proses komunikasi tersebut. Pada kenyataannya, komunikasi merupakan hal yang bersifat dinamis, selalu berkembang. Melalui komunikasi, manusia diarahkan untuk tidak melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan selalu berhubungan dengan sesamanya. Hingga akan tiba saatnya pada titik saling pengertian untuk mencapai kehidupan sosial yang baik dan harmonis. Esensi dalam komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna antara orang yang terlibat dalam proses komunikasi hingga terwujud rasa saling pengertian dan hubungan yang harmonis. De Vito 1999 menyatakan bahwasanya tingkatan yang paling penting dalam komunikasi adalah komunikasi interpersonal yang diartikan sebagai relasi individual dengan orang lain dalam konteks sosial. Individu menyesuaikan diri dengan orang lain melalui proses yang disebut pengiriman dan penerimaan. Dalam proses komunikasi interpersonal, dapat terlihat adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama mutual understanding dan empati. Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing- masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai sesama manusia Pratikto, 1987: 45-18 Untuk mewujudkan komunikasi interpersonal yang baik, selain faktor tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa diperlukan konsep diri self concept yang positif bagi setiap manusia. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Hal tersebut terjadi setelah kita menanggapi perilaku orang lain yang menerangkan sifat-sifatnya dan kemudian mengambil kesimpulan. Rachmat, 2009: 105

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Fenomenologi sebagai metode penelitian dipandang sebagai studi tentang fenomena, sifat dan makna. Penelitian ini lebih menekankan pada penggambaran deskripsi daripada penjelasan aas semua hal, tetapi tetap memperhatikan sudut pandang yang bebas dari hipoesis atau praduga Fouche, 1993 dalam Sobur, 2013: xi Pendekatan fenomenologi ini digunakan untuk memberikan kerangka bagaimana memahami realitas. Dalam pendekatan ini, realitas terletak pada perilaku, bukan terletak pada orang luar. Realitas tersebut kemudian digali lewat usaha memahami perliaku manusia melalui kerangka berpikir dan bertindak para pelaku. Sobur, 2013: 10. Peneliti menganggap jenis penelitian ini paling sesuai karena konsep dari fenomenologi ini cukup dekat dengan perkembangan ilmu sosial dan perilaku. Inti dari penelitian fenomenologi adalah gagasan mengenai ’dunia kehidupan’ lifeworld, dalam artian bahwa realitas setiap individu hanya bisa dipahami melalui pemahaman terhadap dunia kehidupan individu, sekaligus melalui

Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara Pimpinan KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal

4 34 11

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara P

0 4 14

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) DALAM MASYARAKAT Pola Komunikasi Interpersonal Orang Dengan Lupus (Odapus) Dalam Masyarakat (Studi Fenomenologi Pola Komunikasi Interpersonal Odapus Pada Komunitas Griya Kupu Solo Dalam Masyarakat

0 2 12

PENDAHULUAN Pola Komunikasi Interpersonal Orang Dengan Lupus (Odapus) Dalam Masyarakat (Studi Fenomenologi Pola Komunikasi Interpersonal Odapus Pada Komunitas Griya Kupu Solo Dalam Masyarakat).

0 2 22

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 17

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 16

Komunikasi Terapeutik Konselor Dalam Menangani Orang Dengan Lupus (Odapus) (Studi Kasus Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung).

0 0 1

AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PEMBENTUKAN SEMANGAT HIDUP ODAPUS (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktivitas Komunikasi Komunitas Griya Kupu Solo Dalam Pembentukan Semangat Hidup ODAPUS).

0 0 15

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANGTUA DENGAN PENDERITA LUPUS.

0 2 116

Regulasi Emosi Odapus (Orang dengan Lupus atau Systemic Lupus Erythematosus)

0 0 8