Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat Depkes RI, 2009 a . Keadaan darurat adalah situasi atau kejadian tidak normal yang terjadi tiba-tiba dan dapat mengganggu kegiatan komunitas dan perlu segera ditanggulangi Rizka, 2009. Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1 Keadaan darurat tingkat I Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta benda asset, yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyalir. 2 Keadaan darurat tingkat II Keadaan darurat tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan commit to user 7 material yang tersedia di instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak atau gas dan lain-lain, yang mengancam nyawa manusia atau lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas karyawan daerah masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar. 3 Keadaan darurat tingkat III Keadaan darurat tingkat III ialah keadaan darurat berupa malapetaka atau bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tingkat II dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional. Faktor pemicu terjadinya keadaan darurat di rumah sakit adalah adanya Bencana. Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya Depkes RI, 2007 a . Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikategorikan menjadi : a. Bencana alam natural disaster, yang disebabkan kejadian alam natural seperti gempa bumi dan gunung meletus. commit to user 8 b. Bencana akibat ulah manusia man made disaster yaitu hasil dari tindakan secara langsung atau tidak langsung manusia seperti perang, konflik antar penduduk, teroris dan kegagalan teknologi. 2. Rencana Tanggap Darurat Emergency Response Plan Rencana darurat adalah suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi di instalasi dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera ditangani. Perencanaan darurat harus diberlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola pabrik dan pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Suatu rencana respon gawat darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan diambil dalam beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen yang umum dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari rencana biasanya di bawah pengarahan dari tim respon gawat darurat atau Emergency Response Team Kuhre, 1996. Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap commit to user 9 Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency dapat dicapai Okleqs, 2008. Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat menurut Okleqs 2008 : a. Mitigation Mitigasi : Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau menurunkan derajat resiko jangka panjang terhadap manusia atau harta benda yang diakibatkan oleh bencana. b. Preparedness Kesiapsiagaan : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan hasil mitigasi, yang mencakup pengembangan kemampuan personil, penyiapan prasarana, fasilitas dan sistem bila terjadi keadaan emergency. c. Response Kesigapan : Kemampuan penanggulangan saat terjadi keadaan krisis bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR Search And Rescue, pemadaman kebakaran, dan lain-lain. d. Recovery Pemulihan : Kegiatan jangka pendek untuk memulihkan kebutuhan pokok minimum kehidupan masyarakat yang terkena commit to user 10 bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal. 3. Tim Respon Gawat Darurat Emergency Response Team Menurut ISO 14001 dalam Kuhre 1996, Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin. Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Anggota kunci dari Tim Respon Gawat Darurat adalah Pemimpin. Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan, pekerja dan kegiatan bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai wawasan serta mampu memimpin timnya. Menurut Tarwaka 2008, agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik sesuai Permenaker No. PER-04MEN1987 tentang P2K3 commit to user 11 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja pasal 3, maka susunan anggota sekurang-kurangnya separuhnya adalah dari perwakilan pekerja. Anggota dari perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang proses kerja dan potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya. Demikian juga dengan perwakilan dari pihak manajemen atau pengurus, diupayakan suatu perwakilan yang berasal dari jajaran manajer, supervisor, personel officers atau profesional K3 yang dapat memberikan informasi atau masukan di dalam membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi dan hal-hal teknis perusahaan lainnya. Selanjutnya jumlah anggota P2K3 yang ideal agar fungsi organisasi dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut : a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang perwakilan pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen. b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang sd 100 orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen. c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja commit to user 12 dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen. 4. Sarana dan Fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat a. Sistem Komunikasi Menurut ISO 14001 dalam Kuhre 1996, anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki telepon genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat. Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat. Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD ambulan. Dimana penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan atau pemimpin Tim Tanggap Darurat. b. Peralatan Pemadam Kebakaran Menurut Suma’mur 1993, alat-alat pemadam kebakaran meliputi 2 jenis: commit to user 13 1 Terpasang tetap di tempat Perlengkapan yang terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti pemancar air otomatis, pompa air, pipa-pipa dan selang-selang untuk aliran air serta peralatan pemadam dengan segenap pipa-pipanya dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering, karbondioksida atau busa. 2 Dapat bergerak atau dibawa Sistem pemadam yang dipasang di tempat harus dilengkapi pula dengan alat-alat pemadam yang dapat dibawa. Alat tersebut sangat efektif untuk pemadaman api yang masih kecil, sehingga dengan bantuannya tidak perlu alat pemadam yang terpasang di tempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi relatif cukup besar. c. Fasilitas Evakuasi 1 Jalur Keluar Evakuasi Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang- kurangnya dua jalan penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang terjadi pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian harus dipelihara bersih, commit to user 14 tidak terhalang oleh barang-barang, mudah terlihat dan diberi tanda-tanda arah yang jelas Suma’mur, 1993. 2 Peta Evakuasi Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta- peta ini harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik pertemuan. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup Kuhre, 1996. 3 Titik Pertemuan di Luar Lokasi Tempat Evakuasi Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat Kuhre, 1996. d. Peralatan Perlindungan Personil Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal Protective Equipment PPE harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, appron, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang sebenarnya Kuhre, 1996. commit to user 15 e. Peralatan Gawat Darurat Lain Selain peralatan komunikasi, pemadam kebakaran dan peralatan perlindungan personil, peralatan P3K berikut Tim Kesehatan dan fasilitas kesehatan juga harus dimiliki dalam menghadapi keadaan darurat Kuhre, 1996. 5. Pelatihan Tanggap Darurat Menurut ISO 14001 dalam Kuhre 1996, Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, gempa bumi dan masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim Tanggap Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan. Program pelatihan merupakan salah satu langkah agar pelaksanaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Tim Tanggap Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi keadaan darurat yang berbeda-beda. 6. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat commit to user 16 Menurut ISO 14001 dalam Kuhre 1996 kegiatan minimal yang harus dilakukan saat keadaan darurat antara lain : a. Pemberitahuan Tim Respon Gawat Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat oleh pusat komando penanganan atau sumber lain, kemudian berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman. Pemberitahuan pada Tim Respon Gawat Darurat dapat dilakukan melalui radio panggil, radio komunikasi, atau sistem pemberitahuan masyarakat. b. Evakuasi Tim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap keselamatan jiwa. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus dilakukan oleh Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat dengan masukan dari individu yang mengerti keadaan yang terjadi. Para pekerja harus diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang ditentukan dalam peta evakuasi. Para pekerja tidak boleh panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa barang- barang pribadi. c. Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat harus commit to user 17 diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus diberitahu untuk tidak masuk ke dalam area pabrik lagi sampai ada tanda yang diberikan oleh Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat. d. Penilaian Keadaan Darurat Tim Respon Gawat Darurat akan mengenakan PPE Personal Protective Equipment dan memeriksa area untuk memastikan semua pekerja sudah keluar dan membuat penilaian akan keadaan darurat tersebut. Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini, misalnya dengan mengidentifikasi penyebab kejadian. e. Memindahkan Pekerja yang Cidera Bila ditemukan pekerja yang cidera, maka harus dipindahkan dari lokasi gawat darurat hanya oleh Tim Respon Gawat Darurat yang memakai PPE Personal Protective Equipment lengkap. Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai ambulan tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan pekerja tersebut. f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menginstruksikan siapa yang harus dihubungi dari daftar yang ada. g. Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk penghentian saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan commit to user 18 Tim Respon Gawat Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya, seperti bagian prasarana. Harus diperhatikan untuk tidak menghentikan terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis. h. Mendirikan Penghalang Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi yang melarang siapapun kecuali Tim Respon Gawat Darurat untuk masuk. i. Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada para pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan harus dicatat oleh pengawas. j. Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan Bila keadaan sudah memungkinkan artinya dapat dilakukan dengan aman, untuk pembersihan sisa-sisa bahan kimia berbahaya, maka harus segera dibersihkan. k. Pekerja Memasuki Gedung Kembali Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menentukan dengan bantuan lainnya dan mengumumkan bagian gedung area mana yang cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali boleh mengizinkan orang-orang kembali ke area. commit to user 19 l. Pertemuan Penutup Tim Respon Gawat Darurat, Perwakilan Manajemen, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja untuk mengurangi ketegangan. 7. Prosedur Pemulihan Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi Kuhre, 1996. commit to user 20

B. Kerangka Pemikiran