10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah
2.1.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia tiga sampai enam tahun. Pada masa usia prasekolah ini terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif dan
spiritual yang sangat signifikan. Modal awal dalam mempersiapkan anak usia prasekolah untuk masuk ke tahap berikutnya adalah anak harus mampu
mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan menggunakan bahasa dalam berinteraksi Wong, 2009.
2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Menurut Rahman 2009, adapun karakteristik perkembangan anak usia dini prasekolah sebagai berikut:
a. Perkembangan Fisik-Motorik
Perkembangan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Pada masa kanak- kanak pertambahan tinggi dan berat badan relatif seimbang. Perkembangan
motorik anak terdiri dari dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar seperti melakukan gerakan sederhana berjingkrak, melompat, berlari, dan lain-lain. Pada masa ini merupakan tingkat
aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia dan terjadi perkembangan
otot besar seperti lengan dan kaki. Adapun perkembangan motorik halus yakni kemampuan anak terkait dengan menempatkan dan memegang benda-benda.
Semakin bertambahnya usia, perkembangan motorik halus anak meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain menyusun benda walaupun belum
sempurna susunannya. b.
Perkembangan Kognitif Istilah kognitif cognitive berasal dari kata cognition atau knowing berarti
kegiatan mental yang mengacu pada organisasipenataan dan penggunaan pengetahuan. Sementara jika mengacu pada teori yang dikemukakan Peaget
1952, anak usia prasekolah termasuk dalam kategori pra operasional. Fase praoperasional meliputi anak dalam rentang usia dua sampai tujuh tahun dan
dibagi menjadi dua tahap: fase prakonseptual usia 2-4 tahun, dan fase pikiran intuitif usia 4-7 tahun.
Fase intuitif anak berkembang dan anak telah memiliki kemampuan mengklasifikasikan benda sesuai ukuran atau warna. Selain itu anak mulai
dapat diajarkan untuk menggunakan aturan-aturan untuk memahami penyebab, seperti anak dapat diajarkan cuci tangan dengan sabun sebelum makan agar
tidak sakit perut. c.
Perkembangan Sosio Emosional Terdapat tiga tipe sifat anak, yaitu:
1. Anak yang mudah diatur, mudah beradaptasi dengan pengalaman baru,
senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya.
2. Anak yang sulit diatur, seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering
menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah saat tidur.
3. Anak yang pasif, umumnya terlihat agak malas, jarang berpartisipasi secara
aktif dan seringkali menunggu semua hal diserahkan kepadanya. Kepribadian dan kemampuan anak berempati dengan orang lain merupakan
kombinasi antara bawaan dengan pola asuh ketika ia masih anak-anak. d.
Perkembangan Bahasa Kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda. Ada yang berkualitas
baik dan ada yang rendah. Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara antara lain:
1. Intelegensi, semakin cerdas anak semakin cepat keterampilan bicaranya.
2. Jenis disiplin, disiplin yang rendah cenderung membuat anak cepat
berbicara dibandingkan dengan anak yang orang tuanya bersikap keras dan berpandangan bahwa anak harus dilihat, tetapi tidak didengar.
3. Jumlah keluarga, anak tunggal cenderung lebih banyak bicara
dibandingkan anak-anak dari keluarga besar karena orang tua lebih banyak waktu untuk berbicara dengannya.
4. Penggolongan peran seks, misalnya laki-laki dituntut untuk sedikit bicara
dari pada perempuan. Karakteristik ini penting diketahui sebagai bentuk kepedulian pada
perkembangan anak yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang dewasa di sekitarnya, sehingga akan tumbuh anak-anak yang memang diharapkan.
2.2 Konsep Pengetahuan