A. PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berkomunikasi secara lisan, tulisan ataupun gerakan bahasa isyarat dengan
tujuan menyampaikan maksud hati kepada lawan bicaranya. Bahasa juga merupakan alat manusia untuk menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah
laku, tata krama masyarakat untuk memudahkan dirinya berbaur dengan masyarakat. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara
alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bahasa merupakan suatu cara merespon orang lain sehingga keterampilan berbahasa lisan sangat dibutuhkan
untuk anak-anak. Mengingat begitu pentingnya penguasaan bahasa lisan bagi anak,
mendorong berbagai banyak ahli untuk melakukan stimulasi pengembangan bahasa lisan sejak usia dini. Seperti halnya kegiatan pengembangan yang
dilakukan di Taman Kanak- kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV melalui
metode bercerita. Pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi awal di Taman Kanak-kanak tersebut, kemampuan anak berbahasa lisan masih sangat rendah
beda dengan kemampuan fisik yang dapat berkembang secara alamiah melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil yang diperoleh
selama observasi pra siklus. Dari 20 anak yang memiliki kemampuan berbahasa lisan dengan baik hanya 4 anak 20 sedangkan 16 anak 80 lainnya belum
bisa berbahasa lisan dengan baik. Kenyataan tersebut terjadi karena kurangnya motivasi dari pengasuhguru
baik berupa pertanyaan-pertanyaan ataupun sekedar komentar. Seringkali pengasuh mengabaikan pengaruh dari sepatah dua patah ucapannya yang ternyata
bisa untuk menggali berbagai macam potensi berbahasa anak. Anak yang tidak terbiasa mendapat rangsangan bahasa akan tumbuh menjadi anak yang pasif, dan
lebih banyak bersikap diam menahan diri untuk mengucapkan kata-kata walaupun ia sebenarnya mampu. Selain itu rendahnya kemampuan berbahasa
lisan anak juga terlihat dari kemampuan anak yang mengalami beberapa kesulitan, diantaranya sulit berkomunikasi, sulit mengemukakan pendapat dengan
sederhana, sulit memberi informasi, sulit menjawab pertanyaan, malu untuk
bertanya, sulit untuk menceritakan pengalaman yang sederhana, dan kemampuan kosa kata anak pun masih terbatas.
Berdasarkan pengamatan yang terjadi di lapangan khususnya di Taman Kanak-
kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV, dalam beberapa aktivitas di kelas terlihat adanya kegiatan yang kurang memberikan kesempatan pada anak
untuk mengembangkan bahasa lisan. Demikian pula dengan pemanfaatan media pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak,
bahkan hampir tidak pernah digunakan. Sementara itu, anak hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru, anak hanya melaksanakan tugas yang diberikan dan
jika anak yang bersuara, maka guru langsung menegurnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan
untuk mewujudkan pembelajaran bahasa lebih bermakna dan menyenangkan yaitu metode bercerita melalui boneka tangan, yang merupakan cara penyampaian
atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak melalui boneka tangan. Tugas guru dalam
pembelajaran dengan metode bercerita adalah memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan
pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak Taman Kanak-kanak dengan cara yang menarik. Metode bercerita melalui boneka
tangan dikembangkan agar pembelajaran berkembang lebih produktif dan bermakna. Dengan usaha ini, secara kontinyu diharapkan permasalahan yang ada
dapat diatasi. Selain itu agar dapat meningkatkan pembelajaran dalam berbahasa lisan, keaktifan berbicara anak sangat penting agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai. Alasan dipilihnya metode bercerita melalui boneka tangan untuk dapat
mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak adalah sebagai berikut: 1 situasi pembelajaran lebih kondusif, karena anak memusatkan perhatiannya pada cerita
yang disampaikan oleh guru, 2 guru dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien dalam pembelajaran, 3 anak akan termotivasi untuk mengungkapkan
pendapat, idegagasan mengenai cerita yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan bahasa lisan anak akan meningkat.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah penggunaan metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanak-
kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 20132014?
”. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
bahasa lisan anak. Sedangkan Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa lisan melalui metode bercerita dengan
menggunakan boneka tangan pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 20132014.
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan dan sikap manusia. Dengan menggunakan bahasa anak akan tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul di tengah-tengah masyarakat Wardhani Asmawulan, 2011: 83. Sedangkan menurut Sumiati 2007: 1
bahasa adalah ucapan, pikiran dan perasaan seseorang yang teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Dengan kata lain bahasa
adalah ucapan, pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain yang digunakan sebagai sarana komunikasi.
Berdasarkan pengertian bahasa menurut ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa lisan adalah kemampuan anak dalam mengucapkan
kata-kata atau kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Bromley Dhieni, 2010: 1.19 menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampian berbahasa
tersebut memiliki hubungan yang erat sekali dengan keterampilan berbahasa yang lain dan masing-masing saling mendukung dalam proses pemerolehannya. Aspek-
aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa lisan anak menurut Dhieni, dkk 2010: 9.4 adalah 1 kosa kata, 2 sintaks tata bahasa, 3 semantik, 4
fonem bunyi kata. Kemampuan berbahasa lisan lebih spesifik dijabarkan melalui butir-butir
amatan yang terdapat dalam program tahunan atau matrik berdasarkan matrik
Taman Kanak-kanak Depdiknas, 2012: 11 yaitu 1 menyebutkan nama diri, nama orangtua, jenis kelamin dan alamat rumah dengan lengkap, 2 menirukan
kembali 4-5 urutan kata, 3 menjawab pertanyaan sederhana, 4 berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata, 5 mendengar-
kan dan menceritakan kembali cerita secara runtut. Beberapa faktor yang menghambat anak dalam berbahasa lisan Wardhani
Asmawulan, 2011: 89, antara lain: 1.
Keterbatasan kata-kata yang diketahui. 2.
Terdapat orang tua atau orang-orang yang ada di sekitar anak yang dengan sengaja bicara dengan lafal yang dibuat-buat dan mengarah pada lafal yang
salah. 3.
Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan artikulasi sehingga anak tidak bisa mengucapkan bunyi-bunyi fonem tertentu.
4. Ada kalanya anak-anak selalu menggunakan bentuk bahasa yang hanya
dipahami oleh orang tuanya. 5.
Jika anak telah memasuki pendidikan di Taman Kanak-kanak akan mempunyai kesulitan dalam menggunakan bahasa, terutama jika anak tersebut
di rumah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibubahasa daerah setempat, sedang di Taman Kanak-kanak dalam berkomunikasi dengan
teman-temannya menggunakan bahasa Indonesia Pengertian metode bercerita menurut Hidayat 2008: 4.17 merupakan salah
satu metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-
kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari
tujuan pendidikan bagi anak usia Taman Kanak-kanak. Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau
memberikan penjelasan kepada anak secara lisan. Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada
anak secara lisan Moeslichatoen, 2004: 157. Boneka tangan adalah bentuk tiruan
dari manusia dan binatang yang khusus cara menggunakannya yaitu dengan car menggerakkan dengan jari-jari tangan.
Berdasarkan definisi di atas, penulis menyimpulkan pengertian tentang metode bercerita dengan boneka tangan adalah suatu teknik atau cara
menyampaikan materi pembelajaran kepada anak-anak secara lisan dalam upaya memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru kepada anak dengan
cerita yang menarik, imajinatif, dan mengundang perhatian anak melalui penggunaan boneka tangan.
Menurut Musfiroh 2005: 169 ada beberapa carateknik dalam menghidupkan suasana bercerita, sehingga anak tidak merasa jenuh dengan isi
cerita, teknik tersebut adalah 1 mengembangkan dialog tokoh dan klimaks cerita, 2 membangkitkan humor, 3 melibatkan anak dalam cerita, 4 improvisasi dan
adaptasi, 5 mengoptimalkan alat peraga, 6 berolah vokal dan mimik. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang dapat
diajukan adalah “metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanak-ka
nak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 20132014
”.
B. METODE PENELITIAN