Pengontrolan Jalur Lintasan Kereta Api Berbasis PLC Omron

(1)

BERBASIS PLC OMRON

TUGAS AKHIR

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan Program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro

Disusun Oleh : Wida Pramudita

1.31.06.002

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


(2)

Tugas Akhir ini menjelaskan proses pengontrolan sebuah sistem lalulintas perkeretaapiaan dengan menggunakan PLC OMRON ZEN. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi pengontrolan jalur lintasan kereta api berserta persinyalannya dengan menggunakan PLC OMRON ZEN secara otomatis. Penulis ingin mengetahui bagaimana PLC OMRON ZEN dapat mengontrol jalur lintasan kereta api agar dapat bergerak secara otomatis dengan melakukan pengujian yang dilakukan penulis menggunakan prototype pengontrolan jalur lintasan kereta api. Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis dapat diketahui bahwa PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 memiliki kehandalan 80% dalam melakukan pengontrolan sistem ini.

Perancangan prototype yang dilakukan pada pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON ZEN ini dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, perancangan software mulai dari pendeskripsian kerja dari sistem kemudian pengalamatan komponen-komponen yang digunakan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh PLC, pembuatan flowchart dan tabel kebenaran, selanjutnya masuk ke tahap pembuatan program pada komputer. Kedua, perancangan hardware yang dilakukan dengan pembuatan prototype jalur lintasan kereta api dan lampu sinyalnya. Dan tahap terakhir adalah penggabungan antara software dan hardware.


(3)

This final project describes the process of controlling a railway of train based on PLC OMRON. The aim of this paper is to create a simulation application of a railway train control using OMRON ZEN PLC automatically. Writer would like to know how PLC OMRON can control the railway of train that can moves automatically by testing conducted by using a prototype of train. From the testing that the writer can know OMRON ZEN PLC 10C1AR-A-V1 has a reliability of 80% in the controlling system the railway of train

The design of the prototype based on railway of the train control PLC OMRON was conducted in three stages. First, the design of software starts from the description of a system and then addressing the components used to in a language understandable by the PLC. Making the flowchart and truth table. The second step began to enter the stage of making the computer program. In a second step we tried to design hardware that is done by making the elevator simulation. And the last stage is to do a merger between the software and hardware..


(4)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa mengalamai hambatan yang berarti. Karya tulis ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam salah satu syarat dalam menempuh pendidikan Program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro

Tak ada gading yang tak retak, penulis pun menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua sangat penulis harapkan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan tuntas tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini

Ungkapan terima kasih ini ingin penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan ketika melaksanakan percobaan di lab sampai penyusunan laporan tugas akhir ini.

2. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan baik secara moril dan materil serta doa restu beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

3. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc. selaku pimpinan Rektorat Universitas Komputer Indonesia.


(5)

ii

5. Bapak Muhammad Aria, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro UNIKOM dan dosen pembimbing penulis sekaligus yang memperkenalkan penulis dengan PLC dan mengajarkan banyak hal tentang PLC dan khususnya sistem kendali di dunia elektro

6. Ibu Tri Rahajoeningroem, MT, selaku dosen penguji dan dosen pengajar di Jurusan Teknik Elektro UNIKOM .

7. Bapak Bobi Kurniawan,ST., M.Kom selaku penguji dan sekaligus dosen di jurusan Teknik Elektro

8. Bapak Riyanto, MT., sebagai dosen sistem embedded yang membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Seluruh bapak dan ibu dosen di Jurusan Teknik Elektro UNIKOM. 10. Seluruh rekan-rekan satu perjuangan di Teknik Elektro.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu Harapan penulis semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan memberikan sedikit ilmu bagi para pembaca semua, Amin.

Bandung, Agustus 2011


(6)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, dimana sistem transportasi sudah sedemikian pesatnya dan kebutuhan masyarakat sudah semakin meningkat akan sarana angkutan darat, maka kereta api merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan untuk kebutuhan transportasi masyarakat dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Selain merupakan alat transportasi yang murah, kecepatan dan ketepatan inilah yang menjadi latar belakang mengapa masyarakat memilih kereta api sebagai sarana transportasi mereka.

Karena mengingat banyaknya masyarakat yang mengandalkan alat transportasi ini, untuk itu jasa pelayanan ini sangat membutuhkan suatu sistem yang memiliki nilai keakurasian yang tinggi untuk menjamin setiap penumpangnya agak mereka merasa nyaman dan selamat sampai ke tujuan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, terpikirkan penulis untuk membuat pengonrolan jalur perlintasan kereta api dengan berbasis PLC (Programmable Logic Controller). Karena PLC merupakan alat kontrol yang banyak digunakan di bidang industri dan merupakan alat kontrol dengan teknologi yang relatif lebih baru. Bahkan saat ini sistem perkeretaapian di Indonesia sekalipun tidak ada yang menggunakan PLC sebagai alat pengontrolannya.

Dengan penjelasan diatas penulis ingin mengankat skripsi dengan judul “PENGONTROLAN JALUR LINTASAN KERETA API BERBASIS PLC OMRON ”.


(7)

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah dapat ditekankan pada :

a. Bagaimana rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON.

b. Bagaimana cara memprogram PLC OMRON dengan menggunakan ladder diagram.

c. Bagaimana menguji pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pengontrolan jalur perlintasan kereta api berbasis PLC ini adalah: a. Mengetahui rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api

berbasis PLC OMRON.

b. Mengetahui cara memprogram PLC OMRON dengan menggunakan ladder diagram.

c. Mengetahui hasil pengujian pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON.

d. Menggantikan kinerja manusia untuk mengatur sistem penentuan tujuan jalur kereta yang akan dilewati dan lampu-lampu sinyalnya dalam lalulintas perkeretaapian.


(8)

1.4 Batasan Masalah

Dalam menyusun tugas akhir ini diperlukan suatu batasan masalah agar tidak menyimpang dari ruang lingkup yang akan dibahas. Adapun batasan masalahnya :

a. Pembahasan pengontrolan lintasan kereta api menggunakan PLC OMRON.

b. Pembahasan pemrograman PLC dengan menggunakan ladder diagram c. Dalam pengendalian kasus lintasan menggunakan 4 jalur yang di

kontrol.

d. Jalur 1 hanya dapat dilalui oleh kereta yang datang dari arah kiri ke arah kanan saja.

e. Jalur 4 hanya dapat dilalui oleh kereta yang datang dari arah kanan ke arah kiri.

f. Jalur 2 dan jalur 3 dapat dilewati oleh kereta dari arah kedatangan kanan atau kiri.

g. Untuk masalah kali ini semua kereta api yang akan melewati stasiun ini harus pasti berhenti di stasiun, kereta yang akan tidak berhenti di stasiun untuk sementara di abaikan.

1.5 Metodologi Penelitian

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari penulisan materi tugas akhir ini, maka penulis mengadakan kegiatan antara lain :


(9)

b. Membuat perancangan pengendalian PLC dalam beberapa struktur, serta membuat program dari setiap struktur pengendali PLC

c. Merancangan dan membangun prototipe yang akan dibuat d. Melakukan analisis hasil penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar pembahasan dari Perencanaan dan Pembuatan sistem ini terbagi dalam beberapa bab yaitu :

BAB I :Pendahuluan

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi dan sistematika pembahasan.

BAB II :Dasar Teori

Berisi tentang teori dasar yang berhubungan dengan alat yang direncanakan.

BAB III :Perencanaan dan perancangan

Berisi tentang, perencanaan dan perancangan prototipe BAB IV :Pengujian

Membahas tentang pengujian prototipe serta analisa hasil pengujian.

BAB V :Penutup


(10)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan PLC

Definisi Programmable Logic Controller (PLC) menurut National Electrical Manufactures Association(NEMA) adalah suatu alat elektronika digital yang menggunakan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi dari suatu fungsi tertentu seperti logika, sekuensial, pewaktu dan aritmatika untuk mengendalikan suatu proses. Dengan pengertian lain PLC adalah suatu alat kendali elektronika yang dapat diprogram dengan menggunakan fungsi logika.

Sebelum otomatisasi industri berkembang, proses produksi menggunakan mesin-mesin yang dikendalikan secara langsung oleh para pekerja atau operator. Seiring dengan perkembangan waktu sistem kendali kemudian berkembang dengan menggantikan sebagian tugas atau bahkan seluruh tugas kendali dengan menggunakan sejumlah elemen mekanik atau listrik yang dihubungkan sedemikian sehingga membentuk sistem kendali yang berfungsi permanen (hardware control), sistem kendali tersebut kemudian disebut dengan sistem kendali konvensional. Pada sistem kendali konvensional kompleksitas sambungan antara elemen pembentuk sistem kendali sangat tergantung pada kompleksitas suatu proses. Pada sistem kendali konvensional, modifikasi sambungan dan


(11)

konfigurasi elemen maupun pelacakan gangguan (trouble shooting) pada kegagalan sistem sangat sulit dilakukan.

Pekembangan komponen mikro elektronika, terutama yang bersifat dapat diprogram menghasilkan suatu sistem kendali elektronika yang sangat fleksibel. Alat kendali yang dapat diprogram tersebut salah satunya adalah sistem kendali berbasis logika relay yang kemudian disebut PLC (Programmable Logic Controller).

Operasi PLC dalam pengendalian sistem terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Pembacaan kondisi input (Scaning Input)

2. Pemrosesan kondisi input sesuai dengan program yang ada di memori

3. Meng-update kondisi output untuk menggerakkan peralatan-peralatan beban

Secara sederhana proses operasi PLC diatas dapat digambarkan sebagai berikut.


(12)

Urutan proses operasi tersebut akan dilakukan secara berulang. Satu urutan proses lengkap disebut dengan satu waktu operasi (Time Cycle).

2.1.1 Fungsi PLC

Fungsi PLC dalam sebuah sistem kendali antara lain adalah sebagai berikut :

A. Kontrol Sekuensial

a. Pengganti relay control logickonvensional. b. Pewaktu.

c. Pencacah.

B. Kontrol Cerdas (canggih) a. Operasi Aritmatika. b. Penanganan informasi.

c. Control analog(suhu, tekanan, aliran, dan lain-lain.). d. PID (proporsional integerator derivative).

e. Fungsi Logic. C. Kontrol Pengawasan

a. Proses monitoringdan alert system. b. Jaringan kerja otomatisasi proses industri.


(13)

2.1.2 Keuntungan Penggunaan PLC

Beberapa keuntungan penggunaan PLC dalam sistem kendali dibandingkan dengan suatu sistem kendali konvensional, antara lain :

A. Instalasi sistem kendali a. Dengan PLC

1. Perawatan relatif sedikit. 2. Mudah dalam pengoperasian. 3. Mudah dalam perawatan.

4. Mudah dalam pelacakan gangguan. 5. Konsumsi daya listrik relatif rendah. 6. Modifikasi sistem lebih sederhana. b. Kendali Konvensional

1. Perawatan relatif komplek. 2. Komplek dalam pengoperasian. 3. Mahal dalam perawatan.

4. Pelacakan kesalahan sistem relatif sulit. 5. Konsumsi daya listrik relatif tinggi.

6. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang lama. B. Keuntungan dari penggunaan PLC dalam otomasi, antara lain :

a. Waktu implementasi dapat dipersingkat. b. Modifikasi sistem lebih mudah.

c. Proses operasi kendali dapat diubah dengan memodifikasi program, perubahan dan penambahan operasi dapat dilakukan pada software.


(14)

e. Indikator kerja input dan output dengan cepat dan mudah dapat segera diketahui.

f. Keandalan tinggi.

g. Perangkat kontroler standar industri.

2.1.3 Arsitektur PLC

Bagian utama PLC yaitu Central Processing Unit (CPU), Memory dan Modul input/output serta port komunikasi untuk keperluan pemrograman yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat (programming unit). Pada beberapa jenis PLC untuk keperluan pemrograman juga disediakan keypad dan screen. Selain itu untuk keperluan operasinya PLC juga memiliki sumber catu daya (power supply) yang akan mengubah tegangan AC menjadi tegangan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh komponen PLC.

Bagian-bagian PLC tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


(15)

2.1.3.1 Central Processor Unit

Central Processor Unit (CPU) mengatur dan mengawasi seluruh operasi PLC sehingga respon PLC terhadap sistem yang dikontrol sangat tergantung pada kecepatan CPU. PLC yang mampu melakukan operasi komplek pada kecepatan tinggi pada umumnya mempunyai CPU yang dibentuk dari mikroprosessor berkemampuan tinggi.

2.1.3.2 Memory

Memory PLC terdiri dari memory sistem operasi dan memory data. Memory sistem operasi adalah memory tempat menyimpan program yang mengendalikan operasi PLC. Memory data adalah memory untuk lokasi penempatan program yang dibuat dan berfungsi sebagai buffer sementara atas kondisi input/output dan status fungsi-fungsi internal PLC. Ada beberapa macam tipe memori yang digunakan dalam PLC antara lain :

a. Random Acces Memory(RAM)

Random Acces Memory (RAM) adalah memory internal CPU, dimana isinya dapat dimodifikasi dengan cepat dan secara berulang-ulang. RAM sering juga disebut real-write memory karena data secara konstan dapat ditulis ke dalam memory atau dapat di baca dari memory.


(16)

b. Read Only Memory(ROM)

Informasi yang ada didalam Read Only Memory (ROM) hanya dapat dibaca saja. Informasi atau program dimasukkan kedalam ROM oleh pabrik pembuat untuk keperluan operasi PLC antara lain untuk keperluan CPU dan untuk keperluan pemrograman PLC.

2.1.3.3 Unit Input/Output (I/O)

Unit input/output merupakan sistem mikro elektronika. Unit input PLC terdiri dari unit yang mampu mempresentasikan dua level sinyal 0 dan 1 (input level logika) atau mempresentasikan sejumlah level sinyal secara linier (level sinyal analog). Unit output yang umumnya digunakan untuk menggerakkan actuator berfungsi sebagai saklar ON/OFF (output level logika) atau sebagai penggerak yang level outputnya dapat diatur dalam jangkauan (range) dan langkah (step) tertentu (output level analog).

Modul input akan mengirimkan parameter dan statusnya ke memory untuk dapat diproses oleh CPU sesuai dengan parameter operasi program, hasilnya akan dikirimkan kembali ke memory untuk mengupdate status output sesuai dengan parameter atau status yang diperoleh dari CPU.

Jumlah input/output yang diidentifikasikan pada suatu PLC umumnya bukan merupakan jumlah unit input/output yang terpasang, tetapi jumlah unit input/output maksimum yang dapat ditangani oleh CPU. Unit input/output umumnya dirancang modular agar penggunanya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem kendali.


(17)

2.1.4 Bahasa Pemrograman PLC (Ladder Diagram)

Ladder Diagram menggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram ini dikembangkan dari kontak-kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan aliran arus listrik. Dalam diagram ladder terdapat dua buah garis vertical dimana garis vertikal sebelah kiri dihubungkan dengan sumber tegangan positip catu daya dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negatip catu daya.

Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau simbol yang secara umum mirip dengan rangkaian kontrol relay. Program ditampilkan pada layar dengan elemen-elemen seperti normally open contact, normally closed contact, timer, counter, sequencerdan lain-lain ditampilkan seperti dalam bentuk pictorial.

Gambar 2.3Ladder Diagrampada Software ZEN Programmer untuk Pemrograman PLC OMRON


(18)

2.2 PLC OMRON 2.2.1 Jenis PLC OMRON

OMRON sebagai perusahaan besar memproduksi berbagai macam peralatan, salah satunya memproduksi PLC. OMRON mengeluarkan beberapa jenis PLC diantaranya adalah :

a. ZEN b. Sysmac c. CPM 1A

Dalam perancangan dan pembahasan laporan ini, PLC yang digunakan adalah PLC OMRON typeZEN

2.2.2 ZEN

ZEN Programmable Relay merupakan produk PLC lain dari OMRON, sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.4 merupakan kontroler kecil yang menyediakan 10 saluran input/output (I/O) yang dapat diprogram (terdiri dari 6 masukan dan 4 keluaran). Alat ini jauh lebih murah dibandingkan seri CPM1 maupun CPM2


(19)

Dalam kesempatan ini penulis menggunakan ZEN type LCD, yang dilengkapi dengan LCD dan tombol-tombol operasi.Zen Programmable Relay berukuran kecil dan ringan, untuk tipe 10 I/O ukurannya 90 x 70 x 56 mm dan dapat dipasang dimana saja.

2.2.3 Fitur-fitur ZEN

1. Mudah diprogram, perangkat ZEN ini lebih mudah pengoperasianya dibanding type CPM1.Terdapat 4 macam jenis keluaran yang dapat diatur dengan mudah, meliputi : operasi normal, operasi SET, operasi RESET dan operasi TOGGLE atau ALTERNATE.

2. Antisipasi kerusakan catu daya, ZEN memiliki bit-bit penyimpan dan penyimpan pewaktu untuk antisipasi kerusakan catu daya. Bit-bit ini akan menyimpan sebelum terjadi kerusakan.

3. Pewaktu yang komplek yang mudah diatur, terdapat 16 pewaktu yang mendukung 4 macam operasi yaitu

a. Tundaan ON. b. Tundaan OFF. c. Pulsa tunggal.

d. Pulsa kedip (ON-OFF bergantian). Serta 3 jangkauan pengaturan pewaktu yaitu:

a. 0,01 hingga 99,99 detik.

b. 1 detik hingga 99 menit 59 detik. c. 1 menit hingga 99 jam 59 menit.


(20)

4. Pencacah naik/turun dan komparator, selain memiliki pewaktu, ZEN juga di lengkapi dengan 16 pencacah atau conter yang bisa diprogram naik maupun turun.

5. Operasi pewaktu bergantung musim dan hari, Unit CPU dalam ZEN juga memiliki fungsi kalender dan jam yang terdiri dari 16 pewaktu mingguan dan 16 pewaktu kalender. Pengontrolan musiman dimungkinkan dengan kombinasi pewaktu mingguan dan kalender tersebut. Cocok untuk pengontrolan penyemprotan taman atau kebun.

6. Masukan analog langsung. Unit CPU dengan catu daya DC memiliki 2 masukan analog langsung (tegangan 0 hingga 10 volt) dan 4 komparator analog.

7. Pembuatan diagram tangga menggunakan perangkat lunak, selain bisa diprogram secara langsung, juga dapat diprogram dengan perangkat lunak ZEN Suport Software, sebagaimana contoh tampilannya ditunjukan pada Gambar 2.5.


(21)

ZEN Suport Software dapat digunakan untuk mengsimulasikan ZEN dan memonitor program tangga secara langsung, sehingga dapat langsung diamati cara kerja program tangga yang terkait.

2.2.4 Area Memory

a. Bit-bit I/O, Work dan Penyimpan Internal (Internal Holding).

Bit-bit keluaran/masukan atau I/O, kerja (Work) dan penyimpan internal (Internal Holding) berikut dengan keterangan atau penjelasan fungsi-fungsingya ditunjuk pada tabel 2.1.

Tabel 2.1Alokasi Bit-bit I/O, Ekspansi, Kerja dan Penyimpan Internal

Nama Tipe Alamat bit Jumlah bit Fungsi Program tangga Bit masukan I

0 - 5 6

Unit CPU dengan 10 I/O Menyatakan status ON/OFF piranti

masukan yang terhubung dengan terminal Masukan CPU Masukan NO/NC 0 - B 12

Unit CPU dengan 20 I/O Bit masukan unit ekspansi I/O

X 0 - B 12

Menyatakan ON/OFF piranti masukan yang terhubung dengan terminal masukan unit ekspansi

Saklar

tekan B 0 – 7 8

Akan ON jika tombol-tombol operasional ditekan selama RUN. Hanya dapat digunakan untuk CPU tipe LCD Bit

komparator analog

A 0 – 3 4

Keluaran dari hasil perbandingan masukan analog. Hanya dapat digunakan dengan model catu daya 24 VDC

Masukan NO/NC


(22)

Bit

komparator P 0 – F 16

Membandingkan nilai saat ini pewaktu (T), penyimpanan pewaktu (#) dan pencacah (C) dan keluaran hasilnya

Masukan NO/NC Bit

keluaran Q

0 – 3 4

Unit CPU dengan 10 I/O Mengeluarkan status ON/OFF dari bit keluaran ke piranti

keluaran yang terhubung dengan unti CPU

0 – F 8

Unit CPU dengan 20 I/O Bit keluaran unit ekspansi

Y 0 – B 12

Mengeluarkan status ON/OFF dari bit keluaran ke piranti keluaran yang terhubung dengan unit ekspansi

Bit kerja M 0 – F 16

Hanya sebagai bit penyimpan ON/OFF dalam program

Bit penyimpan

(Holding Bit)

H 0 – F 16

Sama seperti bit kerja hanya saja bit penyimpan ini akan menjaga status ON/OFF walaupun catu daya dimatikan

Keterangan: NO (Normally Open) NC (Normally Close)

Untuk saklar tekan (pushbutton atau simbol B) mengikuti aturan yang ditunjukan pada Gambar 2.6.


(23)

Gambar 2.6Tombol Tekan Pada ZEN

Tombol operasional (seperti DEL, ALT dan seterusnya) dapat digunakan untuk operasional ZEN, tidak perduli apakah tombol-tombol yang bersangkutan digunakan sebagai tombol tekan (B) atau tidak, dengan kata lain, saat suatu tombol operasional, misalnya DEL ditekan (untuk opersional penghapusan) maka tombol tekan B6 juga ON. Bit-bit keluaran tersebut mencakup bit-bit keluaran terminal ZEN (Q), bit-bit keluaran terminal ekspansi ZEN (Y), bit-bit kerja (M) dan bitbit tahan (H), penggambarannya pada diagram tangga baik pada perangkat lunak ZEN Support Software maupun tampilan LCD

b. Pewaktu dan Pencacah

Pada ZEN Programmable Relay terdapat 2 macam pewaktu, yaitu pewaktu (timer) dan pewaktu tahan (Holding Timer) dengan perbedaan sebagai berikut:

a. Pewaktu : nilai pewaktu saat ini akan di-reset saat pewaktu diubah dari mode RUN ke mode STOP atau catu daya ZEN dimatikan. Terdapat 4 macam operasional pewaktu jenis ini, yaitu: tundaan ON (X), tundaan OFF(%), pulsa tunggal (O) dan kedipan (F).


(24)

b. Pewaktu tahan : nilai pewaktu saat ini akan disimpan walaupun terjadi pengubahan mode RUN menjadi STOP atau catu daya dimatikan. Pewaktu akan dilanjutkan kembali jika masukan pemicu ON, selain itu status ON pada bit pewaktu tahan ini akan disimpan jika waktu yang dikehendaki sudah selesai. Bit peaktu tahan ini hanya bias beroperasi dengan fungsi tundaan ON saja.

c. Pencacah : terdapat 16 pencacah yang dapat digunakan dalam mode naik (increment) maupun turun (decrement). Nilai saat ini dari pencacah akan disimpan jika mode ZEN diubah atau catu daya dimatikan. Bit pencacah akan ON jika nilai cacah sudah melampaui yang ditentukan (nilai saat ini e” nilai yang ditentukan). Nilai pencacah kembali ke 0 dan bit pewaktu akan OFF jika direset, sebagaimana bit-bit pewaktu, pewaktu tahan dan pencacah.

c. Bit-bit Penampilan.

Suatu pesan yang dibuat oleh pengguna, jam, nilai pewaktu atau pencacah saat ini atau nilai kenversi analog dapat ditampilkan pada layar LCD, jika digunakan fungsi tampilan (D) dan jika sigunakan lebih dari satu, maka satu layar dapat menampilkan beberapa data atau pesan sekaligus.

2.2.5 Langkah Pembuatan Program PLC OMRON ZEN

PLC OMRON ZEN yang digunakan dalam “PENGONTROLAN ELEVATOR BERBASIS PLC OMRON ZEN” ini menggunakan bahasa pemrograman LLD (Ladder Logic Diagram).


(25)

Untuk membuat program tersebut penulis menggunakan ZEN Support Software yang dapat berjalan pada sistem operasi windows. Software tersebut digunakan penulis karena selain bias berjalan dalam sistem operasi windows juga bias melakukan simulasi jalannya program yang telah dibuat secara langsung pada komputer tanpa harus terkoneksi dengan modul PLC. Hal tersebut dirasakan sangat menguntungkan karena kesalahan program dapat diketahui dengan lebih awal.

Langkah pembuatan program dengan ZEN Support Software tersebut adalah sebagai berikut :

A. Menjalankan Aplikasi ZEN Support Software

Dari sistem operasi jalankan Aplikasi ZEN Support Software dan terlihat tampilan antar muka aplikasi seperti gambar dibawah.


(26)

B. Menggunakan Fungsi-fungsi Program dalam aplikasi ZEN Support Software

Fungsi program tersebut adalah :

a. Fungsi Ladder

Fungsi Ladder berisi alamat input dan output yang biasa digunakan Fungsi Ladder terdiri dari I0 s/d I5, Q0 s/d Q3, X0 s/d Xb, Y0 s/d Yb, M0 s/d Mf, T0 s/d Tf, C0 s/d Cf, P0 s/d Pf

b. Fungsi Simulator

Fungsi Simulator berisi pilihan fungsi untuk RUN, STOP, ZEN Image Display, Present Value List Display, Clock Display, Start/Stop Simulator

C. Mensimulasikan Program

Salah satu fasilitas yang ada dalam aplikasi ini adalah fasilitas untuk mensimulasikan program yang telah dibuat secara langsung pada komputer tanpa harus terhubung terlebih dahulu dengan PLC, hal ini sangat membantu untuk melihat jalannya program dan sekaligus mengetahui kesalahan pada program secara lebih dini meskipun tidak tersedia hardware PLC.


(27)

Gambar 2.8Tampilan Aplikasi ZEN Support Softwarepada saat dilakukan Simulasi Program

D. Overview Program

Overview program digunakan untuk melihat program yang telah dibuat secara keseluruhan dalam bentuk grafis dan dapat digunakan dalam melakukan pengecekan lokasi kesalahan program maupun untuk kepentingan dokumentasi.


(28)

Gambar 2.9Tampilan Aplikasi ZEN Support Software pada saat Overview Program

E. Upload Program

Setelah program selesai dibuat dan di uji dengan menggunakan software, selanjutnya program akan dimasukkan (ditransfer) kedalam modul PLC. Proses pengisian program ke modul PLC OMRON ZEN dapat dilakukan dengan cara melakukan Upload program dari PC ke Modul PLC ZEN dengan menggunakan kabel data 9-pin D-sub Serial Port Connectors.


(29)

2.3 Lintasan Kereta Api

Dalam sistem lintasan kereta api ada empat komponen utama yang berguna untuk mengendalikan arus lalulintas perkeretaapian. Beberapa komponen tersebut adalah :

a. Rel

b. Mesin Penggerak Rel (Wesel) c. Lampu Sinyal

d. Kontrol Sistem

Keempat komponen utama tersebuta memiliki fungsi yang sangat penting, satu dari keempat itu mengalami kerusakan maka akan berakibat sangat berbahaya dalam menjamin keselamatan para penumpang.

2.3.1 Rel

Jika kendaraan lain memiliki sistem kemudi untuk mengendaliakan arah tujuan yang akan dilalui sedangkan kereta api tidak memiliki kemudi untuk mengendalikannya, kereta api hanya mengandalkan rel untuk bergerak ke kanan, ke kiri atau lurus. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pembantu untuk mengendalikan laju kereta agar selalu ada di jalur yang benar untuk itu dibutuhkan rel untuk mengendalikannya. Rel merupakan dua batang besi baja kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel atau sekrup penambat. Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan selrup penambat


(30)

digunakan untuk bantalan beton atau semen. Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.

Gambar 2.10Rel

2.3.2 Mesin Penggerak Rel (Wesel)

Wesel adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan) tempat memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang satu ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang runcing. Kereta api berjalan mengikuti rel, sehingga kalau relnya digeser maka kereta api juga mengikutinya. Untuk memindahkan rel, digunakan wesel yang digerakkan secara manual ataupun dengan menggunakan motor listrik.


(31)

Lidah wesel adalah bagian yang menentukan arah gerak roda. Sepasang lidah dihubungkan dengan sebuah batang besi sehingga gerak sepasang lidah tersebut bersama-sama. Jika lidah menempel pada rel kiri maka pada rel kanan lidah akan memberi celah untuk roda lewat. Demikian juga sebaliknya.

Bagian lain dari wesel, yaitu hati wesel merupakan bagian tetap yang tidak bisa digerakkan dan dibiarkan mempunyai celah agar flens roda dapat melewatinya. Bagian ini terkena hentakan roda akibat adanya celah yang disediakan bagi flens roda. Karena itu hati wesel biasanya dibuat dari baja (mangan steel) agar bertahan lama. Bagian ujung dari hati wesel dibuat lebih rendah 8 mm dari permukaan rel dan hanya menyangga bagian sisi dari flens roda. Bidang jalan roda menginjak rel sayap tanpa menyentuh ujung hati wesel. Seteleh roda berada pada bagian hati wesel yang mempunyai lebar sekitar 70 mm barulah beban roda kembali ditopang oleh hati wesel.


(32)

2.3.3 Lampu Sinyal

Lampu sinyal adalah sebuah alat komunikasi yang mengisyaratkan sejumlah kode-kode tertentu dengan menggunakan cahaya. Persinyalan kereta api adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan isyarat berupa bentuk, warna atau cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol pengoperasian kereta api. Lampu-lampu ini juga menggunakan warna-warna yang sama seperti lampu lalu lintas pada umumnya. Untuk menghindari bola lampu putus, biasanya digunakan dua pasang lampu atau setiap aspek dipasangi 2 lampu sedangkan perkembangan terakhir yang sudah mulai digunakan di Indonesia adalah penggunaan lampu LED.

Gambar 2.12 Lampu Sinyal

2.3.4 Track Circuit

Track Circuit atau meja pelayanan adalah merupakan tempat di mana petugas PPKA mengatur sistem jalus perjalanan kereta api serta mengatur juga


(33)

persinyalannya. track circuit hanya berupa meja besar yang di atasnya terdapat tombol-tombol panel untuk menggerakan wesel-wesel. Dari track circuit terpantau semua keadaan-keadaan yang terjadi di lapangan. Kondisi wesel serta ada atau tidak adanya kereta bisa terpantau dari sini

Gambar 2.13 Track circuit

Track circuit terbentuk oleh bagian jalan kereta api, yang dibuat hampir mirip dengan kondisi di lapangan. Segala perlengkapan yang menunjang keamana kereta api terdapat pada track circuit. Pada indikator rel di track circuit dinyatan dengan dua warna garis, yakni garis berwarna merah dan garis berwarna kuning. Garis berwarna merah menandakan ada kereta yang sedang melintas pada rel tersebut atau ada kereta yang sedang berada diam pada rel, sedangkan warna kuning pada menyatakan tidak ada kereta yang melintas atau berada pada rel tersebut. Ini disebabkan karena rel di aliri oleh arus listrik guna mengetahui ada atau tidaknya kereta di jalur tersebut. Arah pergerakan wesel pun dapat terlihat dengan di tandainya lampu yang menyala menandakan kemana arah mesel itu mengarah.


(34)

2.3.5 Kontol Sistem

Untuk mengendalikan semua komponen-komponen tersebut dibutuhkan sebuah suatu alat kontrol sistem yang dapat mengatur semua komponen-komponen utama tersebut. Dalam sistem kontrol perkeretaapian di Indonesia sistem kontrol yang digunakan adalah Siemens DRS 60. Pada prinsipnya DRS 60 ini adalah suatu alat kontrol yang masih berupa relay-relay besar. Alat ini dibuat di Jerman pada tahun 1960an, alat ini digunakan di Indonesia pada tahun 1970an tapi baru beroperasi pada tahun 1971. Hanya dua daerah saja yang masih menggunakan alat ini, hanya stasiun Bandung dan stasiun Solo. Ini meruapakan sistem penngontrol pertama yang digunakan dalam sistem perkeretaapian di Indonesia. DRS 60 tidak hanya mengatur sinyal saja tapi juga mengatur seluruh sistem perkeretaapian.

Gambar 2.14Siemens DRS60

2.4 Demultiplekser

Demultiplekser adalah suatu rangkaian elektronik yang mampu menyalurkan sinyal dari suatu saluran ke salah satu dari banyak saluran keluaran. Pemilihan keluaran ini dilakukan melalui masukan penyeleksi. Secara bagan kerja Demultiplekser tersebut ditunjukkan oleh gambar


(35)

Gambar 2.15Rangkaian Dasar Demultiplekser

Cara Demultiplekser melewatkan sinyal tidak selamanya seperti yang diuraikan diatas. Ada kalanya sebuah demultiplekser hanya mengaktifkan satu dari sekian saluran keluaran, yang kebanyakan aktif rendah. Dalam hal ini demultiplekser hanya memiliki fasilitas "n" kendali masukan untuk memilih satu dari 2n saluran keluaran.


(36)

2.5 Flowchart

Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut.

Bila seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti :

a. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. b. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan

definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.

c. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.

d. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja, misalkan MENGHITUNG PAJAK PENJUALAN. e. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.

f. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.


(37)

Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu : a. Flowchart Sistem (System Flowchart)

b. Flowchart Paperwork / Flowchart Dokumen (Document Flowchart) c. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)

d. Flowchart Program (Program Flowchart) e. Flowchart Proses (Process Flowchart)


(38)

BAB III

PERANCANGAN DAN REALISASI

3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem

Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan PLC kedua dan ketiga mengatur seluruh sistem lampu sinyal. Berikut adalah gambar blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

Gambar 3.1Diagram Blok Sistem PLC 1

Gambar 3.2Diagram Blok Sistem PLC 2 Sensor Keadaan PLC 1 Demultiplekser

Power Supply

Lampu Sinyal Kiri

Sensor Keadaan PLC 2 Power Supply


(39)

Gambar 3.3Diagram Blok Sistem PLC 3

PLC pertama menentukan tujuan dan mengatur seluruh pergerakan wesel-wesel sesuai dengan wesel yang akan dilewati oleh kereta. PLC 1 menjadikan sensor keadaan menjadi input untuk memproses program yang dibuat. Pada prinsipnya PLC 1, PLC 2 dan PLC 3 memiliki kesamaan yaitu menjadikan sensor keadaan sebagai inputan, tetapi output yang di kontrolnya berbeda. Jika pada PLC 1 yang di kotrolnya adalah wesel-wesel maka pada PLC 2 dan PLC 3 mengkontrol seluruh lampu sinyal.

3.2 Perancangan Perangkat Keras (hardware)

Perancanagn perangkat keras meliputi beberapa alat atau komponen yang digunakan dalam perancangan PENGONTROLAN LINTASAN KERETA API BERBASIS PLC OMRON tersebut adalah :

3.2.1 Rel

Jika kendaraan lain memiliki sistem kemudi untuk mengendaliakan arah tujuan yang akan dilalui sedangkan kereta api tidak memiliki kemudi untuk mengendalikannya, kereta api hanya mengandalkan rel untuk bergerak ke kanan, ke kiri atau lurus. Rel merupakan faktor penting guna kelancaran perjalanan

Sensor Keadaan PLC 3 Demultiplekser Lampu Sinyal Kanan


(40)

kereta api. Biasanya rel hanya memanjang dari stasiun ke stasiun yang lain tetapi menjadi suatu masalah apabila ada kereta api lain yang ingin memasuki jalur yang sama. Untuk itu di buat suatu perlintasan rel yang bercabang dari satu arah ke dua arah. Istilah rel bercabang itu disebut wesel.

Gambar 3.4Rancangan Jalur Lintasan

Terdapat empat jalur lintasan kereta api yang memiliki dua jalur kedatangan dan dua jalur keberangkatan. Digunakannya empat jalur dan double trackdikedua sisi untuk mengurangi tumpukan penumpang di stasiun

3.2.2 Penggerak Rel (Wesel)

Wesel adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan) tempat memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang satu ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang runcing.


(41)

( a )

( b )

Gambar 3.5(a) Skema wesel ketika arah lurus, (b) skema wesel ketika arah belok

Mesin wessel di gerakan dengan menggunakan motor dc 5 volt dan untuk membantu pergerakannya ditambahkan sebuah gearbox agar kinerja dari motor lebih efisien dalam menggerakan lidah rel. Dalam sistem ini digunakan 12 mesin wessel yang di pasang dalam setiap persimpangan.


(42)

Gambar 3.7gambar rangkaian motor dc dengan menggunakan driver motor L293D

Gambar 3.8Skema wesel-wesel yang akan dikontrol

Tabel 3.1Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Datang Dari Arah Kiri

Arah Kedatangan

Jalur Tujuan

Kondisi Wesel

W2 W3 W4 W5 W6

Kiri Jalur 1 Lurus - Lurus - Belok Kiri Jalur 2 Lurus - Lurus - Lurus Kiri Jalur 3 Belok Belok - Lurus


(43)

-Tabel 3.2Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Datang Dari Arah Kanan

Arah

Kedatangan Jalur Tujuan

Kondisi Wesel

W7 W8 W9 W10 W11 Kanan Jalur 2 - Lurus - Belok Belok Kanan Jalur 3 Lurus - Lurus - Lurus Kanan Jalur 4 Belok - Lurus - Lurus

o

Tabel 3.3Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Akan Keluar Dari Arah Kiri Ke Kanan

Arah Keberangkatan Jalur Keberadaan Kereta Kondisi Wesel

W7 W8 W9 W10 W12 Kiri Ke Kanan Jalur 1 - Belok - Lurus Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 2 - Lurus - Lurus Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 3 Lurus - Belok - Belok

Tabel 3.4Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Akan Keluar Dari Arah Kanan Ke Kiri

Arah Keberangkatan Jalur Keberadaan Kereta Kondisi Wesel

W1 W3 W4 W5 W6 Kanan Ke Kiri Jalur 2 Belok - Belok - Lurus Kanan Ke Kiri Jalur 3 Lurus Lurus - Lurus -Kanan Ke Kiri Jalur 4 Lurus Lurus - Belok

-3.2.3 Lampu Sinyal

Lampu sinyal adalah sebuah alat komunikasi yang mengisyaratkan sejumlah kode-kode tertentu dengan menggunakan cahaya kepada masinis. Seperti halnya pada lampu lalulintas di persimpangan jalan namun yang membedakannya hanya jumlah lampu yang digunakan. Jika dalam lampu lalulintas di jalan memiliki tiga buah kode warna yang digunakan , sedangkan di


(44)

dalam sistem lalulintas perkeretaapian hanya memiliki dua kode warna saja yaitu merah untuk menandakan berhenti dan hijau untuk menandakan jalan terus. Bahkan dalam beberapa kasus ada yang memiliki sampai empat kode warna dalam satu lampu sinyal, namun dalam tugas akhir ini jumlah kode warna yang digunakan hanya dua warna saja. Lampu sinyal ini berperan sangat penting untuk menghindari adanya kecelakaan antar kereta.

Dalam perancangan ini, lampu sinyal terdiri dari dua jenis, yaitu sinyal kedatangan dan sinyal keberangkatan. Sinyal kedatangan adalah lampu sinyal yang berada pada jalur yang hendak masuk ke suatu stasiun atau sistem lintasan yang bercabang. Sedangkan sinyal keberangkatan adalah lampu sinyal yang berada pada jalur ke arah keluar dari suatu stasiun atau sistem lintasan yang bercabang. Dalam sistem yang akan direalisasikan ada dua buah lampu sinyal kedatangan yaitu L1 dan L8 sedangakan sinyal keberangkatan ada enam buah yaitu L2, L3 dan L4 dibagian kiri dan L5, L6 dan L,7 dibagian kanan

Untuk menghemat jumlah output yang akan digunakan maka dibutuhkan suatu rangkaian demultiplekse. Output dari PLC dijadikan input untuk demultiplekser untuk menghasilkan 4 output dari 3 output PLC. Dalam sistem yang akan dibuat ada dua buah IC CMOS 74HC138 yang digunakan untuk menyalakan atau mematikan lampu sinyal. Berikut ini adalah gambar rangkaian dari lampu sinyal.


(45)

Gambar 3.9Rangkaian lampu sinyal

Gambar 3.10Skema penempatan lampu sinyal

Dalam sistem yang akan dibuat ini sinyal kedatangan (L1 dan L8) jika tidak ada kereta yang akan melewatinya maka lampu sinyal akan tetap memberi tanda harus berhenti dan secara otomatis apabila ada kereta yang hendak masuk maka lampu hijau akan menyala dan lampu merah akan mati setelah semua wesel telah menuju ke arah jalur yang dituju, setelah kereta melewati lampu sinyal maka


(46)

lampu merah akan kembali menyala dan lampu hijau akan mati. Sedangkan lampu sinyal keberangkatan masih menggunakan sistem manual yaitu dengan menggunakan operator, dikarenakan ada tidak semua kereta akan berhenti di suatu stasiun.

3.2.4 Sensor Keadaan

Karena sistem yang akan dibuat menggunakan sudah dapat bekerja secara otomatis untuk itu dibutuhkan suatu sensor sebagai parameter untuk sensor agar dapat bekerja tanpa menggunakan operator. Sensor yang digunakan hanya analogi sebuah saklar biasa. Sebenarnya rel-rel kereta api yang ada di Indonesia semuanya dialiri arus listrik, namun arus yang dialirkannya memiliki tegangan yang tidak terlalu besar hanya sekitar 8-10 volt AC. Dua buah rel di sebelah kanan dan sebelah kiri memiliki kutub yang berbeda, apabila kutub tersebut di hubungkan maka lampu indikator di track circuit akan menyala. Karena roda kereta terbuat dari besi yang merupakan konduktor maka kedua kutub yang dihubungkan oleh roda kereta akan short yang menyebabkan indikator di track circuit akan menyala.


(47)

Gambar 3.12Skema pemasangan sensor keadaan

3.2.5 Modul PLC OMRON ZEN

Sesuai dengan judul maka sistem pengontrolan yang digunakan berbasis PLC OMRON ZEN.

Gambar 3.13PLC OMRON ZEN

PLC OMRON ZEN yang digunakan memiliki 14 pin input dan 12 pin output. Berikut daftar input dan output yang digunakan.


(48)

Tabel 3.5Daftar pin input yang digunakan oleh PLC 1

No PIN

INPUT Fungsi

1 I0 Sensor kedatangan kiri 2 I1 Sensor keberangkatan jalur 4 3 I2 Sensor keberangkatan jalur 3 4 I3 Sensor keberangkatan jalur 2 5 I4 Sensor kedatangan kanan

Tabel 3.6Daftar pin output yang digunakan oleh PLC 1

No PIN OUTPUT Fungsi

1 Q0 Sebagai input A ke demultiplekser 1 2 Q1 Sebagai input B ke demultiplekser 1 3 Q2 Sebagai input C ke demultiplekser 1 4 Q3 Kontrol motor ke kondisi awal

Tabel 3.7Daftar pin input yang digunakan oleh PLC 2

No PIN

INPUT Fungsi

1 I0 Sensor kedatangan kiri 2 I1 Sensor kedatangan kanan 3 X0 Sensor keberangkatan jalur 1 ke kanan 4 X1 Sensor keberangkatan jalur 2 ke kanan 5 X2 Sensor keberangkatan jalur 3 ke kanan 6 X3 Sensor keberangkatan jalur 4 ke kiri 7 X4 Sensor keberangkatan jalur 3 ke kiri 8 X5 Sensor keberangkatan jalur 2 ke kiri


(49)

Tabel 3.8Daftar pin output yang digunakan oleh PLC 2

No PIN

OUTPUT Fungsi

1 Q0 Kontrol motor wesel 1 2 Q1 Kontrol motor wesel 2 3 Q2 Kontrol motor wesel 3 4 Q3 Kontrol motor wesel 4 5 Y1 Kontrol motor wesel 5 6 Y2 Kontrol motor wesel 6 7 Y3 Kontrol motor wesel 7 8 Y4 Kontrol motor wesel 8 9 Y5 Kontrol motor wesel 9 10 Y6 Kontrol motor wesel 10 11 Y7 Kontrol motor wesel 11 12 Y8 Kontrol motor wesel 12

Tabel 3.7Daftar pin input yang digunakan oleh PLC 3

No PIN INPUT Fungsi

1 I0 Sensor kedatangan kanan 2 I1 Sensor keberangkatan jalur 1 3 I2 Sensor keberangkatan jalur 2 4 I3 Sensor keberangkatan jalur 3 5 I4 Sensor kedatangan kiri

Tabel 3.8Daftar pin output yang digunakan oleh PLC 2

No PIN OUTPUT Fungsi

1 Q0 Input A ke demultiplekser 2 2 Q1 Input B ke demultiplekser 2 3 Q2 Input C ke demultiplekser 2 4 Q3 Kontrol motor ke kondisi awal


(50)

3.3 Algoritma Program

Mulai

Datang dari kiri YA Nyalakan sinyal hjijau dan matikan sinyal merah di L1 Baca sensor kedatangan

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah

Apakah kereta ada di L7

Matikan lampu sinyal merah dan nyalakan lampu sinyal hijau di L7

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah di L7

Apakah kereta ada di L6

Matikan lampu sinyal merah dan nyalakan lampu sinyal hijau di L6

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah di L6 YA

TIDAK Apakah kereta ada di L5

Matikan lampu sinyal merah dan nyalakan lampu sinyal hijau di L5

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah di L5 TIDAK

YA YA

TIDAK

Hitung 18

detik Hitung 18 detik Hitung 18 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik


(51)

(52)

(53)

Mulai Datang dari kanan TIDAK YA Nyalakan sinyal hjijau dan matikan sinyal merah di L8 Baca sensor kedatangan

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah

Apakah kereta ada di L2

Matikan lampu sinyal merah dan nyalakan lampu sinyal hijau di L2

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah di L2

Apakah kereta ada di L3

Matikan lampu sinyal merah dan nyalakan lampu sinyal hijau di L3

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal

merah di L3 YA

TIDAK Apakah kereta ada di L4

Matikan lampu sinyal merah dan nyalakan lampu sinyal hijau di L4

Matikan lampu sinyal hijau dan nyalakan lampu sinyal merah di L4 TIDAK

YA YA

TIDAK

Hitung 18

detik Hitung 18 detik Hitung 18 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik


(54)

3.4 ZEN Suport Software

PLC OMRON ZEN yang digunakan dalam “PENGONTROLAN JALUR LINTASAN KERETA API BERBASIS PLC OMRON” ini menggunakan bahasa pemrograman LLD (Ladder Logic Diagram).

Untuk membuat program tersebut penulis menggunakan ZEN Support Software yang dapat berjalan pada sistem operasi windows. Software tersebut digunakan penulis karena selain bias berjalan dalam sistem operasi windows juga bias melakukan simulasi jalannya program yang telah dibuat secara langsung pada komputer tanpa harus terkoneksi dengan modul PLC. Hal tersebut dirasakan sangat menguntungkan karena kesalahan program dapat diketahui dengan lebih awal.


(55)

Gambar 3.19Tampilan Aplikasi ZEN Support Software pada saat dilakukan Simulasi Program


(56)

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1. Tujuan

Langkah pengujian bertujuan untuk mendapatkan data-data sejauh mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak kesalahan bila sistem yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan dan selanjutnya mengambil kesimpulan terhadap langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka memperbaiki kesalahan tersebut.

Pengujian dilakukan dengan mengoperasikan secara langsung terhadap sistem yang sudah terinstalasi.

4.2. Kondisi-Kondisi Pengujian dan Analisa 4.2.1 Pengujian dan Analisa Kondisi 1

Pada awalnya semua posisi wesel berada pada posisi lurus dan apabila PLC mendapatkan input dari sensor maka secara otomatis PLC akan mengatur seluruh pergerakan wesel yang akan dilalui oleh kereta.

Sensor dipasang pada bagian tepi rel sebelah kiri dan sebelah kanan sebagai indokator untuk member input kepada PLC bahwa ada kereta yang akan masuk.


(57)

Gambar 4.1Kondisi awal

Keadaan awal seluruh jalur kereta dalam keadaan kosong. Kemudian datang kereta dari sebelah kiri akan melalui lampu sinyal L1, ketika kereta melewati sensor kedatangan secara otomatis lampu sinyal akan memberi sinyal hijau agar kereta dapat masuk melalui lampu sinyal dan akan kembali memberikan sinyal merah apabila kereta sudah melaluinya. Kereta secara otomatis diarahkan pergerakannya ke arah jalur 1. Ada 3 wesel yang akan dilewati yaitu wesel 2, wesel 4 dan wesel 6. Secara otomatis wesel 2 dan wesel 4 tidak akan bergerak sedangkan wesel 6 akan bergerak ke arah belok agar kereta dapat berjalan menuju jalur 1. Setelah kereta semua wesel maka akan terjadi reset wesel dimana wesel-wesel yang bergerak akan kembali ke kondisi awal yaitu kondisi lurus. Setelah masuk ke jalur 1 maka kereta akan berhenti karena lampu sinyal L7 akan tetap memberi sinyal merah. Setelah kereta berhenti tepat di sensor keadaan maka sistem akan menghitung selama 18 detik. Waktu 18 detik dianalogikan sebagai waktu kereta dapat menaikan atau menurunkan penumpang. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L7 akan memberi sinyal hijau agar kereta dapat bergerak melanjutkan perjalanan. Secara bersamaan wesel-wesel yang akan dilalui kereta


(58)

menuju jalur keluar akan secara otomatis akan terbentuk. Wesel-wesel yang dilewati adalah wesel 8, wesel 10 dan wesel 12, dalam kondisi seperti ini wesel 10 dan wesel 12 akan tetap diam sedangkan wesel 8 akan bergerak ke belok agar kereta yang akan melewatinya bisa bergerak kearah jalur keluar.

Gambar 4.2Kereta datang dari sebelah kiri kondisi semua jalur kosong

Jalur 1 terisi oleh kereta lain sedangkan ada kereta yang akan masuk kembali ke stasiun maka kereta akan di arahkan oleh sistem menuju jalur 2 karena jalur 1 sedang di gunakan oleh kereta yang lain. Ketika sensor kedatangan sedang dilewati maka lampu sinyal L1 akan memberi sinyal hijau dan apabila kereta telah melewati lampu sinyal lampu sinyal L1 akan kembali memberi sinyal merah. Kondisi wesel yang akan dilalui seperti wesel 2, wesel 4 dan wesel 6 tidak akan bergerak karena dari arah kedatangan menuju jalur 2 tidak ada persimpangan yang mengharuskan untuk berbelok jadi semua wesel tetap pada posisi lurus. Setelah kereta menginjak sensor keberangkatan di L6 maka sistem akan menghitung selama 18 detik dan lampu sinyal L6 tetap merah. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L6 akan memberi sinyal hijau dan setelah kereta melewati lampu sinyal L6


(59)

maka lampu sinyal L6 akan kembali memberi sinyal merah dan semua wesel yang dilewati dari jalur 2 akan menuju kearah jalur keluar.

Gambar 4.3Kereta datang dari sebelah kiri kondisi semua jalur 1 terisi

Jalur 1 dan jalur 2 sedang digunakan oleh kereta lain maka kereta yang akan masuk ke stasiun akan masuk ke jalur 3. Lampu sinyal L1 akan memberi sinyal hijau dan akan kembali merah apabila kereta telah melalui lampu sinyal L1. Dan wesel-wesel yang akan dilalui seperti wesel 2, wesel 3 dan wesel 5 akan membuka jalan menuju jalur 3. Wesel 2 dan wesel 3 akan berbelok sedangkan wesel 5 akan tetap lurus. Setelah kereta menginjak sensor keberangkatan di L5 maka sistem akan menghitung selama 18 detik dan lampu sinyal L5 tetap merah. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L5 akan memberi sinyal hijau dan setelah kereta melewati lampu sinyal L5 maka lampu sinyal L5 akan kembali memberi sinyal merah. Wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta seperti wesel 7, wesel 9 dan wesel 12 akan menuntun kereta agar dapet menuju kearah jalur keluar. Wesel 9 dan wesel 12 akan berbelok sedangkan wesel 7 akan tetap lurus. Berikut adalah hasil data setiap pengujian yang dilakukan.


(60)

Gambar 4.4Kereta datang dari sebelah kiri kondisi semua jalur 1 dan 2 terisi

Table 4.1Tabel pengujian wesel kondisi 1 kereta masuk

Kondisi Jalur Jalur Tujuan

Wesel

1 2 3 4 5 6

Semua Jalur

Jalur 1 - Lurus - Lurus - Belok Kosong

Jalur 1 Terisi Jalur 2 - Lurus - Lurus - Lurus Jalur 1 dan Jalur 2

Jalur 3 - Belok Belok - Lurus -Terisi


(61)

(b)

(c)

Gambar 4.5(a) wesel 6 belok menuju jalur 1, (b) semua wesel lurus menuju jalur 2, (c) wesel 2 dan wesel 3 belok menuju jalur 3

Table 4.2Tabel pengujian lampu sinyal L8 kereta masuk dari kiri

Kondisi Jalur Kondisi Awal

Kondisi Sensor Aktif Merah Hijau Merah Hijau Jalur 1, Jalur 2 dan Jalur 3 Kosong Menyala Mati Mati Menyala

Jalur 2 dan Jalur 3 Kosong Menyala Mati Mati Menyala Jalur 3 Kosong Menyala Mati Mati Menyala


(62)

Table 4.3Tabel pengujian wesel kondisi 1 kereta keluar ke kanan

Arah Keberangkatan

Jalur Keberadaan

Kereta

Kondisi Wesel

7 8 9 10 11 12

Kiri Ke Kanan Jalur 1 - Belok - Lurus - Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 2 - Lurus - Lurus - Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 3 Lurus - Belok - - Belok

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.6(a) wesel 8 belok menuju jalur keluar dari jalur 1, (b) semua wesel lurus menuju jalur keluar dari jalur 2, (c) wesel 8 dan wesel 11 belok menuju jalur keluar dari jalur 3


(63)

Table 4.4Tabel pengujian lampu sinyal kondisi 1 kereta keluar

Lampu Sinyal Kondisi Awal Setelah 18 Detik Merah Hijau Merah Hijau L2 Menyala Mati Mati Menyala L3 Menyala Mati Mati Menyala L4 Menyala Mati Mati Menyala

Dari data hasil pengujian yang didapatkan dapat dianalisa bahwa sistem dapat menentukan jalur mana yang akan dilalui oleh kereta dan jalur mana yang sedang digunakan oleh kereta yang lainnya. Sistem yang di buat secara otomatis menggerakan wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta dan membuka dan menutup lampu sinyal untuk memberikan tanda aman kepada masinis yang mengendalikan kereta agar dapat bergerak sesuai dengan jalur yang telah ditentukan oleh sistem.

4.2.2 Pengujian dan Analisa Kondisi 2

Sama seperti pada kondisi 1, pada kondisi 2 ini yang membedakannya hanya arah dan wesel-wesel yang akan dilewati oleh kereta. Keadaan awal seluruh jalur kereta dalam keadaan kosong. Kemudian datang kereta dari sebelah kanan akan melalui lampu sinyal L8, ketika kereta melewati sensor kedatangan secara otomatis lampu sinyal akan memberi sinyal hijau agar kereta dapat masuk melalui lampu sinyal dan akan kembali memberikan sinyal merah apabila kereta sudah melaluinya. Kereta secara otomati diarahkan pergerakannya ke arah jalur 4. Ada 3 wesel yang akan dilewati yaitu wesel 11, wesel 9 dan wesel 7. Secara otomatis wesel 11 dan wesel 9 tidak akan bergerak sedangkan wesel 7 akan bergerak ke arah belok agar kereta dapat berjalan menuju jalur 4. Setelah kereta semua wesel


(64)

maka akan terjadi reset wesel dimana wesel-wesel yang bergerak akan kembali ke kondisi awal yaitu kondisi lurus. Setelah masuk ke jalur 4 maka kereta akan berhenti karena lampu sinyal L2 akan tetap memberi sinyal merah. Setelah kereta berhenti tepat di sensor keadaan maka sistem akan menghitung selama 18 detik. Waktu 18 detik dianalogikan sebagai waktu kereta dapat menaikan atau menurunkan penumpang. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L2 akan memberi sinyal hijau agar kereta dapat bergerak melanjutkan perjalanan. Secara bersamaan wesel-wesel yang akan dilalui kereta menuju jalur keluar akan secara otomatis akan terbentuk. Wesel-wesel yang dilewati adalah wesel 5, wesel 3 dan wesel 1, dalam kondisi seperti ini wesel 1 dan wesel 3 akan tetap diam sedangkan wesel 5 akan bergerak ke belok agar kereta yang akan melewatinya bisa bergerak kearah jalur keluar keluar.


(65)

Jika kondisi jalur 4 terisi oleh kereta lain sedangkan ada kereta yang akan masuk kembali ke stasiun maka kereta akan di arahkan oleh sistem menuju jalur 3 karena jalur 4 sedang di gunakan oleh kereta yang lain. Ketika sensor kedatangan sedang dilewati maka lampu sinyal L8 akan memberi sinyal hijau dan apabila kereta telah melewati lampu sinyal lampu sinyal L8 akan kembali memberi sinyal merah. Kondisi wesel yang akan dilalui seperti wesel 7, wesel 9 dan wesel 11 tidak akan bergerak karena dari arah kedatangan menuju jalur 3 tidak ada persimpangan yang mengharuskan untuk berbelok jadi semua wesel tetap pada posisi lurus. Setelah kereta menginjak sensor keberangkatan di L3 maka sistem akan menghitung selama 18 detik dan lampu sinyal L3 tetap merah. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L3 akan memberi sinyal hijau dan setelah kereta melewati lampu sinyal L3 maka lampu sinyal L3 akan kembali memberi sinyal merah dan semua wesel yang dilewati dari jalur 3 akan menuju kearah jalur keluar.


(66)

Jika dalam kondisi jalur 4 dan jalur 3 sedang digunakan oleh kereta lain maka kereta yang akan masuk ke stasiun akan masuk ke jalur 2. Lampu sinyal L8 akan memberi sinyal hijau dan akan kembali merah apabila kereta telah melalui lampu sinyal L8. Dan wesel-wesel yang akan dilalui seperti wesel 8, wesel 10 dan wesel 11 akan membuka jalan menuju jalur 2. Wesel 11 dan wesel 10 akan berbelok sedangkan wesel 8 akan tetap lurus. Setelah kereta menginjak sensor keberangkatan di L4 maka sistem akan menghitung selama 18 detik dan lampu sinyal L4 tetap merah. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L4 akan memberi sinyal hijau dan setelah kereta melewati lampu sinyal L4 maka lampu sinyal L4 akan kembali memberi sinyal merah. Wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta seperti wesel 1, wesel 4 dan wesel 6 akan menuntun kereta agar dapat menuju kearah jalur keluar. Wesel 1 dan wesel 4 akan berbelok sedangkan wesel 6 akan tetap lurus. Berikut adalah hasil data setiap pengujian yang dilakukan.


(67)

Table 4.5Tabel pengujian wesel kondisi 2 kereta masuk

Kondisi Jalur Jalur Tujuan Wesel

7 8 9 10 11 12

Semua Jalur

Jalur 4 Belok - Lurus - Lurus -Kosong

Jalur 4 Terisi Jalur 3 Lurus - Lurus - Lurus -Jalur 4 dan -Jalur 3

Jalur 2 - Lurus - Belok Belok -Terisi

(a)


(68)

(c)

Gambar 4.10(a) wesel 7 belok menuju jalur 4, (b) semua wesel lurus menuju jalur 3, (c) wesel 11 dan wesel 10 belok menuju jalur 2

Table 4.6Tabel pengujian lampu sinyal L1 kereta masuk dari kanan

Kondisi Jalur Kondisi Awal

Kondisi Sensor Aktif Merah Hijau Merah Hijau Jalur 2, Jalur 3 dan Jalur 4 Kosong Menyala Mati Mati Menyala

Jalur 2 dan Jalur 3 Kosong Menyala Mati Mati Menyala Jalur 2 Kosong Menyala Mati Mati Menyala

Table 4.7Tabel pengujian wesel kondisi 2 kereta keluar ke kiri

Arah Keberangkatan

Jalur Keberadaan

Kereta

Wesel

1 2 3 4 5 6

Kanan Ke Kiri Jalur 4 Lurus - Lurus - Belok -Kanan Ke Kiri Jalur 3 Lurus - Lurus - Lurus -Kanan Ke Kiri Jalur 2 Belok - - Belok - Lurus


(69)

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.11(a) wesel 5 belok menuju jalur keluar dari jalur 4, (b) semua wesel lurus menuju jalur keluar dari jalur 3, (c) wesel 4 dan wesel 1 belok menuju jalur keluar dari jalur 2


(70)

Table 4.8Tabel pengujian lampu sinyal kondisi 2 kereta keluar

Lampu Sinyal Kondisi Awal Setelah 18 Detik Merah Hijau Merah Hijau L5 Menyala Mati Mati Menyala L6 Menyala Mati Mati Menyala L7 Menyala Mati Mati Menyala

Dari data hasil pengujian yang didapatkan dapat dianalisa bahwa sistem dapat menentukan jalur mana yang akan dilalui oleh kereta dan jalur mana yang sedang digunakan oleh kereta yang lainnya. Sistem yang dibuat secara otomatis menggerakan wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta untuk membuka dan menutup lampu sinyal untuk memberikan tanda aman kepada masinis yang mengendalikan kereta agar dapat bergerak sesuai dengan jalur yang telah ditentukan oleh sistem.

4.2.3 Pengujian dan Analisa Kondisi 3

Jika pada saat yang bersamaan datang kereta dari dua arah yang berbeda sedangkan kondisi semua jalur sedang dalam keadaan kosong, maka secara otomatis kedua lampu sinyal L1 dan L8 memberi tanda aman atau lampu merah akan mati dan lampu sinyal hijau akan menyala di L1 dan L8. Secara bersamaan maka seluruh sistem jalur akan di bentuk secara otomatis, dengan prinsip kereta akan di tempatkan di jalur paling kanan dari arah kedatangan kereta. Kereta yang datang dari sebelah kiri akan melewati wesel 2, wesel 4 dan wesel 6. Wesel 6 akan berbelok sedangkan wesel 2 dan wesel 4 tetap lurus karena untuk memberi jalan menuju jalur 1. Sedangkan kereta yang datang dari sebelah kanan akan melewati wesel 11, wesel 9 dan wesel 7. Wesel 7 akan berbelok sedangkan wesel 9 dan 11


(71)

akan tetap lurus karena untuk memberi jalan menuju ke jalur 4. Berikut hasil data pengujian.

Gambar 4.12Kereta datang dari sebelah kiri dan kanan

Table 4.9Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang masuk dari kiri

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

1 2 3 4 5 6

Datang Dari Kiri - Lurus - Lurus - Belok


(72)

Table 4.10Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang masuk dari kanan

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

7 8 9 10 11 12

Datang Dari Kanan Belok - Lurus - Lurus

-Gambar 4.14Wesel 11 berbelok untuk menuju ke jalur 4

Table 4.11Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang akan keluar ke kanan

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

7 8 9 10 11 12

Keluar Ke Kanan - Belok - Lurus - Lurus

Gambar 4.15Wesel 8 berbelok untuk menuju ke jalur keluar dari jalur 1

Table 4.12Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang akan keluar ke kiri

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

1 2 3 4 5 6


(73)

-Gambar 4.16Wesel 5 berbelok untuk menuju ke jalur keluar dari jalur 4

Dari data-data yang didapatkan ketika pengujian kondisi 3 maka dapat di analisa apabila ada dua kereta yang datang secara bersamaan dan kondisi seluruh jalur dalam keadaan kosong maka, secara otomatis sistem akan menentukan jalur yang akan dilewati oleh setiap kereta dengan mendahulukan jalur kereta yang sebelah kanan terlebih dahulu dari arah kedatangan kereta. Kedatangan dua kereta sekaligus tidak menghambat laju kereta yang satu dengan yang lainnya selama tersedianya jalur yang kosong untuk dilewati kereta tersebut.

4.2.4 Pengujian dan Analisa Kondisi 4

Apabila kereta datang dari arah kiri sedangkan tiga dari empat jalur yang tersedia sudah digunakan oleh kereta lain yang berlawanan arah. Jalur 2, jalur 3 dan jalur 4 digunakan oleh kereta yang berlawanan arah. Maka kereta yang datang dari sebelah kiri akan masuk ke jalur 1 sesuai dengan prinsip sistem yang mendahulukan jalur kereta paling kanan dari arah kedatangan kereta. Kemudian kereta yang ada di jalur 3 keluar dari stasiun, maka hanya jalur 1, jalur 2 dan jalur 4 saja yang diisi oleh kereta. Kemudian datang kereta dari arah kiri lagi, maka secara otomatis kereta yang baru datang dari arah kiri itu akan ditempatkan di


(74)

jalur 3 karena walaupun prinsip dari sistem adalah menempatkan kereta ke jalur paling kanan tapi karena jalur 2 sedang digunakan oleh kereta yang berlawanan arah maka sistem akan secara otomatis akan memilih jalur yang kosong. Kereta akan diarahkan ke jalur 3 dengan melewati wesel 2, wesel 3 dan wesel 5. Wesel 2 dan wesel 3 akan berbelok dan wesel 5 akan tetap lurus agar kereta dapat menuju ke jalur 3. Berikut adalah hasil data pengujian yang dilakukan.

Gambar 4.17Kereta datang dari kiri jalur 1, jalur 2 dan jalur 4 terisi maka kereta menuju jalur 4

Table 4.13Tabel pengujian wesel kondisi 4 kereta yang akan masuk dari kiri

Kondisi Jalur Jalur Tujuan Wesel

1 2 3 4 5 6

Jalur 1, Jalur 2 dan

Jalur 3 - Belok Belok - Lurus -Jalur 3 Terisi


(75)

Gambar 4.18wesel 2 dan wesel 3 belok menuju jalur 3

Dari hasil pengujian dapat dianalisa bahwa sistem dapat membaca kondisi setiap jalur walaupun kereta yang menepati jalur yang akan dituju merupakan kereta yang berasal dari arah yang berlawanan. Disinilah guna penampatan sensor-sensor keadaan sebagai input ke PLC yang terhubung secara paralel antara ketiga PLC yang digunakan.

4.2.5 Pengujian dan Analisa Kondisi 5

Apabila tiga jalur yang tersedia untuk setiap arah sedang digunakan dan ada kereta yang datang dari arah yang sama sedangkan semua jalur sedang terisi maka secara otomatis lampu sinyal kedatangan maka akan tetap merah menandakan kereta tidak boleh melalui jalur tersebut. Apabila salah satu kereta yang ada di stasiun sudah meninggalkan salah satu jalur yang tersedia makan lampu sinyal berwarna merah sebagai isarat kepada masinis agar bisa melewati lampu sinyal tersebut. Berikut data hasil pengujian.


(76)

Gambar 4.19Jalur 1, jalur 2 dan jalur 3 terisi

Table 4.14Tabel pengujian Lampu Sinyal Kondisi 5 pengujian pertama

Kondisi Jalur

Kondisi Lampu Sinyal Awal

Kondisi Ada Kereta Yang Akan Masuk Merah Hijau Merah Hijau Jalur 1, jalur 2

dan Menyala Mati Menyala Mati jalur 3 terisi


(77)

Jika hanya sekali maka sistem bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis tapi jika kondisi setelah salah satu kereta yang ada di stasiun sudah keluar kemudian kereta yang menunggu di jalur kedatangan telah masuk ke salah satu jalur, lalu datang lagi kereta dengan arah kedatangan yang sama akan masuk juga ke stasiun. Berikut hasil pengujiannya.

Table 4.15Tabel pengujian Lampu Sinyal Kondisi 5pengujian kedua

Kondisi Jalur

Kondisi Lampu Sinyal Awal

Kondisi Ada Kereta Yang Akan Masuk Merah Hijau Merah Hijau Jalur 1, jalur 2

dan Menyala Mati * Mati * Menyala jalur 3 terisi

Keterangan : * = eror pada sistem

Gambar 4.21Kondisi lampu sinyal L1 menyala hijau terjadi eror

Dari data yang di peroleh serta penjelasan gambar 4.21. maka terlihat lampu sinyal L1 memberi tanda hijau sedangkan kondisi semua jalur terisi. Jika


(78)

pada kondisi sebenarnya maka masinis akan melewati lampu sinyal karena lampu sinyal memberi menyala hijau yang akan mengakibatkan kecelakaan yang membahayakan penumpang.

Setelah di uji berulang-ulang pada hardware dan pengujian terhadap software ternyata eror ini disebabkan oleh program yang dibuat pada sistem. Program yang dibuat memelukan parameter tambahan untuk pengkondisian pada setiap keadaan. Penambahan sensor keadaan untuk dijadikan input ke PLC masih mungkin untuk dilakukan, tapi mengingat kemampuan PLC dalam menampung program yang dibuat sangat terbatas, penambahan program untuk menghilangkan eror yang terjadi tidak dapat dilakukan karena program yang sudah dibuat ini sudah mengisi penuh ruang pemograman yang tersedia pada PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1. Untuk itu eror pada kasus kondisi ini tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan program baru.


(79)

i

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melewati proses pengujian dan data yang didapat dari hasil pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Proses rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON dengan mempelajari sistem jalur lintasan kereta api yang sebenarnya, telah diusahakan sebaik mungkin untuk memaksimalkan kerja PLC OMRON dalam melakukan pengontrolan sistem terdapat kendala pada kapasitas PLC OMRON dalam menerima program yang dibuat. Hal ini mengakibatkan terjadinya eror di satu kasus pengujian.

b. Selepas dengan hasil eror pada pengujian ke-5, hasil pengujian kondisi yang lainnya sesuai dengan tabel kebenaran sistem yang telah dibuat sebelumnya. Tujuan tersebut tercapai karena prinsip logika sistem yang dibuat dengan penggunakan ladder diagram sebagai bahasa pemograman PLC OMRON.

c. Sistem berjalan dengan baik karena PLC membandingkan kondisi-kondisi yang ada pada setiap jalur dengan input dari sensor keadaan. d. PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 yang digunakan ini hanya dapat

melakukan pengontrolan jalur lintasan kereta api ini hanya sekitar 80% karena memiliki kendala pada kapasitas pemprograman yang terbatas.


(80)

ii

Pengontrolan sistem lintasan kereta api ini supaya mampu dibuat dengan rancangan yang lebih sempurna dengan alat pengendali PLC. Adapun hal-hal yang dirasa kurang sempurna dan patut untuk menjadi bahan pertimbangan rancangan selanjutnya adalah dengan melakukan :

a. Mengganti PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 dengan menggunakan PLC yang memiliki kapasitas pemprograman yang lebih besar dirasa penulis dapat melakukan pengontrolan ini dengan sempurna tanpa terjadi eror.

b. Menambah jumlah jalur yang tersedia agar jumlah kereta yang datang dan kereta yang masuk dapat diimplementasikan di daerah-daerah lintasan yang cukup sibuk dengan hilir mudik datangnya kereta.

c. Penambahan suatu sensor di ujung setiap jalur agar sistem mengetahui jenis kereta yang akan memasuki stasiun. Misalnya untuk kereta pengangkut barang sistem akan memberikan sinyal hijau di lampu sinyal keberangkatan sejak kereta tersebut akan hendak memasuki stasiun karena kereta barang tidak berhenti di stasiun-stasiun yang di khususkan untuk penumpang.

d. Menambahkan sistem langsir secara otomati. Sistem langsir ini berfungsi apabila ada suatu rangkaian kereta yang hendak melepaskan diri atau hendak mengabungkan suatu gerbong atau lokomotif dengan gerbong kereta yang sudah ada di dalam stasiun.


(81)

iii

Karena proses wiring pada PLC sangat memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.


(82)

i OMRON, (2003). ZEN Programmable Relay OMRON, (2003). ZEN Support Software

Yayasan Diklat Vidiatama. “Pelatihan Programmable Logic Controller(PLC)”. Bandung, Vidiatama

http://accessscience.com/content/Railroad-control-systems/571900 http://www.jrtr.net/jrtr21/pdf/F44_Technology.pdf


(83)

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Wida Pramudita

Nim : 13106002

Tampat, Tanggal Lahir : Bandung, 4 Juni 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Mahasiswa

Alamat : Jln Teluk Buyung Kaler no 9

Pajajaran Bandung

No. Handphone : 08562192055


(84)

1994 - 2000 : SDN Sejahtera VI Bandung

2000 – 2003 : SLTPN 40 Bandung

2003 – 2006 : SMA ANGKASA Bandung


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melewati proses pengujian dan data yang didapat dari hasil pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Proses rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON dengan mempelajari sistem jalur lintasan kereta api yang sebenarnya, telah diusahakan sebaik mungkin untuk memaksimalkan kerja PLC OMRON dalam melakukan pengontrolan sistem terdapat kendala pada kapasitas PLC OMRON dalam menerima program yang dibuat. Hal ini mengakibatkan terjadinya eror di satu kasus pengujian.

b. Selepas dengan hasil eror pada pengujian ke-5, hasil pengujian kondisi yang lainnya sesuai dengan tabel kebenaran sistem yang telah dibuat sebelumnya. Tujuan tersebut tercapai karena prinsip logika sistem yang dibuat dengan penggunakan ladder diagram sebagai bahasa pemograman PLC OMRON.

c. Sistem berjalan dengan baik karena PLC membandingkan kondisi-kondisi yang ada pada setiap jalur dengan input dari sensor keadaan. d. PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 yang digunakan ini hanya dapat

melakukan pengontrolan jalur lintasan kereta api ini hanya sekitar 80% karena memiliki kendala pada kapasitas pemprograman yang terbatas.


(2)

ii 5.2 Saran

Untuk kedepannya, penulis berharap dalam perancangan Rancang Bangun Pengontrolan sistem lintasan kereta api ini supaya mampu dibuat dengan rancangan yang lebih sempurna dengan alat pengendali PLC. Adapun hal-hal yang dirasa kurang sempurna dan patut untuk menjadi bahan pertimbangan rancangan selanjutnya adalah dengan melakukan :

a. Mengganti PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 dengan menggunakan PLC yang memiliki kapasitas pemprograman yang lebih besar dirasa penulis dapat melakukan pengontrolan ini dengan sempurna tanpa terjadi eror.

b. Menambah jumlah jalur yang tersedia agar jumlah kereta yang datang dan kereta yang masuk dapat diimplementasikan di daerah-daerah lintasan yang cukup sibuk dengan hilir mudik datangnya kereta.

c. Penambahan suatu sensor di ujung setiap jalur agar sistem mengetahui jenis kereta yang akan memasuki stasiun. Misalnya untuk kereta pengangkut barang sistem akan memberikan sinyal hijau di lampu sinyal keberangkatan sejak kereta tersebut akan hendak memasuki stasiun karena kereta barang tidak berhenti di stasiun-stasiun yang di khususkan untuk penumpang.

d. Menambahkan sistem langsir secara otomati. Sistem langsir ini berfungsi apabila ada suatu rangkaian kereta yang hendak melepaskan diri atau hendak mengabungkan suatu gerbong atau lokomotif dengan gerbong kereta yang sudah ada di dalam stasiun.


(3)

e. Dengan menggunakan satu saja dirasa oleh penulis lebih meringankan beban dalam melakukan wiring dari PLC ke alat yang akan di kontrol. Karena proses wiring pada PLC sangat memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.


(4)

i

DAFTAR PUSTAKA

OMRON, (2003). ZEN Programmable Relay

OMRON, (2003). ZEN Support Software

Yayasan Diklat Vidiatama. “Pelatihan Programmable Logic Controller(PLC)”. Bandung, Vidiatama

http://accessscience.com/content/Railroad-control-systems/571900 http://www.jrtr.net/jrtr21/pdf/F44_Technology.pdf


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Wida Pramudita

Nim : 13106002

Tampat, Tanggal Lahir : Bandung, 4 Juni 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Mahasiswa

Alamat : Jln Teluk Buyung Kaler no 9

Pajajaran Bandung

No. Handphone : 08562192055


(6)

II. PENDIDIKAN FORMAL

1992 - 1994 : TK AL-Fitroh Bandung

1994 - 2000 : SDN Sejahtera VI Bandung

2000 – 2003 : SLTPN 40 Bandung

2003 – 2006 : SMA ANGKASA Bandung