commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Industri merupakan salah satu aktivitas manusia yang memberikan banyak manfaat diantaranya yaitu menyerap tenaga kerja, menghasilkan produk-
produk yang dibutuhkan oleh manusia, dan sebagainya. Namun di sisi lain proses produksi yang dijalankan dengan menggunakan teknologi dan bahan
kimia dapat membahayakan kehidupan. Apabila hal tersebut tidak dikelola dengan baik, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan gangguan,
penurunan kualitas kehidupan sampai terjadinya bencana atau disaster. Bencana industri ini secara garis besar memiliki dampak yang merugikan
pada industrial system seperti kerusakan yang mungkin terjadi pada mesin atau peralatan dan bangunan, serta dampak terhadap orang di sekitar industri
seperti trauma, terluka hingga terbunuh. Selain itu bencana juga berdampak pada lingkungan seperti kontaminasi udara, air dan tanah. Sejalan dengan hal
itu, permasalahan yang kemudian timbul dalam dunia industri juga berkembang semakin kompleks khususnya mengenai masalah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja K3 para tenaga kerja di dunia industri yang secara langsung memberi efek pada efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dalam suatu
commit to user industri yang sangat penting untuk diperhatikan. Kesehatan dan keselamatan
pekerja merupakan hal terpenting dari setiap aktivitas industri. Manusia merupakan titik sentral dalam setiap pelaksanaan kegiatan industri, mulai dari
pengadaan bahan baku, proses produksi, sampai dengan menghasilkan produk yang siap pakai. Dapat dipastikan tanpa keterlibatan manusia proses produksi
tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, keselamatan dan kesehatan pekerja sangat diperhitungkan demi mencapai produktivitas kerja yang
setinggi-tingginya. 1.
Tempat Kerja Menurut Permenaker No. Per-05MEN1996 menyatakan bahwa
tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara- cara melakukan pekerjaan Suma’mur,
1993. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja,
commit to user dan lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses
produksi. Keselamatan kerja sebagai salah satu unsur perlindungan tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para
tenaga kerja, orang lain yang berada di tempat kerja dan menjamin agar sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan efisien serta
menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting dalam
meningkatkan produksi
dan produktivitas,
sebagaimana diterangkan dalam Undang-undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Sehingga Keselamatan Kerja merupakan sarana utama untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
sejahtera bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka atau cidera, cacat atau kematian,
kerugian harta benda, dan kerusakan peralatan atau mesin dan lingkungan kerja secara luas, serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju
peningkatan produktivitas Tarwaka, 2008. Tujuan keselamatan kerja :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya, dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien
Suma’mur, 1993.
commit to user Syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada pasal 3 ayat 1
Undang-undang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk : a.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b.
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c.
Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
e. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.
f. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. h.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. i.
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik. j.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. k.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. l.
Menerapkan ergonomi di tempat kerja. m.
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang. n.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. o.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakukan dan penyimpanan barang.
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
commit to user q.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Disamping syarat-syarat seperti tersebut di atas, juga ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk
teknis dan aparat produksi yang mengadung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan Tarwaka, 2008.
3. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-
penyakit umum Sumamur, 1996. Kesehatan Kerja Occupational Health sebagai suatu aspek atau
unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja Tarwaka, 2008. 4.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara filosofi K3 didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah
commit to user diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta
hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Secara keilmuan K3 didefinisikan sebagai ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap
pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan dari sudut ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja
dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat
dijalankan secara aman, efisien dan produktif Tarwaka, 2008. 5.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 a.
Definisi Manajemen Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas
prencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diterapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya manusia yang ada. b.
Definisi Sistem Manajemen Sistem Manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan
saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan menggunakan manusia dengan sumber daya yang
ada. c.
Definisi Manajemen K3
commit to user Manajemen K3 merupakan suatu ilmu perilaku yang mencakup
aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan
keputusan dan organisasi. Bennet Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995
d. Definisi SMK3
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
K3 dalam rangka pengambilan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
Permenaker No. Per-05MEN1996. Secara garis besar definisi SMK3 yaitu suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang berdasarkan Permenaker No. Per-05MEN1996. e.
Tujuan penerapan SMK3 Tujuan penerapan SMK3 adalah untuk menciptakan suatu sistem
K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka :
1 Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
commit to user 2
Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja,
memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja Suardi, 2005.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki pedoman dalam pelaksanaannya yang merupakan siklus
berkesinambungan dengan peningkatan yang berkelanjutan. f.
Manfaat Penerapan SMK3 Manfaat utama diambil dari implementasi SMK3 secara garis
besar adalah sebagai berikut : 1
Perlindungan tenaga kerja. 2
Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan Undang-undang. 3
Mengurangi biaya 4
Membuat Sistem Manajemen yang efektif. 5
Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan. 6
Penurunan kecelakaan dan kerugian akibat kecelakaan. 7
Peningkatan perhatian manajemen puncak. g.
Penerapan SMK3 Di dalam pasal 87 ayat 1 Undang-undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistem
commit to user manajemen perusahaan. Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan
Sistem Manajemen K3 diatur di dalam Permenaker RI. No. Per- 05MEN1966 tentang Sistem Manajemen K3. Pada pasal 3 ayat 1 dan
2 dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 seperti yang tertuang dalam pasal 4 Permenaker RI. No.Per.05MEN1996
beserta pedoman penerapan pada Lampiran I, maka organisasi perusahaan diwajibkan untuk melaksanakan lima ketentuan pokok
yaitu : 1
Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
a Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan
ditandatangani oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan komitmen dan tekad melaksanakan K3,
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Di dalam membuat kebijakan
K3 harus dikonsultasikan dengan perwakilan pekerja dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok,
commit to user pelanggan, dan kontraktor. Kebijakan perusahaan harus selalu
ditinjau ulang atau direview untuk peningkatan kinerja K3. b
Adanya komitmen dari puncak pimpinan Top Manajemen terhadap K3 dengan menyediakan sumber daya yang memadai
yang diwujudkan dalam bentuk : 1
Penempatan organisasi K3 pada posisi strategis. 2
Penyediaan anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya dalam bidang K3.
3 Menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang
dan kewajiban secara jelas dalam menangani K3. 4
Perencanaan K3 yang terkoordinasi. 5
Penilaian kinerja dan tindak lanjut K3. c
Adanya tinjauan awal initial review kondisi K3 di perusahaan yang dilakukan dengan cara :
1 Identifikasi kondisi yang ada, selanjutnya dibandingkan
dengan ketentuan yang berlaku Pedoman Sistem Manajemen K3 sebagai bentuk pemenuhan terhadap
peraturan perundangan. 2
Identifikasi sumber bahaya di tempat kerja. 3
Penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3.
4 Meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan,
kompensasi kecelakaan, dan gangguan yang terjadi.
commit to user 5
Meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya. 6
Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
2 Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan, dan sasaran
penerapan Sistem Manajemen K3 a
Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
b Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3. c
Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan dalam bidang K3 yang mencakup kriteria kebijakan sebagai
berikut : 1
Dapat diukur 2
Satuan atau indikator pengukuran 3
Sasaran pencapaian 4
Jangka waktu pencapaian. d
Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur. e
Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung.
3 Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3. Dalam hal ini
commit to user pengurus harus menunjuk personil-personil yang mempunyai
kualifikasi dengan kriteria : a
Adanya jaminan kemampuan 1
Sumber daya berupa manusia, sarana dan dana. Penyediaan sumber daya tersebut, harus dibuat prosedur untuk
memantau manfaat yang didapat dan biaya yang dikeluarkan.
2 Sistem Manajemen K3 harus terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan secara komprehensif. 3
Pendelegasian tanggung jawab dan tanggung gugat secara tegas sesuai penugasan masing-masing.
4 Komitmen K3 dibangun berdasarkan hasil konsultasi
dengan tenaga kerja dan pihak-pihak lain yang terkait, sehingga semua pihak merasa ikut berpartisipasi di
dalamnya. 5
Kesadaran semua pihak untuk mendukung tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 yang telah ditetapkan untuk
meningkatkan kinerja pencapaian K3 di tempat kerja. 6
Pelatihan harus diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi kerja di dalam penerapan Sistem Manajemen
K3. b
Adanya kegiatan pendukung yang meliputi :
commit to user 1
Komunikasi antara manajemen dengan tenaga kerja dan pihak-pihak terkait.
2 Pelaporan sistem manajemen K3 di tempat kerja.
3 Pendokumentasian sistem dan pengendalian dokumen.
4 Pencatatan dan manajemen informasi.
c Adanya manajemen risiko dan manajemen tanggap darurat,
yang meliputi : 1
Identifikasi sumber bahaya 2
Penilaian terhadap risiko 3
Tindakan pengendalian risiko dengan mengikuti hirarki pengendalian risiko yang dimulai sejak tahap perancangan
dan perekayasaan. 4
Prosedur menghadapi insiden, keadaan tanggap darurat dan pemulihan keadaan darurat.
4 Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
a Adanya inspeksi, pengujian, dan pemantauan yang berkaitan
dengan tujuan dan sasaran K3 di tempat kerja. b
Adanya audit sistem manajemen K3 secara berkala untuk mengetahui efektivitas penerapan sistem manajemen K3.
c Tindakan pencegahan dan perbaikan secara sistematik dan
efektif yang dilaksanakan oleh pihak manajemen.
commit to user 5
Meninjau ulang secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja K3 yang meliputi : a
Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3. b
Tujuan, sasaran dan kinerja K3. c
Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3. d
Evaluasi efektif penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubahnya yang disesuaikan dengan
adanya : 1
Perubahan Peraturan Perundangan. 2
Tuntutan pihak-pihak terkait dan tuntutan pasar 3
Perubahan produk, kegiatan dan perubahan struktur organisasi perusahaan.
4 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5 Pengalaman kecelakaan dan insiden di tempat kerja.
6 Pelaporan serta feedback dari tenaga kerja.
Secara formal, ketentuan-ketentuan pokok tentang penerapan Sistem Manajemen K3 di suatu perusahaan, seperti tersebut di atas
harus dibuktikan secara nyata melalui pencapaian sertifikasi audit. Dengan dilaksanakannya audit, maka akan dapat diketahui apakah
penerapan Sistem Manajemen K3 telah berfungsi dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku di
bidang K3.
commit to user Sesuai yang tertuang di dalam pasal 5 ayat 1 Permenaker RI
No.Per-05MEN1996 tentang Sistem Manajemen K3 dinyatakan bahwa untuk pembuktian penerapan sistem manajemen K3
perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk oleh Menteri yaitu Menteri Tenaga Kerja. Dengan demikian untuk
efektifitas pencapaian audit Sistem Manajemen K3 di suatu perusahaan, audit harus dilakukan oleh badan audit Sistem
Manajemen K3 di suatu perusahaan, audit harus dilakukan oleh badan audit independen atau eksternal audit. Selanjutnya, pada pasal 5 ayat 2
dinyatakan bahwa audit Sistem Manajemen K3 meliputi 12 dua belas unsur atau elemen audit yaitu :
1 Komitmen pembangunan dan pemeliharaan
2 Strategi pendokumentasian
3 Peninjauan ulang desain dan kontrak
4 Pengendalian dokumen
5 Pembelian
6 Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7 Standar pemantauan
8 Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9 Pengelolaan material dan pemindahannya
10 Pengumpulan dan penggunaan data
11 Pemerikasaan sistem manajemen K3
12 Pengembangan keterampilan dan kemampuan Tarwaka, 2008.
commit to user 6.
OHSAS 18001 : 2007 OHSAS 18001 merupakan standar sistem internasional tentang
keselamatan dan kesehatan kerja. OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan untuk :
a. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk
mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.
b. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan
sebuah SMK3. c.
Melakukan sertifikasi atau melakukan penilaian sendiri. Perbedaan OHSAS 18001 dan Permenaker 05MEN1996 adalah
Permenaker 05MEN1996 memiliki pembagian jumlah atau jenis elemen untuk jenis perusahaan tergantung pada besar kecil perusahaan yang
bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk semua jenis organisasi tanpa memperhatikan besar kecilnya perusahaan
itu. Suardi, 2005 a.
OHSAS 18001 terdiri dari 18 elemen, yaitu sebagai berikut : 1
4. 1 Persyaratan Umum Organisasi harus membuat, mendokumentasikan, memelihara dan
meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen K3 sesuai
commit to user dengan persyaratan standar OHSAS ini dan menetapkan
bagaimana memenuhi persyaratan-persyaratan ini. Organisasi harus menentukan dan mendokumentasikan ruang lingkup SMK3.
2 4. 2 Kebijakan K3
Manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan memastikan bahwa di dalam ruang lingkup dari
sistem manajemen K3. 3
4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan.
4 4.3.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan lain.
Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan
perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang diaplikasikan untuk K3.
5 4.3.3 Tujuan dan Program
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran K3 yang terdokumentasi, pada setiap fungsi dan
tingkat yang relevan di dalam organisasi. 6
4.3.4 Programer Manajemen K3 7
4.4.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung jawab, Akuntabilitas, dan Wewenang
commit to user Manajemen puncak harus menjadi penanggung jawab tertinggi
untuk sistem manajemen K3. Organisasi harus menunjuk seorang anggota manajemen puncak dengan tanggung jawab khusus, diluar
tanggung jawabnya dan menetapkan peran-peran dan wewenang 8
4.4.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian Organisasi harus memastikan bahwa setiap orang dalam
pengendaliannya yang melakukan tugas-tugas yang mempunyai dampak pada K3 harus kompeten sesuai dengan tingkat
pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman dan menyimpan catatan-catatannya.
9 4.4.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi
10 4.4.4 Dokumentasi
11 4.4.5 Pengendalian Dokumen
Dokumen-dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dan standar OHSAS ini harus terkendalikan.
12 4.4.6 Pengendalian Operasional
Organisasi harus mengidentifikasi operasi-operasi dan kegiatan- kegiatan
yang berkaitan
dengan bahaya-bahaya
yang teridentifikasi dimana kendali pengukuran perlu dilakukan untuk
mengendalikan risiko-risiko K3. 13
4.4.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur:
a Untuk mengidentifikasi potensi keadaan darurat.
commit to user b
Untuk menanggapi keadaan darurat. Organisasi harus menanggapi keadaan darurat aktual dan
mencegah atau mengurangi akibat-akibat penyimpangan terkait dengan dampak-dampak K3.
14 4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau mengukur kinerja K3 secara teratur.
15 4.5.2 Evaluasi Kesesuaian
Konsisten dengan komitmen organisasi untuk kepatuhan, organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara
prosedur untuk secara periodik mengevaluasi kepatuhannya pada peraturan perundangan yang relevan.
16 4.5.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan
dan Pencegahan Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mencatat, menyelidiki dan menganalisis insiden-insiden. 17
4.5.4 Pengendalian Catatan Organisasi harus membuat dan memelihara catatan sesuai
keperluan untuk memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan standar OHSAS ini, serta
hasil-hasil yang dicapai. 18
4.5.5 Audit Internal
commit to user Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur
untuk pelaksanaan audit sistem manajemen K3 secara berkala. 7.
Sistem WISE Safety Danone WISE Safety Danone merupakan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang diterapkan di seluruh perusahaan yang bernaung di dalam Danone Group.
a. 5 prinsip WISE Safety Danone
1 Zero accidents bisa dicapai, semua kecelakaan bisa dicegah.
2 Merubah perilaku sikap sangat penting karena perilaku tidak
aman berdampak utama 96 pada penyebab kejadian. 3
Keterlibatan aktif dan kerjasama setiap orang merupakan komponen fundamental dalam budaya selamat.
4 Manajemen bertanggung jawab atas keselamatan.
5 Good safety merupakan good performance.
WISE Audit adalah penilaian pada budaya health and safety sehat dan selamat di suatu perusahaan. Penilaian ini memberikan informasi
tentang performa
keselamatan, kekuatan,
kelemahan, dan
pengembangan apa yang masih harus diupayakan. b.
Elemen-elemen penting dalam WISE ada 13 elemen yaitu sebagai berikut :
1 3.1 Komitmen Manajemen yang Kuat
Untuk mencapai hasil terbaik bagi organisasi secara menyeluruh, top manajemen mesti yakni bahwa keselamatan
commit to user adalah sama pentingnya dengan biaya, produktivitas, tingkat
kualitas dan jasa. Tanpa komitmen jelas, tidak ada perbaikan keselamatan. Komitmen ini harus ada dari tingkat atas hingga
tingkat bawah pelaksana pada semua level. Peran top manajemen adalah sebagai berikut :
a Menjadikan safety sebagai nilai individual pribadi, dan
sebagai nilai bisnis atau corporate. b
Menyediakan semua sumber keperluan, waktu, uang dan tenaga kerja, untuk melakukan safety program. Komitmen ini
harus teguh bahkan di saat sumber tersebut terbatas. c
Menyediakan perencanaan keuangan untuk proyek perbaikan tentang safety.
d Mengalokasikan waktu pelatihan safety bagi management dan
karyawan produksi. e
Memastikan bahwa semua safety action plan dilaksanakan dan organisasi keselamatan safety Organization berjalan efisien.
2 3.2 Kebijakan dan Prinsip Keselamatan
Prinsipnya untuk mengembangkan safety, kebijakan safety harus dibangun dan diterapkan setiap hari oleh semua anggota
“work force” penanggung jawab kerja baik manager ataupun supervisor. Top manajemen harus membangun kebijakan
perusahaan, yang menguraikan prinsip-prinsip yang mengarahkan
commit to user semua keputusan pada safety. Tanpa kebijakan demikian, safety
akan terjauhkan ketika perhatian bisnis meninggi.
Safety police Kebijakan Keselamatan harus mencakup bahwa : a
Semua kecelakaan bisa dicegah. b
Manajemen bertanggung jawab terhadap keselamatan tempat kerja.
c Safety adalah kondisi kerja bagi semua karyawan.
d Kebijakan safety adalah prioritas dalam keputusan.
e Safety sangat pentingnya dengan kualitas, performa kerja,
tingkat layanan dan lain-lain. 3
3.3 Standar Safety Tinggi Prinsipnya adalah leadership kepemimpinan harus menerima
atau mengakui bahwa standar kerja yang ada dalam kegiatan operasional akan menentukan tingkat kecelakaan yang terjadi.
Standar kerja diatur oleh proses formal dan informal. Proses formal seperti aturan, prosedur dan lain-lain harus ditulis, harus beralasan
untuk diterima, diketahui, diikuti dan didukung atau dijalankan. Keputusan pada standar harus dijalankan, bahkan sampai pada
keadaan dimana kepatuhan menjadi diri karyawan atau terkondisikan. Proses informal juga penting, seperti contoh diri
keteladanan dan tidak toleransi terhadap kerusakan atau kecelakaan.
commit to user Isi standar : praktek kerja resmi formal berdasar penilaian
risiko pekerjaan a
Aktivitas berisiko tinggi yaitu aktivitas yang memiliki risiko kecelakaan tinggi seperti material beracun dan berbahaya,
pembersihan dan perawatan mesin, dan bekerja pada ketinggian, bekerja pada scaffold tangga bergantung dan
bekerja pada tangga. b
Praktek kerja resmi formal dimanfaatkan juga untuk pelatihan karyawan, audit keselamatan safety audit.
c Standar tinggi diperuntukkan bagi perawatan struktur
bangunan, perawatan lantai dan tangga, perawatan daya listrik, panas lingkungan dan sistem udara.
d Standar tinggi juga diperuntukkan bagi organisasi atau tatanan
penyimpanan material
dan housekeeping,
pengiriman shipping dan kegiatan penerimaan, produksi, limbah dan
pembuangannya. 4
3.4 Tantangan pada Perencanaan dan Tujuan Keselamatan Prinsipnya adalah memanage safety, seperti memanage aspek
usaha lain, mencakup penyusunan tujuan dan sasaran. Tujuan goal, menuntun pada seluruh arah program, sasaran objective,
menjabarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Melalui goal dan objective, suatu perusahaan bisa
commit to user memotivasi
performa atau
kinerja, merencanakan
dan mengarahkan perbaikan, dan mengevaluasi kemajuan progress.
Goal dan objective harus disampaikan sampai tingkat bawah organisasi :
a Objective harus ada untuk setiap bagian di perusahaan.
b Semua manajemen harus memiliki sasaran safety secara
individual, pada PDR mereka. c
Objective harus SMART Spesific = khusus atau spesifik, Measurable = terukur, Achievable = bisa dijangkau,
Reasonable = beralasan, Time = waktu 5
3.5 Sokongan terhadap Keselamatan Pribadi Dukungan dari Safety Professional
Misi personel safety adalah : a
Memberi fasilitas pada semua upaya safety, secara sering mengaudit praktek kerja di lapangan dan menganalisa hasilnya.
b Memberi saran pada manajemen tentang masalah safety dan
menjabarkan legal dan peraturan corporate. c
Mengkonsultasikan melalui jalur organisasi, tentang naiknya kesadaran pada semua perilaku keselamatan dan menjaga
komitmen manajemen. Pekerjaan ini tidak termasuk tentang pelaksanaan safety atau
penerapan peraturan atau kebijakan, yang mana ini adalah bagian dari tanggung jawab manajemen.
commit to user a
Jumlah tenaga profesional safety berdasarkan jumlah karyawan, dan jumlah fasilitas.
b Tenaga profesional safety memiliki standar tinggi pelatihan
dalam manajemen safety, pencegahan atas kejadian, investigasi kejadian, ergonomis, material berbahaya, dan memiliki
pelatihan khusus tentang higienitas industri, kesehatan kerja, dan bidang lain yang diperlukan untuk mengungkap risiko dan
bahaya. Tenaga profesional safety dikenal sebagai penasehat bagi
manajemen. 6
3.6 Safety sebagai Tanggung Jawab Line Management Prinsipnya anggota line management bertanggung jawab
terhadap keselamatan orang yang melapor kepada mereka. Keselamatan merupakan bagian performa manajerial.
Line manajemen : a
Mengetahui banyak tentang prosedur kerja aman untuk aktivitas di departemennya.
b Memberi kontribusi terhadap pembangunan standar dan aturan.
c Menjalankan aturan safety dan standar.
d Menjadwalkan aktivitas safety.
e Berpartisipasi dalam audit diskusi keselamatan, investigasi
kejadian, analisa risiko, pertemuan dan sebagainya.
commit to user f
Mencari daerah kerja berkait dengan bahaya keselamatan. Memeriksa peralatan yang berisiko dan memeriksa kendali
keselamatan. g
Memotivasi pegawai. h
Menjamin bahwa karyawan dilatih prosedur kerja dan perilaku aman.
i Mengobservasi perilaku karyawan, mengkoreksi perilaku dan
kondisi tidak aman. Line manajement harus walk the talk yang berarti menjalankan
hasil pembicaraan. a
Mengikuti aturan safety departemen tentang kondisi aman, praktek kerja dirinya menjadi contoh.
b Menghindari penggunaan jalur pintas yang belum terbukti atau
menghindari sistem safety yang by pass atau tidak diindahkan. c
Mempertunjukkan pentingnya
keselamatan dengan
menghentikan produksi sampai risiko bahaya dihilangkan atau dikorelsi.
Line manajement bertanggung jawab dan tidak boleh melepas tanggung jawab atas keselamatan sumber daya manusia atau orang
lain. 7
3.7 Organisasi Safety Terpadu Prinsipnya adalah setiap tempat kerja harus menyediakan
organisasi keselamatan mulai dari tingkat atas hingga tingkat
commit to user terbawah. Organisasi keselamatan menjamin bahwa semua
permasalahan safety memiliki jalur untuk diangkat ke manajemen dan bahwa semua keputusan memiliki cara untuk dilaksanakan di
lapangan, dengan keterlibatan nyata karyawan. Safety Steering Committee harus ada dalam semua organisasi.
Perannya adalah untuk : a
Pencetus dan memimpin aktivitas keselamatan di tempat kerja. b
Memvalidasi rekomendasi dan menata prioritas. c
Mampu melancarkan komunikasi pada area yang berbeda. Komite bertemu secara teratur dengan agenda formal, dan
notulen dikomunikasikan ke semua orang terkait. Anggota Safety Steering Committee adalah :
a Senior manager, harus menjadi ketua panitia komite.
b Kelompok karyawan dan atau perwakilannya.
c Tenaga safety berkualitas, menyediakan kecakapan tentang
safety dan dikonsultasikan teknis, dan sebagai sekretaris panitia komite.
d Departemen-departemen utama dan perwakilan yang
mendukung misalnya maintenance Sub-komite sub-panitia dibuat bila perlu :
a Anggota managemen juga anggota tim managemen setempat
lokal.
commit to user b
Perwakilan departemen merupakan anggota utama dalam komite panitia departemen.
c Kelompok kerja dibuat, pada saat mana proyek tertentu atau
aktivitas khusus diperlukan, seperti standar, investigasi kejadian dan lain-lain.
Keterlibatan karyawan adalah utama yakni : a
Karyawan memahami dan menerima tanggung jawab untuk bekerja dengan aman dan mematuhi aturan keselamatan dan
prosedur kerja aman. b
Karyawan berpartisipasi dalam program keselamatan dengan partisipasi dalam komite keselamatan.
c Karyawan menerima pelatihan keselamatan sebagai tugas
khusus atau pekerjaan. d
Karyawan dengan suka rela membantu proses investigasi kejadian.
e Karyawan dengan aktif mengidentifikasi risiko bahaya dan
perilaku tidak aman, juga melaporkan risiko bahaya kepada atasan mereka supervisor.
f Karyawan melaporkan semua kecelakaan dan hal-hal yang
nyaris celaka. 8
3.8 Motivasi Progresif Prinsipnya adalah motivasi berkaitan dengan pengakuan usaha
karyawan yang dikontribusikan pada perbaikan safety dan
commit to user berkaitan dengan kedisiplinan untuk menjamin kesesuaian dengan
standar. Metode motivasi terbaik adalah dengan mendapatkan keterlibatan karyawan dalam upaya safety.
Pengakuan yang berkaitan dengan motivasi dapat berupa : a
Sistem hadiah reward merupakan pengakuan yang baik. b
Sistem hadiah tidak dirancang untuk menghalangi pelaporan kecelakaan.
c Sistem hadiah harus mencakup saran perbaikan keselamatan
yang terukur dan harus mempromosikan tim kerja. Sistem hadiah harus :
a Menjalankan kebijakan keselamatan.
b Mendorong perilaku dan sikap aman, yang merupakan dampak
dari praktek kerja aman dan mapan. c
Mendorong pelaporan semua kejadian. d
Mendorong keterlibatan karyawan dalam komite, pertemuan, dan pemberian saran perbaikan.
e Menjalankan program safety di daerah tertentu seperti material
berbahaya, kesehatan
kerja, ergonomis,
perlindungan pendengaran, dermatitis dan lain-lain.
f Mencakup bahaya dan risiko sesaat.
Penggunaan disiplin dapat dilakukan di dalam :
commit to user a
Menyelenggarakan program pelatihan berkaitan kedisiplinan, ditujukan pada perilaku tidak aman dan pelanggaran aturan dan
kebijakan keselamatan. b
Menyelenggarakan program resmi menindaklanjuti peringatan lisan, peringatan tertulis, dan teriminasi.
c Masukan dokumentasi resmi dalam file karyawan.
9 3.9 Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan hal penting. Komunikasi tingkat tinggi memfasilitasi program efektif. Managemen senior atau yang
berpengalaman memainkan peranan penting dalam pembangunan pesan, seluruh jalur organisasi menyampaikan pesan dan menjamin
bahwa pesan tersebut dipahami. Untuk kelengkapan, komunikasi harus mengalir dalam 3 arah : dari managemen ke karyawan, dari
karyawan kembali ke managemen dan secara menyamping melintasi jaringan fungsional.
Sistem formal guna mengkomunikasikan keselamatan safety a
Melaksanakan safety sebagai tanggung jawab managemen adalah dengan cara memasukkan review performa safety dalam
pertemuan staff dan pertemuan bisnis. b
Selain kecelakaan khusus atau pelaporan kejadian, adanya trend atau perhatian yang mencolok harus dijadikan bahan
diskusi.
commit to user c
Pertemuan bulanan staff departemen, yang dengan berkelompok membahas, performa safety departemen, risiko
dan bahaya, program safety baru. d
Sistem formal ditujukan untuk secara regular menyampaikan statistik performa keselamatan bagi tiap departemen,
menyampaikan statistik angka kumulatif kepada senior dan eksekutif managemen.
e Selain berkait dengan perhitungan kecelakaan aktual, statistik
harus dibuat atas dasar satuan produksi atau jam kerja. f
Statistik harus mengidentifikasikan performa versus tujuan goal, mengidentifikasi trend dan adanya faktor komparatif
yang mencolok. Komunikasi informal sehari-hari dapat dilakukan dengan cara :
a Para manager lapis depan harus memanfaatkan interaksi
keseharian dengan karyawan untuk membicarakan safety. b
Senior manager harus membahas trend atau kecenderungan dan isu keselamatan safety bersama anggota staff dikaitkan pada
keadaan sehari-hari. Komunikasi jaringan kerja :
a Topik-topik keselamatan dibahas oleh kelompok ahli.
b Ide-ide dan peluang memiliki pengaruh pada jalur validasi dan
tindakan.
commit to user 10
3.10 Pengembangan dan Pelatihan Keselamatan yang Berkelanjutan
Pelatihan keselamatan safety dan berkesinambungan adalah penting bagi semua karyawan. Perhatian khusus harus diberikan
kepada karyawan baru, karyawan yang baru pindah dari tempat kerja lain, karyawan yang telah pindah dari area lain ke tempat
kerja yang sama, supervisi pengawasan, karyawan kontraktor atau pemborong, dan kedatangan peralatan baru. Melalui pelatihan
yang berkesinambungan,
manajemen bisa
menyampaikan informasi, keterampilan terkini dan mendorong serta melaksanakan
perilaku positif terhadap safety. Rencana pelatihan formal :
a Fungsi pelatihan ditetapkan oleh ahli HR managemen guna
dokumentasi dan penjadwalan. b
Rencana pelatihan harus mencakup : 1
Training keselamatan seperti yang dipersyaratkan oleh kode hukum.
2 Orientasi safety karyawan baru.
3 Pelatihan kepemimpinan safety bagi senior managemen.
4 Pelatihan kepemimpinan safety bagi supervisor.
5 Pelatihan safety bagi karyawan.
6 Pelatihan safety berkait dengan ergonomi.
7 Penjadwalan training penyegaran.
commit to user Kebutuhan
pelatihan direview
berkesinambungan dan
disesuaikan dengan perubahan di operasional, disesuaikan dengan adanya risiko dan bahaya baru. Harus ada pertanggungjawaban
khusus guna mengevaluasi perubahan kebutuhan pelatihan safety, perencanaa, penyelenggaraan perogram pelatihan, pembuatan dan
penjagaan sistem pendokumentasian pelatihan. 11
3. 11 Laporan dan Investigasi Kejadian dan Kecelakaan Tujuan utama investigasi kejadian dan kecelakaan adalah untuk
mencegah kecelakaan serupa terjadi kembali. Dengan melakukan investigasi manajemen bisa menentukan penyebab kecelakaan dan
selanjutnya menunjukkan komitmen mereka. Dengan melibatkan karyawan, karyawan akan meningkatkan kesadarannya terhadap
risiko dan menjamin bahwa mereka mengikuti rekomendasi dan mereka akan tetap mendapat informasi tentang tindakan perbaikan.
Tanggung jawab terhadap investigasi : a
Managemen menggunakan
kepemimpinannya dalam
investigasi kejadian, dibantu oleh tenaga profesional safety. Investigasi seperti menginterview saksi, menginterview
karyawan yang terluka, mencatat pekerjaan yang dilakukan di lokasi saat kejadian, faktor tempat dan kondisi.
b Senior managemen mereview semua laporan investigasi
kejadian.
commit to user c
Line management harus dilatih oleh ahli safety dalam hal teknik investigasi kejadian, mencari kasus utama, kasus
sekunder, akar penyebab kejadian atau hal ini juga dilatihkan kepada anggota komite atau panitia.
Investigasi kejadian dibuat menjadi resmi dengan suatu formulir yang mencakup :
a Uraian singkat tentang kondisi yang ada.
b Analisa penyebab, tidak hanya penyebab utama tetapi juga akar
penyebab, termasuk penyebab oleh perilaku. c
Rekomendasi tindakan perbaikan dengan jadwal atau agenda yang ditugaskan pada orang atau pegawai tertentu.
d Daftar anggota staff.
Proses dalam menginvestigasi kejadian : a
Menyusun tim investigasi yan dipimpin oleh line management dan mencakup karyawan dan tenaga spesialis atau ahli.
b Mengumpulkan informasi seperti interview, observasi dan
sebagainya. c
Mengisi formulir
dengan analisis
penyebab dan
rekomendasinya dan menyampaikan kepada staff departemen yang sesuai.
d Mengkomunikasikan hasilnya secara luas.
e Mengambil tindakan segera dan menindaklanjutinya.
commit to user f
Formulir laporan investigasi direview oleh tenaga profensional safety guna kepentingan kelengkapan, perbaikan, penilaian, dan
rekomendasi. g
Investigasi melaporkan tentang kejadian-kejadian yang melibatkan luka serius atau kerusakan nyata dan dikopikan
untuk senior managemen untuk mendapatkan perhatian dan informasi atau komentar mereka.
12 3.12 Audit dan Evaluasi Ulang yang Efektif
Audit dan evaluasi ulang merupakan bagian penting untuk menjaga dan memperbaiki performa keselamatan. Audit lapangan
dan diskusi yang memfokuskan pada orang-orang yang sedang bekerja bisa mencegah kejadian insiden dengan menyiagakan
pekerja dan manager terhadap kebiasaan kerja tidak aman atau perilaku yang tidak aman sebelum hal ini menimbulkan celaka.
Proses audit lengkap terdiri dari diskusi keselamatan, sistem audit, dan inspeksi perlengkapan dan fasilitas.
Line manager bertanggung jawab atas penyusunan jadwal audit reguler dan diskusi keselamatan. Tenaga safety memberi
pengarahan pada manajemen dan menganalisa hasil audit. Senior manajemen berpartisipasi dalam audit dan mereview hasilnya dan
safety steering committee. Audit perilaku safety adalah satu dari metode efisien untuk
memperbaiki perilaku di dalam setiap organisasi yaitu dengan
commit to user penggunaan audit keselamatan perilaku. Jika metode ini secara
reguler diterapkan oleh para manager, perilaku aman akan terjadi dan berhasil dan masing-masing individu akan menerapkan standar
keselamatan dengan hati-hati. Kebiasaan yang patut dicontoh kemudian akan menjadi bagian dari budaya perusahaan. Agar
berhasil, penerapan aturan dasar berikut direkomendasikan : a
Audit keselamatan perilaku tidak boleh memakan waktu lebih dari 10 menit. Audit ini tidak boleh digabungkan dengan isu
lain seperti kualitas atau lingkungan. b
Audit keselamatan perilaku paling baik dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh seseorang yang memiliki kewenangan.
c Audit keselamatan perilaku harus diikuti laporan tertulis
singkat, dengan
copy ditujukan
kepada coordinator
keselamatan dan manager departemen yang sedang diaudit. d
Perencanaan terpusat adalah penting untuk menjamin keberhasilan. Coordinator keselamatan bertanggung jawab atas
kegiatan monitor performa dari audit keselamatan perilaku. e
Identitas orang yang ditanyai atau diminta keterangan selama audit tidak disebutkan dalam laporan.
f Idealnya, semua karyawan harus memiliki minimum dua
ceramah keselamatan per tahun yang dipandu oleh supervisor langsung mereka.
13 3.13Kotraktor
commit to user Kontraktor yang bekerja untuk Danone harus menerapkan
standar keselamatan kerja yang sama sebagaimana yang terapkan oleh Danone.
Tanggung jawab : a
Kriteria keselamatan harus menjadi bagian dari kontrak yang ditandatangani oleh Danone dan kontraktor.
b Pimpinan atau pemilik perusahaan kontraktor bertanggung
jawab atas keselamatan kontraktor yang bekerja di Danone. c
Kontraktor melaporkan segala bentuk insiden ke Danone. Kriteria untuk dapat ikut ambil bagian yaitu :
a Karyawan kontrak ditraining dasar-dasar keselamatan kerja.
b Kontraktor yakin bahwa karyawan kontrak memenuhi syarat
untuk bekerja secara aman. c
Ada sebuah pertemuan sebelum kontrak untuk mendiskusikan persyaratan keselamatan.
d Karyawan kontrak diberikan informasi terhadap berbagai
macam bahaya seperti api, ledakan, dan produk-produk kimia. e
Data kecelakaan kontraktor dikumpulkan, dikelompokkan dan dilaporkan ke Danone.
f Ada sebuah proses induksi kontraktor yang efektif yang
berlaku untuk semua kontraktor adanya record training, terdiri
commit to user dari tanggal training, materi, bukti bahwa peserta mengerti
training. g
Kesesuaian audit dikaitkan dengan keamanan kontraktor. h
Adanya pertemuan reguler untuk mengevaluasi implementasi program safety.
i Kontraktor menulis program safety yang secara berkala
dievaluasi oleh manajemen kontraktor. j
Pertemuan reguler dengan kontraktor untuk mendiskusikan kecenderungan keselamatan dan aksi. Kontraktor yang bekerja
dalam jangka waktu yang panjang juga terlibat dalam audit, investigasi dan program pengembangan.
8. Behavior Based Safety
Behavior Based Safety yang disingkat BBS adalah aplikasi dari riset perilaku manusia terhadap kinerja K3 untuk mengatasi masalah K3 di
tempat kerja. BBS berfokus pada perilaku tidak aman tenaga kerja, menganalisis
mengapa perilaku
tersebut dilakukan,
selanjutnya mengaplikasikan hasil penelitian yang berhubungan dengan perilaku
sebagai dasar untuk memperbaiki perilaku tidak aman tersebut. Penyusunan program K3 perusahaan dengan label BBS harus didasarkan
atas penelitian perilaku tenaga kerjanya yang diaplikasikan di tempat kerja. Program BBS yang baik terdiri dari penetapan tujuan yang spesifik,
pendefinisian dan spesifikasi target perilaku yang hendak diperbaiki
commit to user berdasarkan pengkajian, pengumpulan data, kesimpulan atas data yang
telah terkumpul, umpan balik atas hasil observasi dan telaah ulang. Pada tahun 1930 Heinrich melaporkan bahwa 90 kecelakaan kerja
termasuk kejadian fatal, major and minor injuries disebabkan oleh perilaku tidak aman tenaga kerja, selanjutnya pendapat ini dikonfirmasi
oleh Dupont Company tahun 1956. Penelitian yang dilakukan oleh Dupont Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96 disebabkan
oleh unsafe behavior dan 4 disebabkan oleh unsafe condition. Unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti
bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi tenaga kerjaan pada
kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan yang tidak standar, bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi
terganggu Miner,1994. Dari berbagai kajian penelitian luar negeri di atas jelas terlihat bahwa
yang melatarbekangi munculnya pendekatan BBS Behavior Based Safety adalah adanya kesimpulan bahwa penyebab utama kejadian
kecelakaan kerja adalah faktor perilaku tenaga kerja unsafe behavior. Ada tujuh kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program
behavioral safety yaitu : a.
Melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan. b.
Memusatkan perhatian pada perilaku unsafe yang spesifik. c.
Didasarkan pada data hasil observasi.
commit to user d.
Proses pembuatan keputusan berdasarkan data. e.
Melibatkan intervensi secara sistematis dan observasional. f.
Menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja. g.
Membutuhkan dukungan dari manager. Hasil yang diharapkan dari penerapan BBS adalah sebagai berikut :
a. Angka kecelakaan kerja yang rendah.
b. Meningkatnya jumlah safety behavior.
c. Menurunnya accident cost.
d. Program tetap bertahan dalam waktu lama.
e. Penerimaan sistem oleh semua pihak.
f. Generalisasi behavior safety pada sistem lain contoh : sistem
manajemen. g.
Follow up yang cepat dan reguler. h.
Peningkatan laporan tentang kecelakaan kerja yang terjadi. Cooper,1999
commit to user
B. Kerangka Pemikiran