Menurut Anief 2007, obat yang digunakan untuk mengobati penyakit batuk dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:
1. Ekspektoransia, yaitu mempertinggi sekresi dari saluran pernapasan dan
atau mencairkan riak sehingga mudah dikeluarkan. 2.
Zat–zat pereda batuk antitusif, yaitu zat–zat ini mengerem rangsangan batuk, dan titik tangkapnya dapat sentral, dapat perifer.
2.4 Ekspektoran
Menurut Sartono 1993, Ekspektoran adalah obat yang bekerja dengan cara meningkatkan jumlah cairan sehingga lendir menjadi encer, dan juga
merangsang pengeluaran lendir dari saluran pernafasan. Pengertian yang hampir sama diberikan oleh Setiabudy 2007, yaitu
ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas ekspektorasi. Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris.
Belum ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa
lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N. Vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran
dahak.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Gliseril Guaiakolat
Menurut Ditjen POM 1995, sifat fisika dan kimia gliseril guaiakolat adalah sebagai berikut:
3-o-Metoksifenoksi-1,2-propanadiol [93-14-1]
Sinonim : Guaifenesin
Rumus molekul : C
10
H
14
O
4
Berat molekul : 198,22
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai agak kelabu; bau khas lemah;
rasa pahit Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform, dan
dalam propilen glikol; agak sukar larut dalam gliserin.
2.5.1 Indikasi
Gliseril guaiakolat termasuk jenis obat batuk basah. Obat batuk ini digunakan untuk batuk yang memiliki ciri berlendir, dahak mudah dikeluarkan
dan terasa ringan dan tidak begitu sering intensitas batuknya. Khasiat obat ini adalah mengeluarkan lendir batuk agar jalan napas terbebas dari zat asing
Widodo, 2004. OCH
3
OH OCH
2
CHCH
2
OH
Universitas Sumatera Utara
Menurut Widodo 2004, hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan gliseril guaiakolat:
a. Jangan gunakan lebih dari 7 hari tanpa izin dokter.
b. Minumlah 1 gelas air setiap minum obat ini.
c. Tidak diperbolehkan untuk alergi.
2.5.2 Farmakologi
Guaifenesin gliseril guaiakolat, toplexil adalah derivat guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektoran dalam berbagai jenis sediaan batuk
populer. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot, seperti mefenesin Tjay, 2007.
Gliseril guaiakolat penggunaan obat ini hanya didasarkan tradisi dan kesan subjektif pasien dan dokter. Belum ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis
yang diberikan. Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual dan muntah Setiabudy, 2007.
2.6 Uji Disolusi
Uji disolusi merupakan suatu prosedur pengendalian mutu tetap dalam praktik Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Uji disolusi merupakan suatu
indikator sederhana dan tidak mahal untuk ketetapan fisik produk. Jika suatu bets sangat berbeda dari yang lain dalam karakteristik disolusinya, atau jika waktu
disolusi bets produk menunjukkan kecenderungan tetap menaik atau menurun, hal tersebut diduga suatu peringatan pasti bahwa beberapa faktor dalam bahan baku,
formulasi atau proses berada di luar kendali Siregar, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Alat Uji Disolusi
Alat uji disolusi berfungsi melepaskan dan melarutkan zat aktif dari sediaannya. Pada dasarnya alat ini berfungsi mengekstraksi zat aktif dari
sediaannya dalam satuan waktu di bawah antar permukaan cairan solid, suhu, dan komposisi media yang dibakukan Siregar, 2010.
Pada prinsipnya, alat uji disolusi terdiri atas bejana dan tutup, yang berfungsi sebagai wadah yang mendisolusi zat aktif; pengaduk, motor pemutar
pengaduk; termometer; penangas air yang dilengkapi dengan thermostat Siregar, 2010.
Menurut Ditjen POM 1995, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi:
a. Alat 1 Tipe Keranjang
Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi keranjang
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm −175 mm,
diameter 98 mm −106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam
berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan
tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian bawah batang logam yang digerakkan
oleh motor yang kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu
dalam wadah pada 37
o
± 0,5
o
C selama pengujian dan menjaga agar
Universitas Sumatera Utara
gerakan air halus dan tetap. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas.
b. Alat 2 Tipe Dayung
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati
diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar
wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah sebelum dayung mulai
berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
2.6.2 Kriteria Sediaan Tablet yang Diuji dan Tidak Diuji Disolusi
Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV FI. Ed. IV, suatu sediaan tablet diuji disolusinya jika dinyatakan dalam monografinya. Hal ini berarti prosedur
dan persyaratan uji disolusi hanya berlaku untuk sediaan tablet yang tertera dalam monografi tersebut. Sediaan tablet yang tidak tertera dalam FI. Ed. IV tentu saja
dapat diuji disolusinya dengan prosedur dan persyaratan yang ditetapkan sendiri oleh pabriknya atau laboratorium pengendalian mutu pabrik tersebut Siregar,
2010. Tablet kunyah tidak diuji disolusinya sebab harus dikunyah sebelum
ditelan. Untuk tablet salut enterik, digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat, kecuali dinyatakan lain Siregar, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Prosedur Pengujian Disolusi
Pada tiap pengujian, dimasukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat dan
dibiarkan media disolusi mencapai temperatur 37
o
C. Satu tablet dicelupkan dalam keranjang atau dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah, kemudian pengaduk
diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada interval waktu yang ditetapkan dari media diambil cuplikan pada daerah pertengahan
antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah untuk analisis
penetapan kadar dari bagian obat yang terlarut. Tablet harus memenuhi syarat seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi Ditjen POM,
1995.
2.6.4 Kriteria Penerimaan Hasil Uji Disolusi
Farmakope Indonesia Ed. IV menyatakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut
dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan Siregar, 2010. Pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, Pada tahap 1 S
1
, 6 tablet diuji. Bila pada tahap ini tidak memenuhi syarat, maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap 2
S
2
. Pada tahap ini 6 tablet tambahan diuji lagi. Bila tetap tidak memenuhi syarat, maka pengujian dilanjutkan lagi ke tahap 3 S
3
. Pada tahap ini 12 tablet tambahan diuji lagi Lachman, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 . Tabel Penerimaan Hasil Uji Disolusi
Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut, seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada
etiket. Angka 5 dan 15 adalah persen dari jumlah yang tertera pada etiket sehingga mempunyai arti yang sama dengan Q. Kecuali ditetapkan lain dalam
masing-masing monografi, persyaratan umum untuk penetapan satu titik tunggal ialah terdisolusi 75 dalam 45 menit dengan menggunakan Alat 1 pada 100 rpm
atau Alat 2 pada 50 rpm Siregar, 2010. Tahap
Jumlah Sediaan yang diuji
Kriteria Penerimaan S
1
6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5
S
2
6 Rata-rata dari 12 unit S
1
+ S
2
adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak
satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15
S
3
12 Rata-rata dari 24 unit S
1
+ S
2
+ S
3
adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak
lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 dan tidak satupun unit yang
lebih kecil dari Q – 25
Universitas Sumatera Utara
2.6.5 Faktor yang Mempengaruhi Disolusi Zat Aktif
Menurut Siregar 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif antara lain:
1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia zat aktif meliputi
karakteristik fase solid, polimorfisa, karakteristik partikel, kelarutan zat
aktif dan pembentukan garam.
2. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan meliputi eksipien atau zat
tambahan, zat pengisi, desintegran, pengikat, lubrikan, antiadherent, glidan, pengaruh surfaktan dan pengaruh zat pewarna larut-air pada laju
disolusi.
3. Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan meliputi metode granulasi
prosedur pembuatan, ukuran granul, interaksi zat aktif-eksipien, pengaruh
gaya kempa, dan pengaruh penyimpanan pada laju disolusi.
4. Faktor yang berkaitan dengan alat disolusi meliputi eksentrisitas gerakan
pengaduk, vibrasigetaran, intensitas pengadukan, dan kesejajaran unsur
pengadukan.
5. Faktor yang berkaitan dengan parameter uji disolusi yaitu pH media
disolusi, suhu media disolusi, viskositas media disolusi dan tegangan
permukaan media disolusi.
2.7 Penetapan Kadar
Setelah pengambilan sampel uji disolusi, dilanjutkan dengan proses analisis penetapan kadar zat aktif dalam sampel. Prosedur penetapan konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
zat aktif dan sampel uji disolusi mencakup titrasi asam-basa, titrasi kompleksometri, titrasi iodometri, spektrofotometri, spektrofluorometri, dan
kromatografi cair kinerja tinggi Siregar, 2010. Dalam hal ini, metode yang dipilih dalam penetapan kadar sampel uji disolusi yaitu Spektrofotometri UV.
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran berapa banyak radiasi yang diserap oleh sampel. Metode ini biasanya digunakan untuk molekul dan ion
anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang didapatkan, tetapi
spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif Dachriyanus, 2004.
Analisis spektrofotometri cukup teliti, cepat dan sangat cocok untuk digunakan pada kadar yang kecil. Senyawa yang dianalisis harus mempunyai
gugus kromofor. Pengamatan spektrum bermanfaat, karena dapat membandingkan spektrum sebelum dan sesudah partisi Sardjoko, 1993.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat