27
c. Pengukuran Titik-titik Detail
Selain pengukuran Kerangka Dasar Vertikal yang menghasilkan tinggi titik- titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang menghasilkan
koordinat titik-titik ikat untuk keperluan pengukuran dan pemetaan, juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan yang
tersebar di permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Pengukuran titik-titik detail prinsipnya adalah menentukan
koordinat dan tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik-titik detail adalah metode Offset dan
metode Tachymetri. Namun metode yang sering digunakan adalah metode Tachymetri karena metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah serta
yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal azimuth magnetis, sudut vertikal zenith atau inklinasi dan tinggi alat.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan ketinggian Z.
1 Metode Pengukuran Offset
Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat-alat sederhana yaitu pita ukur dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta
cara offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara rantai chain Surveying. Peta yang diperoleh dengan
cara offset tidak akan menyajikan informasi ketinggian rupa bumi yang dipetakan. Cara pengukuran titik detil dengan cara offset ada tiga cara
yaitu 1. cara siku-siku cara garis tegak lurus, 2. cara mengikat cara interpolasi, dan 3. cara gabungan keduanya.
28
2 Metode Pengukuran Tachymetri
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai
dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan
perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding.
Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia
dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring direduksi menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Sebuah transit pada gambar
dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik tertentu. Benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi t
sama dengan tinggi theodolite ke tanah. Sudut vertikalnya sudut kemiringan terbaca sebesar a. Perhatikan
bahwa dalam pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang diduduki bukan TI, tinggi di atas datum
seperti dalam sipat datar. Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik
horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Pembacaan sudut dan jarak di wilayah-wilayah perkotaan dapat dikerjakan lebih
cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
Tachymetri diagram lainnya pada dasarnya bekerja atas prinsip yang sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis stadia
yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis
29
horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas dasar
perubahan sudut vertikal.
Gambar 9. Ilustrasi Pengukuran Metode Tachymetry
d. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal