144
1 A Kerentanan lahan menurun 2 C Dikelola oleh masyarakat dan pabrik
3 C Pasar produk meningkat 4 C Pendidikan formal masyarakat hingga S1
5 B Kontribusi pabrik terhadap masyarakat insentif 6 C Tidak pernah terjadi konflik
7 C Mesin rusak diganti baru dan ada penambahan
mesin 8 C SDM mengikuti pelatihan di dalam negeri
9 B kerjasama dengan masyarakat tetap 10C Dibuat model kebijakan pendorong yang baru
11B Keterlibatan Pemda insentif
menyeluruh dengan tetap memperhatikan perbaikan
lingkungan, namun perhatian terhadap
kemajuan industri relatif lebih tinggi dibanding
perhatiannya terhadap lingkungan
5 Pengembangan industri dan perbaikan kinerja
lingkungan berjalan secara simultan
1 A Kerentanan lahan menurun 2 D Dikelola oleh semua yang berkepentingan
3 D Pasar produk hampir semua negara 4D
Pendidikan formal masyarakat hingga Pascasarjana
5 D Kontribusi pabrik terhadap masyarakat aktif 6 D Hubungan kekeluargaan sangat harmonis
7 D Reviratlisasi mesin 8 D SDM dikirim keberbagai negara
9 C kerjasama dengan masyarakat meningkat 10D Dibuat model kebijakan kholistik
11D Pemda berpartisipasi aktif
Perbaikan kinerja industri semakin baik seiring
dengan kinerja lingkungan, dengan pertumbuhan
keduanya yang relatif stabil, sehingga akan
menghasilkan pembangunan yang ideal
yang kita kenal sebagai pembangunan yang
berkelanjutan
5.5 Model Pengelolaan Pabrik Gula Berwawasan Lingkungan
Berdasarkan kondisi umum, dan hasil analisis maka pada penelitian ini disarikan model pengelolaan pabrik gula yang berwawasan lingkungan seperti yang tertera pada
Gambar 43. Model pengelolaan pabrik gula yang berwawasan lingkungan ini pada dasarnya
merupakan model pengembangan RSSC – PC roundtabel on sustainable sugarcane –
princip and criteria . Adapun prinsip yang dianut pada model pengelolaan ini adalah:
• Aspek legal hukum kelembagaan • Ekonomi teknologi
• Lingkungan • Sosial budaya
Adapun kriteria pada model pengelolaan ini adalah • Komitmen terhadap transparansi
• Memenuhi hukum peraturan yang berlaku
145 • Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang
• Penggunaan praktek terbaik GMP – GAP dan tepat oleh perkebunan dan pabrik • Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keaneka ragaman
hayati Amdal, UKL, UPL: flora, fauna, konflik; - culture, kebijakan, tanaman lain • Tanggung jawab kepada para pekerja, individu-individu dan komunitas-komunitas,
kebun dan pabrik • Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab
• Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah-wilayah utama aktifitas • Komitmen terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR
Peningkatan jumlah
penduduk
Pasar DN dan LN
Lahan Bibit tebu
Pupuk Irigasi
Teknologi
SDM pabrik gula
Partisipasi masyarakat
Pengolahan Gula
Pabrik gula
Limbah padat, cair Prinsip 4R
produksi bersih Hukum
kelembagaan lintas sektor
Lingkungan
Gambar 43 Model pengelolaan pabrik gula yang berwawasan lingkungan
Berdasarkan model di atas didapat suatu skenario sebagai berikut: 1. Pengembangan industri gula tanpa peningkatan kinerja lingkungan, maka:
kerentanan lahan meningkat, tidak ada pengelolaan masa tanam, pasar produk ke
146 hampir semua negara artinya tidak terfokus dulu kepada kebutuhan domestik yang
memerlukan jumlah produksi yang cukup besar, pendidikan formal masyarakat menuruntetap, kontribusi pabrik terhadap masyarakat pasif, rentan terjadi konflik
antar warga masyarakat, revitalisasi mesinperalatan pabrik gula tidak bisa dipercepat, SDM diperlukan dikirim ke berbagai negara untuk peningkatan
wawasan, kerjasama dengan masyarakat menurun, perlunya dibuat model kebijakan pendorong yang baru karena yang lama masih paradigma Zaman Belanda,
partisipasi fungsional masih kentara. Untuk itu maka pengembangan industri gula yang diinginkan adalah pengembangan industri yang memperhatikan kesuburan
tanah, penggunaan pupuk diupayakan bukan pupuk an organik yang dapat merusak kesuburan tanah, namun menggunakan pupuk organik kompos sehingga tidak saja
akan meningkatkan margin keuntungan untuk petani, namun juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mempertahankan kualitas tanah. Namun
demikian agar dihasilkan tebu yang produksinya tinggi, maka penyediaan bibit juga harus baik bibit unggul dan tersedia air yang cukup serta tanamannya terurus.
Dari situ terlihat bahwa kondisi yang diinginkan adalah industri gula berkembang pesat, namun lingkungan menjadi masalah tidak diperhatikan.
2. Perbaikan kinerja lingkungan secara konsisten, maka: kerentanan lahan menurun, dikelola oleh semua yang berkepentingan, pasar produk tetapkonsisten, tidak
fluktuatif, pendidikan formal masyarakat diharapkan hingga S1, kontribusi pabrik terhadap masyarakat akan bersifat fungsional, hubungan kekeluargaan tidak pernah
terjadi konflik, mesinperalatan pabrik tidak berubah kinerjanyakonstan, SdM mengetahui dengan pasti proses yang biasa berjalan, kerjasama dengan masyarakat
meningkat, model kebijakan pendorong ada tapi produk lama, partisipasi berbagai
komponen sektor akan berada pada tahap fungsional. Kondisi yang ingin dicapai
antara lain terjadi perbaikan kinerja lingkungan dengan managemen lingkungan yang ketat, bukan hanya produksi bersih yang dilakukan di pabrik gula semata yang
saat ini relatif sudah diterapkan tapi juga melindungi lahan tempat penanaman tebu dan lingkungan lainnya. Untuk itu maka baik pihak pabrik, masyarakat, maupun
pemda idealnya harus fokus pada pengelolaan lingkungan. 3. Perbaikan kinerja lingkungan dengan tetap memperhatikan kepentingan industri,
oleh karena itu maka: kerentanan lahan relatif tetap, dikelola oleh masyarakat, pasar
147 produk tetapkonsisten, pendidikan formal masyarakat diharapkan hingga jenjang
S1, kontribusi pabrik terhadap masyarakat bersifat fungsional, tidak pernah terjadi konflik, mesin tidak berubah kinerjaperformannya, SDM mengikuti pelatihan
cukup di dalam negeri, kerjasamapartisipasi dengan masyarakat tetap, kebijakan
pendorong industri gula tetap, keterlibatan Pemda bersifat fungsional. Harapannya
antara lain kualitas lingkungan makin baik, karena diprioritaskan pihak industri, perhatian terhadap kemajuan usaha juga diperhatikan, namun perhatian terhadap
faktor lingkungan relatif lebih tinggi 4. Pengembangan industri dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan, maka:
kerentanan lahan menurun, dikelola oleh masyarakat dan pabrik secara elegan, pasar produk meningkat, pendidikan formal masyarakat hingga S1, kontribusi
pabrik terhadap masyarakat intensif, tidak pernah terjadi konflik, mesin rusak diganti baru dan ada penambahan mesin, SDM mengikuti pelatihan cukup di dalam
negeri, kerjasama dengan masyarakat tetap, dibuat model kebijakan pendorong yang baru, keterlibatan pemda intensif. Hal yang diinginkan ialah
perusahaanpabrik gula PG mengalami perbaikan kinerja secara menyeluruh dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan, namun perhatian terhadap
kemajuan industri relatif lebih tinggi dibanding perhatiannya terhadap lingkungan 5. Pengembangan industri dan perbaikan kinerja lingkungan berjalan secara simultan,
maka: kerentanan lahan menurun, dikelola oleh semua yang berkepentingan, pasar produk hampir ke semua negara termasuk andalan ekspor seperti Zaman Belanda,
pendidikan formal masyarakat hingga Pascasarjana, kontribusi pabrik terhadap masyarakat aktif, hubungan kekeluargaan sangat harmonis, revitalisasi
mesinperalatan PG berjalan konsisten dan berkelanjutan, SDM dikirim keberbagai negara untuk pemasaran dan perbaikan-perbaikan performance PG, kerjasama
dengan masyarakat meningkat, dibuat model kebijakan kholistik, Pemda berpartisipasi aktif. Proses akhir yang diharapkan adalah perbaikan kinerja industri
semakin baik seiring dengan kinerja lingkungan, dengan pertumbuhan keduanya yang relatif stabil, sehingga akan menghasilkan pembangunan yang ideal yang kita
kenal sebagai pembangunan yang berkelanjutan. 6. Dari sisi hukum dan kelembagaan yang saat ini masih lemah antara lain PG
mempunyai pembina beberapa instansi yang keoptimalannya perlu ditingkatkan.
148 Legalitas tentang industri harus dipenuhi misalnya izin industri dsb. Pemanfaatan
dibina oleh berbagai sektorinstansi harus digunakan untuk peningkatan efisiensi, peningkatan kinerja industri baik off farm maupun on farm, kepastian usaha,
keberlanjutan sustainability, kelangsungan partisipasi masyarakat dan perlindungan konsumen. Dan yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan agar
penanganan pengelolaan industri gula dilakukan secara lintas sektoral. 7. Limbah industri, saat ini tidak dikelola dalam rangka deversifikasi produk guna
optimalisasi income. Sudah waktunya untuk pembuatan berbagai produk sampingan menjadi komoditi pokok guna peningkatan ketahanan industri yang lebih tinggi.
Pemanfaatannya tersebut harus indor facility, artinya fisik maupun manajemen harus dibawah kendali pabrik gula.
5.6 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Pabrik Gula Berwawasan Lingkungan