Apakah Hati Nurani Dapat Salah?

Buku Guru Kelas VII SMP 130 yang benar. Dengan cara bagaimana? Tekun berdoa dan membaca Alkitab serta mencontoh orang-orang yang dapat dijadikan teladan untuk kebaikan dan kebenaran hidup. Pembahasan topik ini penting terutama ketika peserta didik melanjutkan pelajaran tentang kerendahan hati dan nilai-nilai kristiani.

2. Belajar dari Alkitab

Pilihan dan pengambilan keputusan akan semakin rumit ketika usia seseorang bertambah. Pada waktu kecil, pilihan-pilihan yang harus diambil begitu sederhana, namun seiring waktu usia seseorang bertambah begitu pula tanggung jawab dan dengan demikian, makin banyak yang harus dipilih dan diputuskan. Misalnya, untuk remaja kamu putuskan untuk menyukai seseorang, belum tentu dia akan menyukaimu juga, atau kamu memilih dan memutuskan untuk ikut kegiatan ekstra kurikuler tertentu tetapi kemudian setelah menjalaninya terasa berat. Ini berarti pilihan dan keputusan itu pada akhirnya akan berpengaruh pada apa yang terjadi dalam hidup kita, baik sederhana maupun lebih berat lagi. Setiap pilihan dan keputusan berkaitan dengan kriteria tertentu, misalnya ketika memilih sepeda motor, tentu yang dipertimbangkan adalah manfaatnya, kualitasnya, harganya apakah sesuai dengan mutu barang dan uang yang ada, tapi ketika memilih untuk menyukai seseorang tentu yang dipertimbangkan adalah sifat dan karakternya juga kecocokan dan apakah kita merasa nyaman berteman dengannya. Pilihan dan keputusan yang kita buat akan berpengaruh terhadap hidup kita. Sayang sekali banyak remaja memilih tidak berdasarkan akal sehat dan tuntunan hati nurani. Mereka cenderung memilih berdasarkan apa yang kini sedang digandrungi atau yang disukai teman. Padahal apa yang dipilih oleh seseorang akan dijalani olehnya dan mempengaruhi kehidupannya. Misalnya, memilih untuk ikut teman bolos maka dampaknya akan ditanggung oleh diri sendiri, yakni sanksi atau hukuman serta ketinggalan pelajaran. Ketika memilih untuk bolos, seseorang tidak menghargai jerih lelah orang tua yang telah bekerja keras untuk menyekolahkannya. Jadi, pilihan kita tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri tapi juga bagi orang tua. Contoh pilihan dan keputusan yang merugikan diri sendiri misalnya, ketika memilih untuk nyontek. Tindakan itu merugikan diri sendiri karena nilai yang kita peroleh bukanlah hasil belajar dan kerja keras kita. Padahal tujuan sekolah adalah untuk memperkaya kemampuan berpikir kita, membentuk karakter serta mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Menyontek merusak pembentukan karakter kita menjadi manusia tidak jujur. Menyontek membuat kita jadi malas, karena mengharapkan cara yang gampang. Dalam hal ini peran akal sehat dan hati nurani amat penting. Bagaimana jika seseorang salah memilih atau memutuskan sesuatu? Tidak mengapa, tapi belajarlah dari kesalahan itu untuk tidak mengulangnya lagi. Tiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 131 memperbaiki kesalahan yang pernah dibuat. Rasul Paulus minta kita memelihara hati dari berbagai kejahatan karena dari dalam hati keluar semua perbuatan baik dan jahat. Kita akan mampu memelihara hati kita dari berbagai hal negatif jika kita minta Roh Kudus berdiam di dalam hati kita.

3. Memilih yang Benar: Daud dan Yonatan

Cerita tentang Daud dan Yonatan selalu dijadikan contoh ketika membahas tentang persahabatan. Dalam pelajaran ini cerita tentang Daud dan Yonatan dijadikan contoh dalam rangka membahas tentang hati nurani. Yonatan melalui masa sulit untuk memilih antara ayah kandungnya ataukah Daud sahabatnya. Memang bukan pilihan yang mudah. Ketika mengetahui bahwa ayahnya berencana untuk membunuh Daud, hati Yonatan amat pedih, ia tidak mau kehilangan sahabatnya karena Yonatan tahu betapa baiknya Daud, bahkan Daud membantu ayahnya mengalahkan musuh. Yonatan masih belum yakin bahwa ayahnya tetap berniat membunuh Daud. Yonatan ingat janji Saul 1Sam. 19:6. Andaikata niat membunuh masih ada, tentu ayahnya tak akan menyembunyikan niat itu dari dia 1Sam. 20:2. Itulah pembelaan Yonatan untuk ayahnya di hadapan Daud. Yonatan jadi serba salah: membela ayah atau sahabat? Bagi Yonatan, Saul adalah ayah sekaligus raja. Ia harus hormat dan tunduk kepada Saul. Sebaliknya, Daud adalah sahabat sekaligus kerabat 1Sam. 18:20, 27, yang ditindas oleh seorang raja lalim, yang adalah ayah mertuanya sendiri. Ia sudah berusaha untuk mencari jalan supaya ayahnya dan Daud dapat dipersatukan tetapi ternyata semuanya sia-sia. Hati ayahnya penuh kemarahan dan kebencian terhadap Daud. Posisi Yonatan benar-benar terjepit, dia harus berada di antara 2 orang yang sama- sama dikasihinya. Namun, dalam situasi seperti itu, Yonatan masih dapat menggunakan akal sehatnya dan mendengarkan suara hati nuraninya. Ia tidak berpihak pada manusia tapi pada kebenaran. Jika harus memihak manusia, maka seharusnya Yonatan lebih memihak Saul ayahnya daripada Daud. Akan tetapi, Yonatan lebih mendengarkan suara hatinya untuk membela kebenaran, dalam hal ini Daud tidak bersalah. Karena itu Yonatan memutuskan untuk membela dan menyelamatkan Daud. Sikap Yonatan amat luar biasa dan patut dicontoh oleh siapapun. Yonatan tahu bahwa Daud dilindungi oleh Allah, karena itu ia tidak ragu untuk membelanya. Ia membela Daud sejak awal mula Saul mulai merencanakan untuk membunuh Daud. Yonatan mempertaruhkan nyawanya dengan pergi ke tempat persembunyian Daud untuk memperingatkan Daud supaya berhati-hati karena Saul ingin mencelakakannya. Jika tindakan Yonatan diketahui oleh Raja Saul ayahnya, maka ia akan dihukum mati. Seseorang yang berkhianat terhadap raja patut dihukum mati meskipun anak raja sekalipun.