Pengetahuan Knowledge FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya. Contohnya wanita pekerja seksual tahu jika tidak memakai kondom maka dapat terkena atau menyebarkan IMS. e. Sintesis Sinthesis Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Contohnya WPS dapat menjelaskan bahwa IMS yang bisa menimbulkan komplikasi dapat dicegah dengan pemakaian kondom. f. Evaluasi Evaluation Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2007. Misalnya dapat membandingkan baik buruknya tidak memakai atau memakai kondom. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Notoatmodjo, 2007: a. Sosial Ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak. b. Kultur Budaya, agama Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. c. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal- hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. d. Pengalaman Berkaitan dengan usia dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman semakin luas, sedangkan semakin tua usia seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

2.6 Sikap

Menurut Notoatmodjo 2007 sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, baik-tidak baik dan sebagainya. Newcomb dalam Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan perilaku reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku perilaku atau reaksi terbuka. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain Azwar, 2007: 1. Pengalaman Pribadi 2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting 3. Pengaruh Kebudayaan 4. Media Massa 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama 6. Pengaruh Faktor Emosional

2.7 Perilaku

Menurut Skinner 1938 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, perilaku merupakan suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang besangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda.

2.8 Model Kepercayaan Kesehatan Health Belief Model

Teori Health Belief Model HBM dari Becker Rosenstock berpendapat bahwa perilaku juga dibentuk oleh persepsi kita terhadap sesuatu. Teori HBM oleh Rosenstock dalam Hayden 2014 ini didasarkan pada empat elemen persepsi seseorang, yaitu: 1. Perceived susceptibility: penilaian individu mengenai kerentanan mereka terhadap suatu penyakit 2. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut 3. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial 4. Perceived benefits: penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan faktor- faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu: 1. Variabel sosio-demografi; seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dsb. 2. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dsb. 3. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dsb. 4. Cues to action; pengaruh dari luar dalam mempromosikan perilaku kesehatan yang disarankan, seperti pemberian informasi melalui media massa, artikel surat kabar dan majalah, saran dari ahli, dsb. 2.9 Kerangka Penelitian 2.9.1 Kerangka Teori Gambar 2 . Kerangka Teori Penelitian Fertman Allensworth, 2010 Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap

Dokumen yang terkait

Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

3 89 138

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Negeri 7 Medan

10 83 63

Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom Pada Pelanggan Wanita Pekerja Seks Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Menular Seksual Di Belawan Tahun 2005

2 29 133

Gambaran Distribusi Penyakit Menular Seksual Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Penderita PMS Pada WTS Di Lokasi Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000

0 31 85

Pengetahuan Pasangan Suami Istri Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lingkungan IV Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2008

0 35 42

Perilaku yang Melatarbelakangi Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) di Kawasan Resosialisasi Gambilangu Kendal Tahun 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG

0 0 75

FREKUENSI HUBUNGAN SEKSUAL TANPA KONDOM DENGAN WANITA PENJAJA SEKS (WPS) TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN SEKSUAL PRIA BERISTRI, TETAPI BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) (The Frequency of Sexual Intercourse without Condom wi

0 0 8

Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 8

ANALISIS HUBUNGAN DETERMINAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA WANITA PENJAJA SEKSUAL (WPS)

0 0 8