BML berdasarkan SK Gubernur Kalimantan Timur No. 6 Tahun 2002 Lampiran I. Meskipun demikian, salah satu parameter limbah air pendingin yaitu suhu
menunjukkan perbedaan yang relatif besar dengan suhu alami air laut yakni sekitar 12-14
o
Dari hasil pemantauan kualitas limbah air pendingin di atas, diketahui bahwa parameter yang paling melampaui kondisi ambien perairan adalah parameter suhu.
Kondisi yang sama juga ditunjukkan dari hasil pemantauan kualitas abiotik perairan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bontang tahun 2007 Tabel 1, dimana
parameter suhu di outlet PT. Badak NGL menunjukkan nilai yang jauh lebih besar dari suhu alami perairan.
C. Hasil pemantauan kualitas limbah air pendingin untuk musim hujan dan musim kemarau tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6. Adapun kualitas air
pendingin tahun 2009 disajikan dalam Tabel 9 di bawah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi sumberdaya pesisir di sekitar PT. Badak NGL sangat ditentukan oleh adanya kenaikan suhu akibat buangan
air pendingin dari perusahaan tersebut. Untuk itu penelitian ini dibatasi pada analisis dampak kenaikan suhu perairan akibat adanya buangan air pendingin terhadap
fitoplankton dan terumbu karang.
4.5 Kualitas Air Laut di sekitar PT. Badak NGL
Untuk menguatkan hipotesis bahwa suhu memiliki peranan yang paling dominan terhadap keberadaan biota laut di perairan sekitar PT. Badak NGL, maka
dilakukan pengukuran berbagai parameter kualitas air dengan memilih stasiun pengukuran di dalam lokasi penelitian dan di sekitar lokasi penelitian yang tidak
terkena dampak oleh limbah tersebut. Dalam hal ini pengukuran kualitas air dilakukan di Muara Kanal Pendingin MKP untuk mewakili wilayah yang kena
dampak secara langsung, Cooling Water Intake CWI untuk mewakili wilayah yang relatif kena dampak dan Berbas Barat Pantai BBP untuk mewakili wilayah yang
tidak kena dampak. Hasil pengukuran berbagai parameter kualitas air sepanjang tahun pada musim hujan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa secara umum
wilayah ini masih berada dalam Baku Mutu Lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I, baik pasang maupun surut.
Tabel 9 Hasil pemantauan kualitas buangan air pendingin PT. Badak NGL Bulan Maret dan September 2009
No Parameter
Satuan Kode Sampel
BML AB
CD EF
GH MKP
Bulan Maret 2009 Kondisi Air Laut Pasang
1 Suhu
o
42.5 C
43.6 43.0
40.0 39.0
45 2
Salinitas ‰
31.6 31.9
31.8 31.4
31.6 alami
3 pH
8.18 8.29
8.25 8.15
8.17 6-9
4 Klorin Cl
2
mgl ttd
ttd ttd
ttd 0.01
2 5
MinyakLemak mgl
2 2
2 1
2 25
Kondisi Air Laut Surut 1
Suhu
o
41.5 C
42.8 43.3
42.9 38.4
45 2
Salinitas ‰
31.1 31.2
31.4 31.2
30.2 alami
3 pH
8.20 8.05
8.15 8.15
8.30 6-9
4 Klorin Cl
2
mgl ttd
ttd ttd
ttd ttd
2 5
MinyakLemak mgl
2 1
3 1
2 25
Bulan Agustus 2009 Kondisi Air Laut Pasang
1 Suhu
o
42.5 C
42.9 44.4
43.2 39.0
45 2
Salinitas ‰
31.0 31.0
31.0 31.0
31.0 alami
3 pH
mgl 7.97
8.01 8.00
8.00 8.07
6-9 4
Klorin Cl
2
mgl ttd
ttd ttd
ttd 0.01
2 5
MinyakLemak mgl
2 2
2 1
2 25
Kondisi Air Laut Surut 1
Suhu
o
41.6 C
42.8 43.2
42.2 38.58
45 2
Salinitas ‰
31.5 31.2
31.2 32.5
32 alami
3 pH
8.12 8.10
8.20 8.00
8.11 6-9
4 Klorin Cl
2
mgl ttd
ttd ttd
ttd ttd
2 5
MinyakLemak mgl
1 2
2 2
1 25
Sumber : PT. Badak NGL 2009
Keterangan : Ttd = tidak terdeteksi
BML=Baku Mutu Lingkungan SK Gubernur Kalimantan Timur No. 26 Tahun 2002 Lampiran I AB = Outfall train A B; CD = Outfall train C D; EF = Outfall train E F;
GH = Outfall train G H; MKP = Muara Kanal Pendingin Letak masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4
Perbandingan antara parameter kualitas air dalam daerah model dengan parameter kualitas air di sekitar daerah model menunjukkan nilai yang relatif sama
kecuali parameter suhu yang berbeda secara ekstrim. Kondisi ini dapat dilihat dalam
Tabel 10 untuk Maret 2009 dan dalam Lampiran 7 untuk kondisi air laut Maret 2008.